Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat (Public Health Problem) adalah anemia

gizi.Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang

berkembang termasuk Indonesia. Penderita anemia diperkirakan dua

milyar,dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. Anemia gizi besi

masih merupakan masalah gizi yang utama di Indonesia. Kelompok yang beresiko

tinggi menderita anemia adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil, anak usia

sekolah dan remaja. (1)

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana Kadar hemoglobin kurang

dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 g /dl. Remaja putri

dikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl. Angka anemia gizi besi di Indonesia

sebanyak 72,3%. Sedangkan di Jawa Barat menurut Dinas Kesehatan Propinsi

Jawa Barat pada tahun 2009 prevalensi anemia sebesar 41%.(2)

Kekurangan besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing,

dan menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya antara lain: tingkat pendidikan

orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri,

konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Angka prevalensi anemia di

Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur

sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0%. (2)

1
2

Anemia pada remaja berpengaruh terhadap kemampuan mental dan fisik

seseorang. Remaja puteri yang menderita anemia mengalami penurunan

kemampuan belajar. Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan

sampai remaja. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap otak terutama pada

reseptor syaraf, jika kepekaan reseptor syaraf berkurang dapat berakibat hilangnya

reseptor tersebut sehingga daya konsentrasi dan daya ingat berkurang serta

kemampuan belajar terganggu, akibatnya prestasi belajar menjadi rendah

dibandingkan remaja putri yang tidak anemia. Selain itu remaja putri yang

sehatsebagai calon ibu akan melahirkan generasi penerus bangsa yang tangguh .

Sebaliknya anemia akan menyebabkan tingginya risiko untuk melahirkan bayi

berat lahir rendah (BBLR), konsekuensi logis dari tingginya masalah anemia gizi

besi adalah penurunan kualitas sumber daya manusia Indonesia. (3)

Melihat dampak anemia yang sangat besar dalam menurunkan kualitas

sumber daya manusia, maka penanggulangan anemia perlu dilakukan sejak dini,

sebelum remaja putri menjadi ibu hamil, agar kondisi fisiknya siap menjadi ibu

yang sehat. Strategi untuk mengatasi masalah anemia pada remaja putri adalah

dengan perbaikan kebiasaan makan, fortifikasi makanan dan pemberian

suplementasi Fe. Mengubah pola makan dan fortifikasi makanan merupakan

strategi jangka panjang yang penting namun tidak dapat diharapkan dapat berhasil

dengan cepat, cara lain adalah dengan memberikan suplementai Fe melalui

pemberian tablet tambah darah (TTD) (3)

Dinas Kesehatan Kota Bandung (Dinkes) mencangkan program

pemberian tablet Fe, dimana dinas akan membagikan tablet Fe kepada remaja
3

putri yang ada di kota Bandung. Hal ini dikarenakan dengan masih banyaknya

remaja putri di kota Bandung yang menderita anemia dimana penderita anemia

pada remaja di Bandung mencapai 5%. Dengan adanya program ini dapat

mengurangi angka penderita anemi di Kota Bandung. Dan dapat membantu

mengurangi pendarahan saat melahirkan.(4)

Kondisi pengetahuan remaja tentang anemia tahun 2012 masih tidak

lebih baik dibandingkan dengan kondisi mereka pada tahun 2007. Temuan ini

serupa dengan studi remaja umur 15-24 tahun di 4 provinsi yang dilaksanakan

oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia. Studi ini menemukan bahwa 88

persen remaja wanita dan pria memiliki persepsi kurang benar bahwa “anemia

adalah kurang darah (5)

Rendahnya pengetahuan wanita tentang anemia jelas akan berdampak

pada risiko pengalaman kesehatan reproduksi mereka kelak. Risiko anemia pada

remaja lebih tinggi terjadi pada waktu seorang wanita hamil. Anemia

memungkinkan terjadinya peningkatan risiko kematian pada wanita penderita

anemia yang mengalami pendarahan berat, juga risiko memiliki berat bayi lahir

rendah (BBLR) dan bayi dengan kelainan bawaan lahir. Risiko anemia tidak

hanya terjadi pada wanita, tetapi juga pria. (6)

Mayoritas responden wanita dan pria tidak dapat menyebutkan penyebab

anemia secara khusus dan tidak mengetahui anemia. Sebanyak 78 persen

responden pria dan 67 persen responden wanita menyebutkan penyebab anemia

adalah kategori lainnya dan tidak tahu sama sekali apa penyebab anemia.
4

Responden wanita dan pria kelompok umur 20-24 tahun memiliki pengetahuan

sedikit lebih baik dibandingkan dari mereka pada kelompok umur 15-19 tahun. (6)

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, tahun 2016 bahwa

daerah yang memiliki angka anemia pada remaja yang cukup tinggi terdapat di

wilayah Cibiru (0,64%) remaja putridi siswa SMA.

SMAN 26 Bandung merupakan salah sau sma yang ada di kota bandung,

terletak di Jl. Sukaluyu no 26. SMA tersebut memiliki jumlah siswa sebanyak

530 siswa orang sebanyak 279 laki- laki dan 251 perempuan dengan renta umur

15-19 tahun yang tergolong usia remaja. (7)

Siswi di SMA 26 Kota Bandung sudah pernah mendapatkan penyuluhan

yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung tentang Program pemberian tablet

Fe bagi anak-anak yang menduduki usia SMA, didalam penjelasannya pemerintah

kota bandung memberikan penjelasan tentang pentingnya meminum tablet fe serta

memberikan informasi dan wawasan seputar tablet fe dan anemia sebagai

penyakit yang sering dialami ketika tubuh kekurangan asupan zat besi, yang dapat

di cegah dengan meminum tablet fe secara teratur.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penanggulangan

terhadap anemia gizi besi pada remaja putri mengingat mereka adalah generasi

penerus bangsa. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan

Faktor yang mempengaruhi remaja tidak mengonsumsi tamblet fe. sehingga

diharapkan prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri dapat menurun dan

memberikan kesadaran pada remaja tentang pentingnya mengkonsumsi tablet fe


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran

pengetahuan remaja putri tentang Anemia di SMAN 26 Bandung Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang Anemia di

SMAN 26 Bandung Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang tanda dan

gejala Anemia di SMAN 26 Bandung Tahun 2017.

2. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak

Anemia di SMAN 26 Bandung Tahun 2017

3. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang faktor

resiko Anemia di SMAN 26 Bandung Tahun 2017.

4. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang pencegahan

Anemia di SMAN 26 Bandung Tahun 2017.

5. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang tablet Fe

di SMAN 26 Bandung Tahun 2017.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Remaja Putri

Memberikan informasi kepada Remaja Putri tentang pendidikan kesehan

mengenai anemia dan manfaat mengkonsumsi tablet Fe, manfaat

mengkonsumsi tablet Fe, dan cara mengkonsumsi.

1.4.2 Bagi Kebidanan

Memberikan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bagi

kebidanan Factor yang mempengaruhi remaja tidak mengonsumsi tamblet fe

sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu

berdasarkan informasi yang didapat dari penelitian ini.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan tentang tingkat pengetahuan remaja terhadap

anemia dan konsumsi tablet Fe untuk mencegah dan mengatasi anemia dan

pentingnya mengkonsumsi tablet Fe sehingga dapat dijadikan acuan dalam

penelitian selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai