ABSTRAK
Anemia merupakan suatu masalah global karena prevalensinya terus meningkat setiap tahun,
tidak saja di negara maju tapi juga di negara berkembang. Data Riskesdas 2018, menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan prevalensi anemia pada ibu hamil pada tiga periode terakhir yaitu dari
tahun 2010, 2013 dan 2018 sebesar 1,4%, 1,6% dan 4%. Anemia salah satunya disebabkan
karena defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat besi adalah kejadian umum pada ibu hamil.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, salah satu tindakan kuratif dan preventif untuk
anemia pada ibu hamil adalah dengan pemberian obat tablet tambah darah. Tablet tambah darah
ini merupakan suplemen yang mengandung zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu hamil
untuk mencegah anemia gizi besi selama masa kehamilan yang berfunsi sebagai pembentuk
hemoglobin (Hb) dalam darah. Oleh karena itu, pemberian tablet tambah darah sudah mulai
dianjutkan untuk mengurangi risiko masalah anemia pada ibu hamil.
Kata Kunci : Anemia, tablet tambah darah, ibu hamil
PENDAHULUAN pada ibu hamiI di Indonesia meningkat
ditahun 2018 menjadi 48,9% bila dibanding
Kualitas sumber daya manusia yang baik
tahun 2013hanya 37,1%(3).48230
menjadi elemen pendukung majunya Negara Anemia selama kehamilan merupakan masalah
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di era kesehatan masyarakat terutama di negara
globalisasi ini. Untuk mendapatkan kualitas SDM berkembang dan berhubungan dengan hasil yang
yang baik, seorang calon ibu harus mencukupi merugikan pada kehamilan [1]. World Health
Organization (WHO) mendefinisikan anemia
asupan gizinya sehingga janin dapat tumbuh
dalam kehamilan sebagai konsentrasi hemoglobin
sehat dan lahir dalam keadaan normal. Interaksi (Hb) kurang dari 11 g/dl [2]. Menurut WHO,
lingkungan yang baik diperlukan untuk anemia dianggap sebagai masalah atau masalah
perkembangan anak yang optimal. Kondisi kesehatan masyarakat jika studi populasi
terjadinya penurunan jumlah sel darah merah menemukan prevalensi anemia sebesar 5,0% atau
lebih. Prevalensi anemia ≥40% dalam suatu
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh populasi tergolong masalah kesehatan masyarakat
disebut anemia. 8955 yang berat [3]. Data global menunjukkan bahwa
56% ibu hamil di negara berpenghasilan rendah
dan menengah (LMIC) mengalami anemia [1].
Anemia Prevalensi anemia tertinggi pada ibu hamil di
Anemia merupakan salah satu masalah gizi, Afrika Sub-Sahara (SSA) (57%), diikuti ibu hamil
dimana kadar haemoglobin (HB) dalam darah di Asia Tenggara (48%), dan prevalensi terendah
lebih rendah dari standar nilai normal yang telah (24,1%) ditemukan pada ibu hamil di Amerika
ditetapkan WHO berdasarkan jenis kelamin dan Selatan. 3]. Survei Demografi dan Kesehatan
kategori umur. Hasil Riskesdas 2018 Tanzania melaporkan sedikit penurunan prevalensi
menunjukkan proporsi anemia pada kelompok anemia di kalangan wanita hamil dari 58% pada
umur 15-24 tahun sebesar 32%, sedangkan 2004/05 menjadi 53% pada 2010 [4, 5]. Studi lain
proporsi anemia pada perempuan (27,2%) lebih yang dilakukan di Tanzania telah melaporkan
tinggi dibandingkan pada laki-laki (20,3%). Tiga prevalensi anemia yang lebih tinggi pada wanita
beban masalah gizi (triple burden) yang terjadi di hamil: 68% di Dar es Salaam dan 47% di Moshi
Indonesia saat ini adalah stunting, wasting dan [6, 7]. Penyebab anemia selama kehamilan di
obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti negara berkembang bersifat multifaktorial; ini
anemia. Tiga masalah gizi tersebut erat kaitannya termasuk defisiensi mikronutrien besi, folat, dan
dengan kejadian anemia. Kekurangan gizi dapat vitamin A dan B12 dan anemia karena infeksi
menyebabkan anemia diantaranya adalah parasit seperti malaria dan cacing tambang atau
kekurangan zat gizi mikro seperti Ferro dan Anemia infeksi kronis seperti TB dan HIV [7-11].
Ferritin.109 Kontribusi masing-masing faktor penyebab anemia
Anemia selama kehamilan dapat selama kehamilan bervariasi karena letak
geografis, pola makan, dan musim. Tetapi di
menyebabkandampak negatif, salah satunya
Afrika Sub-Sahara asupan makanan kaya zat besi
menyebabkankematian pada ibu hamil(2). yang tidak memadai dilaporkan sebagai penyebab
Ibu hamil yangmengalami anemia berisiko 5 utama anemia pada wanita hamil [10, 11]. Anemia
kali lebih besarmengalami perdarahan saat selama kehamilan dilaporkan berdampak negatif
persalinan hinggaberujung terjadinya terhadap kesehatan ibu dan anak serta
kematian ibu(5). 48230 meningkatkan risiko kematian ibu dan perinatal
Anemia merupakankondisi seseorang di [12, 13]. Efek kesehatan negatif bagi ibu meliputi
mana konsentrasi hemoglobin,di bawah nilai kelelahan, kapasitas kerja yang buruk, gangguan
<11 gr/dl(2).WHO menargetkan angka fungsi kekebalan tubuh, peningkatan risiko
kejadian anemia diseluruh negara berkurang penyakit jantung, dan kematian [1, 13, 14].
sebesar 50% pada wanitausia subur di tahun Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anemia
selama kehamilan menyumbang 23% penyebab
2025(2). Hasil Riskesdas mencatatanemia
tidak langsung kematian ibu di negara Midwest, Timur Laut, dan barat.
berkembang [1]. Anemia dalam kehamilan
dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran Berdasarkan data Riskesdas 2013, di
prematur dan bayi berat lahir rendah Stephen Indonesia, 13,5% orang dewasa usia 18
Obesitas adalah akumulasi lemak atau tahun ke atas mengalami kelebihan berat
jaringan adiposa yang berlebihan atau badan, sementara itu 28,7% mengalami
abnormal dalam tubuh yang mengganggu obesitas (IMT>25). Berdasarkan indikator
kesehatan karena meningkatkan risiko RPJMN 2015-2019 sebanyak 15,4%
perkembangan diabetes mellitus, penyakit mengalami obesitas (IMT>27). Sementara
kardiovaskular, hipertensi, pada anak usia 5-12 tahun, sebanyak
dan hiperlipidemia. 18,8% kelebihan berat badan dan 10,8%
Obesitas merupakan penyakit yang mengalami obesitas.11
kompleks dan memiliki etiologi Obesitas adalah hasil dari
multifaktorial. Obesitas merupakan ketidakseimbangan antara asupan energi
penyebab paling umum kematian kedua harian dan pengeluaran energi yang
yang dapat dicegah setelah merokok. mengakibatkan kenaikan berat badan
Obesitas membutuhkan strategi yang berlebihan. Obesitas adalah penyakit
pengobatan multipel dan mungkin multifaktorial, yang disebabkan oleh
memerlukan pengobatan seumur hidup. berbagai faktor genetik, budaya, dan
Penurunan berat badan 5% hingga 10% sosial. Berbagai penelitian genetik
dapat secara signifikan meningkatkan menunjukkan bahwa obesitas sangat
kesehatan, kualitas hidup, dan beban diwariskan, dengan banyak gen yang
ekonomi individu dan negara secara diidentifikasi dengan adipositas dan
keseluruhan.9,10 penambahan berat badan. Penyebab
Hampir sepertiga orang dewasa dan obesitas lainnya termasuk berkurangnya
sekitar 17% remaja di Amerika Serikat aktivitas fisik, insomnia, gangguan
mengalami obesitas. Menurut data Pusat endokrin, obat-
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit obatan, aksesibilitas dan konsumsi
(CDC) 2011-2012, satu dari lima remaja, karbohidrat berlebih dan makanan tinggi
satu dari enam anak usia sekolah dasar, gula, serta penurunan metabolisme
dan satu dari 12 anak usia prasekolah energi.9,12
mengalami obesitas. Obesitas lebih umum Gen FTO (Fat Mass and Obesity)
di Afrika dan Amerika, diikuti oleh dikaitkan dengan adipositas. Gen ini
Hispanik dan Kaukasia. Negara bagian AS mengandung banyak varian yang
bagian selatan memiliki prevalensi meningkatkan risiko obesitas. Leptin
tertinggi, diikuti oleh adalah hormon adiposit yang mengurangi
asupan makanan dan berat badan.
Resistensi leptin seluler dikaitkan dengan
obesitas. Jaringan adiposa mengeluarkan
adipokin dan asam lemak bebas yang
menyebabkan peradangan sistemik yang
menyebabkan resistensi insulin dan
peningkatan kadar trigliserida, yang
selanjutnya berkontribusi pada obesitas.
Obesitas dapat menyebabkan
peningkatan
deposisi asam lemak di miokardium yang saat ini, telah merubah pola makan
menyebabkan disfungsi ventrikel kiri. Itu masyarakat yang cenderung mengonsumsi
juga telah terbukti mengubah sistem renin- rendah serat. Salah satu sumber makanan
angiotensin yang menyebabkan yang tinggi serat yaitu
peningkatan retensi garam dan tekanan
darah tinggi.9,13
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan
cara pengukuran berat badan yang
disesuaikan dengan tinggi badan, dihitung
dengan cara berat badan dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam
meter (kg/m2).14 Indeks Masa Tubuh (IMT)
memiliki hubungan dengan adipositas (Hu,
2008), Namun, karena IMT adalah metode
penilaian tidak langsung, ini dapat melebih-
lebihkan atau meremehkan adipositas pada
individu atau kelompok tertentu, seperti atlet
terlatih atau orang tua (Willett, 2013).
Berdasarkan WHO (2016) obesitas
didefinisikan sebagai IMT > 30 Kg/m2.
faktor
seperti faktor genetik, psikologis, sosial,
dan ekonomi, namun faktor terbesar
pemicu obesitas karena gaya hidup yaitu
pola makan yang salah dan aktivitas fisik
yang kurang. Pola makan merupakan
gambaran mengenai kebiasaan makan dan
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat
gizi pada seseorang. Perubahan pola hidup
sayuran dapat berperan dalam puluh lima persen lebih rendah dan
mekanisme pengaturan berat badan sembilan belas persen lebih rendah dari
seseorang karena kandungan seratnya pada anak yang mengkonsumsi makanan
yang tinggi terutama serat larut air serta cepat saji setiap hari. Anak yang jarang
rendah kalori.15 mengkonsumsi