Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia salah satu permasalahan besar terutama di Negara berkembang,

anemia dapat merusak kesehatan dan kesejahteraan pada wanita, meningkatkan

risiko buruk pada perempuan, serta mempengaruhi setengah miliar wanita usia

reproduksi di seluruh dunia ( WHO 2014 ). Anemia pada remaja putri sampai saat

ini masih cukup tinggi, prevelensi anemia di dunia sekitar 40 -88%, angka

kejadian anemia pada remaja putri di Negara-negara berkembang sekitar 53,7%

dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri disebabkan karena

keadaan stress, haid, atau terlambat makan. (WHO, 2013 )

Prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja

(10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki, dan

49% perempuan (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan WHO, jika kadar hemoglobin

<12 gr% disebut dengan anemia remaja. Salah satu masalah gizi remaja putri di

Asia Tenggara adalah anemia defisiensi zat besi yaitu kira-kira 25-40% remaja

putri menjadi korban anemia tingkat ringan sampai berat. Menurut Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia di antara anak umur

5-12 tahun di Indonesia adalah 26%, 23% pada wanita umur 13-18 tahun, 23%

pada wanita umur 15-49 tahun, dan 37% pada ibu hamil. Prevalensi anemia pada

pria lebih rendah dari pada wanita, yaitu 12% pada pria umur 13-18 tahun dan

17% pada pria di atas 15 tahun (Kemenkes RI, 2013)

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia, prevelensi penyakit

anemia sebanyak 75,9% pada remaja putri, pada ibu hamil 53,6%. Kriteria lain

1
2

orang terkena anemia apabila hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari 13 gr%

untuk pria dan untuk wanita kurang dari 12 gr%. melaporkan bahwa prevalensi

anemia pada remaja dan wanita usia subur (WUS) di Indonesia masih tinggi, yaitu

26,5% pada remaja (15-19 tahun) dan 26,9% pada WUS. Sedangkan menurut

Surkesmas 2011 menunjukkan sebesar 21% remaja putra dan 30% remaja putri

menderita anemia.Prevalensi anemia pada remaja putri menderita anemia.

Prevalensi anemia pada remaja putri usia 12-19 tahun di provinsi D.I.Yogyakarta

sebesar 36% (Dinas Kesehatan DIY, 2017)

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan

bahwa prevalensi anemia remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia

19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling

tinggi terutama pada remaja putri. Angka prevalensi anemia di Indonesia, yaitu

pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur sebesar 26,9%, pada

ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0%.

Berdasarkan laporan Pencapaian Milenium Development Goals (MDGs)

2014 (Bappenas, 2015) menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 Indonesia telah

mencapai berbagai target MDGs. Status pencapaian MDGs dapat dikelompokkan

ke dalam tiga kategori: (a) target yang telah dicapai; (b) target yang telah

menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015;

dan (c) target yang masih memerlukan upaya keras untuk pencapaiannya.

Didukung oleh analisa teknis, salah satu target yang masih memerlukan upaya

keras untuk pencapaiannya adalah kesehatan ibu melahirkan. Terhitung 2016

program MDGs dilanjutkan dengan program baru yaitu Sustainable Development

Goals (SDGs), dengan aksi 17 tujuan. Satu diantaranya adalah dalam rangka

meningkatkan kesehatan.
3

Remaja yang lebih sering mengalami anemia adalah remaja putri, karena

dalam usia reproduksi setiap harinya memerlukan zat besi tiga kali lebih banyak

dengan remaja putra. Hal ini disebabkan remaja putri mengalami menstruasi

setiap bulannya. Hal tersebut diperparah dengan pola konsumsi remaja putri yang

terkadang melakukan diet pengurusan badan sehingga semakin sedikit asupan zat

besi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka (Martini, 2015).

Kesehatan seorang remaja puteri sebagai calon seorang ibu dan sekaligus

sebagai penerus bangsa perlu menjadi perhatian utama. Hal ini berkaitan juga

dengan target SDGs yang masih memerlukan upaya keras untuk pencapaiannya,

yaitu kesehatan ibu melahirkan. Dalam siklus hidup, tahap masa remaja terutama

remaja puteri sangat penting, karena pada masa ini terjadi proses tumbuh

kembang, sehingga bila proses ini berlangsung secara optimal akan menghasilkan

remaja puteri yang sehat dan pada akhirnya akan menghasilkan calon ibu yang

sehat pula. United Nations Population Fund (UNFPA) menyatakan bahwa ketika

remaja perempuan diberi kesempatan untuk mengakses pendidikan dan kesehatan

mereka, termasuk kesehatan reproduksi, akan menciptakan peluang bagi remaja

untuk merealisasikan potensi, maka remaja dapat mengelola dengan baik masa

depan diri mereka, keluarga, dan masyarakat (BKKBN, 2016).

Anemia merupakan suatu keadaan di mana ada penurunan hemoglobin

(pemberi warna merah dan pengakut oksigen darah) per unit volume darah di

bawah kadar normal yang sudah di tentukan untuk usia dan jenis kelamin tertentu.

Ketentuan WHO (2014) mengenai anemia ialah di bahwa 12 gm Hb/dl darah bagi

perempuan dan di bawah 14 gm Hb/dl darah untuk laki-laki dan hematocrit di

bawah 34%.
4

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, seperti

defisiensi zat besi. Hal ini terjadi akibat asupan nutrisi yang tidak

mepertimbangkan menu seimbang yang meliputi unsur karbohidrat, lemak,

protein zat besi, vitamin, mineral dan lain lain. Pola konsumsi makanan juga

mempunyai andil besar terhadap kejadian anemia serta kebiasaan makan sehari

hari sangat mempengaruhi. (Shara,2014) Kebiasaan makan saat remaja dapat

mempengaruhi kesehatan pada masa kehidupan berikutnya (setelah dewasa dan

berusia lanjut). Kekurangan gizi dapat menyebabkan remaja mengalami anemia

yang menyebabkan keletihan, sulit konsentrasi sehingga remaja pada usia bekerja

menjadi kurang produktif. Remaja membutuhkan lebih banyak zat besi terutama

remaja putri, karena setiap bulannya mengalami haid yang berdampak kurangnya

asupan zat besi dalam darah sebagai pemicu anemia (Istiany & Rusilanti, 2013)

Pemerintah dengan program gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS)

2017 yang berfokus pada tiga kegiatan salah satunya yaitu konsumsi buah dan

sayur. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang bertujuan agar masyarakat

sadar akan pentingnya mengkonsumsi buah dan sayur, Mengkonsumsi buah dan

sayur setiap hari dapat mencegah terjadinya anemia pada remaja

(Kemenkes,2017)

Departemen Kesehatan RI mengembangkan program desa siaga, sebagai

bagian dari program pemerintah dalam peningkatan kesehatan. Sejalan dengan

upaya tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengawalinya dengan

mengembangkan puskesmas ramah remaja sebagai basis dari kesehatan seorang

remaja. Program kesehatan reproduksi, dan program gizi seiring sejalan

menggarap lading baru bernama “Remaja” yaitu memberikan Tablet Tambah

Darah (TTD) ke sekolah sekolah. Prevalensi remaja putri yang mendapat TTD
5

disekolah 80,9% dan yang tidak mendapat 19,1%, sedangkan prevalensi yang

mengkonsumsi TTD hanya 1,4% yang tidak mengkonsumsi TTD yaitu 98,6%

(Riskesdas RI, 2018)

Pemberian obat-obatan dan suplemen untuk terapi anemia kadang tidak

diminati, karena efek samping dari tablet Fe yaitu mual muntah dan feses berwara

kehitaman. Sehingga membuat masyarakat mencari terapi alternatif alami dalam

pengobatan anemia yaitu dengan penangan non farmakologi. Salah satunya

adalah dengan mengonsumsi buah bit. Buah Bit yang mengandung vitamin A, B,

dan C dengan kadar air yang tinggi. Selain vitamin, umbi bit juga mengandung

karbohidrat, protein, dan lemak yang berguna untuk kesehatan tubuh. Mineral

lainnya juga terkandung dalam umbi bit seperti zat besi, kalsium dan fosfor

(Puslitbangkes,2013)

Penelitian ini juga didukung oleh Anggraini (2019) di Stikes ‘Aisyiyah

Surakarta, yang menyebutkan bahwa konsumsi buah bit (dalam bentuk jus)

peningkatan kadar hemoglobin dan peningkatan jumlah lekosit setelah pemberian

jus buah bit pada remaja putri dengan anemia. Penelitian di wilayah Kabupaten

Sleman menunjukan prevalensi anemia pada remaja putri 69,6% oleh Nindita Ayu

Afridayanti (2017) di Puskesmas Pakem. Sedangkan hasil penelitian lain yang

dilakukan Marriyah Tsuroyo (2017) terhadap beberapa remaja ptri D3 Kebidanan

Stikes Jendral Achmad Yani cukup tinggi menunjukan prevalensi anemia 45,2%

yang sebagian besar disebabkan menstruasi 46,6% kurangnya asupan zat besi

sebanyak 46,6% dan aktifitas fisik sebanyak 42,5%.

Melihat dari fenomena diatas, anemia merupakan salah satu masalah gizi

utama di Indonesia, yang cukup menonjol pada anak anak sekolah khususnya
6

remaja. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita

anemia dibandingkan dengan remaja laki-laki karena alasan pertama remaja putri

setiap bulan mengalami siklus menstruasi dan alasan kedua karna memiliki

kebiasaan makan yang salah, hal ini terjadi karena para remaja putri ingin terlihat

ideal untuk menjaga penampilannya sehingga remaja berdiet dan mengurangi

makan, akan tetapi diet yang dijalankan merupakan diet yang tidak seimbang

dengan kebutuhan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat

penting seperti zat besi (Kemenkes RI, 2013)

Buah bit adalah tanaman yang berasal dari keluarga Amaranthaceae

Chenopodiaceae. Yang artinya, buah bit masih satu keluarga dengan sayuran

lobak dan sayuran berakar lainnya. Umumnya buah ini hanya digunakan akarnya

saja yang terasa manis untuk obat kesehatan, namun lama kelamaan, daging buah

dan daunnya juga dikonsumsi (Susianto. 2010)

Buah bit memiliki banyak manfaat bagi kesehatan maupun pengobatan.

Kandungan betasianin pada buah bit bermanfaat sebagai anti kanker, karena zat

tersebut dapat menghancurkan sel tumor dan kanker. Buah bit juga bermanfaat

untuk mencegah penyakit stroke, menurunkan kolesterol, mencegah penyakit

jantung, memperkuat daya tahan tubuh, mengeluarkan racun dari dalam tubuh,

mengobati infeksi dan radang, sebagai penghasil energi bagi tubuh serta

meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Buah bit merupakan salah satu buah yang

memiliki kandungan nutrisi yang komplit dan sangat baik untuk dikonsumsi

secara rutin.(Susianto, 2010)

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kenjale, dkk (2011)

di Amerika yang menyebutkan bahwa konsumsi buah bit (yang sudah dibuat jus)
7

akan meningkatkan konsentrasi plasma nitrat pada pasien dengan kelainan arteri,

dimana pasien ini mengalami kegagalan penambahan suplai darah dan oksigen

untuk jaringan selama bekerja sehingga mengakibatkan rasa nyeri saat berjalan.

Klien yang telah mengkonsumsi jus buah bit ini mengalami peningkatan plasma.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawa kimia yang terdapat

dalam buah bit sangat bermanfaat bagi kesehatan antara lain sebagai pembersih

darah yang ampuh, melegakan pernafasan, memaksimalkan perkembangan otak

bayi, sebagai anti kanker dan mengatasi anemia.

Bit bekerja dengan merangsang sistem peredaran darah dan membantu

membangun sel darah merah karena kandunga asam folat dan B12 dalam buah bit

adalah kunci penting dalam metabolisme seluler dan dibutuhkan dalam

perkembangan normal eritrosit.Bit juga membersihkan dan memperkuat darah

sehingga darah dapat membawa zat gizi ke seluruh tubuh sehingga jumlah sel

darah merah tidak akan berkurang. Bit sudah sangat dikenal di Eropa Timur

sehingga digunakan untuk pengobatan leukemia (Selby A,2015)

Mengingat pentingnya dampak anemia pada remaja putri, sebagai calon

tenaga kesehatan yang paling dekat dengan perempuan, peran ini tertulis dalam

Standar Pelayanan Kebidananan Standar 1 dan Standar 6 yaitu Persiapan Untuk

Keluarga Sehat yaitu Bidan memberikan penyuluhan kesehatan dengan hasil yang

diharapkan adalah masyarakat dan perorangan sadar akan tentang anemia. Standar

Pelayanan Kebidanan Standar 1 Menjelaskan Bidan memberikan penyuluhan dan

nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag

berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan

kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari

kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik. Satndar
8

Pelayanan Kebidanan 6 yaitu menjelaskan Menemukan penderita anemia pada

secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia,

dengan melakukan pemeriksa kadar Hb dan bila terdapat tanda – tanda anemia

berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak

mata sangat pucat, segera rujuk untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya

(Mufdilah,2012)

Salah satunya upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan

remaja dengan cara membangun program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR) di puskesmas. Program ini dikembangkan pada tahun 2003 yang

bertujuan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja

tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hdup sehat serta memberikan

pelayanan kesehatan hidup yang berkualitas pada remaja. Upaya peningkatan

terhadap kelompok remaja juga dilakukan melalui kegiatan Komunikasi Informasi

dan Edukasi (KIE), Focus Group Discussion (FGD), dan penyuluhan langsung ke

remaja ( Profil Kesehatan Indonesia, 2017)

Untuk mengoptimalkan penyampaian pesan gizi seimbang kepada

masyarakat, perlukan KIE yang tepat dan berbasis masyarakat. Pendidikan dan

penyuluhan gizi, telah berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi

dan kemudian merubah perilaku konsumsi masyarakat. Di Indonesia prinsip

tersebut dengan Pedoman Gizi Seimbang ( Kemenkes RI 2014 )

Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia

sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan

Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5

Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi
9

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang

gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan

pedoman tersebut diyakini bahwa masalah gizi beban ganda dapat teratasi

(Kemenkes RI 2014)

Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap penyakit anemia menjadi

satu permasalahan dalam pemberian dukungan terhadap klien anemia pada

Remaja. Hasil wawancara awal dengan beberapa kader kesehatan, meskipun

sudah dilakukan penyuluhan tentang anemia namun belum sepenuhnya

tersosialisasikan baik kepada kader kesehatan maupun masyarakat. Oleh karena

itu perlu adanya sosialisasi untuk peningkatan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat tentang anemia agar kesadaran tentang bahaya anemia dapat menjadi

motivasi dalam melakukan skrining atau deteksi dini terjadinya anemia dengan

melakukan pemeriksaan kadar Hb dan meningkatkan upaya untuk pencegahan

dan penanganan anemia di masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat

merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan sebagai strategi promosi

kesehatan baik dalam level primer, sekunder maupun tersier sesuai dengan

piagam otttawa carter (Kemenkes, 2017).

Berkaitan dengan penyakit, beragam tanaman obat yang bermanfaat

untuk kesembuhan dengan izin Allah SWT. Pada masa sekarang ini mestinya

jangan terlebih dahulu menggunakan pengobatan kimiawi. Banyak tumbuhan

yang secara terbukti secara ilmiah bisa mengobati penyakit, dan bagian tumbuhan

yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian daun, batang, akar, rimpang,

bunga, bauh, dan bijinya, tercantum dalam (QS Asy-Syu’ara’/26:7) yang berbunyi

:
10

Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berpakah


banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
baik?” (QS. As-Syua’raa 26/7)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada Mahasiswi Semester III

Program Studi S1 Kebidanan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Melalui

wawancara pada mahasiswi S1 Profesi Kebidanan di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta. Didapatkan bahwa untuk menilai kejadian anemia dilakukan dengan

melihat gejala yang tampak, meliputi melihat konjunctiva merah muda atau pucat,

pucat pada wajah, kuku dan telapak tangan, serta keluhan mudah lelah, lemas, dan

penglihatan berkunang – kunang. Menurut hasil wawancara mahasiswa tahu

pentingnya Kadar Hb dalam tubuh , mengetahui tanda- tanda anemia, jarangnya

melakukan pemeriksaan cek Hb. Setelah dilakukan wawancara secara langsung

pada 20 mahasiswi , 8 (40%) mahasiswi tidak mengetahu Kadar Hbnya, dan 12

(60%) mahasiswi mengatahui Kadar Hb terahkir, dari 12 mahasiswi, 11

mahasiswi mengalami anemia ringan, dan 1 mahasiswi mengalami anemia

sedang. Mahasiswi mengeluhkan tanda-tanda anemia namun tidak menyadari

mengalami anemia. Karna merasa baik – baik saja dan tidak pernah melakukan

pemeriksaan Hb, sehingga kadang tidak memperdulikan keadaan karna merasa

dalam keadaan sehat. Sebanyak 20 mahasiswa yang di wawancarai oleh peneliti

hampir semua mengetahui seperti apa itu buah bit, namun tidak mengetahui pasti

manfaat buah bit bagi tubuh. Harapannya mahasiswi mengetahui manfaat buah

bit dan sadar akan pentingnya Kadar Hb dalam tubuh dan tahu bahaya anemia

bagi perempuan, mengingat dampak anemia apabila tidak ditangani akan

menyebabkan dampak di masa mendatang, sebagai calon tenaga kesehatan yang


11

paling dekat dengan perempuan, calon bidan di harapkan sadar akan kesehatan

diri sendiri sebelum memberikan penanganan pada klien.

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh pemberian jus buah bit dalam peningkatan Kadar

Hemoglobin pada mahasiswi S1 Profesi Kebidanan Dengan Anemia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peniliti membuat perumusan

masalah sebagai berikut, “Adakah pengaruh pemberian jus bit dalam kenaikan

kadar hb pada mahasiswi dengan anemia di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta“.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah bit dalam kenaikan kadar

Hb pada Mahasiswi S1 Profesi Kebidanan dengan Anemia di Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Kejadian Anemia pada Mahasiswi S1 Profesi Kebidanan di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

b. Mengetahui peningkatan Kadar Hb pada Mahasiswi S1 Profesi

Kebidanan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penilitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini adalah menambah informasi, ilmu

pengetahuan dan wawasan tentang pola makan dengan kejadian anemia pada

remaja putri.

2. Manfaat Praktis
12

a) Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan

dan referensi mengenai anemia khususnya mahasiswa kebidanan yang

dapat digunakan sebagai sumber bacaan di Perpustakaan Universita

‘Aisyiyah Yogyakarta

b) Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terhadap

kejadian anemia pada remaja putri.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah manfaat buah bit dalam

menaikkan kadar Hb pada mahasiswi dengan anemia. Remaja putri sangat

rentan terhadap kejadian anemia karena setiap bulan mengalami mentruasi,

pemberian jus bit, adalah salah satu upaya dalam penanganan anemia.

2. Ruang Lingkup Responden

Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia 19 – 21 tahun

atau lebih di kenal dengan remaja ahkir di Program Studi S1 Profesi

Kebidanan Reguler semester III.

3. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penyusunan sejak proposal sampai seminar hasil penelitian

dilakukan bulan November 2019 sampai April 2020

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta pada

mahasiswi Program Studi S1 Profesi Kebidanann Reguler semester III..


13

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Penelitian Perbedaan
No Judul Metode analisis, populasi, sampel Hasil
Tahun Persamaan
1. Artathi Eka Perbandingan Metode : Penelitian ini Tingkat Hb pada ibu hamil Perbedaan: dengan
Suryandari, Kenaikan Kadar menggunakan pre-test dan kontrol sebelum diberikan Fe di peneliti adalah jenis
Ossie Hb Pada Ibu Hamil post-test group design. wilayah Puskesmas Purwokerto penelitian, waktu,
Happinasari Yang Diberi Fe Populasi : Ibu hamil di wilayah Selatan adalah 8,40 g%, Hb tempat, dan jumlah
(2015) Dengan Fe Dan kerja Puskesmas Purwokerto pada ibu hamil sebelum responden.
Buah Bit Di Selatan diberikan Fe dan Buah Bits di Persamaan: Pada
WilayaKerja Sampel : Sampel dalam penelitian wilayah puskesmas Purwokerto metode penelitian,
Puskesmas diambil menggunakan teknik Selatan adalah 9,70 g%
Purwokerto Selatan purposive sampling
2. Meriska Efek Antianemia Metode : Pre test dan kontrol post Kandungan Gizi Pada Buah Bit Perbedaan: peneliti
Cesia Putri Buah Bit (Beta test kontrol. dapat membantu memperbaikai adalah jenis
(2016) Vulgaris L.) Populasi : Remaja Putri sel darah dan menjadi bahan penelitian, waktu,
Sampel : Sampel dalam penelitian pembuat sel darah. tempat, dan jumlah
ini menggunakan Purposive responden.
sampling Persamaan :
Metode penelitian
3. Siskha Edukasi Manfaat Metode : Metode dengan Bit bekerja merangsang system Perbedaan :
Sabilla Buah Bit Bagi memberikan Kuisioner peredaran darah dan Metode penelitian ,
(2015) Penderita Anemia Populasi : Penderita Anemia membantu, membangun sel waktu penelitian,
Sampel : Jumlah Sampel 50 orang, darah merah, karena tempat, dan jumlah
sampel diambil dengan purposive kandungan, Asam folat dan responden
sampling B12 dalam buah Bit membantu Persamaan :-
perkembangan eritrosit
14

Anda mungkin juga menyukai