Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

INSTRUMEN ANALISIS RISIKO LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP SUMBER


DAYA HUTAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisa Sumber Daya dan Lingkungan

Dosen Pengampu:
Ardiyanto Maksimilianus Gai, ST.,M.Si
Agus Gunarto, SE.,MM

Oleh:
Dandan Allo Pasambe – 2024007
Aula Ahmad Fikri – 2024028
M. Yasya Priwandana - 2024044

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih
kepada:

1. Orang tua penulis yang telah memfasilitasi penulis untuk menyelesaikan tugas ini
2. Bapak Ardiyanto Maksimilianus Gai, S.T., M.Si., selaku dosen pengampu
3. Bapak Agus Gunarto, S.E., M.M, selaku dosen pengampu
4. dan Teman-teman yang turut memberi dukungan dalam pembuatan makalah ini

Makalah ini dibuat berdasarkan studi literatur yang telah penulis lakukan. Makalah ini
juga merupakan salah satu upaya dalam menjawab rasa keingintahuan penulis terhadap
Instrumen Analisis Resiko Lingkungan Hidup Terhadap Sumber Daya Hutan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.

Malang, Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
1 BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 1

1.3 Sasaran ........................................................................................................................ 1

2 BAB II ISI .......................................................................................................................... 2

2.1 Dasar Hukum............................................................................................................... 2

2.1.1 UU No 32 Tahun 2009 ......................................................................................... 2

2.1.2 UU No 32 Tahun 2009 Pasal 47 Analisis Resiko Lingkungan Hidup ................. 2

2.2 Analisis Risiko Lingkungan Hidup ............................................................................. 2

2.3 Pengelolaan Sumber Daya Hutan dengan Instrumen Analisis Risiko Lingkungan
Hidup 3

3 BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 7

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 7

4 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8

3
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang
hidup di sekitarnya. Hubungan interaksi antara masyarakat dengan lingkungan alam sekitarnya
telah berlangsung selama berabad-abad lamanya secara lintas generasi dalam bingkai
keseimbangan kosmos. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di setiap masyarakat
desa hutan mempunyai ciri khas tersendiri (local spesific) sesuai dengan karakteristik budaya
masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Sumberdaya hutan dimaknai sebagai
sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, religius, politik, sosial dan budaya. Oleh
karena itu, kelangsungan hidup dari masyarakat dan hutan sangat tergantung dari ketersediaan
sumberdaya hutan yang ada di sekitar lingkungannya (Nugraha, 2005:11).

Potensi sumberdaya alam yang ada di Indonesia yang berlimpah, ternyata memiliki
tingkat kerawanan dan kerusakan yang tinggi. Memburuknya kondisi hutan antara juga tidak
diimbangi dengan kemampuan membuat hutan yang baik dan memadai sesuai dengan
kebutuhan pasar industri. Analisis Risiko adalah suatu metode analisis yang meliputi faktor
penilaian, karakterisasi, komunikasi, manajemen dan kebijakan yang berkaitan dengan risiko
tersebut. Tahapan kegiatan analisis risiko antara lain meliputi: identifikasi hazard, proyeksi
risiko, penilaian risiko, dan manajemen risiko. Penilaian risiko dapat dilakukan secara
kuantitatif atau kualitatif. Makalah ini akan menjelaskan mengenai pengelolaan sumber daya
Hutan berdasarkan Instrumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, salah satunya yaitu dengan
penerapan Analisis Risiko Lingkungan Hidup.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan juga memahami terkait
langkah yang tepat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan berdasarkan pada Instrumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya melalui Analisis Risiko Lingkungan Hidup.

1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai yaitu agar terwujudnya suatu pengelolaan sumber daya Hutan
yang sesuai dengan Instrumen Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya melalui Analisis
Risiko Lingkungan Hidup

1
2 BAB II
ISI
2.1 Dasar Hukum
2.1.1 UU No 32 Tahun 2009
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) menurut UU no 32 tahun 2009
pasal 1 ayat (2) adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum. UU disahkan di Jakarta, 3 Oktober 2009 oleh Presiden dan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Andi Mattalatta. Dalam pasal tersebut berisi
mengenai instrumen dalam preventif kerusakan lingkungan hidup yang dimana salah satunya
terdiri atas Analisis Risiko Lingkungan Hidup.

2.1.2 UU No 32 Tahun 2009 Pasal 47 Analisis Resiko Lingkungan Hidup

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau
kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup.
(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) Pengkajian risiko;
b) Pengelolaan risiko; dan/atau
c) Komubinasi risiko
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkungan hidup diatur dalam
Peraturan Pemerintah

2.2 Analisis Risiko Lingkungan Hidup


Analisis Risiko Lingkungan Hidup (ARLH) adalah metode memperhitungkan resiko
terjadap organisme, sistem, atau populasi (sub) dengan segala ketidakpastian yang
menyertainya, setelah terpentang oleh pihak tertentu, pakai mengamati sifat pihak dan sasaran
yang spesifik. Menekankan metode kesetimbangan antara biaya yang dikeluarkan untuk
mengurangi risiko lingkungan dengan keuntungan yang diperoleh dari berkurangnya risiko
lingkungan tersebut, Menurut Ramli, 2010, Analisis penilaian Risiko Lingkungan Hidup
adalah segala bentuk upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan secara komprehensif dan
sistematis risiko serta dapat dilakukan di berbagai tempat dan dapat diterapkan dalam setiap
aktivitas. Risiko berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di berbagai tempat, yang jika

2
tidak dikendalikan dapat menimbulkan kerugian. Jadi, secara garis besar Analisis risiko
lingkungan adalah proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap
lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu.

Risiko merupakan gabungan antara keparahan dan kemungkinan. Setiap aktivitas yang
dilakukan manusia terdapat resiko yang berhasil maupun resiko yang gagal. Analisis penilaian
risiko adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan risiko yang ada.
Dalam lingkup system social, proses social dan relasi social, terdapat tiga macam risiko, yaitu:

1. Risiko fisik-ekologis (physical-ecological risk), yaitu aneka risiko kerusakan fisik pada
manusia dan lingkungannya. Dalam risiko ini terdapat manmade risks yaitu kerusakan
berupa kerusakan arsitektur homo humanus dan oikos yang disebabkan oleh kegiatan
manusia ataupun yang dapat disebabkan oleh proses alam;
2. Risiko mental (mental risk), yaitu aneka risiko kerusakan mental akibat perlakuan
buruk pada tatanan psikis. Resiko ini berupa perkembangan aneka bentuk abnormalitas,
hancurnya pangunan psyche, deviance (penyimpangan dan kerusakan fisik lainnya
yang disebabkan oleh factor internal maupun eksternal.
3. Risiko sosial (social risk), yaitu aneka risiko yang menggiring pada rusaknya bangunan
dan lingkungan sosial (eco-social). Resiko ini diakibatkan oleh factor teknologi,
industi, mauoun factor eksternal kondisi alam.
Setiap resiko menciptakan sebuah kondisi ruang lingkup kehidupan yang penuh dengan
ketakutan, sarat ancamabn dan paranoid. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus berkembang
yang dapat menuntun kehidupan pada kerusakan total secara mental, fisik, dan social.
2.3 Pengelolaan Sumber Daya Hutan dengan Instrumen Analisis Risiko Lingkungan
Hidup
Kebakaran hutan semakin menarik perhatian sebagai isu lingkungan dan ekonomi,
khususnya setelah bencana El Niño (ENSO) 1997/98 yang menghanguskan lahan hutan seluas
25 juta hektar di seluruh dunia (FAO 2001; Rowell dan Moore 2001). Kebakaran dianggap
sebagai ancaman potensial bagi pembangunan berkelanjutan karena efeknya secara langsung
bagi ekosistem (United Nations International Strategy for Disaster Reduction 2002). Di masa
lalu membakar hutan merupakan suatu metode praktis untuk membuka lahan. Pada awalnya
banyak dipraktekkan oleh para peladang tradisional atau peladang berpindah. Namun karena
biayanya yang sangat murah, praktek membakar hutan dan lahan banyak diadopsi oleh
perusahaan-perusahaan kehutanan dan perkebunan.

3
Sebab utama dari kebakaran adalah pembukaan lahan yang meliputi pembakaran lahan
yang tidak terkendali sehingga merembet ke masyarakat maupun perusahaan. Berdasarkan tipe
bahan bakar dan sifat pembakarannya, kebakaran hutan dan lahan dapat dikelompokkan
menjadi tiga tipe , yaitu :

(1) Kebakaran bawah (ground fire) merupakan tipe kebakaran dimana api membakar
bahan organik dibawah permukaan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organik
maka kebkaran ini tidak terlihat apinya namun asap. Penyebaran api juga sangat
lambat dan terjadi dalam waktu yang lama (biasanya terjadi pada lahan gambut yang
ketebalannya mencapai 10 meter).
(2) Kebakaran permukaan (surface fire) yaitu tipe kebakaran dimana api membakar
bahan bakar permukaan yang berupa serasah, semak belukar, anakan, pancang, dan
limbah pembalakan. Sifat api permukaan cepat merambat, nyalanya besar dan panas,
namun cepat padam.
(3) Kebakaran tajuk (crown fire) merupakan tipe kebakaran yang membakar tajuk
pohon (bagian atas pohon). Kebakaran ini akan parah jika terjadi di tanaman yang
daunnya mudah terbakar dan rapat. Kebakaran hutan dan lahan antara lain karena
faktor alam, biasanya terjadi pada musim kemarau ketika cuaca sangat panas dan
faktor pembakaran oleh manusia

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPPLH) merupakan langkah awal
kebijakan untuk penegakan hukum lingkungan hidup. UUPPLH memuat prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan hidup yang berfungsi memberikan arahan (direction) bagi sistem
hukum lingkungan nasional, dan setelah 15 tahun akhirnya undang-undang ini pun dicabut
karena dianggap kurang sesuai agar terwujud pembangunan berkelanjutan seperti apa yang
dicitakan yaitu dengan Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997 dan diganti lagi oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 dengan alasan agar lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan
terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, melalui
penjatuhan sanksi pidana yang cukup berat didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.

Bebarapa peraturan yang mengatur tentang penanggulangan kebakaran hutan dan lahan
di Indonesia antara lain :

4
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 UU tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Mengatur tentang kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestaran lingkungan hidup
serta mencegah dan menangulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Dengan
sanksi pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 500 juta selain
itu juga bisa dikenakan tindakan tata tertib berupa perampasan keuntungan, penutupan
perusahaan, perbaikan Kerusakan
2. UU No 41 1999 tentang Kehutanan Pasal 50 ayat 3, pembakaran hutan dikenakan
hukuman kurungan maksimal 15 tahun penjara dan/atau denda maksimal Rp 15 miliar.
Pasal 78 ayat 4 dikenakan denda maksimal penjara 5 tahun dan/atau denda maksimal Rp
1,5 miliar.
3. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan Hidup. Dalam PP tersebut, terdapat larangan terhadap pembakaran hutan dan
lahan, hanya saja larangan tersebut hanya dikenakan sanksi administrasi.
4. Pasal 10 ayat (2) huruf b, Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan diatur bahwa kegiatan perlindungan hutan meliputi pencegahan, pemadaman dan
penanganan dampak kebakaran. Hanya saja didalam pasal 42 dan 43 PP tersebut
dinyatakan bahwa mengenai tindakan pidana dampak kebakaran hutan hanya diberlakukan
bagi pihak yang tidak memiliki surat-surat dan izin atas hasil hutan.
5. Undang-undang No 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan kewajiban untuk melestarikan
fungsi hingkungan hidup. Dengan sanksi penjara maksimal 3 tahun dan denda maksimal
Rp 3 miliar atau keduanya.
6. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan. Menjelaskan prisnip
pembakaran hutan dilarang. Pembakaran hutan secara terbatas diperkenankan hanya untuk
tujuan khusus atau kondisi yang tidak dapat dielakkan, antara lain pengendalian kebakaran
hutan, pembasmian hama dan penyakit, serta pembinaan habitat tumbuhan dan satwa.
Sanksi berupa ancaman paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5 miliar dan
kelalaian di ancam kurungan maksimal 5 tahun dan denda Rp 1,5 miliar atau sanksi
kumulatif.
7. Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup. Pasal 69
dengan jelas mengatur terkait dengan perbuatan melawan hukum melakukan perbuatan
yang mengakibatkan pencemaran dan/atau pengerusakan lingkungan hidup, selain itu, UU
ini juga mengatur tentang ketentuan pidana bagi orang yang melakukan pembakaran lahan.

5
Dalam pengelolaan sumber daya hutan perlu adanya penerapan Analisis Risiko
Lingkungan Hidup untuk menghindari risiko yang terjadi akibat deforestasi dan kebakaran
hutan besar besaran di kawasan hutan. Di sisi lain, pelaksanaan ARLH dalam pengelolaan
sumber daya hutan agar dapat berjalan secara efektif dan bisa mencapai sasaran yang
diharapkan, maka dalam melakukan pengawasannya perlu mengkaitkan dengan mekanisme
suatu perijinan. Penggunaan Analisis Resiko Lingkungan ini, akan mempermudah pihak
managemen kegiatan atau usaha dalam pengelolaan audit atau evaluasi yang menjadi patokan
dalam penilaian ketaatan suatu usaha atau kegiatan.

6
3 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hutan merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang
hidup di sekitarnya. Hubungan interaksi antara masyarakat dengan lingkungan alam sekitarnya
telah berlangsung selama berabad-abad lamanya secara lintas generasi dalam bingkai
keseimbangan kosmos. Analisis Risiko adalah suatu metode analisis yang meliputi faktor
penilaian, karakterisasi, komunikasi, manajemen dan kebijakan yang berkaitan dengan risiko
tersebut.

Dalam lingkup system social, proses social dan relasi social, terdapat tiga macam risiko,
yaitu: Risiko fisik-ekologis (physical-ecological risk), Risiko mental (mental risk), dan Risiko
sosial (social risk). Dalam pengelolaan sumber daya hutan perlu adanya penerapan Analisis
Risiko Lingkungan Hidup untuk menghindari risiko yang terjadi akibat deforestasi dan
kebakaran hutan besar besaran di kawasan hutan. Di sisi lain, pelaksanaan ARLH dalam
pengelolaan sumber daya hutan agar dapat berjalan secara efektif dan bisa mencapai sasaran
yang diharapkan, maka dalam melakukan pengawasannya perlu mengkaitkan dengan
mekanisme suatu perijinan. Penggunaan Analisis Resiko Lingkungan ini, akan mempermudah
pihak managemen kegiatan atau usaha dalam pengelolaan audit atau evaluasi yang menjadi
patokan dalam penilaian ketaatan suatu usaha atau kegiatan.

7
4 DAFTAR PUSTAKA

Alan Purbawiyatna, dkk. (2011). Analisis Kelestarian Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kawasan
Berfungsi Lindung. Jpsl Vol. (1) 2 : 84- 92 Desember 2011

Cahyani, Ferina Ardhi. (2020). Upaya Peningkatan Daya Dukung Lingkungan Hidup Melalui
Instrumen Pencegahan Kerusakan Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jurnal Ilmu Hukum,

Dokumen UU RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup.
Fachmi Rasyid. 2014. Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan. Jurnal Lingkar
Widyaiswana. Edisi 1 No. 4, Oktober – Desember 2014

Prawestya Tunggul Damayatanti. (2011). Upaya Pelestarian Hutan Melalui Pengelolaan


Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. Jurnal Komunitas. Universitas Negeri
Semarang 2011.

Kasam. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
(Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011.

S. Andy Cahyono, dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan Di


Indonesia Dan Implikasi Kebijakannya. Jurnal Sylva Lestari Vol. 3 No. 1, Januari
2015 (103—112)

Dani Amran Hakim. 2015. Politik Hukum Lingkungan Hidup Di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No. 2, April-Juni
2015

Anda mungkin juga menyukai