Disusun oleh :
ARYADNA PAMILA WARDHANI
P27824418063
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kita dapat menyelesaikan tugas mata kuliah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Kesehatan Reproduksi Patologis pada Nn. M usia 18 tahun dengan
Amenorea Sekunder di PONED Karangrejo Kabupaten Magetan”.
Penyusun menyadari tugas kelompok ini tidak akan membuahkan hasil
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evi Pratami, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi D IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Surabaya .
2. Nana Usnawati, SST., M.Keb selaku dosen pembimbing pendidikan asuhan
kebidanan individu
3. Suwarti, SST., selaku pembimbing lapangan di Puskesmas Karangrejo.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga dengan senang hati menerima masukan-masukan, kritik, dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih kepada
pihak yang telah membantu memperlancar penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
3
BAB 1
TINJAUAN TEORI
4
tumor, penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan
stress psikologis.
1.1.5 Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang
membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan
pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung
5
menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat
menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium (disgenesis gonad). Kegagalan ovarium premature dapat
disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga
merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana
dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan
untuk pembentukan hormone steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak
tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan
progesterone yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih
banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin
menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun.
Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada
peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.
1.1.6 Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
1. Tidak terjadi haid
2. Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
3. Nyeri kepala
4. Badan lemah
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen
IV dan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat
hormone seperti osteoporosis.
6
1.1.8 Pemeriksaan Diagnostik / penunjang
Pada amenorrhea primer apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, Histerosal Pingografi,
histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan
tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan
kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada
amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating
Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hormone
prolaktin dalam tubuh.
1.1.9 Penatalaksanaan
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab
adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa
penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat
dipertahankan.
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang
dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah
terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang
berlebih juga dapat membantu. Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang
mengalami Amenorrhea Primer.
7
pervaginam, hirsutisme, perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
(Nugroho dan Utama, 2014)
b. Riwayat Haid: Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami
menstruasi, jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari, seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan ketika mengalami mestruasi
(Sulistyawati, 2009). Pada kasus amenore sekundertidak haid sedikitnya 3
bulan berturut-turut (Fansia, 2011).
c. Status Perkawinan: Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan
syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, pada umur berapa menikah,
berapa jumlah anak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas: Dikaji untuk mengetahui berapa
kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang
lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Anggraini, 2010).
e. Riwayat KB: Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
f. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada saat ini
yang ada hubungannya dengan amenore sekunder (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
2) Riwayat kesehatan yang lalu Untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi amenore sekunder
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
3) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
8
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan pada
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan
musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
5) Kehidupan Seksual
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan seksual
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
6) Data Psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus amenore sekunder didapatkan
masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas (Nugroho dan Utama,
2014).
9
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda vital
dan juga termasuk tinggi badan, berat badan dan perkembangan seksual.
Pemeriksaan yang lain adalah :
a. Keadaan umum :
1) Anoreksia-cacheksia, bradikardi, hipotensi, dan hipotermi.
2) Tumor hipofise-perubahan pada funduskopi, gangguan lapang
pandang, dan tanda-tanda saraf kranial.
3) Sindroma polikistik ovarium-jerawat, akantosis, dan obesitas.
4) Inflammatory bowel disease-Fisura, skin tags, adanya darah pada
pemeriksaan rektal.
5) Gonadal dysgenesis (sindroma Turner)- webbed neck, lambatnya
perkembangan payudara.
b. Berat Badan Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007).
Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat
badan (Nugroho dan Utama, 2014).
c. Keadaan payudara
1) Galactorrhea - palpasi payudara.
2) Terlambatnya pubertas- diikuti oleh rambut kemaluan yang jarang.
3) Gonadal dysgenesis (sindroma Turner)- tidak berkembangnya
payudara dengan normalnya pertumbuhan rambut kemaluan.
d. Abdomen Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau tidak, ada nyeri
atau tidak (Varney, 2007). Pada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan
pada sympisis (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e. Keadaan rambut kemaluan dan genitalia eksternal
1) Hiperandrogenisme- distribusi rambut kemaluan dan adanya rambut di
wajah.
2) Sindroma insensitifitas androgen- Tidak ada atau jarangnya rambut
ketiak dan kemaluan dengan perkembangan payudara.
3) Terlambatnya pubertas- tidak disertai dengan perkembangan
payudara.
10
4) Tumor adrenal atau ovarium- clitoromegali, virilisasi.
5) Massa pelvis- kehamilan, massa ovarium, dan genital anomali.
f. Keadaan vagina
1) Imperforasi himen- menggembung atau edema pada vagina eksternal.
2) Agenesis (Sindroma Rokitansky-Hauser)- menyempitnya vagina tanpa
uterus dan rambut kemaluan normal.
3) Sindroma insensitifitas androgen- menyempitnya vagina tanpa uterus
dan tidak adanya rambut kemaluan.
g. Genetalia Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007).
Pada kasus amenore sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho dan
Utama, 2014).
h. Uterus : Bila uterus membesar, kehamilan bisa diperhitungkan.
i. Cervix : Periksa lubang vagina, estrogen bereaksi dengan mukosa vagina
dan sekresi mukus. Adanya mukus adalah tanda bahwa estradiol sedang
diproduksi oleh ovarium. Kekurangan mukus dan keringnya vagina adalah
tanda bahwa tidak adanya estradiol yang sedang diproduksi.
j. Pemeriksaan dalam Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah
benjolan atau tidak (Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore sekunder
adannya masa dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri
k. Pemeriksaan Penunjang Data penunjang dilakukan sebagai pendukung
diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Varney,
2007). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada yaitu Biopsi
endometrium, Progestin withdrawal, Kadar prolaktin, Kadar hormon, Tes
fungsi tiroid, Tes kehamilan, Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH
(Luteinzing Hormone) dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone), Kariotipe
untuk mengetahui adanya kelainan kromosom, CT Scan kepala (jika diduga
ada tumor hipofisa).
11
1.2.2 Diagnosa Kebidanan
Nn./ Ny. X usia ..... tahun dengan amenorea sekunder, dengan masalah
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, tahap
perkembangan, perseptual, dan penyakit
c. Harga diri rendah situasional berhubungkan dengan gangguan
fungsional (amenorrhea primer)
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang
didapat tentang penyakitnya (amenorrhea)
1.2.3 Perencanaan
a. Diagnosa:
Nn./ Ny. X usia ..... tahun dengan amenorea sekunder, KU ibu baik/buruk Prognosa
baik/buruk.
b. Tujuan:
Periode menstruasi pasien dapat kembali normal
c. Kriteria:
1) Keadaan umum baik
2) TTV dalam batas normal
Tensi : 110/70-130/90 mmHg
Suhu : 36,5–37,5oC
RR : 16-24 x/menit
12
4) Berikan kortikosteroid pada pasien dengan gangguan glandula suprarenais
5) Berikan terapi hormon esterogen dan progesteron
1.2.4 Evaluasi
Menurut Kemenkes RI (2011) evaluasi ditulis dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP, yaitu:
Petugas,
(Nama terang)
13
BAB 2
TINJUAN KASUS
14
Suhu : 37 ºC
RR : 24x/menit
2.1.3 Assesment
Nn. M usia 18 tahun dengan amenorea sekunder. KU baik, prognosa baik.
2.1.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 23-01-2019 pukul: 15.30 wib
- Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan pasien baik. Pasien
mengerti
- Menjelaskan penyebab amenorea pada pasien yaitu karena stressor dan
aktivitas yang berlebih serta kebutuhan nutrisi pasien tidak terpenuhi
dengan baik sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan hormon
progesteron yang dapat menyebabkan amenorea sehingga pola kebiasaan
yang buruk tersebut harus dirubah. Pasien mengerti dan bersedia.
15
- Menganjurkan pasien untuk memenuhi nutrisi dan mengubah pola makan
yang bergizi seimbang menyesuaikan dengan berat tidaknya kegiatan
pasien. Pasien mengerti dan bersedia.
- Memberikan terapi:
1. Mini pil 1x1
2. Fe Sulfat Ferrosus 2x1
- Anjurkan untuk kembali lagi periksa bila dalam 2 minggu pasien belum
mendapatkan haid
- Follow up:
Kaji keluhan pasien
Periksa TTV
Bila belum mendapatkan haid, rujuk ke Poliklinik Kandungan
__________________________________________________________________
Aryadna Pamila
16
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-
POGI. Jakarta
17