Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ANALISIS PEMAJANAN (EXPOSURE ASSESMENT)”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Risiko Lingkungan


Lahan Basah
Peminatan K3 dan Kesehatan Lingkungan

Dosen: Prof. Dr. Husaini, SKM., M.Kes

Disusun Oleh:

Endah Amalia Sari NIM 2220930320059


Nur Azizah NIM 2220930320001
Yunita Faza Kurniasari NIM 2220930320051

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
Maret, 2023

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................4

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6

2.1 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)......................................6

2.2 Analisis Pemajanan (Exposure Assesment)...............................................7

2.3 Perhitungan Intake non- Karsinogenik dan Intake Karsinogenik...........9

2.3.1 Perhitungan intake non karsinogenik (INK).........................................9

2.3.2 Perhitungan Intake Karsinogenik (IK)...............................................12

BAB III..................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.................................................................................................15

3.2 Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pencemaran air masih menjadi permasalahan di negara berkembang termasuk
Indonesia (Sabila and Setyaningrum, 2023). Pencemaran air dapat disebabkan
oleh pembuangan limbah hasil produksi domestik atau industri ke badan air.
Fenomena ini akan memberikan dampak pada lingkungan terutama biota air dan
kesehatan manusia (Kurniawan, 2016). Mengingat air merupakan sumber
kehidupan utama yang dibutuhkan oleh makhluk hidup maka keberadaannya
harus dilindungi sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik (Sabila and
Setyaningrum, 2023). Menurunnya kualitas air dikaitkan dengan tingginya tingkat
kepadatan penduduk bersamaan dengan rendahnya sanitasi yang buruk, salah
satunya rembesan air limbah rumah tangga termasuk rembesan septic tank.
Pencemaran ini ditandai dengan adanya bakteri Eschericia coli dalam air tanah.
Hal ini disebabkan oleh dekatnya jarak septic tank dengan sumur yang terletak
didaerah pemukiman padat berkaitan dengan penggunaan on-site sanitation
(Sabila and Setyaningrum, 2023). Penggunaan air yang mengandung bakteri coli
akan menyebabkan water borne disease seperti penyakit diare, jamur, otitis,
konjungtivitis dan meningoensefalitis amuba (Kurniawan et al., 2022). Data BPS
tahun 2020 menyebutkan jumlah kasus penyakit diare di Provinsi Kalimantan
Selatan menduduki peringkat kedua tertinggi di Pulau Kalimantan yaitu sebanyak
68.189 kasus (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2020). Besarnya
dampak pencemaran air terhadap kesehatan manusia maka dibutuhkan pendekatan
analisis kesehatan lingkungan untuk dapat mengukur besarnya paparan zat-zat
toksik yang ada di badan air yaitu salah satunya dengan pendekatan Analisis
Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) (Pamungkas, Sulistiyani and Rahardjo,
2017).

3
Keberadaan ARKL berperan dalam memperkirakan risiko pencemaran pada
kesehatan manusia, termasuk identifikasi terhadap adanya faktor ketidakpastian,
penelusuran paparan tertentu, memperhitungkan karakteristik yang melekat pada
agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari target spesifik (Pamungkas,
Sulistiyani and Rahardjo, 2017). Berdasarkan peraturan perundang-undangan
Indonesia, ARKL merupakan pendekatan Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL) dengan dilandasi hukum oleh PerMenLH No 08/2006
Tentang Pendoman Penyusunan AMDAL, dan KepMenKes No
876/MenKes/SK/VIII/2001 Tentang Pedoman ADKL (Maherdyta et al., 2022).
ARKL menggunakan sains, teknik, probilitas, dan statistik untuk meperkirakan
dan menilai besaran dan peluang risiko kesehatan dan lingkungan yang akan
terjadi, sehingga diharapkan dapat melakukan upaya pengendalian terhadap risiko
tersebut. Selain itu, implementasi analisis risiko melalui ARKL tersebut
memungkinkan para pembuat kebijakan untuk menentukan langkah yang diambil
dalam meminimalkan bahkan menghilangkan risiko kesehatan akibat pencemaran
udara. Penggunaan ARKL meliputi 4 kajian salah satunya analisis pemajanan
(exposure assesment) (Basri et al., 2019). Analisis pemajanan digunakan untuk
menentukan dosis risk agent yang diterima individu sebagai asupan atau intake.
Penggunaan analisis pemajanan juga perlu memperhatikan semua rute (inhalasi,
ingesi dan absopsi) dan media (udara, air, tanah, makanan, minuman) agar total
intake bisa dihitung (Djafri, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penulisan
makalah ini ialah:

a. Bagaimana metode analisis pajanan (exposure assessment)?


b. Bagaimana perhitungan intake non karsinogenik dan intake karsinogenik?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah menjelaskan bagaimana
penggunaan metode analisis pajanan (exposure assessment) dan

4
perhitungan intake non karsinogenik dan intake karsinogenik dalam
metode alisis pajanan (exposure assessment) tersebut.
b. Tujuan Khusus
1) Menganalisis penggunaan metode analisis pajanan (exposure
assessment)
2) Menganalisis perhitungan intake non karsinogenik dan intake
karsinogenik dalam metode analisis pajanan (exposure assessment)

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan
informasi bagi instansi terkait dan sebagai referensi yang berkaitan dalam
ilmu kesehatan masyarakat khususnya pengetahuan tentang penggunaan
metode analisis pajanan (exposure assessment). Penulisan ini juga dapat
bermanfaat sebagai referensi dan sumber informasi kepada pemustakan
dalam pemanfaatan dan pengembangan media informasi di perpustakaan
dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pembelajaran
terutama dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
b. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat sebagai dasar dalam
memberikan rekomendasi pengendalian risiko terhadap pencemaran air
dengan penggunaan metode analisis pajanan (exposure assessment)
melalui perhitungan intake non karsinogenik dan intake karsinogenik
dalam metode analisis pajanan (exposure assessment). Kemudian
mahasiswa juga dapat menjadikan hasil penulisan makalah ini sebagai
bahan studi yang bermanfaat pada proses belajar dan mengajar
berdasarkan permasalahan yang ada di lapangan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)


Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) merupakan metode yang
digunakan untuk menghitung perkiraan risiko yang disebabkan oleh pajanan agen
baik kimia maupun fisik pada kelompok berisiko dengan mempertimbangkan
karakteristik risiko. Menurut Louvar & louvar (1998), analisis risiko kesehatan
lingkungan (ARKL) didefinisikan sebagai kerangka ilmiah untuk memecahkan
permasalahan lingkungan dan kesehatan. ARKL merupakan sebuah proses yang
dimaksudkan untuk menghitung atau memperkirakan risiko pada kesehatan
manusia, termasuk diantaranya identifikasi terhadap keberadaan faktor
ketidakpastian, penelusuran pada pajanan tertentu, memperhitungkan karakteristik
yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran
yang spesifik (Dirjen PP dan PL, 2012).

ARKL merupakan perkembangan spesifik dari Health Impact Assesment


(HIA). Di Indonesia ARKL merupakan bagian dari Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL). ADKL sendiri dibedakan menjadi ADKL untuk
pencemaran pada umumnya (bukan bagian dari studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)) dan ADKL bagian AMDAL, yang dimaksudkan untuk
kajian aspek kesehatan masyarakat dalam konteks rencana usaha atau kegiatan
baru. ADKL termuat dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Lingkungan (ADKL) (Dirjen PP dan PL, 2012).

6
ARKL merupakan sebuah tujuan untuk memastikan supaya analisis risiko
dari bahan kimia dan pengelolaannya dapat berjalan dengan baik untuk
meningkatkan perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Tujuan
ini telah menjadi kesepakatan dari berbagai negara dalam kerangka pembangunan
yang berkelanjutan.

Paradigma risk analysis untuk kesehatan masyarakat pertama kali


dikemukakan tahun 1983 oleh US National Academic of Science untuk menilai
risiko kanker oleh bahan kimia di dalam makanan. Menurut paradigma ini, risk
analysis terbagi dalam tiga langkah utama yaitu penelitian (research), analisis
risiko (risk assessment) dan manajemen risiko (risk management). Analisis risiko
selanjutnya dibagi menjadi identifikasi bahaya (hazard identification), analisis
dosis-respon (dose-respone assessment), analisis pemajanan (exposure
assessment) dan karakterisasi risiko (risk characterization).

Gambar 1. Paradigma risk analysis dari NRC (1983).

7
2.2 Analisis Pemajanan (Exposure Assesment)
Analisis pemajanan atau eksposure assesment merupakan langkah lanjutan
dari analisis dosis respon, analisis ini dilakukan untuk menghitung atau mengukur
intake/asupan dari agen risiko. Untuk menghitung intake digunakan persamaan
atau rumus yang berbeda. Data yang digunakan dapat berupa data primer (hasil
pengukuran konsentrasi sendiri), data sekunder (hasil pengukuran dari pihak
terpercaya seperti Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, LSM dan lainnya)
dan asumsi yang berdasarkan pada pertimbangan yang logis atau menggunakan
nilai baku. Pada tahap ini juga dibutuhkan data terkait antropometri dari populasi
terpajan untuk menetapkan intake. Karakteristik antropometri yang diukur
diantarnya adalah berat badan, pajanan harian, frekuensi pajanan tahunan dan
durasi pajanan (Direktorat Jendral PP dan PL, 2012).

Analisis pemajanan perlu memperhatikan semua rute (inhalasi, ingesi dan


absorpsi) dan media (udara, air, tanah, makanan, minuman) agar total intake bisa
dihitung. Analisis rute pajanan biasanya menghasilkan critical pathway, yaitu
jalur pemajanan yang dominan. Pathway ini menyangkut media lingkungan apa
yang menjadi wahana risk agent itu dan dengan cara apa zat itu masuk ke dalam
tubuh. Sekali critical pathway ditemukan, jalur-jalur lain kemungkinan
kontribusinya kecil dan boleh jadi bisa diabaikan (Djafri, 2014).

Analisis pajanan dapat dilakukan dengan menetapkan konsentrasi pajanan.


Penetapan emisi, jalur dan laju perpindahan suatu bahan kimia menggambarkan
keadaan dan ukuran populasi yang terpajan, tinggi rendah pajanan dan lama
pajanan. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi pajanan atau
dosis pajanan yang mengenai populasi manusia. Dalam analisis risiko kesehatan
manusia (risk health risk assessment), berbagai jalur pajanan sering diintegrasikan
untuk menetapkan Asupan Harian Total (Total Daily Intake) yang dinyatakan
sebagai dosis aktual (mg/kgBB/hari). Hal-hal yang penting untuk diperhatikan
dalam melakukan penilaian terhadap analisis pajanan terdapat pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Aspek-Aspek yang Perlu Diperhatikan Dalam Analisis Pajanan (WHO, 2000)

8
Aspek-aspek Keterangan
Agent Biologis, kimia, fisika agent tunggal,
berganda dan campuran
Sumber Antropogenik/non antropogenik, area/titik,
bergerak/diam, indoor/outdoor
Media pembawa (carrier Air, udara, tanah, debu, makanan, produk
medium)
Jalur pajanan (exposure Makan makanan yang terkontaminasi,
pathways) menghirup udara yang terkontaminasi,
menyentuh permukaan benda
Konsentrasi pajanan mg/kg (makanan), mg/liter (air), µm/cm3
(udara), µm/cm2 (permukaan
terkontaminasi), % berat
Rute Pajanan Inhalasi, kontak kulit, ingesti, rute
berganda
Durasi Detik, menit, jam, hari , minggu, bulan,
tahun, seumur hidup
Frekuensi Kontinu, intermiten, bersiklus, acak
Latar Pajanan Lingkungan kerja/bukan lingkungan kerja,
pemukiman/bukan pemukiman,
indoor/outdoor
Populasi Terpajan Populasi umum, sub populasi, individu
Lingkup Geografis Tempat/sumber spesifik, local, regional,
nasional, internasional, global
Kerangka Waktu Masa lalu, sekarang, masa depan, trend
Sumber : Human Exposure Assessment, Environmental Health Criteria 214
(WHO, 2000)

2.3 Perhitungan Intake non- Karsinogenik dan Intake Karsinogenik


Analisis pajanan dilakukan dengan mengukur atau menghitung intake/asupan
dari agen risiko. Intake/asupan ini dapat bersifat non-karsinogenik dan
karsinogenik. Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus yang
berbeda antara non karsinogenik dan karsinogenik. Rumus perhitungan yang
digunakan adalah sebagai berikut:

2.3.1 Perhitungan intake non karsinogenik (INK)


a. Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

9
Keterangan :
Notasi Arti Notasi Satuan Nilai Default
INK (Intake) Jumlah konsentrasi mg/kg x Tidak ada nilai
agen risiko (mg) yang hari default
masuk ke dalam
tubuh manusia
dengan berat badan
tertentu (kg) setiap
harinya
C Konsentrasi agen mg/m3 Tidak ada nilai
(Concentration) risiko pada media default
udara (udara ambien)
R (Rate) Laju inhalasi atau m3 /jam Dewasa : 0,83 m3
banyaknya volume /jam Anak – anak (6
udara yang masuk – 12 tahun) : 0,5 m3
setiap jamnya /jam
tE (time of Lamanya atau jumlah Jam/hari -Pajanan pada
exposure) jam terjadinya pemukiman: 24
pajanan setiap harinya jam/hari
-Pajanan pada
lingkungan kerja: 8
jam/hari
- Pajanan pada
sekolah dasar : 6
jam/hari
fE (frecuency of Lamanya atau jumlah Hari/tahun -Pajanan pada
exposure) hari terjadinya pemukiman: 350
pajanan setiap hari/tahun
tahunnya -Pajanan pada
lingkungan kerja:
250 hari/tahun
Dt (duration Lamanya atau jumlah Tahun Residensial
time) tahun terjadinya (pemukiman) /
pajanan pajanan seumur
hidup : 30 tahun
Wb (weight of Berat badan manusia / Kg -Dewasa asia /
body) populasi / kelompok Indonesia : 55 Kg -
populasi Anak –anak : 15 Kg
tavg(nk) (time Periode waktu rata – Hari 30 tahun x 365
average) rata untuk efek non hari/tahun = 10.950
karsinogen hari
Sumber: Direktorat Jendral PP dan PL (2012)

b. Perhitungan Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

10
Keterangan :
Notasi Arti Notasi Satuan Nilai Default
INK (Intake) Jumlah konsentrasi mg/kg x Tidak ada nilai
agen risiko (mg) yang hari default
masuk ke dalam
tubuh manusia
dengan berat badan
tertentu (kg) setiap
harinya
C Konsentrasi agen -mg/l (air) - Tidak ada nilai
(Concentration) risiko pada air mg/kg default
bersih/minum atau (makanan)
pada makanan.
R (Rate) Laju konsumsi atau -liter/hari Air Minum
banyaknya volume air (air) - - Dewasa
atau jumlah berat gram/hari (pemukiman):
makanan yang masuk (makanan) 2 liter/hari
setiap jamnya - Anak–anak
(pemukiman):
1 liter/hari
- Dewasa
(lingkungan
kerja): 1
liter/hari
Makanan
- Buah –
buahan: 42
gram/hari
- Sayuran: 80
gram/hari
- Ikan
tangkapan: 54
gram/hari
fE (frecuency of Lamanya atau jumlah Hari/tahun -Pajanan pada
exposure) hari terjadinya pemukiman: 350
pajanan setiap hari/tahun
tahunnya -Pajanan pada
lingkungan kerja:
250 hari/tahun
Dt (duration Lamanya atau jumlah Tahun Residensial

11
time) tahun terjadinya (pemukiman) /
pajanan pajanan seumur
hidup : 30 tahun
Wb (weight of Berat badan manusia / Kg -Dewasa asia /
body) populasi / kelompok Indonesia : 55 Kg
populasi - Anak –anak : 15 Kg
tavg(nk) (time Periode waktu rata – Hari 30 tahun x 365
average) rata untuk efek non hari/tahun = 10.950
karsinogen hari
Sumber: Direktorat Jendral PP dan PL (2012)

2.3.2 Perhitungan Intake Karsinogenik (IK)


a. Intake pada jalur pemajanan inhalasi (terhirup)

Notasi Arti Notasi Satuan Nilai Default


IK (Intake) Jumlah konsentrasi mg/kg x Tidak ada nilai
agen risiko (mg) yang hari default
masuk ke dalam
tubuh manusia
dengan berat badan
tertentu (kg) setiap
harinya
C Konsentrasi agen mg/m3 Tidak ada nilai
(Concentration) risiko pada media default
udara (udara ambien)
R (Rate) Laju inhalasi atau m3 /jam Dewasa : 0,83 m3
banyaknya volume /jam Anak – anak (6
udara yang masuk – 12 tahun) : 0,5 m3
setiap jamnya /jam
tE (time of Lamanya atau jumlah Jam/hari -Pajanan pada
exposure) jam terjadinya pemukiman: 24
pajanan setiap harinya jam/hari
-Pajanan pada
lingkungan kerja: 8
jam/hari
-Pajanan pada
sekolah dasar: 6
jam/hari
fE (frecuency of Lamanya atau jumlah Hari/tahun -Pajanan pada
exposure) hari terjadinya pemukiman: 350

12
pajanan setiap hari/tahun
tahunnya -Pajanan pada
lingkungan kerja:
250 hari/tahun
Dt (duration Lamanya atau jumlah Tahun Residensial
time) tahun terjadinya (pemukiman) /
pajanan pajanan seumur
hidup : 30 tahun
Wb (weight of Berat badan manusia / Kg -Dewasa asia /
body) populasi / kelompok Indonesia: 55 Kg
populasi
tavg(nk) (time Periode waktu rata – Hari 70 tahun x 365
average) rata untuk efek hari/tahun = 25.550
karsinogen hari
Sumber: Direktorat Jendral PP dan PL (2012)

b. Perhitungan Intake pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)

Keterangan :
Notasi Arti Notasi Satuan Nilai Default
IK (Intake) Jumlah konsentrasi mg/kg x Tidak ada nilai
agen risiko (mg) yang hari default
masuk ke dalam
tubuh manusia
dengan berat badan
tertentu (kg) setiap
harinya
C Konsentrasi agen -mg/l (air) - Tidak ada nilai
(Concentration) risiko pada air mg/kg default
bersih/minum atau (makanan)
pada makanan.
R (Rate) Laju konsumsi atau -liter/hari Air Minum
banyaknya volume air (air) - - Dewasa
atau jumlah berat gram/hari (pemukiman):
makanan yang masuk (makanan) 2 liter/hari
setiap jamnya - Anak–anak
(pemukiman):
1 liter/hari
- Dewasa
(lingkungan

13
kerja): 1
liter/hari
Makanan
- Buah –
buahan: 42
gram/hari
- Sayuran: 80
gram/hari
fE (frecuency of Lamanya atau jumlah Hari/tahun -Pajanan pada
exposure) hari terjadinya pemukiman: 350
pajanan setiap hari/tahun
tahunnya
Dt (duration Lamanya atau jumlah Tahun Residensial
time) tahun terjadinya (pemukiman) /
pajanan pajanan seumur
hidup : 30 tahun
Wb (weight of Berat badan manusia / Kg -Dewasa asia /
body) populasi / kelompok Indonesia: 55 Kg
populasi
tavg(nk) (time Periode waktu rata – Hari 70 tahun x 365
average) rata untuk efek hari/tahun = 25.550
karsinogen hari
Sumber: Direktorat Jendral PP dan PL (2012)

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
ARKL merupakan pendekatan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL) dengan dilandasi hukum yang digunakan untuk menghitung perkiraan
risiko yang disebabkan oleh pajanan agen baik kimia maupun fisik pada
kelompok berisiko dengan mempertimbangkan karakteristik risiko. ARKL
menggunakan sains, teknik, probilitas, dan statistik untuk meperkirakan dan
menilai besaran dan peluang risiko kesehatan dan lingkungan yang akan terjadi,
sehingga diharapkan dapat melakukan upaya pengendalian terhadap risiko
tersebut. Penggunaan ARKL meliputi 4 kajian salah satunya analisis pemajanan
(exposure assesment). Analisis pemajanan (exposure assessment) dilakukan untuk
menghitung atau mengukur intake atau asupan dari agen risiko. Analisis
pemajanan perlu memperhatikan semua rute (inhalasi, ingesi dan absorpsi) dan
media (udara, air, tanah, makanan, minuman) agar total intake bisa dihitung.
Analisis rute pajanan biasanya menghasilkan critical pathway, yaitu jalur
pemajanan yang dominan. Analisis pajanan juga dapat dilakukan dengan
menetapkan konsentrasi pajanan.

3.2 Saran
Diharapkan dalam pengolahan makalah ini bisa lebih dikembangkan kembali,
baik itu berkaitan dengan teori dan contoh yang bisa diberikan mengenai analisis
pemajanan (exposure assesment).

15
DAFTAR PUSTAKA

Basri, S. et al. (2019). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Jurnal Kesehatan.


VII (2): pp. 427–442.

Djafri, D. (2014). Prinsip dan Metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan’,


Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 8(2): pp. 100–104. doi:
10.24893/jkma.8.2.100-104.2014.

Direktorat Jenderal PP dan PL. (2012). Pedoman Analisis Risiko Kesehatan


Lingkungan (ARKL). Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Status Lingkungan
Hidup dan Kehutanan 2020. Edited by S. Nurbaya. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kurniawan, F. B. et al. (2022). Kadar Klor Terhadap Kualitas Bakteriologi pada


Air Kolam. Gema Kesehatan. 14(1): pp. 101–107.

Kurniawan, Y. (2016). Sistem Pengolahan Limbah Cair pada IPAL. Journal


Knowledge Industrial Engineering (JKIE). 03(02): pp. 17–26.

Louvar, JF & Louvar, B. (1998). Health and Environmental Risk Analysis, New
Jersey, Prentice Hall.
Maherdyta, N. et al. (2022). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Gas
Nitrogen Dioksida (No2) Dan Sulfur Diokida (So2) Pada Masyarakat Di
Wilayah Yogyakarta. Jurnal Sanitasi Lingkungan. 2(1): pp. 51–59.

Pamungkas, R. E., Sulistiyani and Rahardjo, M. (2017). Analisis Risiko


Kesehatan Lingkungan (Arkl) Akibat Paparan Karbon Monoksida (CO)

16
Melalui Inhalasi Pada Pedagang di Sepanjang Jalan Depan Pasar Projo
Ambarawa Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal). 5(5): pp. 824–831.

Sabila, N. and Setyaningrum, D. (2023). Analisis Coliform dan Colifecal pada Air
dari Berbagai Sumber Menggunakan Metode MPN (Most Probable
Numbers). Jurnal Kimia dan Rekayasa. 3(2): pp. 54–60.

WHO (2000). Environmental Health Criteria 214: Human Exposure Assessment.


IOMC. Geneva.

17

Anda mungkin juga menyukai