Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI REMAJA

“Persiapan Fisik, Gizi, Psikologi dan Menghadapi Kehamilan


Pada Masa Remaja dan Pranikah”
07 Oktober 2020

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Praktek Kebidanan Stase I
Asuhan Kebidanan Holistik Remaja

Oleh :

1. Intan Nurul Ilma (P17312205030)


2. Anggun Puji Lestari (P17312205031)
3. Audrey Andini Ruswandi (P17312205032)
4. Sri Hani Purwati (P17312205033)
5. Nadya Olivia Prameswari (P17312205034)
6. Nur Rohmatul Aini (P17312205035)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI REMAJA


“Persiapan Fisik, Gizi, Psikologi dan Menghadapi Kehamilan
Pada Masa Remaja dan Pranikah”
07 Oktober 2020

Ini telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Heny Astutik, S.Kep, Ns,. M.Kes Ita Yuliani, SST., M.Keb


NIP. 196906211992032003 NIK. 82.07.2.102

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ika Yudianti, SST., M.Keb


NIP. 198007272003122002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahn rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengembangan Media
Edukasi Remaja tentang “Persiapan Fisik, Gizi, Psikologi dan Menghadapi
Kehamilan Pada Masa Remaja dan Pranikah”
Dalam kesempata ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ika Ika Yudianti, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
2. Heny Astutik, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku pembimbing I yang banyak membantu
dan memberikan masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Ita Yuliani, SST.,M.Keb selaku pembimbing II yang banyak memberikan
petunjuk, koreksi serta saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusuna makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisanya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Malang, 06 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan........................................................................................ i
Kata pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
Daftar Tabel...................................................................................................... iv
Daftar Lampiran................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan..............................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum......................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus........................................................................ 2
BAB II MEDIA EDUKASI REMAJA
2.1 Pengertian Kesiapan Menikah........................................................ 3
2.2 Persiapan Fisik Pranikah................................................................. 5
2.3 Persiapan Gizi Pranikah.................................................................. 18
2.4 Psikologi Pranikah.......................................................................... 24
BAB III PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI
3.1 Analisis Media................................................................................... 34
3.1.1 Kelebihan Dari Media Lembar Balik Dice Pouch................... 34
3.1.2 Kekurangan Dari Media Lembar Balik Dice Pouch................ 35
3.2 Rencana Pengembangan Media........................................................ 35
3.2.1 Tampilan media........................................................................ 35
3.2.2 Isi media.................................................................................. 36
3.2.3 Game dalam media................................................................... 36
Daftar Pustaka................................................................................................... 37
Lampiran .......................................................................................................... 39

iii
DAFTAR TABEL

Halaman :
Tabel 2.1 Tentang Klasifikasi Nilai IMT………………………………………… 11
Tabel 2.2 Tentang Klasifikasi Imunisasi TT…………………………………….. 17
Tabel 2.3 Parameter Kadar Hemoglobin Normal………………………………... 20

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman :

Lampiran 1 Media lembar balik…………………………………………………… 39


Lampiran 2 Pedoman lembar balik………………………………………………… 39

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kasus perceraian sudah menjadi fenomena yang banyak terjadi pada saat
sekarang ini, Berdasarkan data Demografi Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial
Persatuan Bangsa Bangsa, kasus perceraian di dunia tahun 2012 mencapai 5.685.602
kasus. Sementara itu di tahun 2011 Cina merupakan angka perceraian tertinggi di
dunia yaitu sebanyak 2.111.000 kasus, diikuti oleh Amerika Serikat dengan 877.000
kasus, kemudian Rusia dengan 669.376 kasus, selanjutnya Jepang dengan 235.719
kasus. Indonesia menempati urutan kelima dengan 276.791 kasus perceraian.Angka
perceraian di Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan angka yang cukup
siknifikan. Berdasarkan data tahun 2010 - 2014 , dari sekitar dua juta pasangan
menikah maka pasangan yang melakukan perceraian di pengadilan agama jumlahnya
mencapai sekitar tiga ratus ribu lebih atau 15% atau lebih. Perceraian tersebut
dilakukan oleh suami maupun istri dengan berbagai alasan.
Menikah merupakan hubungan yang bersifat suci atau sakral antara pasangan dari
seorang pria dan seorang wanita yang telah menginjak atau dianggap telah memiliki
umur cukup dewasa dan hubungan tersebut telah diakui secara sah dalam hukum dan
secara agama. Kesiapan mental untuk menikah mengandung pengertian kondisi
psikologis emosional untuk siap menanggung berbagai risiko yang timbul selama
hidup dalam pernikahan, misalnya pembiayaan ekonomi keluarga, memelihara dan
mendidik anak-anak dan membiayai kesehatan keluarga (Jannah, 2012).
Pernikahan merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia dimana pernikahan
bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia. Namun membentuk keluarga
yang bahagia dan harmonis bukanlah perkara mudah, karena banyak hal yang harus
disiapkan sebelum memasuki jenjang pernikahan. Oleh karena itu diperlukan sebuah
persiapan dan perencanaan. Salah satu yang harus dipersiapkan untuk menikah selain
dari materi adalah fisik, gizi dan mental (Yunita dkk, 2018).

1
Pendidikan pra nikah merupakan sebuah proses atau upaya untuk memberikan
perubahan atau transformasi pengetahuan, nilai-nilai serta keterampilan yang lebih
baik mengenai pernikahan, sebelum pernikahan itu sendiri dilakukan. Pendidikan pra
nikah ini penting untuk dipelajari bagi setiap orang guna membekali diri agar mampu
menjalani kehidupan pernikahan dengan langgeng.
Oleh karena itu sangat penting bagi perempuan untuk mengetahui apa saja yang
perlu dipersiapkan untuk kehamilan. Pendidikan ini dapat diberikan sedini mungkin
yaitu pada masa remaja. Tidak hanya pendidikan tentang kehamilan, namun
pendidikan sebelum menghadapi kehamilan juga penting yaitu pendidikan pra nikah.
Pendidikan pra nikah diberikan kepada remaja karena masa remaja merupakan masa
peralihan atau transisi dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Jahja, 2011).
Pada masa ini penting bagi remaja untuk mengetahui persiapan apa saja yang harus
disiapkan untuk pernikahan terutama persiapan fisik, gizi, mental atau psikologi serta
persiapan kehamilan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pengembangan media edukasi remaja tentang persiapan
fisik, gizi, psikologi dan menghadapi kehamilan pada masa remaja dan pranikah
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Membuat media edukasi remaja tentang persiapan fisik, gizi, psikologi dan
menghadapi kehamilan pada masa remaja dan pranikah dengan bentuk
pengembangan pada lembar balik dice pouch
2. Mengimplementasikan media edukasi remaja dengan bentuk
pengembangan pada lembar balik dice pouch

2
BAB 2
MEDIA EDUKASI REMAJA

2.1 Pengertian Kesiapan Menikah


Pernikahan atau perkawinan adalah lambang disepakatinya suatu perjanjian
(akad) antara seorang laki-laki dan perempuan, atas dasar hak dan kewajiban yang
setara dengan kedua pihak. Dalam UU pernikahan No.1 Tahun 1974 pernikahan
adalah ikatan batin antara pria dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan
YME (Kumalasari & Andhyantoro, 2013).
Perkawinan adalah suatu hubungan antara seorang lakilaki dan perempuan yang
diakui secara social, menyediakan hubungan seks dan pengasuh anak yang sah dan di
dalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi masing-masing pihak
baik suami maupun istri (Duvall dan Miller dalam Bethsaida & Herri, 2013).
Adapun ahli yang mengawali penelitian tentang persiapan pernikahan adalah
Larson (1988) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah evaluasi subjektif
terhadap kesiapan seseorang untuk menerima tanggung jawab dan tantangan dalam
pernikahan. Ia juga menemukan bahwa usia dan status pernikahan orang tua seperti
keluarga yang bahagia ataupun keluarga bercerai tidak berhubungan dengan persepsi
terhadap pernikahan.
Peneliti lain, Sarah B. (2005) menemukan bahwa individu dewasa muda
(emerging adult) mempersepsikan bahwa kesiapan menikah berperan penting dalam
masa transisi mereka menuju usia dewasa. Sarah B. (2005) juga menemukan bahwa
individu dewasa muda memiliki budaya yang unik dalam mempersiapkan pernikahan
mereka yang tentunya berbeda dibandingkan pada masa orang tua atau kakek nenek
mereka.
Stinnet (dalam Badger,2005) mengatakan bahwa kesiapan menempuh pernikahan
berkaitan erat dengan kompetensi menjalani kehidupan pernikahan, yaitu kemampuan

3
dalam melaksanakan perannya untuk memenuhi kebutuhan pasangan sehingga
meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangannya dalam pernikahan.
Holman dan Li (dalam Badger, 2005) juga mengatakan bahwa kesiapan individu
dalam menempuh pernikahan sangat ditentukan oleh factor-faktor pranikah, yaitu 1.
Proses interaksi pasangan 2. Latar belakang individu 3. Sifat dan sikap individu 4.
Persetujuan atau dukungan dari orang-orang yang dekat. Selain itu, penelitian di Iran
mengenai kesiapan menikah di teliti oleh Ghalili, Etemadi, Ahmadi, Fatehizadeh dan
Abedi (2012) yang menemukan bahwa usia dewasa muda yang masih lajang memiliki
budaya yang unik mengenai kriteria kesiapan menikah dibandingkan dengan dewasa
muda lajang yang tinggal di Bagian Barat daerah Industri. Partisipan menunjukkan
bahwa terdapat 9 kategori utama yang penting bagi mereka untuk kesiapan menikah:
kesiapan umur, kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan keuangan, kesiapan moral,
kesiapan emosional, kesiapan kontekstual-sosial, kesiapan interpersonal dan
keterampilan dalam kehidupan pernikahan.
Kesiapan menikah pada dasarnya penting untuk dipelajari dikarenakan kesiapan
menikah merupakan dasar dari pengambilan keputusan dengan siapa individu
menikah, kapan pernikahan tersebut dilangsungkan dan apa alasan mereka menikah
serta bagaimana perilaku mereka kemudian dalam relasi pernikahan. (Larson &
Lamont, 2005). Masalah kesiapan menikah ini menjadi hal yang akan sangat
menentukan dan menjadi pondasi awal bagaimana kelak calon pasangan suami isteri
ini akan menjalani kehidupan pernikahannya. Namun sampai saat ini, studi mengenai
kesiapan menikah ini belum sepenuhnya menjadi sasaran bagi BKKBN maupun
Kantor Urusan Agama sebagai salah satu upaya terwujudnya rumah tangga yang
harmonis dan sebagai prevensi jangka panjang terhadap tingginya angka perceraian.
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan
menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul,
2013). Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap
pasangan suami istri (Kurniasih, 2010). Kehamilan yang sehat membutuhkan

4
persiapan fisik dan mental dari setiap ibu. Perencanaan kehamilan yang sehat harus
dilakukan sebelum masa kehamilan sehingga membutuhkan persiapan-persiapan yang
dilakukan sebelum menikah.
Menurut kemenkes (2015) dan PMK No.97 tahun 2014. Kegiatan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud
meliputi persiapan fisik, persiapan gizi, persiapan psikologi.

2.2 Persiapan Fisik Pranikah


Persiapan fisik dalam menghadapi pranikah menjadi hal yang menentukan dan
menjadi pondasi awal bagaimana calon pasangan suami istri menjalani kehidupan
pernikahannya, menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga (BKKBN), pernikahan perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik.
Masalah kesiapan ini pun diperkuat hasil penelitian Septiawan (2016)
Dalam permenkes RI Nomor 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual, pasal 1
ayat 1 menyebutkan bahwa “pelayanan kesehtan masa sebelum hamil adalah setiap
kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang ditunjukan pada perempuan sejak saat
remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi
hamil sehat.
1. Persiapan Organ Reproduksi Perempuan
Perempuan pranikah yang ingin merencanakan kehamilan harus menjaga
kesehatan reproduksi, yaitu dengan mengganti pakaian dalam 2x sehari, berbahan
yang mudah menyerap keringat dan tidak terlalu ketat. Membersihkan organ
reproduksi luar dari depan ke belakang dengan menggunakan air bersih dan
mengeringkan kan pakai handuk. Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan
pembilas vagina. Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu yang lama, mengganti
pembalut setiap 4 jam sekali atau setiap buang air. Jika mengalami keputihan berbau
dan berwarna segera bertanya atau periksa ke petugas kesehatan.

5
a. Organ Reproduksi Perempuan

1) Ovarium (Indung Telur).


Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur
(fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur
berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan
kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang
dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma sehingga terjadi
konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan ikut keluar bersama
darah saat menstruasi.
2) Tuba Fallopii (saluran telur).
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum dari
indung telur menuju rahim.
3) Fimbrae (umbai-umbai).
Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi
untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
4) Uterus (rahim).
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan berat
normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang
lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:

6
5) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan
dengan rongga perut.
- Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi
keluar pada proses persalinan (kontraksi)
- Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya
sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang
berisi pembuluh darah.
6) Serviks (leher rahim).
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan tiba,
leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
7) Vagina (liang senggama).
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ± 6,5
cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat lipat.
Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersanggama, tempat keluarnya
menstruasi dan bayi.
8) Klitoris (kelentit).
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding dengan
bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf.
9) Labia (bibir kemaluan).
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil (labia
minor).

7
b. Organ Reproduksi Laki-laki

1) Testis (buah zakar).


Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan
testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga panggul karena
pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu
badan (36,7◦C). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti berudu
(kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan saat ejakulasi bersama
cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi
pembuahan.
2) Skrotum (kantung buah zakar).
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat lipat.
Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot polos
yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu
testis agar relatif tetap.
3) Vas deferens (saluran sperma).
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke uretra/
saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan
diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu saluran- saluran
yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk

8
bangunan seperti topi. Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar
lainnya.
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen) yang berguna
untuk memberikan makanan pada sperma.
4) Penis.
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk pengeluaran
sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis kecil. Ketika
terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke penis sehingga berubah
menjadi tegang dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans merupakan
bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah
dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium). Pada laki-
laki sunat dilakukan dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis
sunat dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker.
2. Persiapan Usia
Menurut WHO (World Health Organization) tentang persiapan perkawinan
yang ditulis oleh Hawari di dalam bukunya usia yang Ideal menurut kesehatan
dan juga program KB, maka usia antara 20-25 tahun bagi wanita dan usia
antara 25- 30 tahun bagi pria adalah masa yang paling baik untuk berumah
tangga. Lazimnya usia pria lebih daripada usia wanita, perbedaan usia tersebut
relatif sifatnya. Pada usia menikah dibawah 20 tahun merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah
20 tahun apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan
darah tinggi, kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau
bayinya, dan beresiko terkena kanker serviks.
3. Persiapan kesehatan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik
yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau
kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan

9
memengaruhi janin. Kondisi fisik bagi mereka yang hendak berkeluarga amat
dianjurkan untuk menjaga kesehatan, sehat jasmani dan sehat rohani.
Kesehatan fisik meliputi kesehatan dalam arti orang itu tidak menghidap
penyakit (apalagi penyakit menular) dan bebas dari penyakit keturunan. Oleh
karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Pemeriksaan Fisik
Menurut Surussin dan Moh. Muhsin (2014) pertumbuhan jasmani dalam
fase kehidupan manusia akan mengalami perkembangan yang sangat
signifikan ketika memasuki usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai
tumbuh dan berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin
kuat saat mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi organ
reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir usia remaja dan semakin
matang ketika memasuki fase dewasa. Menurut ilmu kesehatan, fase terbaik
untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun. Pemeriksaan fisik termasuk status
gizi yang diperlukan oleh catin antara lain adalah :
- Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
status kesehatan melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi,
frekuensi nafas, suhu tubuh dan seluruh tubuh).
- Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia, melalui
pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan, LILA dan
tanda-tanda anemia)(BKKBN, 2006).
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indek Massa Tubuh
(IMT). Untuk catin perempuan ditambahdengan pengukuran lingkar lengan
atas (LiLA). IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). Jika seseorang termasuk kategori :
- IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut sangat kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau KEK tingkat berat.

10
- IMT 17,0-18,5 : keadaan orang tersebut disebutkurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK tingkat ringan.
Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko kurang
energi kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS dengan KEK di
indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LiLA kurang dari 23,5 cm (bagian merah
pita LiLA), artinya catin perempuan mengalami KEK.
1. Cara menghitung IMT :

2. Tabel Klasifikasi Nilai IMT


Tabel 2.1 Tentang Klasifikasi Nilai IMT

b. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)


Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan penunjang
(laboratorium) yang diperlukan oleh catin terdiri dari :
- Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan darah).
- Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah, HIV, IMS (Sifilis),

11
Hepatitis, TORCH, Malaria (daerah endemis), Talasemia dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi).
- Penyakit genetik, misalnya : Talasemia, buta warna, Hemofilia dan lain-
lain.
- Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan Diabetes
Mellitus (kencing manis), Hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan
jantung, dan sebagainya.
- Penyakit infeksi misalnya, Penyakit Menular Seksual (PMS), Hepatitis
B dan HIV/AIDS.
- Vaksinasi, Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap virus Rubella.
Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada janin
seperti kepala kecil, tuli, kelainan jantung dan bahkan kematian. Perlu
pula pemeriksaan virus Herpes karena dapat menyebabkan cacat janin
dan kelahiran prematur (Kemenkes RI, 2013).
Pemeriksaan kesehatan pranikah disesuaikan dengan gejala tertentu yang
dialami calon pasangan secara jujur, berani dan objektif (Hamdani, 2012).
Adapun pemeriksaan tersebut sebagai berikut :
- Pemeriksaan Hemoglobin
Menurut Kemenkes RI (2013) anemia adalah kondisi kekurangan
sel darah merah atau hemoglobin antara Kadar HB <1d/gl atau <10,5
g/dl. Pemeriksaan hemoglobin yaitu pemeriksaan molekul protein pada
sel darah yang berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru-paru. Calon pengantin biasanya juga diminta
untuk melakukan pemeriksaan darah Anti Cardiolipin Antibody (ACA).
Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa mengakibatkan aliran darah
mengental sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada
janin yang berada di dalam rahimnya. Selain itu jika salah satu calon

12
pengantin memiliki catatan Down Syndrome karena kromosom dalam
keluarganya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih intensif lagi.
Sebab riwayat itu bisa mengakibatkan bayi lahir idiot (Hamdani, 2012).
Menurut Suharjo (2008) dalam menentukan normal atau
tidaknya kadar hemoglobin seseorang, harus memperhatikan faktor
umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu:
1) Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
2) Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
3) Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
4) Anak anak : 11-13 gram/dl
5) Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
6) Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
7) Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
8) Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah menyebabkan
Anemia. Ada banyak penyebab Anemia diantaranya adalah perdarahan,
kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan
penyakit sistemik (kanker, lupus, dan lain-lain). Sedangkan kadar
Hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di
daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang
paru-paru, tumor, Preeklampsi, Hemokonsentrasi dan lain-lain
(Hariyanto, 2010).
- Pemeriksaan Gula Darah
Menurut Mia Fatmawati (2016), Pemeriksaan ini bermanfaat
untuk mengatahui adanya penyakit kencing manis (Diabetes Melitus)
dan juga penyakit penyakit metabolik tertentu. Ibu hamil yang
menderita Diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah
seperti : janin yang tidak sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions

13
(meningkatnya cairan ketuban), meningkatkan resiko kelahiran
prematur, serta Macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang tinggi
dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar).
Pemantauan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
glukosa darah kapiler dengan glukometer.
1) Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
2) Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah es toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram.
3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik atau pemeriksaan HbA1c >6,5% dengan menggunakan metode
HighPerformance Liquid Chromatograhy (HPLC) yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP) (Perkeni, 2015).
- Pemeriksaan HbsAG (Hepatitis B Surface Antigen)
Hepatitis B merupakan infeksi menular serius yang terjadi pada
hati disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B bisa menjadi kronis
setelah beberapa bulan seja terinfeksi pertama kali (Kemenkes RI,
2013). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan
memantau Clearence Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat
jika ditemukan salah satu pasangan menderita Hepatitis B maka dapat
diambil langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2014).
HBsAg (Hepatitis B surface antigen) merupakan suatu protein
antigen dimana antigen tersebut dapat menjadi indikator awal dari
hepatitis B akut dan sering kali (digunakan untuk) mengidentifikasi
orang-orang yang terinfeksi sebelum gejala-gejala muncul. HBsAg

14
dapat dideteksi pada cairan tubuh yang terinfeksi dan menghilang dari
darah selama masa pemulihan. Pada beberapa orang (khususnya mereka
yang terinfeksi adalah anak-anak atau mereka yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita AIDS), infeksi
kronis dengan VHB dapat terjadi dan HBsAg tetap positif (Sri W. dkk,
2008).
- Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan
untuk mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit
Herpes, Klamidia, Gonorea, Hepatitis dan Sifilis pada calon pasangan,
sehingga bisa dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika
dinyatakan terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga
berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa
mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupun janinnya (Mia Fatmawati,
2016). Untuk menegaskan diagnosa perlu dilakukan tes yang bersifat
lebih spesifik yaitu dengan tes TPHA (Treponema Pallidum Haem
Glutination) (Wagiyo, 2016).
1) Prinsip Pemeriksaan Antigen VDRL (reagin, kardiolipin, lesitin) +
antibodi yang diduga mengandung T. Pallidum membentuk
flokulasi.
2) Metode Pemeriksaan VDRL (Venereal Disease Research
Laboratory) dilakukan dengan metode flokulasi. Komponen Reagen
Komponen reagen yang digunakan dalam pemeriksaan VDRL
terdiri dari :
 Antigen VDRL, Kardiolipin 0,9%, kolesterol dan lesitin murni
secukupnya (0,21%).
 Kontrol positif/+.
 Kontrol negatif/-

15
3) Interpretasi Hasil Interpretasi hasil metode flokulasi diamati
langsung pada mikroskop. Interpretasi hasil pada VDRL (Venereal
Disease Research Laboratory) ada 2 macam :
 Interpretasi kualitatif, dilaporkan dengan menyebutkan non-
reaktif reaktif 1, reaktif 2, reaktif 3 atau reaktif 4.
 Interpretasi kuantitatif, derajatnya disesuaikan pada pengenceran
tertinggi yang masih menunjukkan adanya flokulan (Wagiyo,
2016).
- Pemeriksaan TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Keempat penyakit tersebut
merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu hamil terhadap janin yang
dikandungnya. Jika seorang ibu hamil menularkan infeksi tersebut ke
janinnya, maka hal fatal bahkan risiko cacat lahir bisa terjadi pada
kesehatan janin (Emma Kasyi, 2018). Pada umumnya, pemeriksaan
TORCH tidak selalu harus dilakukan oleh para ibu hamil. Pemeriksaan
ini hanya penting dilakukan terhadap beberapa perempuan dengan
kriteria berikut:
1) Perempuan yang suka mengkonsumsi sayuran tanpa dimasak terlebih
dahulu (lalapan atau salad).
2) Perempuan yang memelihara kucing atau anjing tanpa menjaga
kebersihan peliharaannya.
3) Perempuan yang suka makan daging tanpa dimasak matang (sushi)
(Wagiyo, 2016).
c. Status Imunisasi TT
Imunisasi tetanus berfungsi untuk mencegah dan melindungi dari
penyakit Tetanus baik bagi diri sendiri maupn bayi yang akan dilahirkan
kelak. Oleh karena itu skrining imunisasi status TT sangat penting. Perempuan

16
pranikah perlu mendapatkan imunisasi tetanus, pencegahan perlindungan diri
yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis
imunisasi tetanus untuk mencapai kekebalan penuh. Imunisasi yang diberikan
merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri. Pemberian imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi
melalui skrining terlebih dahulu. Pemberian imunisasi tidak perlu diberikan,
apabila status imunisasi T5 (Kemenkes, 2018).
Imunisasi td untuk wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil dan
catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap
penyakit Tetanus dan Difteri. Catin perempuan perlu mendapat imunisasi
Tetanus agar memiliki kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan
bayi akan terlindungi dari penyakit Tetanus. Setiap WUS (15-49 tahun)
diharapkan sudah mendapat 5 kali imunisasi Tetanus lengkap (T5). Pemberian
imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai T5,
yang harus dibuktikan dengan catatan yang tercantum antara lain pada kartu
imunisasi, buku kesehatan ibu dan anak, buku rapor kesehatanku, kohort
dan/atau rekam medis catin yang bersangkutan.
Tabel 2.2 Tentang Klasifikasi Imunisasi TT
Status TT Interval (selang waktu) minimal Lama
perlindungan
TT I 0 Tahun
TT II 4 minggu setelah TT I 3 Tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 Tahun
TT IV 1 tahun TT III 10 Tahun
TT V 1 tahun TT IV 25 ahun

d. Menjaga kebersihan organ reproduksi :

17
 Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
 Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
 Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
 Khusus untuk perempuan:
- Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
- Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
- Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4
jam sekali atau setelah buang air.
- Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
 Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.

2.3 Persiapan Gizi pranikah


Persiapan Gizi Pra Nikah Pengertian Persiapan Gizi Pra Nikah Gizi pranikah
merupakan suatu cara untuk memperhatikan status gizi Wanita Usia Subur (WUS)
demi tercapainya keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas pada saat
menikah, karena tidak lepas dari tujuan wanita menikah adalah untuk memperoleh
keturunan. Oleh karena itu baik Wanita Usia Subur (WUS) maupun pria perlu
memperhatikan status gizinya masingmasing sebelum memasuki jenjang perkawinan
(Kemenkes RI. 2018).
Asupan Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS) dalam Masa Pranikah Menurut
(Kemenkes RI. 2018) untuk bisa memenuhi standar asupan gizi sebelum memasuki
jenjang pernikahan, WUS perlu melakukan memperhatikan asupan gizi antara lain:

a. Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

18
b. Setiap WUS dianjurkan mengonsumsi asupan gizi dalam penanggulangan KEK
(Kurang Energi Kronik) dan anemia.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi atau
keadaan patologis akibat kekurangan secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi
(Supariasa, 2013). Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala
yang dapat dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu Lingkar Lengan Atas
(LILA) kurang dari 23,5 cm (Supariasa, 2013). Kekurangan Energi Kronik (KEK)
pada saat kehamilan dapat berakibat terjadinya anemia pada ibu.
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih
rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.
Hemoglobin merupakan zat warna di dalam darah yang berfungsi mengangkut
oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Anemia terjadi karena rendahnya asupan
zat besi dan zat gizi lainya. Zat gizi lain yang menyebabkan anemia adalah
kekurangan vitamin A, vitamin C, asam folat, dan vitamin B12. Adapun faktor-faktor
yang mendorong terjadinya anemia gizi pada usia remaja adalah menstruasi yang
berlebihan dan jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk dari zat besi,
vitamin B12, vitamin B6, vitamin C, serta tembaga.
Kadar hemoglobin merupakan parameter yang paling mudah digunakan dalam
menentukan status anemia pada skala luas. Parameter batasan kadar hemoglobin
normal menurut WHO (1968) dalam Andriani dan Wirjatmadi (2012) adalah sebagai
berikut :

Tabel 2.3 Parameter Kadar Hemoglobin Normal

19
Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan - 6 tahun 11
6 tahun – 14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11

c. Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh WUS perlu
mengonsumsi lima kelompok pasangan yang beraneka ragam setiap hari atau
setiap kali makan kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk
pauk, sayuran, buah-buahan, dan minuman.
CDC mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan pekayanan
kesehatan prakonsepsi, yaitu:
a. Kunjungan ketempat pelayanan secara teratur
b. Pemberian edukasi terkait kesehatan prakonsepsi, dan kehamilan seperti
skrining berat badan, vaksinasi, status zat besi dan asam folat, pengkajian
konsumsi alcohol dan riwayat penyakit
c. Pemberian konseling terhadap modifikasi kebiasaan individu
The reference daily intake menyarankan untuk asupan harian untuk perempuan
prakonsepsi adalah konsumsi zat gizi asam folat 400 mcg yang diperoleh dari sayur-
sayuran, buah-buahan, biji-bijian ataupun suplemen.
a. Vitamin A
Konsumsi vitamin A sebanyak 5000 IU dan pembatasan dalam konsumsi
minuman alcohol.

b. Protein

20
Remaja putrid an perempuan disarankan untuk mengkonsumsi protein sekitar
12% dari total energy 2000 kkal atau setara dengan 46 gr protein perhari.
Makanan sumber protein adalah ikan, ungags, daging, telur, tahu dan tempe.
c. Asam amino
Asam amino berguna untuk kesuburan laki-laki seperti arginine dan triptofan.
Argini berguna untuk mempertahankan daya tahan hidup sperma dan mencegah
kemandulan. Asam amino dapat ditemukan dalam kemangi, seafood, gandum
dan coklat.
d. Lemak
Kebutuhan lemak untuk perempuan pada masa pra konsepsi sebanyak 15-30%
dari total energy. Bisa didapatkan dari biji-bijian, minyak nabati, dan kacang-
kacangan.
e. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat untuk masa prakonsepsi sebanyak 130gr. Bahan
makanan sumber karbohidrat adalah serelia, beras merah, ubi, kentang, pisang,
dan kacang-kacangan
f. Serat
Kebutuhan serat sangat berguna untuk mencegah penyakit degenerative. Bahan
makanan yang mengandung serta adalah buah-buahan, dan sayur-sayuran utuh
bukan olahan.

Proporsinya dalam setiap kali makan dapat digambarkan dalam ISI PIRINGKU
yaitu:

21
a. Sepertiga piring berisi makanan pokok
b. Sepertiga piring berisi sayuran
c. Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam proporsi yang sama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dlam menjaga agar tubuh tetap sehat:
a. Biasakan minum air putih 8 gelas per hari
b. Hindari minum teh atau kopi setelah makan
c. Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak
d. Berikut adalah 4 pilar gizi seimbang yang dapat dijadikan pedoman untuk gaya
hidup sehat.

Dalam pembahasan diatas maka tidak dapat dipungkiri bahwa seorang Wanita
Usia Subur (WUS) wajib mengetahui persiapan gizi sejak dini. Menurut Winarti

22
(2018) makanan untuk meningkatkan kesuburan sebelum masuk masa pernikahan
antara lain sebagai berikut:
a. Makanan yang belum disuling, seperti nasi, roti, sereal, atau biji-bijian
b. Makanan yang segar, seperti sayuran baru setiap hari
c. Memperbanyak mengkonsumsi kacang-kacangan, seperti kacang polong dan
kedelai
d. Mengonsumsi ikan segar minimal seminggu sekali
e. Mengonsumsi vitamin B, seperti B6, B12, asam folat karena berpengaruh
terhadap kesuburan
f. Mengonsumsi zat besi karena perempuan anemia biasanya cenderung
berkurang kesuburannya
g. Memasak makanan dengan cara dikukus
h. Makanan rendah lemak, cukup protein, memperbanyak buah dan sayuran
Menjaga pola makan juga bukan tanpa alasan. Karena, zat-zat gizi akan
mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi kesehatan
selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh kembang janin.
Caranya sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari
secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai kebutuhan.
b. Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena dapat
menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.
c. Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama diolah, sehingga
kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.

Departemen Kesehatan RI menganjurkan agar seseorang perlu mengkonsumsi


aneka ragam makanan. Adapun yang dimaksud dengan keaneka ragaman makanan
adalah hidangan yang paling tidak terdiri dari 4 kelompok bahan makanan yaitu:

23
1. Satu jenis atau lebih makanan pokok sumber karbohidrat misalnya beras, jagung,
gandum, ubi kayu, kentang, sagu, dan sebagainya.
2. Satu jenis atau lebih makanan lauk pauk sebagai sumber protein misalnya
kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, daging, dan sebagainya.
3. Satu jenis atau lebih makanan kelompok jenis sayuran sebagai sumber vitamin
dan mineral misalnya wortel, bayam, kangkung, dan sebagainya.
4. Satu jenis atau lebih makanan kelompok buah-buahan sebagai sumber vitamin
dan mineral misalnya pisang, mangga, pepaya, jeruk, dan sebagainya.
Kesalahan menu makanan yang sering terjadi di masyarakat adalah kurang
beragamnya makanan yang dimakan. Banyak terjadi orang makan nasi dengan lauk
mie atau kentang. Padahal nasi, mie, dan kentang adalah sama-sama sumber
karbohidrat. Jika pola menu makanan yang salah ini berlanjut terus-menerus, dalam
jangka panjang dapat berakibat terjadinya hipertrigiseridemia (kadar trigliserida darah
yang meningkat) dan diabetes mellitus tipe 2.

Maka dari itu, mari kita biasakan konsumsi makanan dengan menu yang beragam
supaya kita dapat memiliki hidup yang sehat dan produktif.

2.4 Psikologis Pranikah


Persiapan psikologi pranikah sangat penting agar calon pengantin memiliki
kesiapan mental yang baik. Menurut Rahmatin (2011) Kesiapan menikah merupakan
hal yang sangat penting, agar tugas-tugas perkembangan dalam pernikahan dapat
terpenuhi seseorang dinyatakan siap untuk menikah apabila memenuhi kriteria:
a. Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri
b. Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak
c. Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain
d. Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan
e. Bersedia berbagi rencana dengan orang lain

24
Menurut Rahmatin (2011 ) terdapat tiga prasyarat minimal bagi calon pasangan
yang akan berkomitmen membangun sebuah keluarga, dimana ketiga prasyarat
tersebut merupakan pengembangan dari model hubungan antar konsep-konsep
keluarga. Prasyarat minimal tersebut dapat dikatakan sebagai aspek kesiapan menikah
yang harus dipersiapkan oleh individu sebelum memasuki gerbang pernikahan.
Ketiga prasyarat tersebut yaitu :
a. Mampu memperoleh sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
maupun kebutuhan perkembangan anggota keluarga
b. Memiliki kualitas SDM yang memadai untuk mengelola keluarga sebagai
ekosistem
c. Memiliki kematang kepribadian untuk menjalankan fungsi, peran dan tugas
keluarga.
d. Kesiapan menikah memerlukan kemampuan dalam mengelola diri dan persiapan
situasional.
Dari berbagai macam persiapan yang juga dilakukan pranikah, persiapan mental
merupakan persiapan yang penting dilakukan. Individu yang memiliki kesiapan
mental yang baik akan lebih siap dalam menghadapi pernikahan. Berbagai cara
dilakukan untuk memperoleh kesiapan mental dalam menjalani pernikahan, antara
lain dengan membaca buku, mendengar cerita dari individu yang telah menikah,
mengikuti majelis taklim, mendengarkan nasehat dari orang tua dan lain sebagainya.
Persiapan-persiapan tersebut merupakan persiapan informal yang dilakukan secara
individual oleh yang bersangkutan, sehingga persiapan yang dilakukan oleh individu
satu dengan yang lain tidak sama.
1. Kesiapan Pribadi
a. Kematangan emosi
Menurut Chaplin dalam bukunya menjelaskan Kematangan emosi
(emotional maturity) adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat
kedewasaan dari perkembangan emosional, karena itu pribadi yang

25
bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang pantas bagi anak-
anak (dalam Kartini Kartono: 2011)
Menurut Kataskovsky, W dan Garlow,L dalam Aulia (2010)
mengemukakan 7 kriteria kematangan emosi, yaitu :
1. Berkembang kearah kemandirian (toward independent)
Kemandirian merupakan kapasitas seseorang untuk mengatur
kehidupannya sendiri, individu lahir ke dunia dalam keadaan tergantung
pada orang lain namun dalam perkembangannya mereka belajar untuk
mandiri dan mengendalikan dorongan. Artinya, mereka mampu
memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab atas
keputusan tersebut.
2. Mampu menerima kenyataan (ability to accept reality)
Seseorang yang matang bisa menerima kenyataan hidup yang positif
maupun yang negatif tidak menyangkal atau lari darinya. Ia
menggunakan apa yang ada pada dirinya untuk menghadapi kenyataan
tersebut dan secara efektif mengembangkan pola tingkah laku dan pola
hubungan dengan orang lain.
3. Mampu beradaptasi (adaptability)
Menurut smitson dalam Aulia (2010) aspek ini merupakan yang
terpenting dalam kematangan emosi, yang matang emosinya mampu
beradaptasi dan menerima beragam karakteristik orang serta mampu
menghadapi situasi apapun. Maksudnya, ia dapat dengan fleksibel
berhubungan dengan orang atau situasi tertentu secara produktif.
4. Mampu merespon dengan tepat (readiness to responed)
Individu yang matang emosinya memiliki kepekaan untuk berespon
terhadap kebutuhan emosi orang lain, baik yang di ekspresikan maupun
yang tidak di ekspresikan. Hal ini melibatkan kesdaran bahwa setiap
individu itu unik, memiliki hak dan perasaan.
5. Kapasitas untuk seimbang (capacity to balance)

26
Individu yang matang emosinya, mereka akan menyeimbangkan
pemenuhan kebutuha sendiri dan orang lain
6. Mampu berempati (empatic understanding)
Pada kemampuan ini, individu tidak hanya mengetahui apa yang
dirasakan orang lain tetapi juga memahami hal-hal dibalik munculnya
perasaan tersebut.
7. Mampu menguasai amarah (controlling anger)
Menerima rasa marah serta kesadaran akan adanya perasaan-perasaan
lain yang mendasari kemarahan tersebut akan membantu mengetahui ra
marah dan menyalurkan dengan cara yang lebih positif dan baik.
b. Kematangan sosial
Menurut Chaplin (2004:433) mendefinisikan kematangan sosial merupakan
suatu perkembangan keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan individu yang
menjadi ciri khas kelompoknya, dengan demikian ciri-ciri kematangan sosial
ditentukan oleh kelompok sosial dilingkungan tersebut.
Kematangan sosial adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan
bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang ber beda (Goleman, 2007).
Kematangan sosial, sebagai salah satu aspek kematangan yang harus dimiliki
oleh remaja merupakan suatu tahap perkembangan dimana remaja
memperoleh kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial
(Hurlock, 1988).
Kematangan sosial secara sosial psikologi dianggap penting karena
setiap orang berusaha untuk menyesuaikan diri secara aktif dengan
lingkungannya. Tanpa kematangan sosial, seseorang akan sulit dapat
bertahan dalam lingkungan. Pembentukan dan perkembangan kematangan
sosial sebagai salah satu unsur kepribadian seseorang, tidak dapat di
pisahkan dari keberadaan keluarga, karena pengaruh keluarga terhadap
perkembangan kepribadian seseorang sangat besar. Sementara itu,
kematangan sosial diduga juga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.

27
Perbedaan itu lebih disebabkan karena perlakuan dan harapan-harapan
masyarakat yang diterimanya. Dikatakan oleh Kagan dan Moss (dalam
Johnson dan Medinnus, 1974) bahwa anak laki-laki yang menunjukkan
tingkah laku tergantung akan mendapat hukuman, sedangkan anak wanita
tidak diharapkan untuk mandiri dan matang, dan diberi kesempatan untuk
tergantung. Situasi lingkungan yang dikondisi sedemikian rupa diduga akan
membentuk kematangan sosial yang berbeda antara remaja laki-laki dan
remaja perempuan
c. Kesiapan Modal Peran
Orangtua yang memiliki figur suami dan istri yang baik dapat
mempengaruhi kesiapan menikah anak-anak mereka. Setiap pasangan perlu
mengetahui apa saja peran mereka setelah menikah (Rahmatin, 2011 ). Peran
yang ditampilkan harus sesuai dengan tugas-tugas mereka sebagai suami
ataupun istri, diantaranya :
 Siapkan Untuk Menjadi Suami dan Istri Yang Baik
Hal penting lain yang menjadi persiapan mental saat akan menikah yaitu
siapkan mental untuk menjadi suami dan istri yang baik. Dalam artian
memberikan sikap saling melengkapi satu sama lain. Ada kalanya butuh
perjuangan dan pengorbanan untuk saling mengalah, memaafkan dan
sebagainya agar hubungan rumah tangga bisa terbina secara harmonis
dan langgeng.
 Siapkan Diri Menjadi Ayah dan Ibu
Menikah tentunya berharap akan adanya keturunan, memiliki anak
adalah anugrah terbesar. Namun, bagaimana Anda bisa menyikapi
banyak hal dalam artian memiliki anak haruslah siap menjadi ayah dan
ibu yang baik. Baik tidak hanya dalam hal keuangan, namun juga psikis
juga perhatian lebih. Mengurus anak tidak mudah dan butuh kerjasama
bersama kedua pasangan.

28
2. Kesiapan Situasional
a. Kesiapan finansial
Faktor kesiapan finansial, lebih penting dipersiapkan oleh laki-laki
terkait dengan tugas suami sebagai pemimpin keluarga yang
bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Kesiapan
finansial juga penting bagi perempuan. kesiapan finansial bagi
perempuan adalah memiliki pekerjaan untuk membantu suami
meningkatkan pendapatan keluarga.
b. Kesiapan Menghadapi Kehamilan
Dalam Riskesdas tahun 2010 tidak seluruh pasangan siap memiliki dan
menghadapi proses kehamilan atau memiliki anak, salah satu alasan dari
pasangan adalah ketidak tepatan waktu dari terjadinya proses Kehamilan
tersebut. Dampak kehamilan yang tidak direncanakan selain berdampak pada
kehamilan juga berdampak pada ketidaksiapan ibu untuk hamil dan
bahkan dapat berujung pada keputusan untuk pengguguran kandungan
yang tidak aman (unsafe abortion) Kondisi unsafe abortion akan sangat dekat
dengan kejadian kesakitan dan kematian ibu yang saat ini masih sangat
tinggi di indonesia. Program pemerintah saat ini yang terkait perencanaan
kehamilan baru pada seputar mencegah kehamilan tidak diinginkan melalui
program Keluarga Berencana dan kelas calon pengantin Untuk menunda
kehamilan tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan, yaitu :
METODE MODERN:
1. Jangka Pendek
- Kondom
- Pil
- Suntik
2. Jangka Panjang
- implan/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
- IUD/ AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

29
METODE ILMIAH
- pantang berkala
- pengukuran
- suhu basal
- penilaian lendir vagina
Untuk menyiapkan kehamilan, tidak hanya ditinjau dari segi persiapan
fisik saja namun, juga dibarengi dengan persiapan secara mental. Sehat
iwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, menghadapi tekanan, ciri-ciri jiwa
yang sehat adalah :
1. perasaan sehat dan bahagia
2. menyadari kemampuan diri
3. merasa nyaman terhadap diri sendiri
4. dapat menerima orang lain apaadanya
5. mampu mengahadapi tantangan hidup
6. mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
Untuk menjaga harmonisasi pasangan suami istri, catin perlu
mengenali karakteristik pasangan. Karakteristik pasangan suami istri
yang baik adalah :
1. mengetahui dan menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-
masing yang sudah menjadi komitmen bersama dengan sebaik-
baiknya
2. saling mengerti, menghargai, menghormati, dan menutupi
kekurangan masing-masing
3. bersama sama menjaga kesehatan keluarga.
Materi yang dinilai penting dan sangat dibutuhkan sebagai persiapan psikologis
pranikah. Aspek yang penting dalam pernikahan yang diangkat oleh Tim Pengabdian
adalah sikap saling percaya, sikap saling menjaga perasaan pasangan dan saling

30
komunikasi. Hal ini dilatarbelakangi oleh sikap saling percaya dalam pernikahan
membuat hubungan antara suami istri semakin erat. Memberi dan menerima
kepercayaan merupakan hal yang sulit, namun dapat dilaksanakan. Jika dalam
keluarga tidak ada rasa saling percaya maka akan timbul rasa curiga, buruk sangka
yang akan menimbulkan rasa tidak tentram. Kepercayaan antara suami istri timbul
jika masing-masing pihak berbuat seperti apa yang dikatakan. Jika kepercayaan yang
ada dirusak, maka akan sulit pulih kembali. Hilangnya kepercayaan antara suami istri,
maka merupakan suatu pertanda adanya kesulitan dalam kehidupan keluarga Saling
menjaga perasaan, hubungan antara suami istri harus saling menghargai, hal ini
penting dilakukan karena termasuk dalam hak dan kewajiban sebagai suami istri.
Pasangan saling menolong, menghargai, menghormati, mempunyai kedudukan yang
sama dalam keluarga, hukum dan masyarakat, mendapatkan cinta dan kasih sayang
dalam keluarga, hak berreproduksi, terlibat dalam urusan keluarga, menjaga rahasia
keluarga.
a. Aspek memiliki pendapat yang sama dalam membentuk keluarga Pernikahan
membawa dua individu ke satu bentuk keluarga. Diperlukan kesamaan tujuan agar
suami dan istri dapat berjalan ke arah yang diinginkan. Pemikiran mengenai
bentuk keluarga semestinya sudah disepakati sebelum pernikahan, agar individu
lebih mudah melangkah dipernikahan. Persamaan tujuan, bentuk keluarga, dasar
hidup keluarga perlu di bereskan terlebih dahulu sebelum menikah, sehingga
tercapai dasar-dasar pernikahan, setelah itu baru bisa memulai hidup berkeluarga.
b. Memiliki kemampuan mengendalikan emosi Suami istri yang memiliki
kemampuan mengendalikan emosi akan dapat berpikir secara matang. Dalam
pernikahan kemampuan ini akan bermanfaat ketika menghadapi masalah. Emosi
yang terkendali membuat suami istri lebih objektif dalam memandang
permasalahan dan menyelesaikannya, sehingga permasalahan sesulit apapun
mudah terselesaikan.

31
c. Sikap saling tolong menolong antara suami istriDua individu yang hidup dalam
satu atap merupakan satu kesatua. Diperlukan sikap tolong menolong agar
keduanya dapat hidup rukun sehingga tercipta hubungan yang lebih erat
d. Mengetahui alasan dan konsekuensi menikah di akhirat, Mengetahui alasan dan
konsekuensi menikah, diperlukan agar individu lebih perduli bahwa pernikahan
membawa perubahan dalam hidup, dan agar ia tidak seenaknya berperilaku dalam
pernikahan. Tujuannya mengetahui alasan dan konsekuensi menikah agar individu
memiliki road map yang lengkap menuju kesuksesan pernikahan di dunia dan
akhirat.
e. Memiliki tujuan menikah yang sama Memiliki tujuan yang sama dalam pernikahan
akan membuat perjalanan pernikahan menjadi lebih ringan, suami dan istri
bekerjasama mencapai tujuan. Persamaan dalam tujuan pernikahan, yaitu
membentuk keluarga sejahtera.
f. Saling pengertian Perbedaan (misalnya minat, dan sebagainya) yang menjadi
jurang pemisah dalam hubungan suami istri tidak akan menjadi hal yang
merugikan apabila antara suami istri terjalin rasa saling pengertian yang baik. Rasa
pengertian ini diawali dengan kemampuan masing-masing pihak untuk
menyesuaikan dengan pasangannya dan menerima keadaan pasangannya apa
adanya. Keberhasilan pasangan suami istri tercapai berkat usaha dan kerja keras
mereka sendiri dalam berkomunikasi, menyesuaikan diri, saling percaya dan saling
pengertian diantara mereka.
g. Niat menikah karena ridho Allah, Menurut persiapan rohani dilakukan agar
individu dapat mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah, dengan tujuan
mensucikan jiwa, sehingga mencapai niat nikah yang sempurna karena ridho
Allah.
h. Sikap saling mencintai dan mengasihi, Sikap saling mencintai merupakan dasar
pernikahan dan hidup keluarga yang kuat, kemauan baik, toleransi dan cinta kasih.
Salah satu Kebutuhan individu adalah rasa cinta dan kasih sayang. Pada pasangan
suami istri cinta kasih diekspresikan dalam bentuk perhatian dari masing-masing

32
pihak. Masalah akan terjadi jika salah satu pihak tidakmemberikan perhatian
kepada pasangannya, sehingga dalam pernikahan perhatian terhadap pasangan
merupakan hal yang harus dijaga
i. Memiliki agama yang sama, Memiliki agama yang sama merupakan bekal yang
cukup penting. Ini akan menjadi bekal dalam menjalankan pernikahan, dengan
mengetahui rambu-rambu pernikahan diharapkan pernikahan berjalan lancar, dan
tidak ada yang merasa diabaikan.
j. Mengetahui hak dan kewajiban sebagai suami isteri Setiap orang yang menikah
harus benar-benar menyiapkan dirinya dengan mengetahui kewajiban dan haknya
sebagai suami istri.

BAB 3
PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI

33
3.1 Analisis Media

3.1.1 Analisis SWOT Media


Tabel 3.1 Analisi SWOT Media
Strength (S) Weakness (W)
a. Menarik minat peserta untuk a. Fasilitator memerlukan banyak waktu
lebih mendengarkan penjelasan untuk menyelesaikan permainan dan
dari fasilitator karena dimulai focus untuk mendengar jawaban
dengan game yang dimainkan. peserta.
b. Melatih keaktifan peserta dalam b. Fasilitator harus membuat permainan
mengikuti pembelajaran. menjadi seru agar peserta dapat
c. Mengetahui sejauh mana mengikutinya dengan baik.
pemahaman peserta tentang c. Fasilitator harus memilih pertanyaan
materi yang akan disampaikan. yang mudah dimengerti peserta.
d. Memantapkan pemahaman
peserta terhadap materi yang
diberikan.
Opportunity (O) Threat (T)
a. Permainan yang terdapat pada a. Permainan ataupun media
media penyampaian dapat penyampaian membutuhkan
dilakukan pada setiap sub-bab banyak waktu, tenaga, dan
materi yang akan disampaikan kefokusan bagi peserta maupun
sehingga permainan dapat fasilitator
dilakukan di sepanjang pemberian b. Permainan tidak bisa dimainkan
materi. atau tidak dapat berjalan untuk
b. Antusiasme peserta karena semua jenis pendidikan peserta.
bermain bersama fasilitator
ataupun teman sebaya.

34
3.1.2 Tabel Perbandingan Media
Tabel 3.2 Perbandingan Media
No Media Lembar Balik Dice Circle Media Lembar Balik Dice pouch
.
a. Menggunakan dadu angka 1-6 dan Dadu yang digunakan memiliki angka 1-
lingkaran yang berisikan pertanyaan. 3 yang diberikan warna setiap sisinya dan
terdapat kantong-kantong pertanyaan.
b. Permainan dilakukan pada awal Permainan disisipkan pada saat
sebelum diberikan edukasi. melakukann edukasi.
c. Pada materi persiapan fisik tidak Terdapat pokok penjelasan mengenai
menjelaskan mengenai pemeriksaan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
fisik yang dapat dilakukan oleh dalam mempersiapkan fisik pranikah.
remaja dalam mempersiapkan
pranikah.
d. Asupan Gizi Pranikah yang Pada Asupan Gizi Pranikah dijelaskan
dijelaskan lebih kepada contoh dengan menggunakan contoh makanan
makanan yang tidak mudah yang mudah ditemukan dan dijangkau
dijangkau oleh masyarakat. oleh masyarakat..
e. Warna pada lembar balik lebih Tampilan warna pada lembar balik yang
mendominasi menggunakan warna digunakan bervariasi sesuai dengan
hijau. warna yang disukai oleh para remaja.

3.1.3 Kelebihan Dari Media Lembar Balik Dice pouch


a. Pembuatan media Lembar balik Dice pouch yang relatif lebih mudah
b. Pada isi materi lembar balik Dice pouch lebih menarik karena lebih banyak
gambar dan materi sebelumnya tidak menunjukan gambar yang bisa

35
mempermudah dalam pengalaman peserta khususnya pada materi pada
Gizi
c. Pada Lembar balik Dice pouch ini peserta akan mendapatkan buku saku
yang diberikan kepada peserta untuk dapat dibawa pulang pada saat selesai
melakukan pemberian media edukasi. Sedangkan pada media Lembar balik
sebelumnya peserta tidak diberikan sesuatu untuk dibawa pulang setelah
pemberiaan media edukasi.
d. Setiap kantongnya Dice pouch ini memiliki warna yang berbeda-beda
dengan desain menarik sehingga dapat disukai peserta. kantong tersebut
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang beragam mencakup sub bab yang
ada.
e. Meningkatkan aktivitas peserta dalam melakukan diskusi dengan
menggunakan Dice pouch
f. Lembar balik Dice pouch lebih menarik dibandingkan Dice circle karena
peserta dapat mengambil sendiri kartu yang ada pada Dice Pouch dan
memilih kartu pertanyaan yang sesuai dengan gambar yang mereka sukai.
g. Lembar Balik Dice Pouch ini juga lebih menekankan pada desain dan
perpaduan warna yang dapat disukai oleh para remaja sehingga dapat lebih
menarik perhatian.
3.1.4 Kekurangan Dari Media Lembar Balik Dice Pouch
a. Dalam proses pembuatan Lembar Balik Dice Pouch ini dapat memakan
waktu dan tenaga yang lebih lama untuk menghasilkan media yang sesuai
dengan keinginan.
b. Terbatasnya keahlian dalam membuat Lembar Balik Dice Pouch
c. Pada pembuatan Lembar Balik Dice Pouch ini memerlukan dana yang
cukup banyak untuk mencetak Lembar Balik Dice Pouch dan Buku saku
untuk peserta.
3.1.5 Kesesuain Media yang Digunakan dengan Sasaran dan Tujuannya.
a. Kesesuaian Media

36
Media Lembar Balik Dice Pouch ini menyampaian pesan atau informasi
kesehatan yang berisi gambar-gambar yang menarik dan terdapat kalimat
yang berisikan pesan-pesan dan informasi yang berkaitan dengan gambar
tersebut tentang Persiapan Fisik, Gizi, Psikologis Pranikah dan Menghadapi
Kehamilan.
b. Sasaran
Sasaran ditujukan kepada remaja
c. Tujuan
Memberikan edukasi kepada para remaja dengan informasi yang terdapat di
Lembar Balik Dice Pouch

3.2 Rencana Pengembangan Media


3.2.1 Tampilan media
1. Tampilan pada sisi klien, dibuat lebih banyak gambar yang lebih jelas dan
nyata. Sehingga diharapkan klien bisa membayangkan kejadian
sebenarnya dengan dibantu penjelasan oleh penyaji.
2. Warna untuk tampilan pada sisi klien ditambah agar lebih menarik untuk
dilihat dan tidak membuat klien bosan.
3. Warna setiap materi yang akan diberikan pada klien akan berbeda-beda.
Menyesuaikan dengan jawaban yang benar pada pouch pertanyaan game.
3.2.2 Isi media
Melengkapi kembali isi media. Mengacu pada pertanyaan 5W=1H untuk
setiap materi yang akan diberikan. Contoh pada materi status imunisasi TT.
Penyaji diharapkan dapat menjelaskan apa itu suntik TT, mengapa harus
diberikan suntik TT, dimana dan kapan suntik TT diberikan, siapa yang akan
menyuntikkan dan bagaimana cara menyuntikkannya.
3.2.3 Game dalam media
Game dalam penyampaian media sebelumnya yaitu menggunakan Dice Circle
yang kemudian akan diganti menjadi dice pouch. Pada Lembar Balik terdapat

37
3 Kantong dice pouch yang memiliki warna menarik yaitu kantong yang
berwarna pink berisikan pertanyaan sub bab 1, warna biru berisikan sub bab 2,
dan warna kuning berisikan pertanyaan sub bab 3. Permainan dice pouch
tetap dengan cara melempar dadu yang memiliki 3 warna yaitu pink, biru dan
kuning. Karena dadu memiliki 6 sisi yang berbeda jadi warna pada sisi
tersebut memiliki kelipatan warna dan setiap sisi warna diberikan nomor 1-3.
Kesempatan yang diberikan kepada peserta untuk melempar dadu sebanyak
3x pelemparan setelah dadu sudah dilemparkan, maka klien dapat mengambil
kartu yang berisikan pertanyaan-pertanyaan. Setelah klien mengambil kartu
klien akan menjawab pertanyaan yang ada pada kartu tersebut. Permainan ini
akan dimainkan setelah diberikan pemaparan persubab media edukasi Lembar
Balik Dice Pouch.

DAFTAR PUSTAKA

Auliana, R. et al. (2013) ‘Kematangan Emosi’, Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.

Anggraeny, Olivia, ariestiningsih, dian ayuningtyas, 2017, gizi pra konsepsi,


kehamilan, dan menyusui, malang, UB press

38
Agustin Rahmawati (2013) ‘Kematangan Sosial, Jenis Kelamin, Dan Persepsi
Tentang Interaksi Ayah Dan Ibu’, 8(2), pp. 733–741.
Goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. and Perdana (2018) ‘Perencanaan
Kehamilan’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–
1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Infodatin. Situasi Kesehatan Ibu.Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan


RI.Jakarta.2014

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2017

Kementerian Kesehatan RI (2018a) ‘Buku Saku Kesehatan Reproduksi Dan Seksual


Bagi calon Pengantin’, pp. 21–22.

Kementerian Kesehatan RI (2018b) ‘Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi calon


pengantin’, pp. 21–22.

Noor , Triana Rosalina, Agustitia Wenika,2018, Pendampingan Persiapan Psikologis


Pranikah pada Calon Pasangan Pengantin Muslim melalui Kursus Calon
Pengantin (Suscatin) Berbasis Komunitas di Kelurahan Jambangan Kota
Surabaya, Surabaya, jurnal pengabdian masyarakat

Pane, D. N., Fikri, M. EL and Ritonga, H. M. (2018) ‘Kematangan Sosial’, Journal


of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual (2014).

Retnowati, Yuni, Ika Yulianti, and Ririn Ariyanti. 2020. “Pengantar Asuhan
Kehamilan.” Thesis Commons. May 18. doi:10.17605/OSF.IO/ABH39.

39
Sabarini, R. 2019. Persiapan Mental Saat Akan Menikah. Available at:
https://dosenpsikologi.com/persiapanmental-saat-akan-menikah. Diakses
tanggal 08 Oktober 2020

Sari, Fitri. 2013. Kesiapan Menikah Pada Dewasa MudaDan Pengaruhnya Terhadap
Usia Menikah. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Sari, Y., Khasanah, A. N. and Sartika, S. (2016) ‘Studi Mengenai Kesiapan Menikah
Pada Muslim Dewasa Muda’, Kesehatan, pp. 194–204.

Sudargo, T., Aristasari, T. and ’Afifah, A. 2018. 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Supariasa, I. D. N., B. dkk. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Syepriana, Wahyudi., Himawan. (2018) Gambaran Karakteristik Kesiapan Menikah


Dan Fungsi Keluarga Pada Ibu Hamil Usia Muda, Jurnal Kedokteran
Diponegoro

Lampiran

Lampiran 1

- Media lembar balik = Terlampir

Lampiran 2

- Pedoman lembar balik = Terlampir

40
41

Anda mungkin juga menyukai