Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DUKUNGAN DENGAN

PERILAKU KONSUMSI TABLET FE SAAT MENSTRUASI PADA


REMAJA PUTRI DI SMAN 5 KOTA JAMBI

Proposal Penelitian

Diajukan oleh:

Elsa Julia Sagala

N1A119190

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa antara
usia 10-19 tahun, pada masa ini, remaja mengalami perubahan fisik yang
sangat cepat,sehingga remaja akan selalu memperhatikan perubahan yang
terjadi pada fisiknya 1. Berdasarkan data BPS pada Februari 2022, remaja usia
15-19 tahun di Indonesia sebanyak 22.176.543 jiwa 2.Remaja putri lebih
sering mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putra disebabkan
karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya. Peningkatan
pengeluaran zat besi di karenakan adanya percepatan pertumbuhan lebih
banyak asupan nutrisi khususnya zat besi 3.
Remaja adalah masa peralihan atau transisi antara tahap anak-anak ke
tahap dewasa, terjadinya masa tumbuh yang cepat (growth spurt), adanya
perubahan fisik terdiri dari ciri-ciri seks sekunder dan primer, mengalami
fertilitas dan terjadi perubahan emosional, fisiologi maupun psikologi.
Perubahan secara fisiologi ditandai dengan adanya fungsi organ reproduksi
seperti menstruasi 4. Remaja putri memerlukan perhatian khusus dalam hal
kesehatan dikarenakan kebutuhan zat besi pada remaja putri meningkat karena
pertumbuhan dan datangnya menstruasi hal tersebut menyebabkan remaja
putri sangat rentan terjadi anemia 5. Remaja putri saat menstruasi setiap bulan
akan mengeluarkan darah 16 – 33,2 cc dan akan kehilangan zat besi kurang
lebih 1,3 mg perhari 6. Dampak dari anemia pada remaja putri yang lainnya
yaitu dapat mengganggu pertumbuhan tinggi badan dan berat badan di bawah
batas normal. Pada usia remaja ketika terjadi kehamilan juga memberi dampak
yang panjang dan bisa berakibat fatal yaitu menyebabkan ibu ataupun bayi
meninggal dunia serta meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi dengan
kondisi berat yang tidak mencapai normal 7.
Erniawati Pujiningsih dan Kurniatun (2020) Anemia akibat kekurangan zat
gizi besi (Fe) merupakan salah satu masalah gizi utama di Asia termasuk di

1
Indonesia. Tingginya angka kejadian anemia pada remaja putri dikarenakan
masih banyaknya remaja putri yang tidak terbiasa mengkonsumsi tablet Fe
saat menstruasi. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran dalam mengkonsumsi
tablet Fe saat menstruasi masih rendah. Suharto (2015) dalam penelitian
penelitian Erniawati Pujiningsih dan Kurniatun (2020) Kesadaran konsumsi
tablet Fe saat menstruasi tidak lepas dari informasi dan pengetahuan, hal ini
dikarena pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumsi tablet Fe saat menstruasi 8.Menurut WHO (2011) Sustainable
Development Goals (SDG’S) remaja putri merupakan calon ibu yang harus
dipersiapkan untuk mengandung dan melahirkan dengan mengurangi resiko
dalam kehamilan maupun saat melahirkan seperti anemia pada kehamilan
serta perdarahan pasca persalinan. WHO menyebutkan bahwa permasalahan
utama yang dialami oleh remaja, khususnya remaja putri di Asia Tenggara
termasuk di Indonesia ialah anemia defisiensi zat besi (Fe) 9
Menurut Herlinadiyaningsih, remaja putri lebih sering mengalami anemia
dibandingkan dengan remaja putra disebabkan karena remaja putri mengalami
menstruasi setiap bulannya. Peningkatan pengeluaran zat besi di karenakan
adanya percepatan pertumbuhan lebih banyak asupan nutrisi khususnya zat
besi. 10
Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro yang banyak terjadi di
seluruh dunia secara global 1,62 miliar orang mengalami anemia, kebanyakan
karena kekurangan zat besi. Satu dari tiga wanita usia subur diperkirakan
mengalami anemia. Wanita tidak hamil merupakan kelompok penduduk yang
paling banyak terkena anemia (468,4 juta jiwa). Penelitian telah menunjukkan
bahwa dengan meningkatkan nutrisi zat besi dan folat, tidak hanya
memengaruhi ibu yang aman dan hasil kelahiran, tetapi juga meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan wanita usia subur dengan mengoptimalkan
kinerja pendidikan dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan 11.
Menurut World Health Organization penduduk di dunia mengalami anemia
lebih dari 30% penduduk di dunia. Pada negara maju dengan presentase

2
sebesar 4,3-20% dan pada negara berkembang dengan sebesar 20-48% dengan
anemia gizi besi.
Secara global diderita anak-anak sebesar 43%, ibu hamil sebesar
38%,wanita tidak hamil sebesar 29%,dan semua wanita usia subur didiagnosa
anemia sebesar 29% 12. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia prevalensi
anemia di Indonesia sebesar 48,9% banyak terjadi pada kelompok umur 15-24
tahun dengan presentase sebesar 84,6%13. Berdasarkan data dari Dinkes
Kesehatan Kota Jambi Tahun 2020 kasus anemia pada remaja usia 15-19
tahun sebanyak 201 pada remaja putri dan 7 pada remaja laki-laki 14
.
Penelitian Kalsum dan Halim (2016) menunjukkan Prevalensi Anemia di
Muaro Jambi kejadian anemia 46,7%, dimana 66,7 % putri dan 23,8% putra 15.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, proporsi remaja putri yang telah
menerima tablet fe sebesar 80,9% dan yang belum mendapatkan tablet fe
sebesar 19,1%. Dari 80,9 % remaja putri yang telah mendapatkan tablet Fe
hanya 1,4% yang patuh mengkonsumsi tablet Fe sebanyak ≥52 butir tablet Fe
dan 98,6% remaja putri masih belum patuh mengkonsumsi tablet Fe yaitu <
52 butir tablet Fe. 16.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2019, presentase
remaja putri yang telah mendapatkan tablet Fe yaitu sebesar 96%. Pemberian
tablet Fe telah di realisasikan di 19 wilayah kerja puskesmas yang ada di kota
Jambi. Jumlah sasaran remaja putri yang diberi tablet Fe ini yaitu sebanyak
32.262. Pemberian tablet Fe diharapkan dapat meningkatkan kesehatan remaja
putri serta dapat menurunkan angka kejadian anemia pada remaja putri 17.
Di Provinsi Jambi, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
tahun 2019, presentase remaja putri yang telah mendapatkan tablet Fe yaitu
sebesar 96%. Pemberian tablet Fe telah di realisasikan di 19 wilayah kerja
puskesmas yang ada di kota Jambi. Jumlah sasaran remaja putri yang diberi
tablet Fe ini yaitu sebanyak 32.262. Pemberian tablet Fe diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan remaja putri serta dapat menurunkan angka kejadian
anemia pada remaja putri 18.

3
Berdasarkan data Riskesdas Provinsi Jambi alasan penyebab remaja tidak
minum/menghabiskan Tablet Fe yang diperoleh dari sekolah pada remaja putri
umur 10-19 tahun yaitu : Hanya diminum ketika haid sebesar 2,88%,Lupa
sebesar 20,28%,Rasa dan bau tidak enak sebesar 48,13%,Ada Efek samping
sebesar 7,11%,Belum waktunya habis sebesar 0,57%,Merasa tidak perlu
sebesar 18,45% dan lainnya sebesar 2,59% 17.
Dalam penelitian subiakni memaparkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi Tablet Fe
di Indonesia yaitu: pengetahuan, sikap, dan dukungan guru, dukungan
keluarga. Kesadaran remaja putri untuk patuh mengkonsumsi tablet fe tidak
terlepas dari informasi dan pengetahuan tentang tablet tambah darah.19.
Anemia mempunyai dampak yang besar terhadap kesehatan terutama pada
ibu hamil, yang akan mengakibatkan perdarahan pada ibu hamil, bayi lahir
prematur, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), gangguan jantung, ginjal, dan
otak bahkan bisa menyebabkan ibu meninggal saat persalinan 20. Sedangkan
dampak anemia pada remaja dapat menghambat perkembangan psikomotor,
merusak kinerja kognitif, dan kinerja skolastik21.

Yusniarita (2020) menyebutkan bahwa telah dilakukan beberapa strategi


untuk mencegah dan menanggulangi kejadian anemia melalui pemberian
Tablet Fe. Tablet Fe merupakan suplemen makanan yang mengandung zat
besi dan folat. Zat besi berperan penting dalam pembuatan sel darah merah
yang mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sehingga
mengkonsumsi tablet Fe setiap bulannya berguna untuk menganti zat besi
yang hilang karena menstruasi dan untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang
belum tercukupi dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya.22 .

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Noviazahra


(2017) menyimpulkan bahwa hasil analisis p-value 0,005 (<0,05) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
dengan konsumsi Tablet Fe . Hal ini dikarenakan bahwa responden yang
memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori kurang dan tidak mengonsumsi

4
Tablet Fe 1 tablet/minggu yaitu 39 responden (83,0%). Jumlah tersebut lebih
besar jika dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik
dan mengkonsumsi Tablet Fe 1 tabet/minggu yang berjumlah 10 responden
(41,2%)23.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh DLN Aulia (2019)


menyimpulkan bahwa p-value 0,030 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan
antara pengetahuan prilaku remaja putri dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe)
selama menstruasi , Dari 38 responden yang berpengetahuan baik 21
responden (55,3%) yang mengkonsumsi 17 responden (44,7%) yang tidak
mengkonsumsi tablet besi (Fe),sedangkan dari 48 responden yang
berpengetahuan Tidak Baik 15 responden (31,2%) yang mengkonsumsi 33
responden (68,8%) yang tidak mengkonsumsi tablet besi (Fe) 24.

Berdasarkan penelitian nanik dkk (2017)25 dan Akma (2016)26


menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap berhubungan dengan perilaku
remaja putri , penelitian ini sejalan dengan mempengaruhi tindakan remaja
putri dalam mengkonsumsi tablet fe untuk pencegahan anemia .
Berdasarkan penelitian Nadiyah (2021) mengenai variabel sikap, hasil
menunjukkan bahwa yang mendominasi adalah responden dengan
memiliki sikap positif dan mengkonsumsi tablet tambah darah yaitu 62
responden (95,4%). Hasil analisis p- value 0,000 (<0,005) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan
tingkat kepatuhan konsumsi tablet fe 27
. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahfiludin dkk (2016) hubungan sikap
dengan kebiasaan konsumsi tablet tambah darah dengan nilai p=0,031
(p<0,05) artinya responden dengan sikap baik memiliki kemungkinan
mengkonsumsi tablet fe 2,2 kali lebih besar dibandingkan responden
dengan sikap buruk. Dapat disimpulkan sikap yang baik terbukti dapat
menciptakan kepatuhan yang baik dalam mengkonsumsi tablet fe
dikarenakan responden yang memiliki sikap baik juga memiliki kesadaran

5
yang tinggi mengenai pentingnya mengkonsumsi tablet fe sebagai upaya
mencegah anemia pada remaja putri28.
Berdasarkan penelitian Asnawati dkk (2017) di SMA PGRI 4
Banjarmasin menyimpulkan bahwa nilai p value = 0,029 < 0,05 yang
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dan niat konsumsi tablet tambah darah pada remaja puteri29. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Nurbaiti (2018) di SMAN 4 Kota Jambi bahwa
dapat disimpulkan karena p value = 0,021 < α 0,05 menunjukkan
bahwaada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan
perilaku pencegahan anemia.Pada umumnya remaja membutuhkan
dukungan dari keluarga yang memberikan pengaruh yang bermakna pada
tindakan pencegahan terhadap anemia 30.
Berdasarkan penelitian Mulugeta et al (2015) bahwa sekolah dan guru
adalah tempat yang sangat mendukung remaja putri (anak sekolah) untuk
bisa patuh mengonsumsi TTD. Diharapkan adanya kerja sama sektor
kesehatan dan sektor pendidikan, dalam hal ini guru agar mendapatkan
pelatihan tentang gizi. Selain itu penyuluhan gizi dapat disampaikan
sebelum menyanyikan lagu kebangsaan di pagi hari 31.
Menurut Laporan Riskesdas tahun 2018, remaja putri mendapat TTD
sebanyak 76,2% dengan 80,9% mendapatkan TTD dari sekolah, sebanyak
98,6% hanya mengonsumsi 16. Berdasarkan Laporan Riskesdas Provinsi Jambi
(2018) Proporsi riwayat menstruasi remaja putri umur 10-19 tahun yang sudah
menstruasi di Kota Jambi yaitu sebesar 70,02% , Proporsi remaja putri umur
10-19 tahun yang memperolah tablet Fe di kota jambi sebesar 23,10% dan
mendapatkan tablet Fe dalam 12 bulan terakhir yaitu sebesar 67,88% 17.
Menurut Dinas Kesehatan Kota Jambi dalam laporan pencapaian indikator
kinerja pembinaan gizi tahun 2020 didapat cakupan pemberian tablet Fe
sebesar 23% dari sasaran 18.154 orang remaja putri yang mendapatkan tablet
Fe sebanyak 4.120 orang. Berdasarkan data tersebut puskesmas-puskesmas di
Kota Jambi belum mencapai target, akan tetapi puskesmas yang target
sasarannya hanya 14,6% dari jumlah remaja putrinya yaitu Puskesmas

6
Simpang IV Sipin dengan cakupan 14,6% dari jumlah remaja putri sebanyak
4533 orang yang mendapatkan tablet Fe hanya sebanyak 660 orang 32.
Data dari Puskesmas Simpang IV Sipin cakupan pemberian tablet Fe
rendah di SMPN 7 dan SMPIT Nurul Ilmi sebesar 14,6% ditahun 2020 dan
2021 karena dari jumlah remaja putri sebanyak 4.533 orang yang
mendapatkan tablet Fe sebanyak 660 orang dan dikarenakan Covid-19 maka
tidak diberikan tablet Fe, Cakupan pemberian Tablet Fe tahun 2022 sebesar
26,7% di SMAN 10, SMAN 5, SMPN 7, SMPIT Nurul Ilmi, MTS Asas
Islamiyah,SMPN 17, Muhammadiyah dari jumlah remaja putri sebanyak 4533
orang yang mendapatkan tablet fe hanya 1210 orang 33
Kementrian kesehatan memaparkan remaja putri memperoleh zat besi
melalui protein hewani seperti hati, ikan, dan daging karena remaja putri
belum dapat menjangkau makanan tersebut, diperlukannya asupan zat
tambahan yang diperoleh melalui tablet Fe (Kementrian Kesehatan, 2017).
Pemberian TTD pada remaja putri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat
besi bagi para remaja putri yang akan menjadi ibu di masa yang akan datang.
Dengan cukupnya asupan zat besi sejak dini, diharapkan angka kejadian
anemia ibu hamil, pendarahan saat persalinan, BBLR, dan balita pendek dapat
menurun (kemenkes RI 2018).
Menurut Listiana (2016) pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang
mempermudah terbentuknya perilaku. Perubahan perilaku akan terbentuk
secara bertahap, diawali dengan perubahan pengetahuan, kemudian sikap.
Setelah semua stimulus tersebut disadari maka munculah perubahan tindakan/
praktik. Sikap remaja putri terhadap pencegahan anemia merupakan respon
remaja putri terhadap pernyataan mengenai anemia yang terdiri dari
gejala,tanda penyebab,dampak serta upaya dalam pencegahannya 26
. Alasan
saya memilih lokasi di SMA yaitu merupakan remaja putri SMA merupakan
sudah mengalami menstruasi seluruhnya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih dalam faktor -faktor yang mempengaruhi konsumsi tablet fe seperti
pengetahuan, sikap, dukungan dan perilaku. Penelitian ini akan dilakukan di

7
SMAN 5 Kota Jambi merupakan salah satu sekolah dengan jumlah peserta
didik terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin dengan jumlah
siswa 1300 merupakan salah satu SMA yang berada di bawah wilayah
Puskesmas Simpang IV Sipin dengan jumlah siswa perempuan
terbanyak.Laporan Indikator pencapaian kinerja pembinaan gizi Kota Jambi
pentingnya konsumsi tablet Fe pada remaja putri dalam pencegahan dan
pegendalian kepada kesehatan remaja, sepentang telusuran penelini belum ada
penelitian sejenis . Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dukungan, dengan
Perilaku Konsumsi tablet Fe saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 5
Kota Jambi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan Pengetahuan, Sikap, Dukungan dengan Perilaku tablet Fe Saat
Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA 5 Kota Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dukungan dan perilaku
tablet fe saat menstruasi pada remaja putri di SMA 5 Kota Jambi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tentang pengetahuan, sikap, dukungan, perilaku
konsumsi tablet Fe saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 5 Kota
Jambi
2. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
konsumsi tablet fe saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 5 Kota
Jambi
3. Untuk Mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi tablet
fe saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 5 Kota Jambi
4. Untuk Mengetahui hubungan antara dukungan dengan perilaku konsumsi
tablet fe saat menstruasi pada remaja putri di SMAN 5 Kota Jambi

8
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Hasil Penelitian ini diaharapkan dapat menjadi informasi dan referensi
bagi mahasiswa dan dosen mengenai hubungan pengetahuan, sikap,
dukungan dengan perilaku tablet fe saat menstruasi pada remaja putri di
SMA 5 Kota Jambi.
2. Bagi Remaja
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya Untuk menambah wawasan
remaja putri tentang manfaat mengkonsumsi tablet Fe sehingga faktor
risiko kejadian anemia dapat dihindari.
3. Bagi SMAN 5 Kota Jambi
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi sekolah untuk
lebih meningkatkan program pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja.
4. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, wawasan peneliti terkait informasi mengenai
Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dukungan dengan Perilaku Konsumsi
Tablet Fe Saat Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA 5 Kota Jambi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Menstruasi

9
Dalam Penelitian Ada RC Nwokocha, Josephat M. Chinawa*, Agozie C.
Ubesie, Vivian I. Onukwuli and Pius C. Manyike Menyebutkan bahwa
Menstruasi adalah keluarnya darah dan lapisan mukosa rahim secara periodik
melalui vagina. Timbulnya keluarnya cairan ini disebut menarche dan dimulai
pada atau sebelum kematangan seksual dan berhenti saat menopause . Awal
menstruasi menandai dimulainya kehidupan reproduksi. Menstruasi
merupakan fenomena alam yang terjadi sepanjang masa reproduksi setiap
wanita 34

2.1.1 Siklus Menstruasi


Menurut Ety Hadisaputro (2018) Siklus menstruasi merupakan
suatu rangkaian proses yang saling mempengaruhi dan terjadi secara
bersamaan di endometrium, kelenjar hipotalamus, dan hipofisis, serta
ovarium. Tujuan siklus menstruasi adalah membawa ovum yang matur dan
memperbarui jaringan uterus untuk persiapan pertumbuhan atau fertilisasi.
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur 15
terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal,
sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan)
dan masa sekresi. Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap
perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium
(lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rahim, terletak di bagian
tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah
lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi, 2/3 bagian endometrium
disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian
terdalamnya disebut sebagai desidua basalis Sistem hormonal yang
mempengaruhi siklus menstruasi adalah 35 :
1. FSH-RH (Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
LH-RH (Luteinizing Hormone Releasing Hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.

10
2. PIH (Prolactine Inhibiting Hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin. Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang
dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di
dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 (satu) folikel yang
terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1 (satu),
dan folikel tersebut.35
2.1.2 Gangguan Menstruasi
Menurut Wiyono (2015) memaparkan bahwa:
1. Polimenorea Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21
hari, perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid
normal. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti ovarium
karena peradangan, endometriosis, dan lai-lain. Pada gangguan hormonal
terjadi gangguan ovulasi yang menyebabkan pendeknya masa luteal.
Diagnosis dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan hormonal dan
laboratorium lain.
2. Oligomenorea Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35
hari, dengan perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini
kesehatan penderita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
3. Amenorea Keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3 bulan
berturut-turut.Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan
sekunder.Amenorea primer ialah kondisi dimana seorang perempuan
berumur 18 tahun atau lebih tidak pernah haid, umumnya dihubungkan
dengan kelainan-kelainan kongenital dan genetik.Amenorea sekunder
adalah kondisi dimana seorang pernah mendapatkan haid, tetapi kemudian
tidak mendapatkan haid, biasanya merujuk pada gangguan gizi, gangguan
metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Ada pula amenorea
fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan
setelah menopause.36

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Defenisi Pengetahuan

11
Dalam Buku Notoadmodjo S (2012), pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi 37
.
Menurut Notoadmodjo S (2007), pengetahuan adalah suatu istilah
yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang
sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas
unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal
yang ingin diketahui. Oleh karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya
subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan
objek yang merupakan sesuatu yang dihadapi. Jadi bisa dikatakan
pengetahun adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu 38
2.2.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatdmojo (2014) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan
yang masing-masing individu memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
antara lain yaitu:
a. Tahu (know)
Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat kembali apa
yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan pengetahuan
pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan
pengetahuan pada tingkatan ini adalah seperti menguraikan,
menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan. Contoh tahapan ini antara
lain: menyebutkan definisi pengetahuan, menyebutkan definisi rekam
medis, atau menguraikan tanda dan gejala suatu penyakit.
b. Memahami (comprehension)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan benar.

12
Seseorang yang telah faham tentang pelajaran atau materi yang telah
diberikan dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan
objek atau sesuatu yang telah dipelajarinya tersebut. Contohnya dapat
menjelaskan tentang pentingnya dokumen rekam medis.
c. Aplikasi (application)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat mengaplikasikan
atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya pada situasi kondisi
nyata atau sebenarnya. Misalnya melakukan assembling (merakit)
dokumen rekam medis atau melakukan kegiatan pelayanan
pendaftaran.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen yang ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis yang dimiliki seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
memisahkan dan mengelompokkan, membedakan atau
membandingkan. Contoh tahap ini adalah menganalisis dan
membandingkan kelengkapan dokumen rekam medis menurut metode
Huffman dan metode Hatta.
e. Sintesis (synthesis)
Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam
mengaitkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi
suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan sintesisini seperti
menyusun, merencanakan, mengkategorikan, mendesain, dan
menciptakan. Contohnya membuat desain form rekam medis dan
menyusun alur rawat jalan atau rawat inap.
f. Evaluasi (evalution)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Evaluasi dapat digambarkan sebagai proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif keputusan.39

13
2.2.3 Faktor-faktor Pengetahuan
Minda Farahdilla (2016) m
emaparkan Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan
individu adalah faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
a. Faktor internal
1. Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara individu berperilaku
terhadap model hidup, terutama dalam merangsang sikap. Semakin
tingginya tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah untuk
memilih data yang tetap menambahkan informasi tambahan.
2. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan tindakan untuk membantu individu dan
kehidupan sehari-hari.
3. Usia
Usia adalah suatu individu yang ditentukan dari lahir sampai
dengan ulang tahun.
b. Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
Lingkungan mempengaruhi pergantian pertumbuhan serta perilaku
indiviudu maupun kelompok. Apabila lingkungan tidak
mendukung, maka orang maupun kelompok akan berperan kurang
baik. Akan tetapi, apabila lingkungan mendukungnya secara
positif, maka orang dan kelompok juga akan berperan positif.
2. Sosial budaya
Sosial-sosial yang ada di masyarakat juga mempengaruhi
perspektif yang mempengaruhi dalam mendapatkan data individu.40
2.2.4 Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan dapat diukur
dengan cara melakukan tes wawancara serta angket kuesioner, di mana tes
tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang diukur dari subyek penelitian. Pengukuran tingkat pengetahuan

14
bertujuan untuk mengetahui pengetahuan seseorang dan dirangkum dalam
tabel distribusi frekuensi.
Pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Tingkat Pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu menjawab
pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar ≥ 75% dari seluruh
pernyataan dalam kuesioner.
2. Tingkat Pengetahuan dikatakan cukup jika responden mampu
menjawab pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 56-74%
dari seluruh pernyataan dalan kuesioner.
3. Tingkat Pengetahuan dikatakan kurang jika responden mampu
menjawab pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar < 55% dari
seluruh pernyataan dalam kuesioner 41.
2.3 Sikap
2.3.1 Defenisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan diatas
dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku 37.
2.3.2 Komponen Sikap
Notoatmodjo (2012) menyatakan,bahwa sikap mempunyai kelompok
pokok,antara lain:
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa ayang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype
yang memiliki individu mengenai ssuatu dapat disamakan penanganan

15
(opini) terutama apabila menyangkut maslaah isu atau problem yang
kontroversial.
b. Komponen efektif merupakan perasaan yang mneyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif yang disamakan dengan perasaan yang
dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai denga sikap yang dimiliki seseorang dan berisi terdensi atau
kecenderungan untuk bertindak dan berkasi terhadap sesuatu dengan cara-
cara tertentu, dan berkaitan dengan objek yang dihadapi adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk
tendensi pelaku.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini
pengetahuan,pikiran,keyakinan,dan emosi memegang peranan penting.
2.3.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmodjo (2012), sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah –
ceramah tentang gizi.
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
Misalnya seorang ustadz yang memberikan respons kepada istrinya

16
ketika sang istri ditawarkan untuk menggunakan kontrasepsi kepada
istrinya.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi,
adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang
ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari
mertua atau orang tuanya sendiri.37
2.3.4 Cara Mengukur Sikap
Menurut Notoadmodjo (2011) Memaparkan bahwa Pengukuran
sikap dapat dinyatakan dengan komentar secara langsung ataupun
pandangan responden terhadap sesuatu objek tertentu. Berikutnya
cenderung diakhiri dengan sebagian pandangan spekulatif dan setelah itu
memohon guna evaluasi dari responden tentang pandangannya 42.
Penelitan and Dukungan (2021) menjelaskan bahwa Pengukuruan
sikap dapat dibagi dengan beberapa cara, sebagai berikut:
a. Wawancara langsung dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang ditanyakan langsung kepada responden.
b. Observasi langsung dilakukan melalui pengamatan langsung tingkah laku
individu terhadap suatu obyek sikap.
Kuesioner sikap digunakan dengan mengukur nilai tertentu dalam
obyek sikap di setiap pernyataan. Pengukuran sikap dapat diukur dengan
menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang sering
digunakan dalam pengukuran sikap. Skala Likert menggunakan kategori
jawaban berkisar sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Peneliti dapat

17
menggunakan 5 kategori tingkat persetujuan (sangat setuju, setuju, ragu-
ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju). Selain itu peneliti dapat
menggunakan 7 kategori namun ada pula peneliti yang memakai empat
atau enam kategori jawaban dengan alasan menghindari kategori tengah.
Karena pada variabel sikap harus ditentukan apakah responden bersikap
positif atau negatif oleh sebab itu biasanya digunakan skala dengan
kategori jawaban genap.
2.4 Dukungan
2.4.1 Defenisi Dukungan
Pertiwi (2019) memaparkan bahwa segala bentuk informasi
verbal ataupun non verbal yang bersifat saran, bantuan yang nyata
maupun tingkah laku diberikan oleh sekelompok orang yang dekat dan
akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya, atau dalam bentuk
lain juga bisa berupa kehadiran ataupun segala sesuatu hal
yang dapat memberikan keuntungan emosional yang berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya 43.
2.4.2 Cara Pengukuran Dukungan
Menurut 43 ada tiga cara untuk mengukur besarnya dukungan :
1. Pesceived social support: cara pengukuran ini berdasarkan pada
perilaku subjektif yang dirasakan individu mengenai tingkah laku
orang disekitarnya, apakah memberikan dukungan atau tidak.
2. Social embeddnes: cara pengukuran ini berdasarkan ada atau tidaknya
hubungan antara individu dengan orang lain di sekitarnya. Focus
pengukuran ini tidak melihat pada kualitas dan keadekuatan, tetapi
hanya melihat jumlah orang yang berhubungan dengan individu.
3. Enected support: cara pengukuran ini fokus pada seberapa sering
perilaku dari orang sekitar individu yang dapat digolongkan kedalam
pemberian dukungan yang diterima individu. 43
2.5 Perilaku
2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Kesehatan

18
Menurut buku Notoatmodjo (2003), menganalisis bahwa perilaku
manusia dari tingkatan kesehatan. Tingkat kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku
(behaviour causer) dan faktor dari luar perilaku (non behaviour causer).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor
yaitu
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau
sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obatobatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Di simpulkan
bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan
oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas,
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan
Clark yang disebut pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan
baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah suatu masalah
kesehatan atau penyakit. Pencegahan berhubungan dengan masalah
kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar
(Notoatmodjo, 2007).
2.6 Tablet Fe
2.6.1 Pengertian Tablet Fe
Menurut Buku 44
Tablet tambah darah adalah suplemen gizi yang
mengandung senyawa zat besi yang setara dengan 60 mg besi elemental
dan 400 mcg asam folat.

19
2.6.2 Fungsi Zat Besi
Menurut Almatsier (2014) dalam 45
a. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
b. Sebagai alat angkut eletron pada metabolisme energi
c. Sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-
obatan.
2.7 Dosis Pemberian
Menurut Lestari (2012) sebagai berikut Tablet Fe akan efektif sebagai
salah satu perbaikan gizi, apabila di minum sesuai aturan pakai. sebagai
berikut:
a. Minum satu tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum
satu tablet per hari setiap hari selama haid.
b. Untuk ibu hamil, minum satu tablet tambah darah setiap hari paling sedikit
selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
c. Minum tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh,
susu, atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh
sehingga manfaatnya jadi berkurang.
d. Efek samping yang di timbulkan gejala ringan yang tidak membahayakan
seperti perut terasa tidak enak, mual, susah BAB dan tinja berwarna hitam
6

2.8 Manfaat tablet zat besi


Menurut 46
manfaat Tablet Fe sebagai berikut:
a. Pengganti zat besi yang hilang bersama darah pada wanita dan remaja
putri saat haid.
b. Wanita hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi
yang perlu disediakan sedini mungkin semenjak remaja
c. Mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia.
d. Meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber
daya manusia seta generasi penerus.
e. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri.46
2.9 Anemia Defisiensi Besi

20
2.9.1 Defenisi Anemia
Menurut WHO-VMNIS (2011), anemia didefinisikan sebagai
konsentrasi Hb dibawah 13 g/dl pada pria ≥ 15 tahun, dibawah 12 g/dl
pada wanita yang tidak hamil dan berumur ≥ 15 tahun, dan dibawah 11
g/dl pada wanita yang hamil.
Sulistiyani (2010) mendefinisikan anemia adalah suatu keadaan
terjadinya kekurangan baik jumlah maupun ukuran eritrosit atau
banyaknya hemoglobin sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara darah dan sel jaringan terbatasi. Anemia tidak pernah menjadi sebab
utama dari suatu penyakit, biasanya anemia selalu menjadi akibat
sampingan dari keadaan patologis suatu penyakit tertentu.
Menurut Kemenkes RI (2016) terdapat tiga penyebab anemia, yaitu:
a. Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi dari pangan baik hewani maupun nabati
sebagai sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin, dimana hemoglobin merupakan komponen dari sel darah
merah. Zat gizi lain yang berperan penting dalam pembuatan
hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12. Pada penderita
penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan keganasan
seringkali disertai anemia karena kekurangan asupan zat gizi atau
akibat dari infeksi itu sendiri.
b. Perdarahan (loss of blood volume)
Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun atau perdarahan karena menstruasi
yang lama dan berlebihan.
c. Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena
terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa. Pada penderita
talasemia, kelainan darah terjadi secara genetik yang menyebabkan

21
anemia karena sel darah merah cepat pecah, sehingga mengakibatkan
akumulasi zat besi dalam tubuh
2.10 Anemia Gizi Besi
Penyebab Anemia Gizi Besi menurut Taufiq Rohman, S.Pd.I, 2019
sebagai berikut:
1. kurangnya konsumsi zat besi yang berasal dari makanan atau rendahnya
absorpsi zat besi yang ada dalam makanan.
2. Kebutuhan yang meningkat akibat pertumbuhan
3. Kehilangan darah dalam jumlah banyak yang disebabkan oleh
haid,operasi,kecelakaan 47
2.11 Gejala Anemia
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu,
Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (“kepala
muter”), mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai, serta
sulit konsentrasi. Secara klinis, penderita anemia ditandai dengan“pucat”
pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku, dan telapak tangan .
Berikut beberapa penyebab Remaja Putri lebih mudah terkena Anemia :
a. Remaja putri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan
pesat sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat untuk meningkatkan
pertumbuhannya.
b. Remaja putri seringkali melakukan diet yang keliru yang bertujuan untuk
menurunkan berat badan, diantaranya mengurangi asupan protein hewani
yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin darah.
c. Remaja putri yang mengalami haid akan kehilangan darah setiap bulan
sehingga membutuhkan zat besi dua kali lipat saat haid. Remaja putri juga
terkadang mengalami gangguan haid seperti haid yang lebih panjang atau
darah yang keluar lebih banyak dari biasanya.
2.12 Pencegahan dan pengobatan Anemia
1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan
bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama

22
sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah yang
cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber
pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun
penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani. Makanan yang
kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas,
sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-
kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati
perlu mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti
jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain,seperti
tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.
2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi
kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan
membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan
tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah
difortifikasi di Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak goreng,
mentega, dan beberapa snack.
3. Suplementasi zat besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan
terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian
suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan
untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan
untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh.

2.2 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
(Predisposing factors) :
1.Pengetahuan
23
2.Sikap
3.Pendidikan
Faktor Pendukung : Perilaku Konsumsi
1.Tersedianya fasilitas Tablet Fe Saat
atau sarana kesehatan Menstruasi

2.Pendidikan kesehatan

Faktor Penguat :
1.Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
2.Dukungan keluarga
3.Dukungan
teman/guru/orang
terdekat

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Modifikasi Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012)

2.3 Kerangka Konsep

Pengetahuan

24
Sikap
Perilaku Konsumsi Tablet
Fe Saat Menstruasi
Dukungan Orang tua

Dukungan Guru

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dukungan dan Perilaku
Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMA 5 Kota Jambi.

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara Pengetahuan Remaja dengan perilaku Konsumsi


Tablet Fe di SMAN 5 Kota Jambi
2. Ada hubungan antara sikap Remaja dengan perilaku Konsumsi Tablet Fe
di SMAN 5 Kota Jambi
3. Ada hubungan antara dukungan dengan perilaku konsumsi tablet fe di
SMAN 5 Kota Jambi

BAB III

25
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan menggunakan
desain cross sectional Analitik.Teknik studi cross sectional mempelajari
hubungan antara faktor predisposisi dan pendukung dengan perilaku,
pengukuran terhadap variabel bebas dan terikat dilakukan sekali dalam
satu waktu bersamaan. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis
hubungan pengetahuan, sikap, dukungan sekolah, dengan Perilaku
konsumsi tablet Fe.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 5 Kota Jambi di wilayah kerja
Puskesmas Simpang IV Sipin. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini
dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan hasil dan
pembahasan penelitian direncanakan pada Januari – Maret 2023.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan dari bagian objek penelitian yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subyek
yang mempunyai karakteristik tertentu Populasi target dalam
penelitian ini adalah seluruh siswi perempuan SMAN 5 Kota Jambi
sebanyak 718 orang dan seluruh siswi perempuan kelas XI sebanyak
250 orang. Populasi sumber adalah seluruh siswi Perempuan kelas
X,XI,XII dan seluruh siswi perempuan kelas XI SMAN 5 Kota Jambi.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi populasi terpilih
dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasi
penelitian subjek penelitian.
Sampel pada penelitian ini merupakan remaja putri yang memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria inklusi merupakan karateristik umum yang
harus dipenuhi oleh peserta agar dapat disertakan dalam penelitian dan

26
kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan peserta yang
memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian
Perkiraan besar Sampel yang akan diperlukan penelitian ini dihitung
dalam rumus lemeshow dikarenakan jumlah populasi (N) diketahui:
2
Z P ( 1−P ) N
n= 2 2
d ( N −1 )+ Z
Keterangan :
n : Besar Sampel
N : Besaran Populasi (250 remaja putri yang berusia 15-19 tahun)
Z : Standar deviasi normal (1,96 dengan CL 95%)
P : Target Populasi (0,5)
d: Derajat ketepatan yang digunakan (= 5%)
Perhitungan besar sampel minimum:

Z 2 P ( 1−P ) N
n= 2 2
d ( N −1 )+ Z
( 1,96 )2 0,5 ( 1−0,5 ) 718
n=
0 , 05² (718−1 ) +1 ,96²
689,5672
n=
5,6341
n= 122,39≈ 122
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel minimum, maka besar
sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 54
orang.Untuk mencegah atau mengantisisipasi terjadinya missing data
maka jumlah sampel ditambah 10% menjadi 132 orang.
Jumlah responden berdasarkan kelas :

No. Kelas Distribusi dan Jumlah Sampel


1. IPA 1 31
X 132 = 16
250
2. IPA 2 26
X 132 = 14
250

27
3. IPA 3 32
X 132 = 17
250
4. IPA 4 8
X132 = 4
250
5. IPA 5 18
X 132 = 10
250
6. IPA 6 16
X 132 = 8
250
7. IPA 7 15
X 132 = 8
250
8. IPA 8 27
X 132 = 14
250
9. IPS 1 25
X 132 = 13
250
10. IPS 2 18
X 132 = 10
250
11. IPS 3 15
X 132 = 8
250
12. 1PS 4 19
X 132 = 10
250
Total = 132

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yaitu karekteristik populasi yang bisa dijadikan
sampel:
1. Siswi kelas XI SMAN 5 Kota Jambi yang masih aktif
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Sudah Menstruasi
3. Bersedia menjadi responden penelitian
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu:
1. Responden sakit pada saat penelitian

2.

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Pada penelitian ini dilakukan cara pengambilan sampel dengan metode
proportional random sampling yakni dengan stratifikasi berdasarkan

28
subjek memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai subjek
dalam penelitian.

3.4 Defenisi Operasional


Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1. Pengetahuan Suatu keadaan Kuesioner 1.Kurang Ordinal
dimana remaja baik <
putri dapat median
menguasai dan 2. Baik ≥
memahami median
pengertian Arikunto
tentang (2003) 48
pemberian
tablet Fe
2. Sikap Sikap adalah Kuesioner 1.Negatif < Ordinal
bentuk remaja Median
putri 2.Positif ≥
menerima dan Median
merespon Amir Mt
dengan (2015)
menyatakan 49

dengan
nantinya akan
minum tablet
fe atau tidak
minum, baik
respon positif
maupun
respon
negatife untuk
mencegah
anemia
3. Dukungan Upaya Kuesioner 1.Baik: > Ordinal
Guru guru/pihak Median
sekolah untuk 2. Kurang
meningkatkan Baik:
kepatuhan <Median
konsumsi

29
Tablet Fe: Rahayu u
a.mengingatka (2019) 50
n jadwal untuk
meminum
Tablet Fe,
b.konseling
tentang Tablet
Fe
4. Dukungan Pemberian Kuesioner 1.Kurang Ordinal
Keluarga motivasi, mendukung<
perhatian, Median
informasi, 2.Mendukun
serta nasehat, g ≥ median
orang tua di
rumah untuk Rahayu u
konsumsi TTD (2019) 50
pada remaja
putri
5. Perilaku Perilaku Kuesioner 1.Kurang Ordinal
Konsumsi remaja putri baik <
Tablet Fe dalam Median
menanggapi 2. Baik ≥
kosumsi tablet Median
fe saat Febria debby
menstruasi. (2019) 51

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan dalam
pengumpulan data atau informasi dalam sebuah penelitian. Pada penelitian
ini pengumpulan data menggunakan data sekunder, lembar observasi dan
kuisioner. Pada saat melakukan wawancara lembar observasi dilakukan
oleh peneliti dengan menanyakan langsung pertanyaan yang ada dilembar
observasi begitupula dengan lembar kuesioner. Hasil dari lembar observasi
akan diuji menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Sebelum dilakukannya observasi atau pengamatan maka terlebih
dahulu harus dilakukan uji validitas pada instrumen agar tidak terjadi
kesalahan paada saat pengukuran atau pengambilan data. Validitas
merupakan suatu nilai (indeks) tentang kesesuaian pengukuran data.
Pengukuran validitas data biasanya menggunakan rumus korelasi

30
product moment pearson yang membandingkan hasil antara r hitung
dan r tabel. Pengukuran data dikatakan valid jika r tabel lebih kecil
dari pada r hitung dimana df = n-2 dengan tingkat kemaknaan (sig)
5%. Pada penelitian ini, pengujiannya dapat dilakukan di pasar
tradisional yang memiliki klasifikasi atau ciri yang sama dengan pasar
tradisional yang akan diteliti oleh peneliti.
2. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas data pada kuesioner apakah kuesioner dapat dipercaya
sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas adalah suatu indeks (nilai)
untuk menunjukkan alat ukur yang digunakan dapat dipercaya atau
tidak, yang mana uji ini dapat dilihat pada nilai cronbach alpha yang
juga membandingkan antara hasil r tabel dan r hitung, jika r hasil (nilai
Alpha) lebih besar dari konstanta (0,60) maka instrumen pertanyaan
tersebut reliabel.

3.6 Metode Pengumpulan Data


3.6.1 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang di kumpulkan langsung oleh peneliti
dari objek yang di teliti . Data primer dalam penelitian ini adalah
berasal dari responden, dengan cara peneliti membagikan lembar
kuesioner tentang pengetahuan,sikap.dukungan,dan perilaku
remaja terhadap konsumsi tablet fe.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi dan data dari puskesmas berupa data pemberian
tablet fe per sekolah pada remaja putri serta data dari pihak
sekolah berupa data jumlah remaja putri kelas X dan XI ,XII
SMA,Daftar Absen Remaja Putri Kelas XI .

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

31
1. Data Primer
Data primer penelitian ini dikumpulkan dengan cara yaitu
membagikan lembar kuesioner ataupun wawancara kepada
responden untuk mendapatkan data tentang pengetahuan, sikap,
dukungan keluarga, dukungan guru, dan perilaku konsumsi tablet
fe saat menstruasi.
2. Data Sekunder
Penelitian ini menggunakan data sekunder diperoleh dari
pihak lain atau secara tidak langsung untuk membantu penulisan
penelitian. Selain itu data ini diperoleh melalui tulisan ataupun artikel-
artikel terkait media cetak maupun media sosial. Data sekunder
penelitian ini diantaranya jurnal ilmiah, buku, data Kementerian
Kesehatan Indonesia, data Dinas Kesehatan Kota Jambi laporan
pencapaian indikator kinerja pembinaan gizi Kota Jambi dan laporan
kegiatan kesehatan reproduksi (dewasa) TK Kabupaten/Kota dan data
UPTD Puskesmas Simpang IV Sipin laporan pemberian tablet tambah
darah pada remaja tahun 2020, 2021, 2022, dan jumlah anak yang
didapatkan dari catatan bagian kemahasiswaan di SMAN 5 Kota
Jambi.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan system komputer dengan
beberapa tahap, yaitu:
a. Editing
Editing merupakan bentuk kegiatan untuk mengecek
kembali atau perbaikan isi kuesioner. Peneliti meneliti
kembali kelengkapan data yang terkumpul apakah data
tersebut sudah terisi dengan jelas dan lengkap.
b. Coding

32
Coding adalah kegiatan mengklarifikasikan data dan
diberikannya kode untuk masing-masing variabel yang
digunakan sebagai bahan acuan
1. Pada variabel pengetahuan, diberikan kode 1=
pengetahuan kurang, 2= pengetahuan baik.
2. Pada variabel sikap, diberikan kode 1= sikap negatif
dan 2 = sikap positif.
3. Pada variabel dukungan keluarga, diberikan kode
1=dukungan keluarga kurang dan 2= dukungan
keluarga baik.
4. Pada variabel dukungan guru, diberikan kode 1=
perilaku dukungan guru kurang dan 2 = dukungan
guru baik
5. Pada variabel dukungan perilaku, diberikan kode 1=
perilaku konsumsi tablet fe saat menstruasi buruk
dan 2 = perilaku konsumsi tablet fe saat menstruasi
baik.
c. Scoring
Scoring adalah menetapkan atau memberikan untuk setiap
variabel atau pertanyaan berdasarkan total nilai yang diperoleh.
1. Pada variabel pengetahuan, dikategorikan menjadi 2
yaitu kurang jika persentase < mean, dan baik jika
persentase > mean.
2. Pada variaabel sikap, dikategorikan menjadi 2 yaitu
negatif jika persentase < mean dan positif jika ≥.
d. Entry Data
Data yang sudah diperiksa secara cermat lalu dimasukkan
ke dalam program komputer untuk dianalisis.
3.7.2 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 2 analisis, yaitu:
1. Analisis Univariat

33
Melihat gambaran distribusi frekuensi ataupun karateristik dari
masing-masing variabel yang akan diteliti.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilaksanakan untuk melihat hubungan antara
variabel dependen dan independent dan menggunakan analisis
Chisquare (x² ¿ dengan Confidence Interval (CI) ≤ 95% dan batas
derajat kemaknaan (α) < 0,05 diolah dengan menggunakan system
komputerisasi dengan menggunakan program SPSS. Hasil analisis x ²
yaitu apabila p ≤ 0,05 Ha diterima dan p > 0,05 maka Ha ditolak.
3.8 Etika Penelitian
Etika dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Persetujuan (Informed Consent)
Adalah bukti persetujuan antara peneliti dan responden dengan
diberikannya lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan
kepada calon responden. Hal ini memiliki tujuan untuk responden
mengerti maksud dari penelitian.
b. Tanpa nama (Anomity)
Kerahasiaan nama ataupun identitas drai calon responden akan
dijaga oleh peneliti yaitu hanya dengan membuat inisial calon
responden pada lembar kuesioner.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Informasi yang didapatkan dari responden dijaga kerahasiannya
oleh peneliti, hanya sebagian data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil penelitian.
d. Perlakuan adil (Fair Treatment)
Berupa Jaminan yang diterima oleh responden agar diperlakukan
secara baik dan adil, hal itu dilakukan baik sebelum, selama
ataupun sesudah terlaksananya penelitian.

3.9 Jalannya Penelitian


Alur jalannya penelitian diantaranya:

34
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti akan meminta izin dengan pihak SMAN 5 Kota Jambi
untuk melakukan penelitian.
b. Mengumpulkan data-data yang terkait dengan identitas
responden.
c. Meminta persetujuan wali kelas.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengajukan izin penelitian ke SMAN 5 Kota Jambi.
b. Menentukan Sampel penelitian.
c. Membagikan lembar kuesioner kepada responden penelitian.
d. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2023
e. Sebelum pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan
pemberian penjelasan terhadap kuesioner dan informed consent
pada responden
f. Meminta responden mengisi pertanyaan pada kuesioner, waktu
yang disediakan yaitu selama 25 menit.
g. Penelitian dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner
kepada responden yang dipilih oleh peneliti sesuai dengan
kriteria penelitian. Penelitian berlangsung kurang lebih 1
minggu karena pembagian dan pengisian kuesioner dilakukan
dengan membagi responden berdasarkan kelas.
h. Setelah kuesioner diisi dan dikumpulkan, selanjutnya peneliti
memeriksa kembali jawaban di kuesioner. Jika ditemukan data
yang tidak lengkap, maka peneliti meminta responden yang
bersangkutan agar dapat melengkapi kembali kuesioner
tersebut.
3. Tahap Akhir Penelitian
Tahap akhir penelitian yaitu meminta surat penelitian dari pihak
sekolah, Penyusunan skripsi, sidang skripsi dan publikasi.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. World, Organization H. Defenisi Remaja. 2015.


2. Statistik BP. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Golongan
Umur 2021-2022. 2022.
3. Rusilanti IA. Gizi Terapan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya; 2013.
4. Rahayu A. Buku Ajar: Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Lansia. 2018.
5. Achmad DS. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat; 2010.
6. Lestari P, Widardo W, Mulyani S. Pengetahuan Berhubungan dengan
Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2
Banguntapan Bantul. J Ners dan Kebidanan Indones. 2016;3(3):145.
7. Masthalina H. Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe)
Terhadap Status Anemia Remaja Putri. J Kesehat Masy. 2015;11(1):80.
8. Pujiningsih E, Kurniatun K. Deskripsi Pengetahuan Siswi Kelas X tentang
Pentingnya Mengkonsumi Tablet Tambah Darah (TTD) di SMAN 1
Pringgasela Lombok Timur. J Ilmu Kesehat dan … [Internet]. 2020;8(2).
Available from: http://ejournal.unwmataram.ac.id/jikf/article/view/1100
9. . Geneva W. The Global Prevanlence Of Anemia In 2011. 2011.
10. Herlinadiyaningsih, Susilo RP. Association BetweenMenstrual Pattern and
Level of Iron Consumtion with Incidence of Anemia Among Adolescent
Girls. J Kebidanan Indones. 2019;10(1):1–11.
11. Kerja EPTLC in PDW iron and folic acid supplementation programmes for
women of reproductive age: an analysis of best programme practices (short
version), 1. Anemia ID and control. 2. I 3. F acid. 4. D supplements., )5.
Women’s health. ISBN 978 92 9061 524 8 (NLM Classification: WA 309,
©. WHO Library Cataloguing in Publication Data Weekly iron and folic
acid supplementation programmes for women of reproductive age: an
analysis of best programme practices (short version) 1. Anemia, Iron-
Deficiency–prevention and control. 2. Iron. 3. Folic a. Angew Chemie Int
Ed 6(11), 951–952. 1967;13(April):15–38.
12. OMS Organización Mundial de la Salud. The global prevalence of anaemia
in 2011. Who. 2011;1–48.
13. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Vol. 1, Science as Culture.
2018. 146–147 p.
14. Jambi DKK. Laporan Kegiatan Kesehatan Remaja TK.Kabupaten/Kota.
2020.
15. Ummi Kalsum & Raden Halim. Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja.
2016;18.

36
16. Riskerdas K. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS). J Phys A
Math Theor [Internet]. 2018;8(44):1–200. Available from:
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
17. Riskesdas PJ. Laporan Riskesdas Provinsi Jambi 2018. Badan Penelit dan
Pengemb Kesehat Jambi [Internet]. 2018;500. Available from:
http://anyflip.com/cjsr/qctv
18. Jambi DKP. Presentase Remaja Putri yang mendaptkan tablet Fe. 2019.
19. Hamranani SST, Permatasari D, Subiakni B. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap dengan Kepatuhan Minum Obat Tablet Fe pada Remaja Putri Kelas
X di SMKN 1 Klaten. Stikes Muhammadiyah Klaten. 2019;
20. Komputindo; : PT Elex Media. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta;
2008.
21. Aulakh DR. Adolescent Anemia: Risk Factors. Pediatr Rev Int J Pediatr
Res. 2016;3(7):477–8.
22. Andani Y, Esmianti F, Haryani S. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP KONSUMSI TABLET TAMBAH
DARAH ( TTD ) DI SMPNEGERI I KEPAHIANG Relationship Of
Knowledge And Attitudes Of Adolescent Private Vocational School , To
The Consumption Of Additional Blood Tablets ( Ttd ) At. J Kebidanan
Besurek [Internet]. 2020;5(2):55–62. Available from:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/744/600
23. Noviazahra D. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Konsumsi Tablet
Tambah Darah Dalam Program Sekolah Peduli Kasus Anemia Pada Siswi
Sma Negeri Di Kabupaten Bantul Tahun 2017 Dhina. J Chem Inf Model.
2017;53(9):1689–99.
24. Aulia DLN. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRILAKU
REMAJA PUTRI DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI (FE)
SELAMA MENSTRUASI. 2019;3(3):138–40.
25. Setyowati ND, Riyanti E, Indraswari R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Makan Remaja Putri Dalam Pencegahan Anemia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simongan. J Kesehat Masy [Internet].
2017;5:2356–3346. Available from:
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
26. Listiana A. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah. J Kesehat. 2016;7(3):455.
27. Nuzrina R. Hubungan, Pengetahuan, D., Terhadap, S., Konsumsi, K.,
Tambah, T., Between, R., Students, F., Compliance, K. O. F., Studi, P.,
Universitas, G., & Unggul, E. (2021). Jurnal Riset Gizi. Ris Gizi.
2021;9(1):22–7.

37
28. Risva TC, Rahfiludin MZ. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kebiasaan Konsumsi Tablet Tambah Darah Sebagai Upaya Pencegahan
Anemia Pada Remaja Puteri (Studi Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di
Fakultas Kesehatan Masyaratak Universitas Diponegoro). J Kesehat Masy
[Internet]. 2016;4(3):2356–3346. Available from: http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm
29. Savitry NSD, Arifin S, Asnawati A. Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Niat Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Remaja Puteri. Berk
Kedokt. 2017;13(1):113.
30. Nurbaiti N. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencegahan Anemia
pada Remaja Putri di SMA Negeri 4 Kota Jambi Tahun 2018. J Ilm Univ
Batanghari Jambi. 2019;19(1):84.
31. Mulugeta A, Tessema M, H/sellasie K, Seid O, Kidane G, Kebede A.
Examining means of reaching adolescent girls for iron supplementation in
Tigray, Northern Ethiopia. Nutrients. 2015;7(11):9033–45.
32. Jambi DKK. Laporan pencapaian Indikator Kinerja pembinaan gizi
triwulan Kota Jambi Bulan : Triwulan IV.
33. SIPIN PSI. Pemberian Tablet tambah Darah Pada Remaja 2020,2021,2022.
2022.
34. Nwokocha ARC, Chinawa JM, Ubesie AC, Onukwuli VI, Manyike PC.
Pattern of teen menstruation among secondary school girls in south east
Nigeria. J Pediatr Endocrinol Metab. 2016;29(3):343–50.
35. Hadisaputro E. Pengaruh Abdominal Stretching Exercise Terhadap
Penurunan Kadar Prostaglandin Pada Dismenore Primer. J Keperawatan
[Internet]. 2018;1–41. Available from:
http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/2594
36. Wiyono D. Gangguan Siklus Menstruasi. Gangguan Menstruasi. 2015;7–
29.
37. Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan. Jakarta: EGC.
2012.
38. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 2007. 1–248 p.
39. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi revisi.
Jakarta: Rineka Cipta. 2014.
40. Farahdilla M. Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Mkjp) Di Perumnas Mandala
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.
2016;2(1): 112.
41. Hombing WOB. Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Remaja
Laki-laki di SMK Negeri 4 Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta

38
Tentang Antibiotika Dengan Metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif). Fakl
Farm [Internet]. 2015;2(6):26. Available from:
https://repository.usd.ac.id/1708/2/118114134_full.pdf
42. Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka
Cipta. 2011.
43. Pertiwi CS. Determinan Perilaku Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah
Darah Pada Remaja Putri di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.
Digit Repos Univ Jember [Internet]. 2019;1–120. Available from:
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/97922
44. Kemenkes R. Pedoman Penatalaksanaan Pemberian Tablet Tambah Darah.
Kemenkes RI [Internet]. 2015;46. Available from:
https://promkes.kemkes.go.id/download/fpck/files51888Buku Tablet
Tambah darah 100415.pdf
45. Sara WA. Pengetahuan Remaja Tentang Manfaat Tablet Fe Saat Kabupaten
Konawe Tahun 2017. 2017;1–60. Available from:
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/193/1/KTI.pdf
46. KLAU MS. GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN
KEPATUHAN TERHADAP KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH
PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 4 KOTA KUPANG. 2019;
47. Taufiq Rohman, S.Pd.I MP. Anemia Gizi. Psikol Perkemb [Internet]. 2019;
(October 2013):1–224. Available from: http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/839/4/BAB II.pdf
48. Arikunto S. Prosedur Penelitian, Suatu Praktek. Jakarta: Bina Aksara;
2003.
49. Amir MT. Merancang Kuesioner (Konsep dan Panduan untuk Penelitian
Sikap, Kepribadia, & Perilaku). Jakarta: Prenamedia Group; 2015.
50. Rahayu Utomo ET. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi
Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri Di SMP 9 Jember. Vol. 2, Public
Health Nutrition. 2019. 38 p.
51. FEBRIA D. PERSEPSI TENTANG ANEMIA REMAJA DAN
PERILAKU KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DI SMK 2 KOTA
TEGAL. 2019;8(5):55.

39

Anda mungkin juga menyukai