Anda di halaman 1dari 6

Nama : Endah Amalia Sari

NIM : 2220930320059
Mata Kuliah : Kepemimpinan dan Berpikir Sistem
Dosen Pengampu : Dr. Silvia Kristanti Tri Febriana, M.Psi., Psikolog

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR SISTEM

Soal :

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis. Sedangkan bencana Alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah
longsor. Upaya preventif Pemerintah, Institusi Pendidikan hingga Organisasi
Kemasyarakatan memberikan solusi penanganan bencana telah dilakukan. Hanya saja pada
saat bencana terjadi situasi sangat chaos sehingga menyebabkan rencana penanggulangan
tidak berjalan sesuai harapan. Situasi chaos seperti, daerah terisolir yang sulit dijangkau,
pendistribusian bantuan obat-obatan maupun pangan tidak merata, terjadinya penumpukan di
area-area tertentu, dsb.

Jika Anda sebagai Penanggungjawab Tim Penanggulangan Bencana yang fokus pada
kesehatan masyarakat, Langkah konkrit apa yang akan anda lakukan bersama tim anda?
JAWAB :

Tujuan penyelenggaraan penanggulangan bencana alam yaitu menyelamatkan banyak


nyawa. Bencana terbagi menjadi beberapa fase yaitu pra bencana, siaga darurat, tanggap
darurat saat bencana, transisi darurat dan pasca bencana. Fase siaga darurat hanya untuk
bencana yang belum terjadi tapi warga sudah harus mengungsi seperti erupsi gunung. Pada
manajemen kesehatan sendiri terdapat pendekatan klaster. Klaster-klaster kesehatan dalam
bencana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2019.

Sub klaster dari permenkes sebenarnya didominasi bidang kesehatan masyarakat seperti
pencegahan dan pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, kesehatan reproduksi,
kesehatan jiwa, pelayanan gizi. Dalam klaster-klaster tersebut peran kesehatan masyarakat
yang dibutuhkan. Saat terjadi bencana selain kerusakan fasilitas, lingkungan dan akses,
masalah dipengungsian adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk
diperhatikan. Saat bencana pengungsian menjadi sumber risiko masalah kesehatan seperti
penularan Covid-19, dan penyakit-penyakit menular lainyaa. Apabila dibandingkan jumlah
pengungsi dan jumlah orang yang sakit maka jelas lebih banyak jumlah pengungsi. Oleh
karena itu, terdapat tantangan bagi tenaga kesehatan masyarakat untuk bisa mengkondisikan
pengungsian agar tetap tercipta lingkungan dan suasana yang sehat. Berikut bentuk tindakan
yang dapat dilakukan sebagai tenaga kesehatan pada masyarakat dalam penanggulangan
bencana alam:

1. Promosi kesehatan
a. Penyediaan dukungan media informasi dalam kedaruratan berupa leaflet, poster,
booklet, komik, permainan, film.
b. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Schat pada keadaan kedaruratan di lokasi
pengungsian yang bertujuan agar para pengungsi selalu menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat di lokasi pengungsian mereka.
c. Mempromosikan budaya pengurangan risiko bencana, termasuk pencegahan
bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan pada masyarakat.
2. Epidemiologi
a. Melakukan surveilans epidemiologi pasca bencana.
b. Melakukan pemetaan terhadap wilayah yang rentan endemis suatu penyakit.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai penyakit menular dan
non menular.
3. Biostatistik
a. Melakukan pengumpulan data dan survey.
b. Melakukan analisis data kesehatan.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat terkait hasil data yang telah
dianalisis/dimiliki.
4. Manajemen Informasi Kesehatan
a. Mengintegrasikan data kesehatan.
b. Melakukan pemrograman terkait data kesehatan.
5. Kesehatan Reproduksi Konseling Keluarga Berencana (KB)
a. Deteksi dini dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS.
b. Kesehatan reproduksi remaja, ibu dan anak.
6. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
a. Memilih pengobatan kesehatan yang cost effective atau yang tepat saat bencana.
b. Menganalisis kebijakan kesehatan, dan aplikatifnya.
7. Gizi
a. Melakukan Screening Masalah Gizi.
b. Melakukan Surveilans Gizi Darurat.
c. Melakukan pemantauan persediaan pangan.
d. Konseling menyusui.
8. K3
a. Melakukan evakuasi saat bencana.
b. Pelatihan dan atau penyuluhan beserta Simulasi keadaan bencana.
9. Manajemen Asuransi Kesehatan
a. Pemilihan asuransi yang tepat saat bencana.
b. Promosi terkait klaim asuransi.
10. Kesehatan lingkungan
a. Pemantauan kualitas lingkungan baik udara maupun kualitas air.
b. Pemeriksaan laboratorium lingkungan.
c. Melakukan desifeksi pada daerah fakto risiko lingkungan.
d. Pembinaan kepada petugas kesehatan di daerah bidang sanitarian tentang
kedaruratan.
e. Pengawasan dan penyediaan sarana pembuangan sampah dan kotoran.
f. Pengawasan dan pengendalian vektor di tempat penampungan pengungsi yang
perlu mendapat perhatian adalah lalat, tikus dan nyamuk.
g. Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman pengungsi.
h. Pengawasan Sanitasi di tempat penampungan pengungsi.

Apabila sebagai penanggung jawab dalam penanggulangan bencana yang berfokus


pada kesehatan masyarakat, perlu diperhatikan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan pada saat terjadinya bencana alam untuk mencapai lokasi bencana. Mobilisasi
SDM Kesehatan terbentuk dalam tim yaitu: Tim Reaksi Cepat, Tim Penilaian Cepat
(RHA), dan Tim Bantuan Kesehatan. Tim Reaksi cepat merupakan tim yang diharapkan
dapat segera bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya informasi bencana, yang terdiri
dari pelayanan medik (dokter umum, dokter spesialis, perawat, dan lain-lain), Surveilans
Epidemiolog, dan Petugas Komunikasi. Kemudian Tim RHA diberangkatkan bersamaan
dengan Tim Reaksi Cepat atau menyusul kurang dari 24 jam. Tim Bantuan Kesehatan
diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA kembali
dengan hasil kegiatan lapangan.

Kebutuhan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis bencana dan kasus yang ada.
Perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan untuk penanganan bencana juga harus disesuaikan
dengan kebutuhan pengungsi atau korban bencana alam. Persiapan obat kesehatan menuju
lokasi bencana juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhan bencana yang
terjadi, misalnya saja bencana banjir. Bencana banjir biasanya akan menimbulkan korban
mengalami diare, maka dibutuhkan obat diare seperti oralit.

Dalam keadaan dimana dijumpai keterbatasan sumber daya, utamanya keterbatasan


daya tampung dan kemampuan perawatan, pemindahan korban ke Rumah Sakit dapat ditunda
sementara. Dengan ini harus dilakukan perawatan di lapangan yang adekuat bagi korban
dapat lebih mentoleransi penundaan ini. Jika diperlukan dapat didirikan rumah sakit
lapangan (Rumkitlap).

Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan, Petugas Pemadam Kebakaran,


Polisi, Tenaga dari unit khusus, Tim Medis Gawat Darurat dan Tenaga Perawat Gawat
Darurat Terlatih. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi seperti berikut:

1. Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan.


2. Tempat penampungan sementara
3. Pada "tempat hijau''' dari pos medis lanjutan.
4. Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas kesehatan

Pelayanan kesehatan primer memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan


nasional, khususnya sub sistem upaya kesehatan. peran layanan primer dalam kebencanaan,
yaitu:

1. Pra Bencana
 Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
 Membuat jalur evakuasi.
 Mengadakan pelatihan.
 Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin
terjadi.\
 Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan
dalam bidang kesehatan.
 Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam Satgas COVID-19.
 Mengadakan koordinasi lintas sektor.
2. Saat Bencana
a. Puskesmas di Lokasi Bencana
 Menuju lokasi bencana dengan membawa peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan triase dan memberikan pertolongan pertama.
 Melaporkan kejadian bencana kepada Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes)
Kabupaten/Kota.
 Melakukan penilaian cepat masalah kesehatan awal (initial rapid health
assessment).
 Menyerahkan tanggung jawab kepada Kadinkes Kapubaten/Kota, bila telah
tiba di lokasi.
b. Puskesmas di Luar Lokasi Bencana
 Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan, serta ambulans/transportasi
lain ke lokasi bencana dan tempat penampungn pengungsi.
 Membantu perawatan dan evakuasi korban, serta pelayanan kesehatan
pengungsi.
3. Pasca Bencana
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di tempat penampungan (Pos
Kesehatan Lapangan).
 Memeriksa kualitas air bersih dan sanitasi lingkungan.
 Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin
timbul.
 Segera melapor ke Dinkes Kabupaten/Kota, bila terjadi KLB penyakit menular
dan gizi buruk.
 Memfasilitasi relawan, kader, dan petugas pemerintah tingkat kecamatan dalam
memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat luas,
bimbingan pada kelompok, serta konseling pada individu yang berpotensi
mengalami gangguan stress paska trauma.
 Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan konseling awal dan
membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau penanggulangan lebih spesifik.

Anda mungkin juga menyukai