PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Amenore adalah kondisi dimana seorang wanita tidak mengalami menstruasi,
meskipun berdasarkan periode menstruasi seharusnya wanita tersebut mengalami
menstruasi. Amenore dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Amenore primer : ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual sekunder
normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuha seksual sekunder , tidak
mendapatkan menstruasi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab sebab
yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan
kongenital dan kelainan-kelainan genetik.
2. Amenore sekunder : ketika wanita yang pernah mendapatkan menstruasi, tetapi
kemudian berhenti setelah periode. Diagnosa yang terjadi pada amenore primer
termasuk diantaranya vagina agenesis, sindroma insensitifitas androgen, sinroma
turner. Diagnosa yang lain tergantung pada pemeriksaan yang lain.
2.2 Etiologi
1. Amenorea primer :
a. Kelainan kromosom
b. Masalah hipotalamus
c. Hipofisis
d. Kurangnya organ reproduksi
e. Struktural abnomal pada vagina
2. Amenorea sekunder
a. Kehamilan
b. Kontrasepsi
c. Menyusui
d. Stres
e. Obat-obatan
f. Ketidakseimbangan hormone
g. Berat badan rendah
h. Olahraga berlebihan
i. Kerusakan tiroid
j. Masalah dijaringan rahim
k. Ketidak cukupan ovarium primer
7
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenorea :
a. Sakit kepala
b. Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui)
c. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
e. Vagina yang kering
f. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola
pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
2.4 Patofisiologis
Tidak ada uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom
hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenorea
primer. Testicular feminization disebabkan oleh testicular feminization menganggap
dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin.
Vagina kadang-kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat
vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus.
Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada dikanal inguinalis. keadaan seperti
ini menyebabkan klien mengalami amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus
hipofisis ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serem. Akibatnya, ketidakadekuatan
hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan
estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang.
Terjadinya amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi
hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore
primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimana terdapat kadar FSH
dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita
8
tidak pernah mengalami menstruasi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini
dikarenakan gonad (oavarium) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan
jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-
ovarium. Hal ini berarti nahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja
secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja sisebabkan oleh adanya
obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karen adanya
abnormalitas regulasi ovarium seperti kelebihan androgen yang menyebabkan
polycystic ovary syndrome.
2.6 Penatalaksanaan
Pengelolaan pada klien ini tergantung dari penyabab. Bila penyebab adalah
kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk.menurut beberpa penelitian dapat
dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang
dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah
terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktifitas fisik yang berlebih
9
juga dapat membantu. Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang
mengalami amenorrhea primer.
Sedangkan pada amenore tiroid atau disebabkan oleh gangguan hipofisis dapat
diobati dengan obat-obatan.
10
BAB III
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
secara teori pengkajian dimulai dengan pengelompokan, atau analisa data, dan
perumusan diagnosa, pengkajian juga merupakan tahap pertama dari proses
keperawatan.
Data yang dikumpulkan berupa : data dasar yaitu semua informasi tentang
klien mencakup : riwayat kesehatan, riwayat keluhan utama, riwayat kesehatan masa
lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial dan riwayat spiritual.
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada kasus Ny.M didapatkan data bahwa.
Tidak ada kesengajaan yang didapatkan oleh peneliti antara data yang
didapatkan oleh peneliti melalui hasil pengkajian dengan teori tentang gejala dan
tanda pada klien dengan amenore, hanya saja format pengkajian yang peneliti
gunakan tidak mencakup seluruh aspek yang akan dinilai. Misalnya saja untuk
mengkaji integritas ego, neurosensori, dan nyeri/kenyamanan.
Sebab dari data hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data-data yang
termasuk dalam lingkup aspek integritas ego, neurosensori dan yang menunjang
terhadap masalah keperawatan yaitu kecemasan, kurang pengetahuan dan
gangguan body image.
3.3 Intervensi
12
Dalam intervensi tidak didapatkan adanya kesenjangan antara intervensi
yang ada dalam teori dan intervensi yang penulis terapkan dalam praktek.
Alasannya karena semua intervensi yang ada dalam teori telah diterapkan
dalam praktek klinik dilapangan.
3.4 Implementasi
Pelaksanaaan rencana keperawatan mengacu pada rencana yang telah
ditetapkan dalam teori. Namun penulis tidak dapat melaksanakan semua
rencana yang ada dalam teori tapi dapat melaksanakan semua rencana sesuai
dengan diagnosa keperawatan pada Ny.M dengan kasus amenore diruang
teratai interna RSU Mokopido Tolitoli.
Pada tahap pelaksanaan ini dalam memberikan asuhan keperawatan penulis
tidak sepenuhnya berada diruangan selama 24 jam . maka selama penulis tidak
berada diruangan perawatan dilanjutkan oleh perawat yang ada diruangan.
Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Ny.M dengan kasus amenore diruang teratai interna RSU
Mokopido Tolitoli adalah tidak terpantaunya perawatan secara kontinue yang
penulis rawat, karena tidak sebandingnya jumlah perawat diruangan dengan
klien yang dirawat.
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dalam melaksanakan
evaluasi, penulis menggunakan evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan.
Sedangkan evaluasi hasil dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi yang penulis lakukan pada asuhan keperawatan Ny.M dengan kasus
amenore dilakukan dengan pendekatan SOAP dan didokumentasikan pada
catatan perkembangan.
Dari hasil pelaksanaan tindakan keperawatan yang diamati melalui catatan
perkembangan selama tiga hari, maka hasil yang diperoleh adalah pada
13
tanggal 24 maret 2015 untuk diagnosa pertama, kedua dan ketiga masalah
teratasi semua.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Amenore adalah kondisi dimana seseorang wanita tidak
mengalami menstruasi, meskipun berdasarkan periode menstruasi seharusnya
wanita tersebut mengalami mestruasi. Amenore dapat diklasifikasika menjadi
2 yaitu : amenore primer : ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual
sekunder normal atau 14 tahun tanpa adamya pertumbuhan seksual sekunder,
tidak mendapatkan menstruasi. Dan amenore sekunder : ketika wanita yang
pernah mendapatkan menstruasi, tidak mendapatkan mestruasi.
4.2 Saran
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas diharapkan
pembaca dapat memahami benar apa itu amenore, mengenali tanda dan gejala
, penatalaksanaan medis supaya angka kejadian yang disebabkan karena
amenore dapat ditekan/dicegah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hamilto persis mary, dasar dasar keperawatan maternitas, edisi - , penerbit buku kedokteran
EGC, jakarta 1995.
Ida bagus Gde manuaba, ilmu kebidanan kandungan dan keluarga berencana, penerbit buku
kedokteran EGC, jakarta, 1998
16