Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah

anemia defisiensi besi. Jenis Anemia defisiensi besi merupakan jenis kasus anemia

yang paling sering dijumpai. Data WHO menyebutkan sekitar 2 miliar penduduk

dunia terkena penyakit tersebut (Juanita, 2008). Tidak seperti masalah gizi lainnya,

anemia defisiensi besi cukup sering terjadi baik di negara berkembang maupun

negara industri, yang dapat diderita oleh seluruh kelompok umur mulai dari bayi,

balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Asia Tenggara memiliki

prevalensi anemia defisiensi besi pada wanita yang paling tinggi di seluruh dunia,

dengan 80% dari wanita hamil mengalami anemia defisiensi besi (Kennedy, et al.,

2005), sedangkan di Afrika, anemia defisiensi besi dialami oleh 47% wanita hamil,

39% di Amerika Latin, 65% di Mediterania Timur, 46% di pasifik Barat. Di Amerika

Serikat defisiensi besi umum terjadi pada anak-anak usia 1-2 tahun yaitu sebesar 7%

serta pada remaja putri dan wanita yang mengalami haid (9-16%) (NAAC, 2005).

Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006, yaitu 28%

(Depkes RI, 2007). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004

menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%,

ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun 57,1% dan usia 19-45 tahun 39,5%.

Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk

menderita anemia terutama remaja putri. Berbagai gejala anemia defisiensi besi

ditimbulkan akibat menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah yaitu

Universitas Sumatera Utara


seperti mudah lelah, lemah, lesu, muka pucat, kuku mudah pecah, kurang selera makan,

napas pendek, hingga menurunkan ketahanan serta kinerja fisik, sehingga menurunkan

kapasitas kerja, juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif seperti konsentrasi belajar

rendah dan memperlambat daya tangkap pada anak usia sekolah, remaja putri dan

kelompok usia lainnya (Isniati, 2007).

Departemen Kesehatan mencatat (2007), bahwa kaum remaja penderita anemia

mencapai 45,8% untuk remaja laki-laki usia 10-14 tahun dan 57,1% remaja perempuan

atau sejumlah 5-6 juta orang menderita anemia (Kedeputian Bidang Koordinasi

Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak, 2008).

Anemia defisiensi besi sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Remaja

putri lebih rentan terkena anemia karena remaja berada pada masa pertumbuhan yang

membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi. Remaja putri biasanya

sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi

makan dan banyak pantangan terhadap makanan. Selain itu adanya siklus menstruasi

setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia

defisiensi besi (Sediaoetama, 2001).

Hingga kini belum ada program yang dimasukkan dalam Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) untuk menanggulangi anemia khususnya anemia defisiensi besi pada

remaja putri di sekolah-sekolah. Program pemerintah baru ditunjukkan pada ibu hamil

agar tidak melahirkan anak yang anemia. Padahal, jika mayoritas anak perempuan

menderita anemia terutama anemia defisiensi besi, dampaknya akan berlanjut.

Mengingat, mereka adalah para calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus. Jika

tidak ditanggulangi, dikhawatirkan akan meningkatkan risiko perdarahan pada saat

Universitas Sumatera Utara


persalinan yang dapat menimbulkan kematian ibu. Calon ibu yang menderita anemia

defisiensi besi bisa melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Anita, 2007).

Penelitian Bidasari dkk., di daerah perkebunan Aek Nabara bekerjasama dengan

Fakultas Psikologi USU (2006) pada remaja usia 15–18 tahun yang menderita anemia

defisiensi besi diperoleh Full IQ tidak melebihi rata-rata dengan gangguan pemusatan

perhatian dan fungsi kognitif terutama dalam bidang aritmatika (Ariyanto, 2008).

Hasil studi pendahuluan di MAL IAIN Medan untuk tahun ajaran 2010-2011

memiliki jumlah siswa sebanyak 217 orang, dengan siswa laki-laki sebanyak 112 orang

dan siswi perempuan sebanyak 105 orang. Berdasarkan keterangan dari bagian tata

usaha diketahui bahwa di sekolah tersebut sering diadakan penelitian, tetapi masih

belum diketahui bagaimana gambaran pengetahuan siswi putri tentang anemia

defisiensi besi dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi. Dimana masih dijumpai

5 orang dari 10 orang remaja putri yang belum mengetahui tentang anemia defisiensi

besi dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi. Mengingat masih ada remaja putri

yang belum mengetahui mengenai anemia defisiensi besi dan dampaknya terhadap

kesehatan reproduksi membuat penulis tertarik untuk mengetahui gambaran

pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia defisiensi besi dan dampaknya

terhadap kesehatan reproduksi di MAL IAIN SU Medan.

1.2. Permasalahan

Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah ”Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja puteri

tentang anemia defisiensi besi dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi di MAL

IAIN Medan tahun 2010 ?”.

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitan ini adalah untuk mengetahui pengetahuan

dan sikap remaja puteri mengenai anemia defisiensi besi dan dampaknya terhadap

kesehatan reproduksi di MAL IAIN Medan tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Unuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja puteri mengenai anemia

defisiensi besi dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi di MAL IAIN

Medan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui sikap remaja putri mrengenai anemia defisiensi besi dan

dampaknya terhadap kesehatan reproduksi di MAL IAIN Medan tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar memasukkan anemia defisiensi

besi sebagai salah satu bahan ajar di sekolah.

2. Memberikan informasi kepada pelajar putri tentang masalah anemia khususnya

anemia defisiensi besi serta akibat yang ditimbulkannya, sehingga para pelajar

puteri dapat mencegah dirinya agar tidak terkena anemia defisiensi besi.

3. Sebagai referensi dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang meneliti

mengenai dampak anemia defisiensi besi terhadap kesehatan reproduksi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai