Anda di halaman 1dari 9

Faktor Resiko dan Dampak Anemia di Kota Malang

Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan global yang tetap menjadi perhatian
utama, termasuk di Kota Malang. Kota ini, meskipun dikenal sebagai destinasi wisata yang
indah, tidak terlepas dari tantangan kesehatan masyarakat, termasuk tingginya prevalensi anemia.
Kondisi ini memberikan dampak yang serius terhadap kesejahteraan penduduk setempat,
mengingat anemia tidak hanya bersifat individual tetapi juga dapat berdampak pada tingkat
populasi.

Anemia, secara umum, merujuk pada kondisi di mana kadar hemoglobin dalam sel darah
merah di bawah batas normal, yang dapat mengakibatkan penurunan kemampuan darah untuk
mengangkut oksigen. Di Kota Malang, sejumlah faktor risiko telah diidentifikasi sebagai
penyebab tingginya prevalensi anemia. Faktor-faktor ini melibatkan aspek gizi, lingkungan,
ekonomi, dan sosial yang saling terkait, menciptakan tantangan kompleks dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan.

Salah satu faktor risiko utama yang perlu diperhatikan adalah ketidakseimbangan gizi di
masyarakat Kota Malang. Kondisi ini dapat terjadi akibat pola makan yang kurang sehat dan
kurangnya pemahaman akan pentingnya asupan nutrisi yang seimbang. Kelompok rentan seperti
anak-anak dan ibu hamil seringkali menjadi korban utama, mengingat kebutuhan gizi yang lebih
tinggi pada fase pertumbuhan dan perkembangan.

Tingginya prevalensi anemia di Kota Malang juga terkait erat dengan faktor lingkungan.
Kurangnya aksesibilitas terhadap makanan bergizi, terutama di kalangan masyarakat
berpendapatan rendah, dapat menjadi hambatan utama dalam mencapai pola makan sehat. Selain
itu, lingkungan ekonomi yang tidak merata juga dapat memperburuk ketidaksetaraan dalam
akses terhadap layanan kesehatan dan gizi(Haryana & Chairunnisa, 2022).

Peran faktor sosial dan pendidikan turut memberikan kontribusi pada tingginya
prevalensi anemia di Kota Malang. Tingkat pendidikan yang rendah seringkali terkait dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pola makan yang sehat dan dampak anemia
terhadap kesehatan. Oleh karena itu, kesadaran akan pencegahan anemia tidak hanya perlu
dilakukan di tingkat individu tetapi juga melibatkan upaya edukasi masyarakat secara
keseluruhan.

Dalam konteks ini, pemahaman dampak anemia menjadi krusial untuk menggambarkan
tingkat seriusnya masalah ini di Kota Malang. Dampak kesehatan yang mencakup kelelahan
kronis, penurunan produktivitas, dan risiko komplikasi kehamilan pada ibu hamil dapat
merugikan kesejahteraan individu dan keluarga secara keseluruhan. Lebih dari itu, dampak
jangka panjang anemia dapat membawa konsekuensi serius terhadap perkembangan fisik dan
intelektual anak-anak, menciptakan tantangan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Oleh karena itu, pembahasan mengenai faktor risiko dan dampak anemia di Kota Malang
menjadi esensial dalam menyusun strategi pencegahan dan penanggulangan. Upaya kolaboratif
antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan sektor swasta perlu diperkuat untuk menciptakan
solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Dengan memahami akar penyebab anemia,
diharapkan dapat dirancang intervensi yang lebih efektif dan dapat diterima oleh masyarakat
Kota Malang (Camelia, 2020).

Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut
faktor-faktor risiko anemia di Kota Malang, serta merinci dampaknya terhadap kesehatan dan
kesejahteraan penduduk. Analisis ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam,
menjadi dasar bagi perancangan kebijakan, program intervensi, dan edukasi masyarakat guna
mengurangi prevalensi anemia serta meningkatkan kualitas hidup di Kota Malang.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana faktor-faktor risiko, terutama yang terkait dengan ketidakseimbangan gizi,


berkontribusi terhadap tingginya prevalensi anemia di masyarakat Kota Malang?

2. Sejauh mana dampak anemia, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu
hamil, memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan penduduk di Kota Malang?

Tujuan
1. Menganalisis secara mendalam faktor-faktor risiko, khususnya ketidakseimbangan gizi, yang
berkontribusi pada prevalensi tinggi anemia di Kota Malang, dengan tujuan memahami akar
penyebabnya untuk merancang intervensi pencegahan yang efektif.

2. Mengevaluasi dampak anemia, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu
hamil, terhadap kesehatan dan kesejahteraan penduduk di Kota Malang, dengan tujuan
mengidentifikasi area intervensi yang memprioritaskan kelompok-kelompok ini untuk
meningkatkan kualitas hidup.

Pembahasan

a. Faktor-faktor risiko

Tingginya prevalensi anemia di masyarakat Kota Malang merupakan masalah kesehatan


yang kompleks dan multifaktorial. Salah satu faktor risiko utama yang diidentifikasi sebagai
penyebab tingginya angka anemia adalah ketidakseimbangan gizi. Faktor ini melibatkan pola
makan yang kurang seimbang, kurangnya kesadaran akan pentingnya asupan nutrisi, dan
tantangan aksesibilitas terhadap makanan bergizi.

Pertama-tama, pola makan yang kurang seimbang menjadi faktor krusial dalam tingginya
prevalensi anemia di Kota Malang. Masyarakat yang cenderung mengonsumsi makanan dengan
kandungan nutrisi yang tidak seimbang, terutama zat besi, vitamin B12, dan asam folat, memiliki
risiko tinggi mengalami defisiensi nutrisi yang dapat menyebabkan anemia. Kekurangan zat besi,
sebagai contoh, dapat menghambat produksi hemoglobin, yang berkontribusi pada kondisi
anemia (Demitri et al., 2023).

Ketidakseimbangan gizi ini seringkali dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan pilihan diet. Di
Kota Malang, di mana terdapat berbagai ragam kuliner dan budaya makan yang berbeda,
pendekatan untuk mencapai pola makan sehat perlu diperkuat. Edukasi masyarakat tentang
kepentingan mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan mengandung zat besi, vitamin B12,
serta asam folat menjadi penting agar individu dapat membuat pilihan makanan yang mendukung
kesehatan darah (Sulistiani et al., 2021).
Selain itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya asupan nutrisi merupakan faktor yang
turut berperan. Masyarakat yang kurang informasi mengenai gizi dan dampaknya terhadap
kesehatan cenderung memiliki pola makan yang tidak seimbang. Oleh karena itu, kampanye
edukasi yang menyasar berbagai kelompok masyarakat, dari anak-anak hingga dewasa, perlu
diperkuat untuk meningkatkan pengetahuan mengenai makanan bergizi dan mencegah defisiensi
nutrisi yang dapat menyebabkan anemia.

Aksesibilitas terhadap makanan bergizi juga merupakan elemen penting yang harus
diperhatikan dalam konteks ketidakseimbangan gizi. Terutama di kalangan masyarakat
berpendapatan rendah, mungkin sulit untuk mendapatkan makanan yang kaya zat besi dan nutrisi
esensial lainnya. Faktor ekonomi ini dapat menjadi hambatan dalam mencapai pola makan sehat,
dan oleh karena itu, langkah-langkah untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap makanan bergizi
perlu diterapkan (Suryani & Lundy, 2022).

Selanjutnya, peran pemerintah dan sektor swasta dalam menciptakan lingkungan yang
mendukung pola makan sehat menjadi kunci dalam mengatasi ketidakseimbangan gizi. Inisiatif
untuk meningkatkan ketersediaan makanan bergizi dengan harga terjangkau, memperkuat
regulasi terkait informasi gizi pada produk makanan, dan mendukung program-program edukasi
gizi di sekolah dan masyarakat akan membantu menciptakan lingkungan yang mendukung
pencegahan anemia.

Dalam kesimpulan, faktor risiko terkait ketidakseimbangan gizi menjadi poin sentral
dalam pemahaman tingginya prevalensi anemia di masyarakat Kota Malang. Melibatkan
masyarakat, pemerintah, lembaga kesehatan, dan sektor swasta dalam upaya pencegahan dan
intervensi akan menjadi kunci untuk mencapai perubahan positif. Dengan mendalaminya,
diharapkan dapat dirancang strategi yang lebih terarah dan efektif dalam mengatasi anemia,
meningkatkan kesadaran gizi, dan pada gilirannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota
Malang.

b. Dampak anemia

Dampak anemia, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil,
memiliki implikasi yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan penduduk di Kota
Malang. Anemia bukan hanya masalah individual tetapi juga memiliki dampak jangka panjang
pada tingkat populasi, dengan konsekuensi yang dapat merugikan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan.

Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap dampak anemia. Kondisi
ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik mereka, mengakibatkan
keterlambatan dalam mencapai berat dan tinggi badan yang optimal. Selain itu, anemia juga
dapat memengaruhi fungsi kognitif, daya ingat, dan konsentrasi anak-anak, memberikan dampak
negatif pada kemampuan belajar mereka di sekolah. Dalam jangka panjang, ini dapat
menciptakan ketidaksetaraan peluang dan merugikan perkembangan potensi anak-anak Kota
Malang(Yuniarti et al., 2019).

Dampak anemia pada ibu hamil juga menjadi perhatian serius. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan, seperti bayi lahir prematur, berat badan lahir
rendah, atau komplikasi lainnya. Anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan penurunan
kesejahteraan ibu, dengan gejala kelelahan yang persisten, sesak napas, dan risiko perdarahan
selama persalinan. Semua ini menciptakan tantangan serius untuk kesehatan ibu dan bayi, serta
meningkatkan beban sistem kesehatan Kota Malang.

Selanjutnya, dampak anemia pada kelompok rentan ini dapat berdampak langsung pada
produktivitas dan ekonomi masyarakat. Anak-anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan dapat menghadapi kesulitan untuk mencapai potensi penuh mereka di dunia
pendidikan dan pekerjaan, menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputuskan. Di sisi lain, ibu
hamil yang mengalami anemia dapat mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-
hari dan kontribusi ekonominya, mengingat dampak kesehatan yang dapat membatasi
kemampuan mereka untuk bekerja.

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada kelompok rentan ini perlu
diperkuat. Program pemberian suplemen nutrisi, terutama zat besi dan asam folat, kepada ibu
hamil dan anak-anak menjadi kunci dalam mencegah defisiensi nutrisi yang menyebabkan
anemia. Selain itu, perlu ada pendekatan holistik yang melibatkan edukasi gizi bagi masyarakat,
kampanye kesadaran kesehatan, dan penguatan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan
pranatal dan anak(Zelharsandy, 2022).

Kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan organisasi non-pemerintah dapat


menciptakan program-program yang efektif dan terarah. Langkah-langkah ini tidak hanya akan
memitigasi dampak anemia pada kelompok rentan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan di Kota Malang. Dengan demikian, upaya
pencegahan anemia pada anak-anak dan ibu hamil tidak hanya melibatkan aspek kesehatan fisik
tetapi juga memegang peran penting dalam peningkatan kualitas hidup dan pembangunan
berkelanjutan di Kota Malang.

Kesimpulan

Dalam menyimpulkan, tingginya prevalensi anemia di Kota Malang berkaitan erat


dengan kompleksitas interaksi antara faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial. Dampak anemia,
terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil, memberikan beban serius
terhadap kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Upaya penanggulangan anemia di Kota Malang
perlu merangkul pendekatan holistik yang mengatasi ketidaksetaraan akses terhadap makanan
bergizi dan layanan kesehatan serta mengatasi akar penyebab dari faktor-faktor tersebut.

Faktor lingkungan memiliki peran sentral dalam membentuk aksesibilitas terhadap


makanan bergizi di Kota Malang. Ketersediaan pangan bergantung pada faktor-faktor
lingkungan, seperti iklim dan kondisi tanah, yang dapat memengaruhi produksi pangan dan
variasi jenis makanan yang dapat diakses oleh masyarakat. Adapun dampak perubahan
lingkungan, termasuk perubahan pola hujan dan suhu, dapat mempengaruhi ketersediaan bahan
pangan dan menempatkan tekanan lebih pada ketahanan pangan lokal.

Selanjutnya, faktor ekonomi menjadi penghalang utama dalam aksesibilitas makanan


bergizi. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah menghadapi kendala finansial yang dapat
menghambat mereka dalam membeli makanan bergizi dengan harga terjangkau. Ketidaksetaraan
ekonomi juga mempengaruhi akses terhadap layanan kesehatan, menciptakan hambatan untuk
mendapatkan perawatan dan edukasi kesehatan yang diperlukan untuk mencegah anemia.

Aspek sosial membentuk landasan budaya dan kebiasaan masyarakat seputar pola makan
dan kesehatan. Norma-norma sosial, adat istiadat, dan kebiasaan lokal dapat memainkan peran
signifikan dalam membentuk pilihan makanan dan pola hidup sehari-hari. Oleh karena itu,
strategi intervensi perlu mempertimbangkan keragaman budaya dan mendekati masyarakat
dengan pendekatan yang sesuai dengan nilai-nilai lokal mereka.

Dampak dari ketidaksetaraan akses terhadap makanan bergizi dan layanan kesehatan
termanifestasi dalam tingginya kasus anemia di Kota Malang. Anak-anak dari keluarga
berpendapatan rendah dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan,
sedangkan ibu hamil berisiko menghadapi komplikasi kehamilan. Selain itu, masyarakat dengan
akses terbatas terhadap layanan kesehatan dan edukasi gizi dapat lebih rentan terhadap defisiensi
nutrisi yang menyebabkan anemia.

Pentingnya menanggulangi anemia di Kota Malang membutuhkan kolaborasi lintas


sektor dan pendekatan yang menyeluruh. Program-program pangan dan gizi harus
dipertimbangkan dalam konteks perubahan lingkungan, sementara kebijakan ekonomi inklusif
dapat membuka akses terhadap makanan bergizi bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu,
kampanye edukasi yang menyasar norma-norma sosial dan budaya lokal perlu dikembangkan
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi dan layanan kesehatan.

Dalam merumuskan strategi pencegahan anemia, peran pemerintah, lembaga kesehatan,


sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah menjadi kunci. Kebijakan yang mendukung
ketahanan pangan, ekonomi inklusif, serta pendekatan edukasi yang berfokus pada masyarakat,
akan membantu mengurangi ketidaksetaraan akses dan merangsang perubahan positif dalam pola
makan dan gaya hidup.

Melalui upaya bersama ini, diharapkan dapat tercapai perubahan signifikan dalam
menurunkan prevalensi anemia di Kota Malang. Tidak hanya meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan kelompok rentan, tetapi juga memperkuat fondasi masyarakat secara keseluruhan.
Kesimpulan ini menggarisbawahi perlunya solusi berkelanjutan yang melibatkan seluruh
spektrum masyarakat dan faktor-faktor terkait untuk mencapai tujuan penanggulangan anemia
yang efektif dan berkelanjutan.

Referensi
Camelia, V. (2020). Hubungan Antara Kualitas & Kuantitas Riwayat Kunjungan Antenatal Care
(ANC) Dengan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Kecamatan Pujon Kabupaten
Malang. Journal of Issues in Midwifery, 4(3), 100–111.
https://doi.org/10.21776/ub.joim.2020.004.03.1

Demitri, A., Waruwu, D. W., Nababan, A. S. V., & Purba, T. H. (2023). Faktor resiko kejadian
anemia pada remaja putri di SMAN 2 Moro’o. Journal of Pharmaceutical and Sciences, 1,
34–41. https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i5-si.332

Haryana, N. R., & Chairunnisa, T. (2022). Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Chronic Kidney
Disease Stage V, Diabetes Melitus II, Anemia dan Pseudoaneurisma Nila. Pontianak
Nutriotion Jurnal, 5, 129–134.

Irdan, & Herman. (2020). Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Penyakit
Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Jurnal
Ilmiah Karya Kesehatan I, 1(1), 84–89.
https://stikesks-kendari.e-journal.id/JIKK/article/view/467

Rufaindah, E. (2021). Pelatihan, Pembinaan Dan Pendampingan Kader Ibu Hamil Dalam
Melakukan Deteksi Dini Risiko Tinggi Kehamilan Di Kelurahan Mojolangu Kota Malang.
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 6(1), 67–73.
https://doi.org/10.25047/jdinamika.v6i1.1558

Sulistiani, R. P., Rizky Fitriyanti, A., & Dewi, L. (2021). Pengaruh Edukasi Pencegahan Anemia
Dengan Metode Kombinasi Ceramah Dan Team Game Tournament Pada Remaja Putri.
Sport and Nutrition Journal, 3(1), 39–47. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/spnj/

Suryani, P., & Lundy, F. (2022). Pengembangan Metode Edukasi Teman Sebaya Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Gizi Remaja Sma Di Wilayah Kota Malang. Jurnal Informasi
Kesehatan Indonesia (JIKI), 8(1), 11. https://doi.org/10.31290/jiki.v8i1.2699

Yuniarti, T. S., Margawati, A., & Nuryanto, N. (2019). Faktor Risiko Kejadian Stunting Anak
Usia 1-2 Tahun Di Daerah Rob Kota Pekalongan. Jurnal Riset Gizi, 7(2), 83–90.
https://doi.org/10.31983/jrg.v7i2.5179

Zelharsandy, V. T. (2022). Analisis Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi


Di Kabupaten Empat Lawang. Jurnal Kesehatan Abdurrahman, 11(1), 31–39.
https://doi.org/10.55045/jkab.v11i1.136

Anda mungkin juga menyukai