Oleh:
Liana Alviah Saputri, S.Ked. 04054821618046
Rahmat Darmawantoro, S.Ked. 04054821618070
Elzan Zulqad Maulana, S.Ked. 04054821618170
Lola Meristi, S.Ked. 04084821719205
Nadya Aviodita, S.Ked. 04084821719200
Sisca, S.Ked 04084821719197
Pembimbing:
dr. R.M. Aerul Cakra Alibasyah, SpOG(K)
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Infertilitas e.c Kista Endometrosis
Oleh:
Liana Alviah Saputri, S.Ked. 04054821618046
Rahmat Darmawantoro, S.Ked. 04054821618070
Elzan Zulqad Maulana, S.Ked. 04054821618170
Lola Meristi, S.Ked. 04084821719205
Nadya Aviodita, S.Ked. 04084821719200
Sisca, S.Ked 04084821719197
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
periode 10 April 17 Juni 2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena
atas rahmat dan anugerah-Nya laporan kasus yang berjudul Infertilitas e.c. Kista
Endometrosis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun sebagai syarat ujian di bagian Ilmu Obstetri dan
Ginekologi. Tujuan disusunnya laporan kasus ini agar dapat mengetahui mengenai
Infertiltas ec Kisat Endometrosis. Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada dr. R.M. Aerul Cakra Alibasyah, SpOG(K) yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat dan teman-teman sejawat
di bagian ilmu obstetri dan ginekologi yang telah membantu dan memberi
dukungan kepada penulis.
Akhir kata, laporan kasus ini hanyalah sebentuk kecil tulisan yang masih
mengharapkan banyak kritik dan saran sehingga dalam perkembangannya dapat
menjadi lebih baik lagi. Semoga bermanfaat.
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN ....................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi..................................................................................................10
3.2. Epidemiologi.........................................................................................10
3.3. Etiologi..................................................................................................11
3.4. Faktor Risiko.........................................................................................12
3.5. Patofisiologi..........................................................................................14
3.6. Klasifikiasi............................................................................................15
3.7. Gejala Klinis.........................................................................................18
3.8. Diagnosiss.............................................................................................18
3.9. Diagnosis Banding................................................................................21
3.10. Tatalaksana..........................................................................................22
3.11. Komplikasi..........................................................................................25
3.12. Prognosis.............................................................................................27
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
BAB I
5
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
1.1. IDENTIFIKASI
a. Nama : Ny. DA
b. Umur : 25 tahun
c. Alamat : Dusun II, Spring Alam, Tanjung Raja Kec. Ogan
.................................Ilir, Palembang
d. Suku : Sumatera
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : SLTA
h. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
i. MRS : 25 April 2017 (Poli)
j. No. RM : 985839
R/ hipertensi (-)
R/ diabetes mellitus (-)
R/ asma (-)
R/ alergi (-)
R/ mengkonsumsi obat-obatan jangka waktu lama (-)
R/ keganasan (-)
PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA DAN LEHER
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema
9
THORAKS
PARU
Inspeksi : Simetris dalam statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
EKSTREMITAS
Pucat (-), edema pretibial (-)
1.6. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
1.7. TATALAKSANA
a. TERAPI
IVFD RL gtt xx/menit
Kuretase
Persiapan tindakan
11
b. MONITORING
Observasi tanda vital ibu dan perdarahan
1.8. FOLLOW UP
Tanggal (Jam) S O A P
13-08-2016 Habis Status present Post kuretase ai abortus Observasi TVI, perdarahan
(06.30) kuretase Kes: CM, TD: 110/70 incomplete Cefadroxil 2 x 500 mg
Neurodex 1 x 1
mmHg, N: 80 x/m, RR: 20
Asam mefenamat 3 x 500 mg
x/m, T: 36,50C
Status ginekologi
PL: Abdomen datar, lemas,
simetris, NT (-), TCB (-)
14-08-2016 Keluhan (-) St present: Post kuretase ai abortus Observasi TVI, perdarahan
(07.00) Kes: CM, TD: 110/70 incomplete Cefadroxil 2 x 500 mg
Neurodex 1 x 1
mmHg, N: 88 x/m, RR: 20
Asam mefenamat 3 x 500 mg
x/m, T: 36,50c Os direncanakan pulang
1.9. LAPORAN HASIL OPERASI
Hari/Tanggal: Jumat/ 12 Agustus 2016
Operator: dr. Febrie Wardana
Diagnosa Pre-Bedah: Abortus incomplete
Diagnosa Pasca Bedah: Post kuretase ai abortus incomplete
Jenis Operasi: Kuretase
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
3.2. Epidemiologi
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 1520% dari semua kehamilan.
Kalau dikaji lebih jauh abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini
dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui
pada 24 minggu setelah konsepsi (Prawirohardjo, 2008).
WHO memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta kelahiran pertahun
terdapat 20 juta kejadian abortus. Sekitar 13% dari jumlah total kematian ibu di
seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi abortus, 800 wanita diantaranya
meninggal karena komplikasi abortus dan sekurangnya 95% (19 dari setiap 20
abortus) di antaranya terjadi di negara berkembang. Di Amerika Serikat angka
kejadian abortus spontan berkisar antara 10-20% dari kehamilan. Di Rumah Sakit
Umum Daerah RSUD Banyumas Unit II Purwokerto, angka kejadian abortus pada
tahun 2007 sebesar 23,70% pada tahun 2008 meningkat menjadi 30,70%.
Sedangkan di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung, prevalensi abortus tercatat
sebesar 8-12% (Dwilaksana, 2010).5
Di Indonesia setiap tahun selalu dilakukan pencatatan distribusi penyakit
oleh Departemen Kesehatan RI yang salah satunya adalah penyakit kehamilan.
Jumlah keguguran yang terjadi diketahui akan menurun dengan meningkatnya
usia gestasional, dari 25% pada 5 hingga 6 minggu pertama kehamilan menjadi
2% selepas 14 minggu kehamilan.
3.3. Etiologi
11
2. Faktor ibu
a. Infeksi
Infeksi tidak umum menyebabkan aborsi. Studi yang dilakukan Simpson
dan teman-teman (1996) tidak menemukan bukti aborsi akibat infeksi.
Studi lain yang dilakukan Oakshet dan teman-teman (2002) menunjukkan
hubungan antara aborsi pada trimester kedua dengan bakterial vaginosis
b. Hipotiroid
Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi. Efek dari
hipotiroid sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti namun
peningkatan autoantibodi terhadap tiroid berkaitan dengan peningkatan
angka kejadian dari aborsi.
c. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol meningkatakan angka kejadian
aborsi
d. Merokok
12
tahun; 11,9% pada usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada
usia 35-39%; 51% usia 40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-
baru ini peningkatan usia ayah dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya
abortus. Suatu penelitian yang dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko
abortus tertinggi ditemukan pada pasangan dimana usia wanita 35 tahun dan
pria 40 tahun.6
2. Paritas Ibu
Semain banyak jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin
tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas. Sejalan dengan pendapat Cunningham (2005) bahwa resiko abortus
spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas. Persalinan kedua
dan ketiga merupakan persalinan yang aman, sedangkan risiko terjadinya
komplikasi meningkat pada kehamilan, persalinan, dan nifas setelah yang
ketiga dan seterusnya. Demikian juga dengan paritas 0 dan lebih dari 4
merupakan kehamilan risiko tinggi (Mulyati, 2003).
4. Pemeriksaan Antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antenatal dengan
baik adalah kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan
14
tersebut cepat diketahui dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak
baik pada kehamilannya (Prawirohardjo, 2008). Ibu dengan pemeriksaan
antenatal yang tidak baik akan meningkatkan risiko kehamilan (risiko
kesakitan dan kematian), karena akan sulit untuk mendeteksi kelainan dan
kebutuhan yang diperlukan ibu dalam mempersiapkan kehamilan dan
kelahiran secara optimal.
5. Pendidikan
Umumnya ibu yang mengalami abortus mempunyai pendidikan 1-9
tahun dan memungkinkan abortus pada pendidikan rendah lebih besar
dibandingkan dengan kelompok yang berpendidikan lebih tinggi.
3.5. Patofisologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
15
b. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
c. Abortus Inkompletus
17
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal.
d. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan.
f. Abortus Habitualis
18
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
3.8. Diagnosis
3.8.1.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik6
a. Abortus iminens:
- Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa bercak-bercak
Bisa atau tidak disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina,
portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
b. Abortus insipiens:
- Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa darah segar yang mengalir
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
19
- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio
terbuka, tidak ditemukan jaringan
c. Abortus inkomplit:
- Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa darah segar yang mengalir
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina,
portio terbuka, bisa ditemukan jaringan di jalan lahir
d. Abortus komplit:
- Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Darah biasa berupa bercak-bercak
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina,
portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
e. Abortus tertunda:
- Anamnesis:
Uterus yang berkembang lebih rendah dibandingkan usia
kehamilannya
Bisa tidak ditemukan perdarahan atau hanya bercak-bercak
20
- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding
vagina, portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
f. Abortus septik:
- Anamnesis:
Ditemukan satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas
Riwayat sedang menggunakan IUD
Riwayat percobaan aborsi sendiri
- Pemeriksaan Fisik:
Demam > 38 C
Inspekulo: ditemukan salah satu tanda abortus seperti di atas
3.8.2.
Pemeriksaan Penunjang
- Serum -hCG
Serum -hCG > 2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal
merefleksikan 90% kehamilan intrauterine
Serum -hCG > 6500 IU per mL disertai dengan USG abdomen
merefleksikan 90% kehamilan intrauterine
- USG
Gerakan jantung janin harusnya sudah bisa dilihat sejak masa gestasi
6-7 minggu
22
23
b. Terapi bedah
Indikasi terapi bedah:
- Pilihan pasien
- Sterilisasi
- Terdapat kontraindikasi pada pemakaian terapi medikasi
- Pasien tidak mampu datang untuk kontrol setelah terapi
medikasi
3.10.2.
Pasca-Aborsi
Pasien yang mendapat terapi medikasi sebaiknya diobservasi
selama 4-6 jam telebih dahulu. Pada pasien dengan terapi medikasi yang
ingin segera pulang, minum obat di rumah, atau yang proses abortusnya
belum selesai sebaiknya kembali kontrol ke dokter 10-15 hari setelah
mendapat terapi untuk mengkonfirmasi status aborsinya.12
25
3.11. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca
tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila
setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat
kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik
harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus.
Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung
udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di
endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya
26
3.12. Prognosis
Risiko dari kematian atau komplikasi medis yang serius lebih banyak
terjadi pada wanita dengan kehamilan cukup bulan dibandingkan aborsi,
kesehatan secara umum lebih baik pada pasien abortus dibandingkan kelahiran
cukup bulan. Resiko kematian yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran
berkisar 7-8 per 100.000 kelahiran sedangkan bila dikaitkan dengan abortus,
berkisar kurang dari 1 per 100.000 kelahiran. Beberapa studi tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan antara aborsi dengan penurunan kesuburan atau resiko
terjadinya kehamilan ektopik. Sebuah studi di Cina berkaitan dengan pemakaian
mifepristone dan misoprostol menunjukkan tidak adanya hubungan antara
pemakaian obat tersebut dengan peningkatan resiko kehamilan prematur.1
BAB IV
28
ANALISIS KASUS
Pasien Ny. SR, G4P3A0, hamil kurang lebih 12 minggu, datang ke IGD
RSMH Palembang dengan keluhan perdarahan dari kemaluan sejak kurang lebih 4
hari SMRS. Berdasarkan anamnesis darah berwarna merah segar dan adanya
riwayat keluar jaringan seperti hati ayam. Pasien juga mengaku sedang hamil tiga
bulan. Pasien sudah pernah melahirkan tiga kali dan janin hidup. Pasien mengaku
tidak pernah mengalami gejala serupa pada kehamilan sebelumnya. Pasien
mengaku tidak berhubungan seksual sebelumnya. Riwayat hipertensi, DM, asma,
alergi, mengkonsumsi obat-obatan jangka waktu lama, dan keganasan disangkal
oleh pasien. Pada pemeriksaan luar ditemukan tinggi fundus 3 jari di atas simpisis.
Hal ini menunjukkan kemungkinan pasien sedang hamil 12 minggu. Pada
pemeriksaan inspekulo genitalia dan anus ditemukan portio livide, OUE terbuka 1
cm, tampak jaringan di muara OUE, fluxus ada, dan darah tidak aktif. Pada
pemeriksaan vaginal touche ditemukan portio lunak, OUE terbuka 1 cm, dan
teraba massa di muara OUE. Pada pemeriksaan tes kehamilan didapatkan hasil
yang positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien tersebut benar sedang
hamil.
Pada pasien ini penegakkan diagnosis abortus inkomplit dapat diambil
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan ginekologi. Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan, dimana sebagai batasan adalah jika kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada kasus ini perlu ditegakkan diagnosis
kehamilan terlebih dahulu. Pasien dinyatakan positif hamil melalui pemeriksaan
serologi.
Pada kasus ini ditemukan gejala abortus inkomplit yaitu perdarahan dari
kemaluan. Selain itu, pada pemeriksaan inspekulo didapatkan OUE terbuka,
tampak jaringan di muara OUE, fluxus ada, dan darah tidak aktif. Pada
pemeriksaan vaginal touche ditemukan OUE terbuka 1 cm, dan teraba massa di
muara OUE.
29
Diagnosis banding pada kasus ini adalah jenis perdarahan pada kehamilan
muda lainnya, yaitu jenis abortus lainnya, mola hidatidosa, dan KET. Diagnosis
kehamilan ektopik dan mola hidatidosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
USG. Pada kehamilan ektopik terdapat gambaran janin ekstrauterine, dan pada
mola hidatidosa terdapat gambaran snow flake pattern. Selain itu dari anamnesis
juga dapat disingkirkan kehamilan ektopik, karena tidak terdapat nyeri tekan pada
pasien ini.
Tatalaksana pada kasus ini adalah kuretase. Kuretase dilakukan pada
abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 13 minggu dan bertujuan untuk
mengevaluasi sisa jaringan uterus pada kasus ini.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam dengan alasan tidak
terdapat tanda-tanda infeksi ataupun syok pada ibu, begitu pula tanda-tanda
komplikasi lain yang berbahaya.
30
DAFTAR PUSTAKA