Oleh :
NADHIROTUS SHOFIYAH
NIM. 202107129
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Seperti telah dikatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua
pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan (knowledge) adalah pembentukan
pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan
kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang
tanpa pemahaman mengenai sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universal.
Ilmu (science) adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan hubungan sebab-
akibat (kausalitas) yang hakiki dan universa, dari suatu obyek menurut metode-
metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis. Pengetahuan atau
“knowledge” merupakan sesuatu yang dikejar manusia untuk memenuhi
keingintahuannya (curiosity). Maka lahirlah “folk-wisdom” (kearifan rakyat)
antara lain dituangkan dalam bentuk pepatah petitih, peribahasa, perumpamaan
dan sebagainya.
2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.2 Konsep Status Gizi
Status gizi (nutrition status) dapat didefinisikan sebagai ekspresi dari
keadaan keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut (Supariasa, 2012). Kekurangan zat gizi
makro seperti : energi dan protein, serta kekurangan zat gizi mikro seperti :
zat besi (Fe), yodium dan vitamin A maka akan menyebabkan anemia gizi,
dimana zat gizi tersebut terutama zat besi (Fe) merupakan salah satu dari
unsur gizi sebagai komponen pembentukan hemoglobin (Hb) atau sel darah
merah. Anemia gizi pada remaja putri berkaitan dengan menurunnya
kesehatan reproduksi (Badriah, 2011). Hal ini berkaitan dengan angka
kejadian kehamilan pada remaja putri cukup tinggi dan cenderung meningkat
(Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Apabila remaja putri yang mengalami
anemia kemudian hamil maka berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah. Selain itu anemia pada kehamilan juga dapat menyebabkan
kematian baik ibu maupun bayi pada proses persalinan (Badriah, 2011;
Sulistyoningsih, 2011; Marmi, 2013) Masalah status gizi yang sedang
diperbincangkan tengah masyarakat indonesia adalah anemia, anemia adalah
kekurangan zat besi dan yang lebih banyak terjadi pada remaja putri karena
mengalami permulaan siklus menstruasi, hal ini disebabkan karena kurangnya
pendidikan dan pengetahuan dalam pola asuh gizi yang salah.
Status gizi seseorang sejak di dalam kandungan akan menentukan
keadaan gizi dan kesehatan atau kualitas hidup di masa dewasa kelak. Ibu hamil
yang kurang gizi dan menderita anemia akan mempunyai risiko lebih tinggi untuk
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), selain itu juga
meningkatkan risiko kematian ibu. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan
rendah (kurang dari 2500 gram) akan meningkatkan risiko kematian bayi,
mengalami gangguan perkembangan mental, dan penyakit kronis saat dewasa.
Pada masa usia dibawah 2 tahun, bayi yang tidak mendapatkan makanan sesuai
yang dibutuhkan dan sering sakit, tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang
memadai, serta tidak mampu melakukan kejar tubuh (cath-up growth) akan
meningkatkan risiko menjadi anak stunting (pendek). Anak yang pendek akan
berkembang menjadi remaja yang pendek yang memiliki kemampuan fisik dan
masa otot yang kurang, serta berpotensi mempunyai performa akademik yang
tidak memadai. Jika keadaan ini berlanjut dan remaja tersebut kurang
mendapatkan perawatan kesehatan dan asupan gizi yang memadai, maka saat
remaja putri mengalami kehamilan atau menjadi ibu akan meningkatkan risiko
untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, dan seterusnya kondisi di
atas akan berulang seperti lingkaran yang tak berujung. (Kemendikbud, 2019)
2.3 Konsep Anemia
2.3.1 Definisi anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO,2011). Hemoglobin adalah salah satu
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh
jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan
otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan
kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan
protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan
suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan
sesuai dengan penyebabnya.
2.3.2 Kekurangan gizi besi
Kekurangan gizi besi pada tahap awal mungkin tidak menimbulkan gejala
anemia tapi sudah mempengaruhi fungsi organ. Penderita kekurangan gizi besi
jumlahnya 2,5 kali lebih banyak dari jumlah penderita anemia kekurangan gizi
besi. Untuk memastikan apakah seseorang menderita anemia dan/atau kekurangan
gizi besi perlu pemeriksaan darah di laboratorium. Anemia didiagnosis dengan
pemeriksaan kadar Hb dalam darah, sedangkan untuk anemia kekurangan gizi besi
perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti serum ferritin dan CRP. Diagnosis
anemia kekurangan gizi besi ditegakkan jika kadar Hb dan serum ferritin di bawah
normal. Batas ambang serum ferritin normal normal pada rematri dan WUS
adalah 15 mcg/L (WHO, 2011).
2.3.3 Diagnosis anemia
Penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium
kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan menggunakan metode
Cyanmethemoglobin (WHO, 2001). Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.
Remaja putri menderita anemia bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai
kurang dari 12g/Dl.
2.3.4 Penyebab anemia
2.3.5 Gejala anemia
2.3.6 Dampak anemia
2.3.7 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri
2.4 Gambaran pengetahuan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja
putri
(ksimpulan)