Dosen Pembimbing :
Siswari Yuniarti, SST., S.Pd., M.Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 15
1. Dian Alimah Husna (P27820119062)
2. Wieke Sharah Febrianti (P27820119096)
Tingkat 2 Reguler B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Maha Penyayang,
saya panjatkan puja dan puji syuur atas kehadirat-Nya yang telah dilimpahkan rahmat
hidayah dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang membahas tentang “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH
AMENORHEA”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat mempermudah pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi membantu saya dalam membuat makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi menyusun kalimat, maupun tata bahasa yang digunakan.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
para pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental,
dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan)
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya. Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan
manusia sejak lahir sampai mati. Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima
tahap, beberapa pelayanan kesehatan reproduksi dapat diberikan pada lima tahap
yaitu, konsepsi, bayi dan anak, remaja, usia subur, usia lanjut (Kumalasari &
Andhyantoro, 2012).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa amenorea pada
remaja adalah 10-15%. Di negara maju seperti Belanda, presentase amenorea cukup
besar yaitu 13%. Begitu pula angka kejadian amenorhoe di Indaonesia cukup
tinggi. Menurut survei yang dilakukan oleh Depaertemen Kesehatan pada beberapa
sekolah di Indonesia pada tahun 2008. Hasilnya dari 17.665 remaja putri 6.855
yang mengalami masalah dengan menstruasinya (40%).
Sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia telah mengangkat kesehatan
reproduksi remaja (KRR) menjadi program nasional. Pogram kesehatan reproduksi
remaja (KRR) merupakan pelayanan untuk membantu remaja memiliki status
kesehatan reproduksi yang baik melalui pemberian informasi, pelayanan konseling,
dan pendidikan keterampilan hidup (Kumalasari & Andhyantoro, 2012).
Dampak dari amenorea pada masa remaja akan muncul seiring bertambahnya
usia seperti kemungkinan tidak akan terjadi kehamilan setelah mereka menikah.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa ketidaktahuan remaja tentang amenorea
banyak ditemukan yaitu kelainan pada daerah genetalia interna pada remaja seperti
kelainan pada selaput dara atau sering ditemukan kasus bahwa ada beberapa remaja
mengeluh tidak pernah mengalami menstruasi pada usia 16 tahun (Diana, 2010).
Pengobatan amenorea bisa dilihat dari penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
adanya kelainan bawaan dari vagina seperti selaput dara tidak mempunyai lubang
(vagina memiliki pembatas diantaranya) bisa diatasi dengan cara insisi atau eksisi
(operasi kecil). Kesehatan reproduksi amenore lebih menyangkut tentang penyakit
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi yaitu
amenorrhea.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari amenorrhea
2. Menjelaskan patofisiologi dari amenorrhea
3. Menjelaskan etiologi dari amenorrhea
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari amenorrhea
5. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari amenorrhea
6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari amenorrhea
7. Menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan dari amenorrhea
2.1 Definisi
Amenorea ialah tidak datangnya menstruasi tepat waktu siklusnya yang
normal dapat merisaukan wanita antara pubertas sampai menopause. Amenorea
dibagi dalam tiga pembagian antara amenorea fisiologis amenorea primer dan
amenorea sekunder (TIM, 2010). Menurut Nuary (2010), tanda dan gejala amenorea
tidak didapatkannya menstruasi, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder
(perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita
tersebut tidak mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya sudah mendapatkan
menstruasi. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya
amenorea. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat
dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan
genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang
timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan
metabolism, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.Ada pula amenore
fisiologi, yakni yang terdapat dalam masa pubertas, masa kehamilan, masa laktasi,
dan sesudah menopause (Prawihardjo, 2008). Untuk mengetahui diagnose amenorea
harus diketahui siklus menstruasi. Amenorea terjadi oleh karena (Manuaba, 2010)
1. Gangguan embriologi pertumbuhan harus diketahui siklus eksterna.
2. Kelainan genetik.
3. Gangguan endokronologi, dan lainnya.
Rencana mengetahui diagnose amenorea, dilakukan :
1. Anamnesa yang cermat.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Mempergunakan alat canggih.
5. Melakukan beberapa tes yang khusus.
Menegakan diagnosa amenorea diperlukan kecermatan evaluasi organ
berkaitan :
1. Hipertalamus
2. Hipophise
3. Ovarium
4. Uterus dan vagina
2.2 Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari
sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari
amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien
dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap
dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin.
Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya
terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak
terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal
inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang
permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus- hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium
untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan
progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada
yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas
karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore
primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar
FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang
mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat
menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad
menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak
memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak
berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-
hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium
dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan
oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga
karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang
menyebabkan polycystic ovary syndrome.
2.3 Etiologi
Sebagian besar amenorea disebabkan kehamilan, faktor menyusui, atau
menopause, namun bisa juga disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi,
penggunaan obat-obatan tertentu, gaya hidup, ketidakseimbangan hormon, maupun
masalah struktur organ reproduksi. Penggunaan obat-obata misalnya obat penurun
tekanan darah, obat anti depresi, atau kemoterapi kanker. Sedangkan yang termasuk
gaya hidup adalah faktor stress, berkurangnya berat badan disebabkan oleh
polycystic ovary syndrome (PCOS), kelainan kelenjar thyroid, tumor pada kelenjar
pituitary, atau menopause awal. Masalah struktur organ misalnya rahim pernah
terbuka, kelainan struktur vagina, atau tidak sempurnanya organ reproduksi.
2.4 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya
adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit,
dan lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
1. Sakit Kepala
2. Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui)
3. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5. Vagina yang kering
6. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola
pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
2.7 Komplikasi
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS DENGAN MASALAH AMENORHEA
3.2 Pengkajian
3.2.1 Keluhan Utama
Nyeri Abdomen
MASALAH
No. DATA ETIOLOGI KEPERAWATAN
1 Menstruasi Nyeri akut
DS: ↓
Penyebab
timbulnya nyeri: Regresi korpus
disminore. luteum
Nyeri dirasakan
↓
meningkat saat
aktivitas
progesteron↓
Lokasi nyeri
abdomen
↓
Skala nyeri
menunjukkan lebih
Miometrium
dari
terangsang
Nyeri sering dan
terus – menerus ↓
DO:
Kontraksi&disritmia
Wajah tampak uterus↑
menahan nyeri
↓
Aliran darah ke
uterus↓
Iskemia
Nyeri haid
2 DS: Menstruasi Intoleran aktivitas
Intoleran aktivitas
Menstruasi
Nyeri haid
3 Ansietas
DS: ↓
Px. menyatakan
merasa gelisah Kurang
DO: pengetahuan
Pucat ↓
Memperlihatkan kurang
inisiatif Ansietas
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan 1. Meningkatkan istirahat dan
kurangi rangsangan penuh meningkatkan kemampuan koping
stress 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
2. Kolaborasi dengan dokter 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
dalam pemberian analgesic farmakologi tambahan
3. Ajarkan strategi relaksasi 4. Penggunaan persepsi sendiri atau prilaku
(misalnya nafas berirama untuk menghilangkan nyeri dapat
lambat, nafas dalam, membantu mengatasinya lebih efektif
bimbingan imajinasi 5. Mengurangi rasa nyeri dan
4. Evaluasi dan dukung memperlancar aliran darah
mekanisme koping px
5. Kompres hangat
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode
istirahat tanpa gangguan, dorong 1. Menghemat energi untuk aktivitas
istirahat sebelum makan dan regenerasi seluler/
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap penyembuhan jaringan
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 2. Tirah baring lama dapat
menurunkan kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi
dan membantu keseimbangan
supply dan kebutuhan oksigen
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tim Poltekes Depkes (2012) Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika