PENDAHULUAN
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah
anemia defisiensi besi. Jenis Anemia defisiensi besi merupakan jenis kasus anemia
yang paling sering dijumpai. Data WHO menyebutkan sekitar 2 miliar penduduk
dunia terkena penyakit tersebut (Juanita, 2008). Tidak seperti masalah gizi lainnya,
anemia defisiensi besi cukup sering terjadi baik di negara berkembang maupun
negara industri, yang dapat diderita oleh seluruh kelompok umur mulai dari bayi,
balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Asia Tenggara memiliki
prevalensi anemia defisiensi besi pada wanita yang paling tinggi di seluruh dunia,
dengan 80% dari wanita hamil mengalami anemia defisiensi besi (Kennedy, et al.,
2005), sedangkan di Afrika, anemia defisiensi besi dialami oleh 47% wanita hamil,
39% di Amerika Latin, 65% di Mediterania Timur, 46% di pasifik Barat. Di Amerika
Serikat defisiensi besi umum terjadi pada anak-anak usia 1-2 tahun yaitu sebesar 7%
serta pada remaja putri dan wanita yang mengalami haid (9-16%) (NAAC, 2005).
Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006, yaitu 28%
(Depkes RI, 2007). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004
menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%,
ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun 57,1% dan usia 19-45 tahun 39,5%.
Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk
menderita anemia terutama remaja putri. Berbagai gejala anemia defisiensi besi
napas pendek, hingga menurunkan ketahanan serta kinerja fisik, sehingga menurunkan
kapasitas kerja, juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif seperti konsentrasi belajar
rendah dan memperlambat daya tangkap pada anak usia sekolah, remaja putri dan
mencapai 45,8% untuk remaja laki-laki usia 10-14 tahun dan 57,1% remaja perempuan
atau sejumlah 5-6 juta orang menderita anemia (Kedeputian Bidang Koordinasi
Anemia defisiensi besi sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Remaja
putri lebih rentan terkena anemia karena remaja berada pada masa pertumbuhan yang
membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi. Remaja putri biasanya
makan dan banyak pantangan terhadap makanan. Selain itu adanya siklus menstruasi
setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia
Hingga kini belum ada program yang dimasukkan dalam Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) untuk menanggulangi anemia khususnya anemia defisiensi besi pada
remaja putri di sekolah-sekolah. Program pemerintah baru ditunjukkan pada ibu hamil
agar tidak melahirkan anak yang anemia. Padahal, jika mayoritas anak perempuan
Mengingat, mereka adalah para calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus. Jika
defisiensi besi bisa melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Anita, 2007).
Fakultas Psikologi USU (2006) pada remaja usia 15–18 tahun yang menderita anemia
defisiensi besi diperoleh Full IQ tidak melebihi rata-rata dengan gangguan pemusatan
perhatian dan fungsi kognitif terutama dalam bidang aritmatika (Ariyanto, 2008).
Hasil studi pendahuluan di MAL IAIN Medan untuk tahun ajaran 2010-2011
memiliki jumlah siswa sebanyak 217 orang, dengan siswa laki-laki sebanyak 112 orang
dan siswi perempuan sebanyak 105 orang. Berdasarkan keterangan dari bagian tata
usaha diketahui bahwa di sekolah tersebut sering diadakan penelitian, tetapi masih
defisiensi besi dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi. Dimana masih dijumpai
5 orang dari 10 orang remaja putri yang belum mengetahui tentang anemia defisiensi
besi dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi. Mengingat masih ada remaja putri
yang belum mengetahui mengenai anemia defisiensi besi dan dampaknya terhadap
pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia defisiensi besi dan dampaknya
1.2. Permasalahan
Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah ”Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja puteri
tentang anemia defisiensi besi dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi di MAL
Adapun tujuan umum dari penelitan ini adalah untuk mengetahui pengetahuan
dan sikap remaja puteri mengenai anemia defisiensi besi dan dampaknya terhadap
2. Untuk mengetahui sikap remaja putri mrengenai anemia defisiensi besi dan
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar memasukkan anemia defisiensi
anemia defisiensi besi serta akibat yang ditimbulkannya, sehingga para pelajar
puteri dapat mencegah dirinya agar tidak terkena anemia defisiensi besi.
3. Sebagai referensi dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang meneliti