Anda di halaman 1dari 20

ANEMIA GIZI PADA REMAJA

PUTRI

OLEH :

KELOMPOK 4

ANDI DZULHIJJAH KURNIATI FARANI (13700208)


LISA ANGGRIANI (13700212)
I WAYAN NELSON (13700214)
W. ROY DARMINTO (13700216)
COKRONEGORO (13700218)
NURIN ALIFATI (13700220)

PEMBIMBING TUTOR
Irul Hidayati, S.KM, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas IKAKOM pada skenario 1 ini yang
berjudul Anemia pada Remaja. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk
menjabarkan hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan
ini, khususnya kepada : Pembimbing tutor kelompok FGD Ibu Irul Hidayati, S.KM, M.Kes
yang telah membimbing selama proses diskusi berjalan, Keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada para penulis, dan
Rekan-rekan sekelompok kerja kelompok, serta Semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan semua semua orang yang
memanfaatkannya.

Surabaya, 12 Maret 2015

Penulis
SKENARIO GIZI

Anemia Remaja Putri

Dr. Wahyu seorang dokter di Puskesmas Mawar, Kabupaten Melati. Wilayah Dr. Wahyu
merupakan daerah tertinggal dengan sosial ekonomi penduduk menengah kebawah dan
tingkat pendidikan yang rendah. Mata pencaharian umumnya sebagai petani dan buruh tani.
Masih banyak dijumpai kasus BBLR di Wilayah Puskesmas Mawar. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Melati diperoleh data sebagai berikut :

Diketahui prevalensi Anemia Remaja Putri di Kabupaten Melati tahun 2014

Puskemas Prevalensi (%)

Kamboja 25,3

Anggrek 25,6

Mawar 28,3

Flamboyan 26,1

Kenanga 25,8

Semangka 26,4

Manggis 25,7

Apel 26,2

Setelah mengetahui revalensi anemia remaja putri di Puskesmas Mawar tertinggi dari
Puskesmas lain, apa yang dilakukan dr.Wahyu untuk mengatasi masalah tersebut.
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh kuantitas dan kualitas dari generasi muda.
Jumlah penduduk usia remaja(10-19 tahun) di Indonesia adalah sebesar 26,2% dari tabel
penduduk Indonesia yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan. Kelompok ini
berbeda dengan kelompok lainnya,karena gaya hidup remaja yang unik dan berbeda dengan
kelompok umur lainnya . Sifat energik pada remaja menyebabkan aktifitas fisik tubuh
meningkat. Selain itu keterlambatan tumbuh kembang sebelumnya akan dikejar pada usia ini.
Namun akhir-akhir ini beberapa penelitian menunjukkan terjadi peningkatan angka kejadian
anemia pada remaja putri. Menurut WHO Regional Office SEARO,salah satu masalah Gizi
remaja putri di Asia Tenggara adalah anemia defisiensi zat besi yaitu kira-kira 25-40%
remaja putri menjadi korban anemia tingkat ringan sampai berat (Depkes,2010).
Prevalensi anemia di Indonesia pada remaja putri tahun 2011, yaitu 31%. Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 menyatakan bahwa prevalensi anemia
defisiensi pada ibu hamil 56,5%, remaja putri usia 10-18 tahun 61,1,1% dan usia 19-45 tahun
36,5%. Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk
menderita anemia terutama remaja putri. (Depkes RI, 2011).
Usia remaja merupakan usia dimana memulai periode maturasi fisik, emosi, sosial
dan seksual menuju dewasa. Setiap orang pasti menginginkan sehat, maka harus
diperlihatkan gizi apa yang dibutuhkan oleh tubuh jangan sampai mengalami kekurangan
atau kelebihan dan harus seimbang. Remaja dan dewasa merupakan usia produktif, termasuk
system reproduksinya sudah mulai menunjukkan kematangan. Banyak kaum remaja dan
dewasa yang menjalankan diet karena khawatir dengan penampilannya. Remaja boleh
melakukan diet asal dengan diet sehat. Beberapa faktor yang mempengaruhi tentang kualitas
kesehatan seseorang yaitu faktor pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, faktor pendidikan
dan ekonomi. Makanan yang bergizi seimbang akan mendukung bagi kesehatan reproduksi
seorang wanita. (Ellya, 2010)
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa sering disebut dengan istilah
masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan. Datangnya menstruasi
pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut,
salah satunnya adalah karena gizi dan terjadinya anemia. Gizi untuk remaja sangatlah penting
karena kebutuhan gizi remaja relatif besar, Akan tetapi pada remaja putri, gizi kurang
umumnya terjadi karena keterbatasan diet atau membatasi sendiri untuk makannya. Selain
itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga
diperlukan zat gizi yang lebih banyak seperti energi, protein, kalsium, besi, seng (zink).
Remaja putri sering menderita anemia,hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi
termasuk zat besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya
sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara
lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktifitas
dan prestasi belajar. Disamping itu, remaja putri yang menderita anemia juga kebugaran
tubuhnya akan menurun, sehingga menghambat prestasi dan produktifitasnya. Selain itu masa
remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini
akan mengakibatkan tidak tercapainya pertumbuhan optimal (Depkes RI, 2010).
Hasil dari survey pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 2 Randublatung Kabupaten
Blora dari 10 siswi didapatkan hasil, bahwa 7 orang (70%) belum mengetahui tentang gizi
remaja meliputi pengertian gizi, masalah yang terjadi pada remaja, penggolongan gizi,
kebutuhan gizi dan bagaimana mereka mensikapi tentang asupan zat besi dalam kehidupan
sehari-hari dan 3 (30%) siswi sudah mengetahui tentang gizi remaja. Dari data yang diperoleh
mereka kurang mengkonsumsi sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan, dan bahan makanan
yang berasal dari hewani yang mengandung zat besi yang lebih besar, ada 6 siswi yang tidak
menyukai sayur-sayuran hijau, 2 siswi menyukai kacang-kacangan, 2 siswi menyukai sayur-
sayuran hijau, sedang ada 3 siswi yang tidak menyukai semua jenis sayuran dan bahan
makanan yang berasal dari hewani. Siswi kelas 1 SMP N 2 Randublatung, kurang
mengetahui bagaimana seharusnya asupan gizi zat besi yang dibutuhkan oleh remaja putri
untuk pertumbuhannya dan kurang mengerti tentang persiapan masa reproduksi yang akan
terjadi dalam siklus hidupnya
II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman prevalensi masalah anemia gizi di Desa Mawar?
2. Bagaimanakah tanda-tanda anemia gizi ?
3. Apa penyebab dan dampak dari anemia gizi ?
4. Program pencegahan dan penanggulangan apakah yang dapat dilakukan untuk
menangangi kasus anemia gizi tersebut.

III. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tanda-tanda anemia gizi.
2. Untuk mengetahui mengenai penyebab dan dampak anemia gizi tersebut .
3. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan terhadap anemia gizi .
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1. ANALISA SECARA EPIDEMIOLOGI

1. Masalah Anemia Gizi


a. ANEMIA
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah,
kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100
ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan
pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh
anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan
laboratorium.
b. Prevalensi Anemia
Pada perempuan usia subur, anemia gizi berkaitan dengan fungsi
reproduktif yang buruk, proporsi kematian maternalyang tinggi (10-20
Anemia oleh orang awam dikenal sebagai kurang darah. Sebagian besar
anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Zat besi adalah
salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah
merah. Oleh karena itu disebut Anemia Gizi Besi (AGB). AGB merupakan
salah satu masalah gizi utama yang banyak diderita oleh golongan rawan yaitu
ibu hamil, anak balita, wanita usia subur, dan pekerja berpengasilan rendah.
Anemia gizi besi ini timbul akibat kosongnya cadangan zat besi tubuh
sehingga cadangan zat besi untuk eritropoesis berkurang yang menyebabkan
kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Selain itu, pola
makanan sehari-hari masyarakat bertumpu pada pangan nabati sehingga zat
besi yang diserap tubuh sangat kecil jumlahnya, keadaan fisiologis tubuh yang
berakibat meningkatnya kebutuhan akan zat bezi, penyakit kronis yang di idap
dan kehilangan darah karena infeksi parasit akan memperberat anemia yang
diderita,serta aktivitas yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kurang
tidur atau istirahat. Menurut data Rikesdas 2013, prevalensi anemia di
Indonesia yaitu 21,7% dengan proporsi 20,65 di perkotaan dan 22,8% di
pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok
umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar 18,4%
pada kelompok umur 15-24 tahun. Dalam sebuah survei yang dilakukan
SDKI-R pada tahun 2007 sebanyak 70% responden remaja perempuan
menyatakn pernah mendengar tentang anemia sedangkan pada remaja laki laki
sebanyak 60%. Tetapi hanya 14% yang mampu menjawab dengan benar
mengenai anemia. Selain remaja, ibu hamil juga menempati prevalensi tinggi
pada kasus anemia di Indonesia. Di Jawa Tengah prevalensi anemia ibu hamil
adalah 57,35%. Tahun 2003 sebanyak 44,94% dan terjadi peningkatan pada
tahun 2005 sebesar 0.86%.

2. Tanda tanda Anemia Gizi

Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:

a. Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah


b. sakit kepala, dan mudah marah
c. tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi
d. pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan
rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.

Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler
mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat
diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat
digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang
meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit
dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena
iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab
otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja
jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu
melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit
kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul
gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala
ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).

Diagnosis Anemia defisiensi besi dapat ditentukan dengan mengukur kadar


Hb,Hematokrit(Ht), Volume sel darah merah (MCV), Konsentrasi Hb dalam sel darah merah
(MCH)

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Anemia Defisiensi Besi

No Pemeriksaan Nilai Normal Anemia Gizi


1 Hemoglobin (Hb) Dewasa Menurun
L= 13,5 - 18 g/dl
P= 12 - 16 g/dl
Anak
6bl - 1 th = 10 - 15 gr/dl
5th - 14 th = 11 - 16 g/dl
2 MCV Dewasa Menurun
80 - 98 cuu/fL
Anak
82 - 92 cuu/fL
Bayi Baru Lahir (BLR)
96 - 108 cuu/fL
3 MCH Dewasa Menurun
27 - 31 pg
Anak
27 - 31 pg
Bayi Baru Lahir (BLR)
32 - 34 pg
4 MCHC Dewasa Menurun
32 - 36%
Anak
32 - 36%
Bayi Baru Lahir (BLR)
32 - 33%
5 Hematokrit Dewasa Menurun
L= 40-54%
P= 36-46%
Anak
1-3 th = 29-40%
4-10 th = 31-43%
Bayi Baru lahir (BLR)
31-43%
6 Iron Binding Capacity Dewasa dan Anak Meningkat
250-450 ug/dl
Bayi
100-135 ug/dl
Bayi Baru Lahir (BLR)
60-175 ug/dl

3. Penyebab Anemia
Penyebab Anemia dikelompokan menurut etiologinya.

1. Karena cacat sel darah merah (SDM)

Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap
komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah
bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan
dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat
yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya.
Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein
dikendalikan oleh gen di DNA.

2. Karena kekurangan zat gizi

Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh faktor luar
tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam
SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia
jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang
usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya
gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi.

3. Karena perdarahan

Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya
jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan
besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini
biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung
disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan
dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya
dengan tranfusi.

4. Karena otoimun

Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan
bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya
tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap
SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem
imun.

4. Dampak Anemia Gizi


o Menurunkan imunitas
Salah satu penyebab anemia adalah penghancuran sel darah merah
yang berlebihan. Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum
tulang akan beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel
darah yang belum matur (muda) dapat juga disekresi ke dalam darah. Sel
darah yang usianya muda biasanya gampang pecah sehingga terjadi
anemia. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan dapat disebabkan
oleh :
a) Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukemia, atau
multiple myeloma.
b) Masalah dengan system kekebalan tubuh/ imunitas
c) Kemoterapi
d) Penyakit kronis seperti AIDS
Itulah sebabnya anemia juga berpengaruh terdapat turunnya imunitas.

o Menurunkan konsentrasi belajar


Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah. Artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang
karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah sehingga
menyebabkan gejala-gejala seperti lemah, letih, lesu, lunglai, lalai (5L),
sering pusing dan mata berkunang-kunang. Beberapa gejala yang timbul
dapat mengganggu konsentrasi belajar sehingga konsenterasi belajar dapat
menurun.

o Menurunkan prestasi dan produktivitas kerja


Sama halnya pada pembahasan sebelumnya, gejala yang
ditimbulkan anemia pada remaja puteri juga dapat menurunkan
produktivitas kerja. Karena keadaan seseorang yang lemah secara otomatis
akan menurunkan semangatnya sehingga kemampuan untuk produktiv
berkurang.
Akibat jangka panjang : nantinya pada saat remaja putri nantinya
hamil maka anemia ini dapat menyebabkan bayi lahir prematur,
perdarahan, keguguran (abortus), komplikasi kehamilan, bahkan
sampai kematian.
2.2. KAUSA DAN ALTERNATIF KAUSA

SOSIAL EKONOMI
PENDUDUK
MENENGAH KE
BAWAH. LINGKUNGAN
KOTOR
( TERINFEKSI
CACING)
DARI MASYARAKAT (
KHUSUSNYA REMAJA PUTRI) :

1. RENDAHNYA JUMLAH &


ANEMIA PADA KUALITAS ZAT BESI YANG
PENYEBAB DIKONSUMSI.
REMAJA PUTRI
2. KURANGNYA PENGETAHUAN.

PROGRAM KESEHATAN 3. RENDAHNYA KESADARAN DI


MASUKAN MASYARAKAT.
TAK TERLAKSANANYA
PROGRAM KESEHATAN 4. MENSTRUASI.

5. KELELAHAN
KURANGNYA
PENYULUHAN

PROSES

2.3. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN PRIORITAS MASALAH


YANG DIPILIH

Strategi operasional suplementasi


o Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami melalui penyuluhan,
terutama makanan sumber hewani yang mudah diserap seperti hati, ikan,
daging dan lain-lain. Selain itu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak
vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu
penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.
Strategi fortifikasi
o menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada
bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran.

Suplementasi zat besi-folat


o secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar Hb
secara cepat. Dengan demikian suplemantasi zat besi hanya merupakan salah
satu upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang perlu diikuti dengan
cara lain.

o Dari ketiga alternative penyelesain masalah tersebut akan diprioritaskan pada


satu alternative saja agar masalah dapat diselesaikan dengan efektif dan
efisien. Pemilihan prioritas penyelesaian masalah dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai beriku
EFEKTIFITAS EFISIENSI HASIL
No Alternative Jalan Keluar MxIxV
M I V C P=
C
1 Strategi operasional 4 3 3 3 12
suplementasi
2 Strategi fortifikasi 5 4 5 5 20
3 Suplementasi zat besi-folat 3 4 4 3 16
secara rutin selama jangka
waktu tertentu

Keterangan :
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksanakan
(turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah.
V : Valiability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan.
BAB III

RENCANA PROGRAM

1) MELAKUKAN PENDEKATAN TERHADAP MASYRAKAT


Pendekatan terhadap masyarakat ini tujuannya agar kita mengetahui bahwa masalah
apa yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan hal apa yang diperlukan untuk mengatasi
permasalahnnya tersebut sehingga kedepannya nanti maka tidak akan ada
kesalahpahaman.

2) MEMBERIKAN PENYULUHAN

Penyuluhan ini dapat berupa kita memberikan edukasi kepada masyarakat akan
pentingnya zat besi didalam tubuh kita , makanan apa saja yang mengandung zat besi ,
bagaimana cara meminimalisir kasus terjadinya anemia dan lain sebagainya .

3) PEMBASMIAN INFEKSI CACING SECARA BERKALA

Penanggulangan anemia perlu disertai dengan pemberian obat cacing didaerah yang di
duga prevalensi cacingnya tinggi. Prioritas pemerintah sekarang ini adalah pembasmian
cacing untuk anak sekolah, daerah vital produksi, daerah terpencil dan daerah kumuh.
Direktorat Bini Gizi masyarakat perlu berpartisipasi dalam rangka memperluas gerakan
pembasmian cacing ini. Direktorat Bini Gizi masyarakat juga perlu membantu pergerakan
pembasmian cacing yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat ataupun swasta.

Dalam rangka pembasmian cacing ini perlu diperhatikan bahwa pembasmian hanya
akan langgeng bila disertai degan kegiatan untuk mengubah perilaku penduduk kearah
hidup yang lebih bersih ( seperti cuci tangan, memggunakan sandal dan kegiatan untuk
mengubah lingkungan ( seperti jambanisasi) agar siklus hidup cacing bisa diputus secara
permanan).

4) PEMBERIAN OBAT ANTI MALARIA UNTUK WILAYAH ENDEMIS


Pemberian obat anti malaria di daerah endemis malaria perlu diberikan sekaligus pada
waktu pemberian tablet tambah darah. Direktorat Jenderal P2MPLP sekarang sudah
memberikan anti malaria sekaligus tablet tambah darah, namun baru daerah prioritas,
seperti transmigrai, daerah potensi wabah daerah pembangunan dan daerah perbatasan.

5) MENCARI PREVALENSI REGIONAL ANEMIA


Perlu ada penelitian tentang prevalensi anemia dan penyebabnya pada tiggkat
provinsi dan kabupaten. Penelitian ini dapat dilakukan dengan metode survei cepat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak
tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999) .Berikut ini
katagori tingkat keparahan pada anemia.:

Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.


Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Anemia bisa saja dicegah dengan cara makan makananan yang mengandung zat besi
,minum obat cacing rutin 6 bulan sekali , vitamin C dan tidak lupa untuk istirahat dengan
cukup .

SARAN

BAGI PUSKESMAS :

1. Pemeriksaan status anemia secara berkala sebagai pemantauan kejadian anemia


sehingga dapat mengambil upaya-upaya pengobatan dan pencegahan anemia pada
remaja putri dan wanita subur di sekitar wilayah kerja dokter ayu.

2. Diharapkan puskesmas tempat dokter ayu bekerja dapat bekerjasama dengan


Rumah Sakit untuk melakukan pemeriksaan secara berkala.

3. Puskesmas diharapkan dapat memberikan suplemen tablet Fe atau kombinasi


Tablet Fe+Vit C kepada warga disekitar puskesmas khususnya untuk wanita remaja
dan wanita subur agar dapat mengurangi anemia.

4. Memberikan penyuluhan bagi remaja wanita dan wanita subur.


BAGI REMAJA PUTRI DAN WANITA SUBUR :

1. Meningkatkan konsumsi besi dengan mengkonsumsi makanan dari sumber hewani


yang mudah diserap,seperti ikan dan daging.selain itu ditingkatkan juga makanan
yang mengandung Vitamin C dan Vitamin A untuk membantu prosespembentukan
hemoglobin.

2. Mengkomsumsi suplementasi besi folat secara rutin selama jngka waktu tertentu
unuk meningkatkan hemoglobin secara cepat.

3. Suplementasi Vitamin C bisa dijadikan alternatif pengganti suplementasi besi bagi


wanita anemia yang sulit menerima besi dan peka terhadap efek samping dari besi.

4. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambah besi,asam folat,Vitamin A dan asam


amino essensial pada bahan makanan yang dimakan.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

diakses tanggal 11 maret 2015

Ellya Sibagariang. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta :TIM CV Trans Info
Media

Isniati. 2007. Wanita Lebih Beresiko Terkena Anemia. Diperoleh dari


http://pemkomedan.go.id diakses tanggal 12 Maret 2015

M,Dewi, dan Wawan,A, 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Narendra, dkk. 2004. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto

Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip dasar). Jakarta: Rineka


Cipta

Notoatmodjo, 2007. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku, Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Anemia Gizi, http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia, di akses pada 11 Maret 2015 pukul 20.00


WIB
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11012/ZUMRAH%20HATMA%2
0K21110109.pdf?sequence=1 ,diakses pada tanggal 10 maret 2015 pada pukul 17.00 WIB

http://www.academia.edu/7528838/Skenario_1_Skenario_Gizi , diakses pada 12 maret 2015


pukul 22.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai