Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pubertas merupakan periode tertentu kehidupan ditandai dengan perubahan
hormonal, perubahan fisik dan psikologis anak-anak dari masa kanak-kanak ke
masa remaja. Selama periode ini, menstruasi merupakan peristiwa paling
penting pada wanita. Usia menstruasi berbeda pada setiap orang dan telah
diakui sebagai penanda untuk status sosial-ekonomi, serta pola diet dan
lingkungan. Umumnya, siklus menstruasi pertama akan terjadi pada usia antara
12 dan 13 tahun, namun menstruasi yang dialami tersebut belum teratur. 98%
gadis mulai mengalami menstruasi yang teratur pada usia 15 tahun. Rentang
normal untuk siklus menstruasi antara 21 hingga 45 hari, dengan periode yang
bervariasi dari 2 hingga 7 hari. Selama 2 tahun pertama setelah menstruasi,
menstruasi sering tidak normal karena tidak matangnya aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Dari sudut pandang kedokteran barat siklus menstruasi
normal didasarkan pada sistem umpan balik yang kompleks antara hipotalamus,
kelenjar pituitari, dan ovarium, serta reaksi siklus pada endometrium
(Chiavaroli et al. 2011).
Amenore dalam ilmu Tradisional Chinese Medicine dapat disebabkan
karena kekurangan nutrisi, stres emosional yang berlebih, perubahan
lingkungan, atau karena penyakit organ reproduksi.
Untuk mencegah terjadinya amenore dapat dilakukan dengan melakukan
gaya hidup sehat mulai dari kebiasaan makan makanan bergizi seimbang,
berolahraga rutin, tidak minum minuman beralkohol, tidak minum obat-obatan
steroid atau narkotik, tidak stres dan menjaga berat badan normal. Untuk
pengobatan secara konvensional dapat dilakukan dengan pengobatan hormonal
atau dapat dilakukan dengan pembedahan kecil jika selaput darahnya tertutup.
Pengobatan untuk amenore tergantung pada penyebabnya. Jika ada gangguan
pada organ reproduksi maka akan ditanganingangguannya terlebih dahulu
sehingga siklus haid akan normal kembali. Amenore sekunder bisa juga terjadi
karena kehamilan atau menopause (Liu, 2016).

1
Selain dengan pengobatan konvensional dapat juga di tangani dengan
pengobatan herbal yang berfungsi untuk meluruhkan menstruasi seperti
temulawak/Curcuma xanthorriza Roxb (Yanti dan Hwang, 2009),
kunyit/Curcuma domestica (Kusmana dkk, 2007), atau mengkonsumsi
makanan yang kaya akan fitoestrogen alami seperti kedelai (Putra, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari Amenorea ?
2. Apakah penyebab dari Amenorea ?
3. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada Amenorea ?
4. Bagaimana penatalaksanaan pada Amenorea ?
5. Penyakit-penyakit apa sajakah yang dapat disertai dengan terjadinya
amenorea ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada amenorea ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari Amenorea
2. Untuk mengetahui penyebab dari Amenorea
3. Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada Amenorea
4. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan pada Amenorea
5. Untuk mengetahui Penyakit-penyakit apa sajakah yang dapat disertai
dengan terjadinya amenorea
6. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada amenorea

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
adalah:
1. Mendapatkan pengetahuan tentang Amenorea.
2. Mendapatkan pemahaman tentang penyebab, klasifikasi tentang Amenorea
3. Mendapatkan pemahaman tentang pemeriksaan diagnostik, dan
penatalaksanaan tentang Amenorea.

2
1.5 Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan laporan pendahuluan ini dengan
menggunakan studi literature untuk mempermudah dalam penyusunan laporan
pendahuluan ini.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika dalam pembuatan makalah ini adalah :
Bab I : berisi tentang Pendahuluan
Bab II : berisi tentang Pembahasan
Bab III : berisi tentang Analisa Kasus Kesehatan
Bab IV : berisi tentang Kesimpulan dan Saran

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Amenorea


Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan
amenorea sekunder. Jika kita berbicara tentang amenorea primer apabila
seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat haid. Sedang pada
amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, kemudian tidak dapat
haid lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih
berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan
kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada
sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan
gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.
Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan dimana tidak tampak
adanya haid karena darah tidak keluar berhubungan ada yang menghalangi,
misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain.
Selanjutnya ada pula amenorea fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa
sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause.
Untuk keperluan diagnostik sebab-sebab amenorea dapat digolongkan
menurut kompartimen badan yang ikut berperan dalam terjadinya proses haid,
dan yang menjadi tempat dari kelainan yang menyebabkan amenorea.1
Amenorea merupakan kondisi di mana perempuan tidak mengalami
menstruasi pada usia subur. Secara umum, amenorea terbagi menjadi 2, yaitu
amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer merupakan
amenorea pada perempuan yang seharusnya sudah mengalami menstruasi
(Child, 2010). Amenorea sekunder merupakan amenorea yang terjadi pada
perempuan yang telah menstruasi sebelumnya namun telah 3 sampai 6 bulan
tidak mengalami menstruasi (Child, 2010)2.

1
Wiknjosastro,hanifa, ilmu kandungan, Hal. 209. 2008 : edisi kedua cetakan keenam
2
Afianti yati, Pratiwi Anggi, Seksualitas dan Kesehatan Repoduksi Perempuan, Hal. 8-9: edisi satu,
cetakan satu. Jakarta: 2016

4
2.2 Etiologi Amenorea
Banyak faktor dapat menjadi etiologi terjadinya amenorea pada perempuan.
Penelitian oleh Golden dan Carlson (2008) memaparkan daftar komprehensif
dari penyebab amenorea pada perempuan berdasarkan kelompok organ yang
mengalami gangguan.

5
1. Amenorea Primer

Etiologi ini paling mudah dipahami jika dikelompokan menjadi : (i) ada atau
tidaknya perkembangan payudara ; (ii) ada atau tidaknya serviks dan uterus ;
(iii) kadar FSH yang bersirkulasi. Biasnya pada kelainan pada salah satu dari
empat hal diatas dapat menyebabkan amenorea primer3.
Berdasarkan tingkat frekuensinya yang makin menurun, penyebab
amenorea primer yang paling sering adalah disgenesis gonad, keterlambatan
pubertas fisiologis, agenesis mulleri, seprum vagina transversa atau hymen
imperforate, sindrom kallama, anoreksia nervosa, dan hipopituitarisme.

3
Linda j. Dan danny j, at a glance sistem reproduksi, Hal:68, 2005, edisi kedua

6
Insentivitas androgen komplet, walaupun lebih jarang dibandingkan dengan
agenesis mellerii, harus dipikirkan pada wanita yang memiliki payudara namun
tidak memiliki uterus. Semua anak perempuan atau wanita dengan amenorea
primer dan peningkatan FSH herus melakukan pemeriksaan kariotipe untuk
menentukan apakah memiliki kromosom Y atau bahkan potongan/bagian dari
kromosom Y. Adanya gen kromosom Y dan gonad intra-abdomen, tanpa
diperhatikan fenotipenya, menunjukan risiko perkembangan tumor sel
germinal. Gonad ini harus diangkat melalui pembedahan, biasanya saat
diagnosis ditegakkan.
Diagnosis gonad dengan kariotipe 45X murni biasnya dapat didiagnosa
karena adanya gambaran fisik sindrom turner. Kelainan kromosom seks
lainnya juga dapat menyebabkan amenorea, termasuk 45X/46XX, mosaic
lainnya, dan 46XY dengan lokus SRY yang hilang. Agenesis mullerii, juga
dikenal sebagai sindrom mayer-rokitansky-kuster-hauster, ditandai oleh tidak
adanya genetalia internal wanita, termasuk vagina, uterus dan tuba falopii, pada
wanita dengan kromosom normal. Penyebab biologisnya tidak diketahui.
Septum vagina transversa mungkin disebabkan oleh kegagalan lempeng
vagina untuk diresorpsi pada tempat dimana duktus mullerii bersatu untuk
membentuk serviks. Sindrom kallman merupakan kelainan perkembangan
system saraf pusat dimana sel neurosekretorik yang seharusnya menjadi
generator denyut GnRH gagal berimigrasi dari tempat asalnya di plakoda
olfaktorius ke hipotalamus mediobasal. Selain memiliki kelainan reproduksi,
individu dengan sindrom kallman juga tidak dapat menghidu karena tidak
adanya neuron olfaktorius yang berkembang dari tunas yang sama. Anoreksia
nervosa dan penekanan hipotalamus yang diakibatkannya dapat menyebabkan
terlambat atau tidak terjadinya pubertas jika kelainan dimulai saat masa kanak-
kanak, amenorea primer jika terjadi selama pubertas, atau amenorea sekunder
jika terjadi kemudian saat remaja. Hipopitutarisme paling sering disebabkan
oleh tumor SSP dan dapat timbul sebagai keterlambatan atau tidak adanya
pubertas atau amenorea bergantung pada waktu onset dan kecepatan
pertumbuhan tumor. Insensitivitas androgen (AI) komplet, yang dahulu
dikenal sebagai feminisasi testikuler, merupakan kelainan terkait-X yang

7
jarang yang disebabkan oleh mutasi pada reseptor androgen yang membuatnya
tidak responsive lagi terhadap androgen. Walaupun individu dengan AI
komplet dapat membuat testosterone dan androgen lainnya, namun mereka
tidak dapat menimbulkan aktifitas androgen pada pusat atau jaringan target
perife. Genetalia gagal mengalami maskulinisasi selama embriogenensis dan
androgen tidak dapat menghasilkan umpan balik negative pada produksi FSH
oleh kelenjar hipofisis. Individu dengan AI komplet secara fenotipe adalah
perempuan dan akan mengalami pertumbuhan payudara saat pubertas karena
androgen yang disekresi oleh testis yang distimulasi berlebih dapat dikonversi
di perifer menjadi estrogen. Mereka tidak memiliki uterus sehingga tidak akan
mengalami menstruasi dan akan timbul gejala amenorea primer dengan
perkembangan payudara yang normal.45

4
Linda j. Dan danny j, at a glance sistem reproduksi, Hal:69-70, 2005, edisi kedua

8
2. Amenorea Sekunder

Etiologi amenorea primer dan sekunder seringkali saling tumpang tindih.


Penyebab yang sering lebih sering berkaitan dengan amenorea primer.
Sebagian besar amenorea sekunder disebabkan oleh anovulas. Penyebab yang
sering adalah kehamilan sehingga etiologi ini harus dievaluasi sebelum
memikirkan penyebab lainnya. Suatu algoritma untuk mengevaluasi amenorea
sekunder ditampilkan pada bagan diatas.

9
Sindrom Ovarium Polikistik (Polyctic ovary syndrom, PCOS) merupakan
penyebab yang paling sering pada amenorea anovulatorius kronik. Ini
merupakan kelainan yang ditandai oleh amenorea atau oligomenorea, tanda
fisik hiperandrogenisme (hirsutisme, jerawat), dan terdapatnya ovarium
polikistik yang membesar. Patofisiologi PCOS dapat berkaitan dengan
kombinasi dari: Sekresi denyut GnRH yang berlebihan, yang menyebabkan
peningkatan LH dalam sirkulasi dan peningkatan rasio LH/FSH, dan defek
pada sinyal insulin terdapat transpor glukosa dan liposis yang menyebabkan
resistensi insulin.
Mekanisme yang menyebabkan frekuensi dan amplitudo denyut GnRH
berlebihan tidak diketahui, namun kemunculannya pada pubertas menunjukkan
adanya defek patogenik instrinsik dan primer. Gonadotropin hipofisis sangat
sensitif terhadap frekuensi dan amplitudo denyut GnRH dan pola yang terdapat
pada pasien PCOS menyebabkan peningkatan relatif pada sekresi LH sebagai
respon terhadap FSH. Sel teka ovarium merespon LH dengan meningkatkan
konversi kolesterol menjadi androgen. Konvensi androgen ini menjadi estrogen
dalam ovarium dikurangi dengan penurunan aktivitas aromatase yang
menyertai defisiensi relatif FSH. Selanjutnya hiperandrogenisme
menyebabkan kematian dan anovulasi folikel lokal dan stimulasi sistemik pada
folikel lokal dan stimulasi sitemik pada pada folikel rambut yang responsif
terhadap steroid seks, menyebabkan terjadinya hirsutisme dan jerawat. Sel teka
di ovarium yang memproduksi androgen pada pasien PCOS menjadi
hiperplastik dan dikelilingi oleh folikel-folikel primer dan sekunder yang tidak
berkembang dan jumlahnya meningkat, dimana hal ini dapat dilihat melalui
ultrasonografi sebagai ovarium yang membesar dan dikelilingi oleh untaian
mutiara.
Kelainan insulin pada PCOS sama pentingnya dengan pada generator
denyut GnRH. Pada kenyataannya terapi dengan insulin sensitizer dapat
menoreksi baik perubahan perubahan metabolik maupun hormonal. Pada
pasien yang tidak diobati, defek selular pada transpor glukosa menyebabkan
hiperglikemia sementara dan hiperinsulinemia reaktif. Insulin bekerja sinergis
dengan LH untuk menstimulasi produksi androgen oleh sel teka dan

10
menghambat produksi produksi globulin pengikat hormon seks (sex hormone
binding globulin, SHBG) pada hati, sehingga meningkatkan kadar androgen
bebas yang bersirkulasi. Defek lipolitik selular pada wanita-wanita PCOS
disebabkan oleh penurunan densitas B-adrenoseptor pada adiposit dan
menyebabkan peningkatan simpanan lemak dan obesitas. Obesitas yang
terdapat pada lebih dari separuh wanita dengan PCOS, memperkuat kelainan
resistensi insulin dan hiperinsulinemia.
Aksi somatotropik (pertumbuhan) juga terpengaruh pada patogenensis
PCOS. Hormon pertumbuhan dan mediator perifernya, IGF, protein
pengikatnya (IGFBP), dan reseptor memacu steroidogenesis oleh sel teka dan
granulosa ovarium. Pasien PCOS nonobes memiliki amplitudo denyut GH
yang berlebihan, menyerupai denyut GnRH nya yang berlebihan. Sebaliknya,
wanita obses dengan PCOS mengalami hiperinsulinemia namun tanpa sekresi
GH. Kerena insulin berintraksi dengan sistem IGF-1, maka hiperinsulinemia
dapat menyerupai kelebihan GH. Pada kasus yang lain akan terjadi peningkatan
aktivitas somatropik dan produksi androgen berlebihan di dalam ovarium.
Setidaknya 50% wanita dengan PCOS juga menunjukkan
hiperandrogenisme adrenal fungsional, yang menyebabkan PCOS dan
hiperplasia adrenal kongenital dengan onset lambat sulit dibedakan. Penyebab
pasti disfungsi adrenal pada PCOS belum jelas, namun bukti-bukti menunjuk
pada penggunaan peningkatan aktivitas pada zona retikularis korteks adrenal.
LH, Insulin, dan IGF-1 menstimulasi enzim yang sama pada ovarium untuk
menghasilkan androgen. Pasien PCOS dengan hipergonadrogenisme adrenal
fungsional mengalami produksi androgen adrenal berlebihan sebagai respon
terhadap stimulasi ACTH. Produksi androgen adrenal yang berlebih selama
adrenake dapat memicu onset PCOS pada wanita-wanita ini dengan
meningkatkan androstenedion serum yang dikonversi diluar gonad menjadi
estrogen yang lemah yaitu estron. Produksi estron yang tidak sesuai dapat
menghasilkan efek tropik yang prematur dan patologis pada aksis reproduksi,
yang menimbulkan PCOS saat pubertas.
Pengobatan PCOS bertujuan untuk mengurangi resistensi insulin,
menimbulkan ovulasi ketika fertilisasi diinginkan, dan mencegah aktivitas

11
estrogen yang tidak dilawan dalam waktu lama selama anovulasi dan kaitannya
dengan risiko hyperplasia endometrium dan kanker. Antiandrogen mungkin
dibutuhkan untuk mengobati jerawat dan hirsutisme yang disebabkan oleh
hiperanrogenisme.6
Semua kelainan hipotalamus fungsional berhubungan dengan
menurunnya frekuensi dan amplitude denyut GnRH. Input SSP ke generator
denyut GnRH dapat diganggu oleh rasa lapar psikogenik akibat anoreksia
nervosa, latihan fisik berat, stress. Penyakit infiltrative pada hipotalamaus
seperti limfoma dan histiositosis, walaupun jarang, juga dapat memganggu
sekresi GnRH.
Amenorea yang disebabkan oleh sekresi prolactin berlebih dapat timbul
dari berbagai kelainan, termasuk mikroadenoma dan makroadenoma yang
mensekresi prolactin, hipotiroidisme, dan penggunaan berbagai macam obat.
Kegagalan ovarium premature (premature ovarian failure, POF ),
yaitu berhentinya menstruasi sebelum usia 40 tahun pada keadaan tidak adanya
kelainan genetic, merupakan 10% dari kasus-kasus amenorea sekunder. Wanita
dengan POF bisanya mengalami amenorea, peningkatam kadar gonadoptropin,
dan penurunan estrogen yang bersirkulasi. Banyak dari mereka akan
mengalami fhot flashes. Pada sebagian kasus, penyebab pasti kegagalan
ovarium tidak ditemukan. Beberapa kasus POF berhubungan dengan penyakit
autoimun seperti tiroiditis hashimoto, penyakit addison, hipoparatiroidisme,
dan maniastenia gravis, serta mungkin merupakan bagian dari sindrom
poliendokrin. Pada beberapa pasien ditemukan antibody terhadap gonadotropin
dan resptor gonadoptopin. Yang lainnya tidak memiliki antibody, namun
membawa mutasi genetic pada reseptor LH dan FSH. Kadang-kadang,
kegagalan ovarium bersifat sementara dan kehamilan dapat terjadi setelah
berhentinya fungsi ovarium.
Sinekia atau perlekatan intrauterine menutup rongga uters pada sindrom
Asherman. Karena keadaan ini dapat terjadi setelah kuretase postpartum
akibat pendarahan hebat atau infeksi, dipikirkan bahwa prosedur ini dapat

6
Linda j. Dan danny j, at a glance sistem reproduksi, Hal:71, 2005, edisi kedua

12
dengan tidak sengaja mengangkat lapisan dalam endometrium dan merusak
kriptus dan kelenjar basal yang penting untuk regenerasi endometrium.
Pembentukan jaringan parut yang berhubungan dengan sindrom Asherman
dapat menutup seluruh rongga uterus, walaupun pembentukan jaringan parut
pada derajat yang lebih ringan juga dapat menyebabkan amenorea. Trauma
langsung dan disfungsi kelenjar parakrin local dapat terlibat.
Hipotiroidisme dapat berhubungan dengan ketidakaturan menstruasi dan
amenorea. Tiroksin dapat meningkatkan sekresi estrogen dan progesterone
pada sel granulosa manusia yang dikultur dan difisiensi hormone tiroid
mungkin secara berlawanan dapat mengubah steroidogensis ovarium.
Demikian juga, peningakatan sekresi faktor pelepas tirotropin ( thyrotropin-
releasing factor, TRF ) dari hipotalamus yang menyertai hipotiroidisme primer
akan menstimulasi sekresi prolactin. Hiperprolaktinemia yang diakibatkannya
kemudian menghambat sekresi GnRH yang berdenyut dan menyebabkan
ketidakteraturan menstruasi.
Hiperplasia adrenal kongental ( congenital adrenal hyperplasia, CAH),
sindrom Cushing, dan obesitas dapat menyebabkan produksi androgen yang
berlebih, Walaupun androgen adrenal ( DHEA ) relative lemah, keberadaan
androgen adrenal ini pada jumlah yang patologis dapat menyebabkan efek
androgenic menjadi androgen dan estrogen yang lebih poten pada sel perifer
seperti adiposit. Pada wanita, resultan dari sekresi steroid seks nonsiklik dan
tidak tergantung gonadotropin dapat mempengaruhi sekresi siklus yang normal
dari FSH dsn LH oleh hipofisis dan menyebabakan oligo atau anovulasi.
Pada sindrom sella kosong ( empty sella syndrome ), struktur tulang yang
memengilingi kelenjar hipofisis menjadi lebih datar dan tampak membesar
serta ksosong. Beberapa pasien dengan sella yang kosong akan mengalami
sakit kepala dan tidak terdapat disfungsi endokrin. Lainnya akan memiliki satu
atau beberapa endokrinopati termasuk defisiensi gonadotropin dan
hiperprolaktinemia. Penyebab sindrom sella kosong tidak diketahui.
Kelenjar hipofisis rentan terhadap cedera hipotensif selama kehamilan.
Infark hipofisis yang menyebabkan perdarahan postpartum dan syok disebut
sebagai sindrom Sheehan. Pada gambaran asli Sheehan, pasien mengalami

13
panhipopituitarisme. Bentuk yang parah dari sindrom Sheehan ini jarang
ditemukan pada praktik obstetric modern, namun bentuk yang tidak lengkap
kadang ditemukan. Tingkat keparahan cedera menentukan fungsi hipofisis
spesifik yang terkena dan hilangnya funsi tersebut berdasarkan urutan yang
telah diperkirakan. Yang paling rentan adalah sekresi GH. Kasus-kasus yang
paling parah akan mengganggu sekresi prolactin, TSH, dan ACTH dalam
urutan frekuensi yang semakin menurun7.

2.3 Pemeriksaan Diagnostik


Dari klasifikasi diatas dapat kita lihat bahwa gejala amenorea dijumpai
pada penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang bermacam-macam.
Sudah jelas bahwa untuk menegakkan diagnosis yang tepat berdasarkan
etiologi, tidak jarang dilakukan pemeriksaaan-pemeriksaan yang beraneka
ragam, rumit, dan mahal harganya. Dewasa ini tidak banyak klinik yang
mempunyai cukup fasilitas untuk melaksanakan semua pemeriksaan, dan hal
itupun tidak selalu perlu. Dibawah ini di bicarakan dahulu metode-metode
yang dapat dilakukan oleh semua klinik, dan disebut pula pemeriksaan-
pemeriksaan yang memerlukan fasilitas-fasilitas khusus. Perlu dikemukakan
disini bahwa ada jenis-jenis amenorea yang memerlukan pemeriksaan lengkap,
akan tetapi ada juga yang dapat ditetapkan diagnosisinya dengan pemeriksaan
sederhana.
Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama harus
diketahui apakah amenorea itu primer atau sekunder. Selanjutnya perlu
diketahui apakah ada hubungan antara antara amneorea dan faktor-faktor yang
dapat menimbulkan gangguan emosional, apakah ada kemungkinan
kehamilan, apakah penderita menderita penyakit akut atau menahun, apakah
ada gejala-gejala penyakit metabolik, dan lain-lain.
Sesudah anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan umum yang seksama,
keadaan tubuh penderita tidak jarang memeberi petunjuk-petunjuk yang
berharga. Apakah penderita pendek pendek atau tinggi, apakah berat badan
sesuai dengan tinggi badannya, apakah ciri-ciri kelamin sekunder bertumbuh

7
Linda j. Dan danny j, at a glance sistem reproduksi, Hal:69-70, 2005, edisi kedua

14
dengan baik atau tidak, apakah ada tanda hirsutisme, semua ini penting untuk
pembuatan diagnosis.
Pada pemeriksaan ginekologik umumnya dapat diketahui adanya berbagai
jenis ginatresi, adanya aplasia vaginae, keadaan klitoris, aplasia uteri, adanya
tumor, ovarium, dan sebagainya.
Dengan anamnesis pemeriksaan umum dan pemeriksaaan ginekologik
banyak kasus amenorea dapat diketahui sebabnya.
Apabila pemeriksaan klinik tidak memberi gambaran yang jelas mengenai
sebab amenorea, maka dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan foto roentgen dari thoraks terhadap tuberkulosis pulmonum,
dan dari sella tursika untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sella
tersebut.
2. Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya ekstrogen yang
dapat dibuktikan berkat pengaruhnya.
3. Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes mellitus.
4. Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan
visus jika ada kemungkinan tumor hipofisis.
5. Kerokan uterus untuk mengetahui keadaan endometrium, dan untuk
mengetahui adanya endometritis tuberkulosa.
6. Pemeriksaan metabolisme basal atau jika ada fasilitasnya, pemeriksaan T3,
dan T4 untuk mengetahui fungsi glandula tiroidea.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang memerlukan fasilitas khusus:
1. Laporoskopi
Dengan laporoskopi dapat diketahui adanya hipoplasia uteri yang berat,
aplasia uteri, disgenesis ovarium, tumor ovarium, ovarium polikistik
(sindrom stein-levethal), dan sebagainya.
2. Pemeriksaan kromatin seks untuk menegetahui apakah penderita secara
genetik seorang wanita. Akan tetapi, kromatin seks positif belum berarti
bahwa penderita yang bersangkutan seorang wanita yang genetik normal
oleh karena kromatin seks positif dijumpai pula pada gambaran kromosom
oleh karena kromatin seks positif dijumpai pula pada gambaran kromosom

15
44 XXY, 44 XXX, atau gambaran mosaik seperti XX/XO, XXXY atau
XXYY.
3. Pemebuat kariorogram dengan pembiakan sel-sel guna mempelajari hal-
ihwal kromosom, anatara lain apabila fenotip tidak sesuai dengan genotip.
4. Pemeriksaan kadar hormon diatas sudah disebut pemeriksaan T3, dan T4
untuk mengetahui fungsi glandula tiroidea. Selain itu pemeriksaan-
pemeriksaan kadar FSH, LH, estrogen, prolaktin, dan 17 ketosteroid
mempunyai arti yang penting. Pada defisiensi fungsi hipofisis
misalnyakadar FSH rendah, sedang pada defisiensi ovarium umumnya
kadar FSH tinggi dan kadar estrogen rendah. Pada hiperfungsi glandula
suprarenalis kadar 17 kelosteroid meningkat.

2.4 Penatalaksanaan Amenorea


Tiap penderita harus diobati sesuia dengan sebabnya amenorea. Dibawah
ini hanya dikemukakan pandangan umum mengenai penanganan amenorea
tanpa sebab yang khas.
Amenorea sendiri tidak selalu memerlukan terapi. Misalnya seorang wanita
berumur lebih dari 40 tahun dengan amnorea tanpa sebab yang
mengkhawatirkan tidak memerlukan pengobatan. Penderita-penderita dalam
kategori ini yang memerlukan terapi ialah: wanita-wanita muda yang mengeluh
tentang infertilitas, atau yang sangat terganggu oleh tidak datangnya haid.
Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan perbaiki keadaan kesehatan,
termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang,
dan sebagainya. Pengurangan berat badan pada wanita dengan obesitas tidak
jarang mempunyai pengaruh baik terhadap amenorea dan oligomenorea.
Pemberian tiroid tidak banyak guananya, kecuali jika ada hipertiroidi.
Demikian pula pemberian kortikosteroid hanya bermanfaat pada amenorea.
Bedasarkan gangguan fungsi glandula suprarenalis (penyakit addison laten).
Pemberian estrogen bersama dengan progesteron dapat menimbulkan
perdarahan secara siklis. Akan tetapi perdarahan ini bersifat

16
withdrawalbledding, dan bukan haid yang didahului oleh ovulasi. Terapi ini
ada maknanya pada hipoplasia uretri, dan kadang-kadang walaupun jarang
dapat menimbulkan mekanisme siklus haid lagi pada gangguan yang ringan.
Terapi yang penting bila pada pemeriksaan ginekologi tidak ada kelainan
yang mencolok yang dapat menyabbakan ovulsi. Dalam hal ini ada 2 cara, yang
satu ialah pemberian hormon gonadotropin yang berasal dari hipofisis, dan
yang lain pemberian klomifen. Pengobatan ini dibahas lebih lengkap dalam bab
infertilisasi.

2.5 Penyakit-Penyakit Yang Dapat Disertai Amenorea


1. Kelainan organik
Pada serebrum berupa radang (ensefalitis, dan lain-lain), tumor-tumor,
trauma, dan sebagainya dapat disertai amenorea, tetapi peranan gejala ini
kecil. Penting untuk diagnosis ialah anamnesis dan gambaran klinik yang
bersangkutan dengan kelainan-kelainan itu.
2. Kelainan kejiwaan
Syok emosional karena trauma atau kejadian yang menyedihkan, dan
penggantian lingkungan dapat menimbulkan amenorea. Biasanya amenorea
ini bersifat sementara dan menghilang jika yang menjadi sebabnya sudah
tidak ada lagi, atau setelah diberi penerangan secukupnya.
3. Psikosis
Psikosis yang paling sering ditemukan bersama amenorea ialah penyakit
yang disertai depresi. Diagnosis dan terapi harus ditangani oleh seorang ahli
psikiatri.
4. Anoreksia nervosa
Merupakan suatu sindrom yang paling dramatis diantara penyakit kejiwaan
yang menyebabkan amenorea. Penyakit ini terutama dijumpai pada wnaita
muda yang menderita gangguan emosional yang cukup berat.

Terdapat amenora yang sudah terjadi sebelum penderita menjadi kurus


betul, tidak ada nafsu makan, ada gangguan gizi yang berat tetapi tanpa latergi,
dan rasa nyeri di epigastrium. Selanjutnya terdapat tingkat metabolisme basal

17
yang rendah, hipoglikemi, suhu lebih rendah dari normal, dan bardikardi.
Penderita tampaknya sangat kurus, ada gejala hirsutisme dengan upertumbuhan
rambut lanugo yang halus, rambut ketiak dan pubis yang normal, dan atrofi
alat-alat genital8.

8
Wiknjosastro,hanifa, ilmu kandungan, Hal:207-211. 2008 : edisi kedua cetakan keenam

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengumpulan data
A. Identitas Pasien
Identitas Klien
Nama : Nn. A
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Aamat : gersik-surabaya
Agama : islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/bangsa : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tanggal masuk RS : 17-10-2018
Tanggal pengkajian : 17-10-2018
No.Medis : 167658
Diagnosa Medis : Amenorea Sekunder

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. B
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Guru
Hub. Dengan klien : Ayah kandung
Alamat : Gresik-surabaya

B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan sudah 3 bulan, 22 hari tidak mengalami menstruasi

19
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan menstruasinya tidak teratur, menstruasi terkahir pasien
pada tanggal 12 juli 2018 dan belum mengalami menstruasi hingga tanggal
17 oktober 2018 (3 bulan 22 hari setelah menstruasi terakhir). Pasien
mengeluh sakit dan pasien mengeluh nyeri kepala, mudah lebam, dan sering
kesemutan
Skala nyeri :3
Skala mudah lebam :4
Sering kesemutan :6
pengukuran skala pada pasien dilakukan dengan skala numeric verbal
(Yudianto dkk, 2015)
3) Riwayat Kesehatan dahulu
Sejak SMP kelas 1, pasien sudah mengalami siklus haid yang sudah tidak
teratur, dan setiap siklus menstruasinya diatas 4 bulan.
4) Riwayat kesehatan Keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, ibu pasien memili
riwayah hipertensi dan diabetes mellitus dan menstruasi yang tidak teratur,
dan kakak pasien meiliki riwayat menstruasi yang tidak teratur.
5) Riwayat menstruasi
- Menarche : 16 Tahun
- Lama menstruasi : 7 Hari
- Jumlah : 1 Pembalut penuh (ganti 4 x/hari)
- Keluhan : Tidak ada keluhan
- Sifat : Berwarna merah segar, bau anyir, dan encer

C. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran: Compos Mentis
Eyes: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
2) Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 100/68 mmHg
Nadi : 100 x/ menit

20
Respirasi : 24 x/ menit
Suhu : 36,5 C
SPO2 : 97%

D. Pemeriksaan fisik Head to Toe


a. Kulit dan Kuku
Kulit : bersih, tidak ada lesi, terdapat lebam pada bagian kaki, turgor kulit
elastis, warna kulit sawo matang.
Kuku : dalam keadaan bersih, kuku tidak panjang, CRT ≤ 2 detik, tidak
ada sianosis
b. Kepala : rambut kasar, berwarna hitam, tidak ada oedema, bentuk kepala
simetris tidak ada kelainan hidrosefalus maupun mikrosepalus.
c. Mata : berbentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva an anemis, sklera
berwarna putih dan tidak ada katarak maupun kelainan mata
lainnya.
d. Hidung : berbentuk simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
folip, dan tidak ada cairan/lendir yang keluar.
e. Telinga : berbentuk simetris, tidak ada oedema di daun telingan, dan tidak
ada cairan/kotoran yang keluar dari telinga.
f. Mulut : bibir tidak kering, tidak ada karies gigi, tidak ada sianosis ataupun
stomatitis, tidak ada pembengkakan.
g. Leher : bentuk leher normal tidak terlalu panjang atau terlalu pendek,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan nadi karotis
teraba.
h. Dada : berbentuk simetris, tidak ada lesi, pernafasan normal
i. Abdomen : berbentuk simetris, tidak ada lesi, terdapat umbilikus,
bising usus teraba 30x permenit, dan terdapat nyeri dikuadran
kanan.
j. Otot : normal tidak ada kelainan atrofi maupun hipertrofi
k. Tulang : normal tidak ada krepitasi
l. Persendian : normal

21
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Proses penyakit Gangguan rasa nyaman b.d


Pasien mengatakan tidak enak rasa nyeri pada tubuh
pada perut dan ada rasa nyeri
pada perutnya serta sering Gangguan fisik
merasa pusing.
DO:
- Pasien tampak meringis Nyeri
sambil memegang perut
yang sakit
- Hasil pengukuran nyeri :
 Skala nyeri : 3
 Skala mudah lebam : 4
 Sering kesemutan : 6

2 DS: Faktor eksternal dan internal Ansietas b.d kurangnya


Pasien menanyakan tentang pengetahuan tentang
penyakitnya kalau belum penyakitnya
mengalami menstruasi selama Terjadi peruban pada psikis
3 bulan 22 hari
DO:
- Klien tanpak pucat Ketidakefektifan koping
- Klien tampak cemas
- Nadi : 100 x/ menit
Perubahan pada fisik

22
3 DS: Stresor Gangguan citra tubuh b.d
- Pasien mengatakan kalau ia keadaan lebam pada
merasa tidak percaya diri, tubuhnya
merasa gemukan, dan selama Ansietas
3 bulan 22 hari belum
menstruasi.
DO: Koping individu tidak efektif
- Pasien terlihat minder
- Pasien terlihat tidak percaya
diri Gangguan konsep diri
- Raut wajah pasien tampak
sedih
- Tubuh pasien tampak lebam Ketidakpuasan terhadap
- Postur tubuh tegak, TB : 160 tubuh sendiri
dan BB : 60 kg

Koping menjadi tidak efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman b.d rasa nyeri pada tubuh
2. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
3. Gangguan citra tubuh b.d keadaan lebam pada tubuhnya

23
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan (Noc) (Nic)
Gangguan rasa NOC : NIC
nyaman Setelah dilakukan Anxiety reduction : 1. Agar pasien merasa
tindakan keperawatan 1. Gunakan tidak terganggu
Devinisi: selama 1x24 jam pendekatan yang dengan tindakan yang
Merasa kurang diharapkan tingkat menenangkan akan kita lakukan
senag, tidak lega kenyamanan pasien 2. Identifikasi tingkat 2. Untuk mengetahui
dalam dimensi fisik, berkurang dari skala 4 kecemasan seberapa berat pasien
psikospiritual, (terganggu) keskala 1 3. Instruksikan pasien mengalami cemas
lingkungan, dan (tidak terganggu) dengan untuk 3. Untuk membantu
sosial. kriteria hasil : menggunakan mengurangi rasa
1. Mampu mengontrol teknik relaksasi cemas
kecemasan 4. Berikan obat untuk 4. Untuk mengurangi
2. Mampu mengontrol mengurangi nyeri nyeri apabila teknik
nyeri relaksasi tidak
berhasil

24
Ansientas NOC NIC :
Setelah dilakukan 1. Gunakan 1. Agar pasien merasa
Deinisi: tindakan keperawatan pendekatan yang tidak terganggu
Perasaan tidak selama 1x24 jam menenangkan dengan tindakan
nyaman atau ke diharapkan tingkat 2. Identifikasi yang akan kita
khawatiran yang kecemasan pasien tingkat lakukan
smar disertai respon berkurang dari skala 4 kecemasan 2. Untuk mengetahui
autonom, perasaan (berat) keskala 1 (tidak 3. Instruksikan seberapa berat
takut yang ada cemas) dengan pasien untuk pasien mengalami
disebabkan oleh kriteria hasil : menggunakan cemas
antisipasi terhadap 1. Mampu mengontrol teknik relaksasi 3. Untuk membantu
bahaya. kecemasan 4. Berikan obat mengurangi rasa
2. Tanda vital dalam untuk cemas
keadaan normal mengurangi 4. Untuk mengurangi
kecemasan kecemasan apabila
teknik relaksasi
tidak berhasil
Gangguan citra NOC NOC
tubuh Setelah dilakukan 1. Kaji secara verbal 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan dan non verbal tingkat kepuasan
Definisi: selama 1x24 jam respon klien pasien terhadap
Konfusi dalam diharapkan tingkat terhadap tubuhnya gambaran tubuhnya
gambaran mental kepuasan pasien 2. Dorong klien saat ini
tentang diri-fisik terhadap bentuk tubuh untuk 2. Untuk membantu
indidu. meningkat dari skala 4 mengungkapkan pasien
(tidak puas) ke skala 1 perasaannya mengeksplorasi apa
(puas) dengan kriteria 3. Monitor frekuensi yang sedang
hasil : mengkritik dirasakannya
1. Gambaran diri dirinya 3. Untuk menghindari
yang positif 4. Kolaborasi persepsi yang salah
2. Mempertahankan dengan tim dokter terkait dirinya.
interaksi sosial dalam

25
memberikan 4. Untuk
terapi pada pasien menghilangkan
lebam pada tubuh
pasien

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Tindakan TTD


Keperawatan perawat
18 Gangguan rasa - Menggunakan pendekatan yang menenangkan
Oktober nyaman b.d rasa - Mengidentifikasi tingkat kecemasan
2018 nyeri pada tubuh - Menginstruksikan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi
- Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
18 Ansietas b.d - Menggunakan pendekatan yang menenangkan
Oktober kurangnya - Mengidentifikasi tingkat kecemasan
2018 pengetahuan tentang - Menginstruksikan pasien untuk menggunakan
penyakitnya teknik relaksasi
- Memberikan obat untuk mengurangi
kecemasan
18 Gangguan citra - Mengkaji secara verbal dan non verbal respon
Oktober tubuh b.d keadaan klien terhadap tubuhnya
2018 lebam pada - Mendorong klien untuk mengungkapkan
tubuhnya perasaannya

26
- Memonitor frekuensi mengkritik dirinya
- Berkolaborasi dengan tim dokter dalam
memberikan terapi pada pasien

EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Evaluasi


keperawatan
1 18 Gangguan rasa S : pasien mengatakan keadaanya sudah lebih membaik
Oktober nyaman b.d O:
2018 berhubungan - Skala nyeri 2
dengan rasa nyeri - Skala mudah lebam 3
pada tubuh A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dengan terus memantau rasa nyeri
dan skala nyeri pada pasien
2 18 Ansietas b.d S : Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya
Oktober kurangnya O:
2018 pengetahuan - Cemas (-)
tentang - Pasien tampak lebih rileks
penyakitnya - Nadi : 90 x/ menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

27
3 18 Gangguan citra S : pasien mengatakan sudah lebih percaya diri
Oktober tubuh b.d keadaan O:
2018 lebam pada - Raut wajah pasien membaik
tubuhnya - Lebam pada tubuh pasien mulai membaik
- TB : 160 dan BB : 60 kg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan memantau keadaan lebam
pada tubuh psien

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Amenorea adalah kondisi dimana seseorang wanita tidak mengalami
menstruasi, meskipun berdasarkan periode menstruasi seharusnya wanita
tersebut mengalami menstruasi. Amenorea dapat diklasifikasikan menjadi
2 yaitu: amenorea primer ketika wanita 16 tahundengan pertumbuhan
seksual sekunder normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual
sekunder, tidak mendapatkan menstruasi. Amenorea sekunder yaitu ketika
wanita yang pernah mendapatkan menstruasi, tidak lagi mendapatkan
menstruasi.
2. Melakukan anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama
harus diketahui apakah amenorea itu primer atau sekunder serta
melakukan pemeriksaan umum secara seksama, dilihat pada keadaan
tubuh penderita.

28
4.2 Saran
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, diharapkan pembaca dapat
memahami benar apa itu amenorea, mengenali klasifikasi amenorea,
mengetahui pemeriksaan diagnostik yang harus dilakukan, serta
penatalaksanaan yang tepat supaya angka kejadian yang disebabkan karena
amenorea dapat ditekan atau dicegah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Linda j. Dan danny j, at a glance sistem reproduksi, Hal:68-71, 2005, edisi


kedua
2. Nindy Rahmi Izzaty, Secondary Amenorrhea Therapy With Accupuncture And
Turmeric - Fenugreek Herbal. Journal of Vocational Health Studies 01 (2017):
27–3.
Diunduh dari www.e-journal.unair.ac.id/index.php/JVHS.
Diambil tanggal: 17 oktober 2018
3. Oliver C Ezechi, Amenorrhoea: Introduction, Definitions And Classification.
Diunduh dari https://www.researchgate.net/publication/317759851.
Diambil tanggal: 17 oktober 2018
4. Wiknjosastro,hanifa, ilmu kandungan, Hal. 209-211. 2008 : edisi kedua
cetakan keenam
5. Afianti yati, Pratiwi Anggi, Seksualitas dan Kesehatan Repoduksi Perempuan,
Hal. 8-9: edisi satu, cetakan satu. Jakarta: 2016

29

Anda mungkin juga menyukai