Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Gizi masih mendapatkan perhatian yang serius. Laporan dari Global
Nutrition Report menyebutkan bahwa pada tahun 2018 negara-negara di dunia
menghadapi berbagai masalah tentang gizi, balita dengan rentang usia 0-59 bulan di dunia
mengalami berbagai masalah gizi seperti stunting (22,2%), anak kurus (7,5%) dan
overweight (5,6%). Status gizi setiap individu dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
hal ini menyebabkan pelaksanaan penanggulangannya tidak cukup bila hanya melalui
pendekatan medis maupun pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO)
melaporkan angka kematian balita mencapai 37 per 1.000 kelahiran hidup yang
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti pneumonia, diare, dan malaria, di mana hal ini
berkaitan dengan masalah gizi. Diketahui juga sekitar 10% anak-anak di dunia
mengalami gizi kurang dengan z-score antara -3 dan < -2, hal ini menyebabkan mereka
memiliki risiko kematian dari anak-anak dengan status gizi baik tiga kali lebih besar.
Masalah gizi kurang ini masih menjadi momok bagi negara-negara berkembang seperti
Amerika, Afrika dan sebagian besar Asia (S dan Setyaji. 2022).
Masalah gizi anak sekolah di Indonesia menurut data Riskesdas 2018 adalah anak
pendek atau stunting mencapai 30,7%, sementara yang gemuk 8%, dan anemia sebesar
26%. Tingginya prevalensi kegemukan pada anak sekolah dasar akan meningkatkan
risiko gizi terjadinya penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes tipe-2, kanker,
osteoarthritis dan gangguan psikologis yang meningkatkan risiko kesakitan. Gizi lebih
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental, kualitas hidup terkait dengan kesehatan, serta
menghabiskan uang. Sementara itu, gizi yang kurang dapat meningkatkan risiko penyakit
infeksi, memperlambat pertumbuhan dan perkembangan serta menurunkan tingkat
kecerdasan. Secara bersama-sama, baik gizi kurang maupun gizi lebih mampu
menganggu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, meningkatkan risiko penyakit
serta meningkatkan pengeluaran untuk biaya rumah sakit. Adapun berbagai faktor yang
mempengaruhi gizi lebih antara lain faktor genetik, demografi, sosial, ekonomi,
rendahnya tingkat pengetahuan, lokasi tempat tinggal, gaya hidup, dan gizi. Sementara
faktor yang mempengaruhi gizi kurang adalah sosial ekonomi, lokasi tempat tinggal,
hygiene sanitasi dan tingkat pengetahuan yang rendah (Novianti A dan Utami TP. 2021).
Dewasa ini, epidemiologi banyak digunakan dalam analisis masalah gizi
masyarakat. Masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola
hidup masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi
bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya
masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan
kehidupan social masyarakat. Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang disertai
dengan surveilans gizi lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor yang
berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya
terbatas pada sasaran individu atau lingkungan keluarga saja. Fungsi penting yang
dimiliki oleh epidemiologi gizi adalah untuk mengevaluasi kualitas ukuran pajanan
(measure of exposure) atau hasil akhir (measure of outcome) yang dicapai. Tujuan
penting epidemiologi gizi adalah untuk menyampaikan informasi tentang gizi kesehatan
masyarakat, pendekatan masyarakat bagi pencegahan dan promosi kesehatan melalui gizi.
Gizi kesehatan masyarakat memasukkan hasil-hasil penelitian epidemiologi gizi ke dalam
konteks sosial dan ekologi yang lebih luas untuk meningkatkan kesehatan melalui cara
hidup sehat yang meliputi pola makan yang baik (Kadir S. 2022).
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

Referensi :

Kadir S. 2022. Gizi Masyarakat. Jakarta: Absolute Media.

S dan Setyaji. 2022. Pendekatan Epidemiologi: Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Terhadap
Kejadian Gizikurang Pada Balita. Jurnal Kedokteran Universitas Palangka Raya. 10(1): 24-
27.

Novianti A dan Utami TP. 2021. Penilaian Status Gizi dan Pengetahuan Gizi Seimbang Anak
Usia Sekolah Sebagai Bentuk Aktivasi Kegiatan UKS. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. 4(1): 400-404.

Anda mungkin juga menyukai