Anda di halaman 1dari 2

Anemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan kuantitas dan kualitas sel

darah merah. Anemia pada ibu hamil terjadi jika kadar hemoglobin ibu kurang dari 11 g/dl pada
trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua. Hal ini diperburuk
dengan adanya proses hemodilusi pada masa kehamilan sehingga kadar hemoglobin menurun
yang berpotensi meningkatkan risiko kesakitan dan kematian pada ibu dan janin.
Penyebab anemia pada kehamilan di negara berkembang dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain defisiensi mikronutrien zat besi, folat, vitamin A dan B12; infeksi parasit
seperti malaria dan cacingan atau infeksi kronis seperti TBC dan HIV.
Anemia pada masa kehamilan memberikan dampak terhadap kehamilan, persalinan dan
nifas yaitu keguguran, kelahiran prematur, inersia uterus, persalinan lama, atonia uteri, syok,
afibrinogenemia, infeksi intrapartum dan nifas, serta gagal jantung. Anemia yang dialami ibu
hamil juga akan berdampak buruk pada bayinya, yaitu risiko kelahiran prematur, berat badan
lahir rendah, dan peningkatan risiko kematian perinatal.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui
kader kesehatan dalam mengenali, mencegah dan mengobati anemia pada ibu hamil sehingga
dapat ditingkatkan dukungan sosial berbasis masyarakat.Keterlibatan masyarakat sebagai
komunitas tempat tinggal ibu hamil tentunya sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan
pengobatan anemia pada ibu hamil. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup ibu
hamil adalah terbentuknya dukungan dari masyarakat.
Berikut beberapa cara orang dapat membantu mencegah anemia kehamilan:
 Pemberdayaan masyarakat khususnya peningkatan kader kesehatan untuk mendukung ibu
hamil dalam mencegah anemia.
Peran kader kesehatan sebagai bagian dari elemen masyarakat merupakan faktor penting
dalam meningkatkan dukungan sosial masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup klien anemia pada ibu hamil. Hal ini sejalan (Setyoadi, Ahsan dan Abidin, 2013),
dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara peran kader dengan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup.
 Memberikan dukungan kelompok pada ibu hamil untuk meningkatkan perilaku
pencegahan anemia, seperti memberi contoh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan
rutin mengonsumsi tablet suplemen darah.
 Ibu hamil tentunya membutuhkan nutrisi lebih untuk menunjang kesehatan ibu dan bayi
yang dikandungnya. Oleh karena itu, ibu hamil wajib mengonsumsi makanan bergizi agar
kebutuhan nutrisi ibu dan bayinya dapat terpenuhi. Selain mengonsumsi makanan bergizi,
ibu hamil juga disarankan untuk rutin mengonsumsi tablet suplemen darah, karena pada
ibu hamil terjadi proses hemodilusi yang dapat menyebabkan kadar hemoglobin semakin
menurun.
 Mengetahui peran bidan, keluarga dan persepsi ibu hamil dalam mencegah anemia
 Melibatkan tenaga kesehatan, promosi kesehatan, dan dukungan keluarga dalam
pencegahan anemia pada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
anemia, seperti memberikan kesempatan dalam memilih menu makanan, kesempatan
menyampaikan keluhan, percaya diri terhadap kemampuan ibu hamil, memberikan
kesempatan bertanya, dan mendengarkan cerita dari ibu hamil.
 Anjurkan ibu hamil untuk istirahat yang cukup, makan makanan bergizi yang
mengandung zat besi.
Secara keseluruhan, masyarakat berperan penting dalam mencegah anemia kehamilan.Secara
global, prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 2019 sebesar 35,6%. Prevalensi anemia di
negara berkembang tergolong tinggi yaitu 47,8% (WHO, 2021). Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang prevalensi anemia pada kehamilan terus meningkat dari 37,1% menjadi
48,9%, selama lima tahun terakhir (2013-2018) (Riskesdas, 2018).

Anda mungkin juga menyukai