Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKOLOGI HUTAN

“PENDEKATAN EKOSISTEM DALAM PENGELOLAAN


SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN”

OLEH :

NAMA : WA ODE SITI NUR AZIZA


STAMBUK: M1B116040
KELAS :A

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah
guna memenuhi tugas mata kuliah ekologi hutan dengan judul “PENDEKATAN
EKOSISTEM DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN”.
Dalam menyelesaikan makalah ini telah dilakukan untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan yang dimiliki, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi
diri sendiri. Semoga pembahasan yang dikemukakan dapat menjelaskan setiap
materi dengan baik, sehingga dapat diterima dan dimengerti. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
makalah selanjutnya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

KENDARI, 21 Oktober 2017

WA ODE SITI NUR AZIZA

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI…………………...………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………...3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….…3
1.3 Tujuan…………. …………………………………………………….………4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka………………………………………………….…………..5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian pendekatan ekosistem dalam sumber daya alam……………….….7
3.2 Prinsip pendekatan dalam pengelolaan sumber daya alam……………………7
3.3 Panduan pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam berbasis ekosistem……9
3.4 Prinsip pengelolaan hutan dengan pendekatan ekosistem…………………...10
3.5 Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengelolaan sumber daya alam………..11
BAB 1V PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………….….…13
4.2 Penutup…………………………………………………..…………………..13
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di bumi terdapat berbagai macam ekosistem, keberadaannya sebagian
telah mengalami kerusakan karena intervensi manusia. Akibatnya terjadi berbagai
permasalahan lingkungan akibat dari tidak seimbangnya interaksi yang terjadi
didalamnya. Keteraturan ekosistem menunjukkan, ekosistem tersebut ada dalam
suatu keseimbangn tertentu, keseimbangan itu tidak bersifat statis melainkan
dinamis, selalu berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu besar kadang-kadang
kecil. Perubahan itu dapat terjadi secara ilmiah, maupun sebagai akibat sebagai
perbuatan manusia. Dengan adanya fenomena itu maka diperlukan adanya konsep
ekosistem yang membuat kita memandang unsur-unsur dalam lingkungan hidup
kita tidak secara tersendiri, melainkan secara terintegrasi sebagai komponen yang
berkaitan dalam suatu sistem.
Salah satu metode yang dipakai di Indonesia untuk mengetahui pengaruh
dari kegiatan terhadap ekosistem yang berdekatan dengan menggunakan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL merupakan kajian dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan
digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal yang dikaji dalam proses AMDAL
adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosialbudaya, dan kesehatan
masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha atau kegiatan.
CBD (Convention on Biological Diversity) menegaskan bahwa upaya
pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati harus
dilakukan secara holistik, memperhitungkan tiga level keanekaragaman hayati dan
sepenuhnya mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan budaya. Ekosistem
sendiri memiliki definisi sebagai interaksi dinamis komponen biotik dan abiotik
dalam suatu lingkungan yang menghasilkan aliran energi dan daur hara.
Pendekatan ekosistem dapat dilakukan pada skala ruang dan wilayah apapun,
menempatkan manusia sebagai bagian integral dari ekosistem, memerlukan
pendekatan pengelolaan adaptif.

1.2 Rumusan Masalah


a. Definisi pendekatan ekosistem dalam sumber daya alam?
b. Apa prinsip pendekatan dalam pengelolaan sumber daya alam?

3
c. Apa saja panduan pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam berbasis
ekosistem?
d. Bagaimana prinsip pengelolaan hutan dengan pendekatan ekosistem?
e. Hal-hal apa yang perlu dilakukan dalam pengelolaan sumber daya alam?

1.4 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian pendekatan ekosistem dalam sumber daya
alam
 Untuk mengetahui prinsip pendekatan dalam pengelolaan sumber daya alam
 Untuk mengetahui panduan pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam
berbasis ekosistem
 Untuk mengetahui prinsip pengelolaan hutan dengan pendekatan ekosistem
 Untuk mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengelolaan sumber
daya alam

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan


kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam pembentuk
keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Pencermatan
tatanan dan interaksi yang terjadi di dalam suatu ekosistem amat ditentukan batas
ekosistem yang menjadi unit pengamatan. Hutan dengan segala karakteristik
khasnya dapat disebut sebaga ocontoh suatu ekosistem, namun jika studi
pengamatan diluaskan hingga ke tingkat ekosistem Daerah Aliran Sungai(DAS)
maka ekosistem hutan yang terdapat didalamnya menjadi bagian Sub-Ekosistem
DAS. Secara biofisik sub-ekosistem yang satu dengan dan lainnya tidak dapat
terfragmentasi dan selalu akan berketergantungan dan menerima jasa dalam
bentuk fungsi lingkungan yang didukung oleh masing-masing sub-ekosistem.
(Pasya,2002)
Dalam pengelolaan sumber daya alam dipergunakan azas keterpaduan
yang terkait erat dengan pendekatan ekosistem. Karena ekosistem SDA
merupakan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai komponen
biogeofisik, sosial ekonomi dan budaya yang saling berinteraksi satu dan lainnya.
Kompleksitas ekosistem SDA mempersyaratkan suatu pendekatan pengelolaan
yang bersifat multi-sektor, lintas daerah, termasuk kelembagaan dengan
kepentingan masing-masing serta mempertimbangkan prinsip-prinsip saling
ketergantungan. Selain itu sebagai sistem utuh maka pengelolaannya tidak
mungkin didasarkan kepada satu atau beberapa undang-undang yang sejenis.
(Tresnadi,2008)
Sebagai suatu ekosistem, wilayah pesisir dan laut tidak hanya
menyediakan sumberdaya perikanan, tetapi terdapat pula sumberdaya alam hayati
lainnya seperti mangrove, terumbu karang dan rumput laut dan sumberdaya alam
nir-hayati, di antaranya sumberdaya mineral, minyak bumi dan gas alam. Dengan
demikian, pembahasan tentang pengelolaan sumberdaya perikanan tidak terlepas
dari wilayah pesisir dan laut serta ekosistem terkait yang ada di dalamnya,
sehingga analisis ekosistem menjadi elemen yang penting dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan. Pendekatan ekosistem ini merupakan salah satu bentuk
pengelolaan sumberdaya yang mempertimbangkan perilaku, karakteristik atau
sifat dari alam yang selama ini harus dinomor-duakan setelah kepentingan
manusianya dikedepankan. (Susilowati,2013)
Ekosistem memberikan manfaat kepada masyarakat karena memiliki
banyak fungsi, seperti penyedia udara bersih, air, sumber makanan,

5
mengendalikan banjir, longsor, peternakan, pertanian, penghalang tsunami serta
rekreasi. Konservasi di tingkat ekosistem selain melindungi spesies juga akan
melindungi ekosistem untuk menjalankan fungsinya dan memberi jasa
lingkungan. Ruang lingkup pengelolaan ekosistem meliputi memastikan
keberlanjutan semua spesies, menjaga agar ekosistem sehat dan berfungsi efektif,
memahami hubungan setiap tahap maupun skala yang berlaku dalam hirarki
ekosistem, memantau komponen penting dalam ekosistem dan memahami
bahwa manusia merupakan bagian dari ekosistem. (Hanafi,2016)

6
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Ekosistem Dalam Pengelolaan Sumber


Daya Alam
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar yang menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungan mereka. Istilah tersebut pada
mulanya diperkenalkan oleh A.G.Tansley pada tahun 1935. Sebelumnya, telah
digunakan istilah-istilah lain yaitu biocoenosis dan mikrokosmos. Setiap
ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen, makrokonsumen,
mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim
(Resosoedarmo, 1990).
Perbedaan antar ekosistem hanya pada unsur-unsur penyusun masing-
masing komponen tersebut. Masing-masing komponen ekosistem mempunyai
peranan dan saling terkait dalam melaksanakan proses-proses dalam ekosistem.
Proses-proses dalam ekosistem meliputi aliran energi, rantai makanan, pola
keanekaragaman, siklus materi, perkembangan, dan pengendalian.
Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan dan kebutuhan yang ada di sekitar alam lingkungan hidup. Sumber
daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah,
udara, dan lain sebagainya.
Menurut keputusan COP V/6, 2000 pendekatan ekosistem dalam
pengelolaan SDA adalah strategi pengelolaan tanah, air, dan sumber daya hayati
terpadu yang memajukan pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan dengan cara
yang adil dan merata.

2.2 Prinsip Pendekatan Ekosistem dalam Pengelolaan Sumber


Daya Alam
Pemanfaatan sumber daya alam, dikelola oleh beberapa pihak, baik dari
pihak Pemerintah maupun Swasta. Kedua pihak saling mendukung satu sama lain
dalam membuat peraturan)SDA, menjadi operator pengelolaan SDA, dan saling
mengontrol dalam pengelolaan SDA. Pemanfaatan SDA, harus mengutamakan
dua prinsip, yaitu optimal dan lestari. Hal ini disebabkan karena sumber daya
alam yang tersedia saat ini tidak hanya diperuntukkan untuk generasi ini saja,
tetapi juga akan digunakan untuk generasi yang akan datang.

7
a. Prinsip Optimal Pengelolaan Sumber Daya Alam
UUD 1945 pasal 33 ayat 3, menyatakan bahwa “ Bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Berdasarkan ayat tersebut, optimalisasi
dari pengelolaan sumber daya alam mutlak harus dilakukan. Optimalisasi sumber
daya alam dapat berupa pemanfaatan sumber daya alam dengan cara mengambil
kekayaan alam secara menyeluruh dengan memaksimalkan keuntungan dan
meminimalkan resiko kerugian, demi kepentingan negara dan rakyat, tetapi tetap
memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam tersebut dikemudian hari.
Optimalisasi pengambilan sumber daya alam ini, tidak serta merta
mengizinkan untuk mengambil seluruh kekayaan alam tanpa batas dan tanpa
perencanaan yang matang, melainkan dilakukan secara arif dan bijaksana, dengan
menerapkan asas pembangunan berkelanjutan. Artinya, dalam eksploitasi
kekayaan alam yang ada, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada
masa sekarang, tetapi dilakukan tanpa mengorbankan kebutuhan generasi
mendatang.
b. Prinsip Lestari Pengelolaan Sumber Daya Alam
Lestari yang dimaksud adalah upaya pengelolaan sumber daya alam
beserta ekosistemnya dengan tujuan mempertahankan sifat dan bentuknya. Jadi,
prinsip lestari adalah segala daya upaya yang dilakukan untuk menjaga sumber
daya alam yang ada, tetap ada, baik dilihat dari sifatnya maupun dari bentuknya.
Dengan demikian, sumber daya alam harus senantiasa dikelola secara seimbang
untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional.
Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan diseluruh
sektor dan wilayah, menjadi prasyarat utama untuk diinternalisasikan kedalam
kebijakan dan peraturan perundangan, terutama dalam mendorong investasi
pembangunan jangka menengah. Contoh konsep lestari dalam pengelolaan
Sumber Daya Alam :
a. Menggunakan pupuk alami atau organik
Penggunaan pupuk alami atau pupuk organik dalam pertanian merupakan
pilihan yang sangat tepat, karena dapat menjaga kelestarian tanah.
b. Penggunaan pestisida sesuai kebutuhan
Untuk mendukung kelestarian sumber daya alam, pestisida yang
digunakan harus sesuai dengan kebutuhan, agar residu yang dihasilkan tidak
begitu banyak dan mengendap.
c. Pelestarian tanah
Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan menggalakkan kegiatan
menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi), terhadap tanah yang
semula gundul.
d. Pelestarian udara

8
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga udara, agar tetap bersih dan
sehat, seperti menggalakkan penanaman pohon ataupun tanaman hias di sekitar
kita, mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran,
baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin, dan mengurangi atau bahkan
menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atsmosfer.
e. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga
kini, tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan
menjadi rusak.
f. Pelestarian flora dan fauna
Kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak harus diperhatikan
demi kelangsungan hidup manusia. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
menjaga kelestarian flora dan fauna diantaranya adalah: mendirikan cagar alam
dan suaka margasatwa, serta melarang kegiatan perburuan liar.
g. Pelestarian laut dan pantai
Dengan upaya untuk melestarikan laut dan pantai, dapat dilakukan dengan
cara melakukan reklamasi pantai dengan cara menanam kembali tanaman bakau
di areal sekitar pantai, melarang pengambilan batu karang yang berada disekitar
pantai maupun di dasar laut, dan melarang pemakaian bahan peledak dan bahan
kimia lainnya, dalam mencari ikan.

2.3 Panduan Pelakasanaan Pengelolaan Sumber Daya Alam


Berbasis Ekosistem
Panduan pelaksanaan pengelolaan berbasis ekosistem adalah sebagai berikut:
1. Fokus pada hubungan dan proses fungsional dalam ekosistem
Komponen-komponen dalam ekosistem mengendalikan pola penyimpanan
dan pelepasan energi, air, dan nutrisi serta ikut membangun daya tahan ekosistem
terhadap gangguan. Pengetahuan atas fungsi dan struktur ekosistem sangat
dibutuhkan terutama untuk memahami daya tahan ekosistem, dampak kerusakan
lingkungan dan habitat, penyebab utama kerusakan, serta faktor-faktor penentu
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2. Meningkatkan benefit-sharing
Pendekatan ekosistem berusaha mempertahankan dan memperbaiki nilai
manfaat dari fungsi ekosistem yang ada, yang pada gilirannya akan membuat para
pihak terkait mampu bertanggung jawab secara mandiri dalam pelestarian dan
pemanfaatan ekosistem tersebut. Pendekatan ini bisa dilakukan antara lain dengan
cara peningkatan kapasitas komunitas lokal dalam pengelolaan ekosistem dan
penilaian atas barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem secara adil dan
memadai.

9
3. Melakukan praktik adaptive management
Akibat tingginya tingkat ketidakpastian hubungan dengan konstruksi
sosial yang ada, pengelolaan ekosistem harus merupakan proses pembelajaran
yang terus-menerus terjadi. Pembelajaran hanya bisa dilakukan bila terdapat
kemungkinan adaptasi. Implementasi program harus dirancang memiliki cukup
daya kelenturan dan penyesuaian.
4. Pengelolaan kegiatan dilakukan pada skala isu yang tepat
Pendekatan ekosistem harus dilakukan dengan pola desentralisasi sampai
ke level terbawah. Pengelolaan kegiatan tak jarang harus dilakukan pada tingkatan
komunitas lokal. Efektivitas desentralisasi membutuhkan pendampingan dan
pemberdayaan, juga dukungan kerangka kebijakan dan aturan. Pada keterlibatan
hak-hak publik, pengelolaan dalam skala yang lebih besar dibutuhkan untuk dapat
mengakomodasi seluruh kepentingan para pihak.
5. Menjamin keterlibatan, kerja sama, dan koordinasi antarsektor
Pendekatan ekosistem tidak dapat lepas dari strategi dan rencana aksi
nasional, sehingga tetap harus memperhitungkan keterlibatan, kerjasama, dan
koordinasi antarsektor dalam mengelola sumber daya alam, antara lain pertanian,
perikanan, kehutanan, dan berbagai sektor terkait lainnya.

2.4 Prinsip Pengelolaan Hutan dengan Pendekatan Ekosistem


Sebuah pendekatan berbasis ekosistem dalam pemanfaatan hutan adalah
melindungi/menjaga fungsi hutan pada semua skala spasial dan waktu sebagai
prioritas pertama, selanjutnya menuju pemanfaatan yang berkelanjutan atau lestari
dalam batasan ekologi.  Hal itu berarti, bahwa pendekatan berbasis ekosistem
memfokuskan seluruh kegiatan pengelolaan pada apa yang dapat dibiarkan di
alam, baru kemudian apa yang dapat diambil tanpa merusak fungsi ekosiostem
keseluruhan.
Pada sebuah pengelolaan hutan berbasis ekosistem selalu berusaha untuk
menghindari hilangnya fungsi hutan dengan cara memelihara komposisi dan
struktur hutan, mulai dari bakteri tanah yang paling kecil sampai  suatu bagian
hutan dari suatu areal besar DAS. 
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Hutan Berbasis Ekosistem
Sebagai acuan yang dapat digunakan oleh perencana maupun pengelola
hutan, Silva Forest Foundation (1997) telah merekomendasikan 10 prinsip
kebijakan pengelolaan hutan yang berbasis ekosistem, yaitu :
Prinsip 1 : Memfokuskan pada apa yang akan ditinggalkan, bukan apa yang
akan diambil.
Prinsip 2 : Terapkan prinsip kehati-hatian dalam seluruh perencanaan dan
kegiatan pengelolaan hutan.

10
Prinsip 3 : Seluruh perencanaan dan kegiatan harus memasukkan
perlindungan fungsi hutan pada semua skala waktu dan ruang,
dengan menentukan batas ekologis dari seluruh jenis ekosistem
hutan.
Prinsip 4 : Seluruh perencanaan dan kegiatan harus melindungi, memelihara
dan jika perlu merehabilitasi keanekaragaman hayati yang ada
(genetik, spesies dan komunitas).
Prinsip 5 : Menghargai dan memelihara proses/gangguan alam sepanjang
waktu dan ruang sebagai dasar kegiatan perlindungan,
pemeliharaan dan rehabilitasi kawasan hutan.
Prinsip 6 : Pada  setiap  aktivitas perencanaan dan pengelolaa hutan harus
selalu memperhatikan aspek perlindungan, pemeliharaan, dan
pemulihan  komposisi, struktur, dan fungsi hutan pada setiap 
bagian atau  level tegakan
Prinsip 7 : Pada  setiap  aktivitas perencanaan dan pengelolaa hutan harus
selalu memperhatikan aspek perlindungan, pemeliharaan, dan
pemulihan ekositem hutan  pada keseluruhan skala  ekologis.
Prinsip 8 : Pengakuan terhadap konsep landscape hutan yang meliputi seluruh
organisme hutan dan prosesnya.
Prinsip 9 : Keseimbangan dalam setiap tahap pencanaan dan pelaksanaan
pengelolaan hutan, untuk mendorong keberlangsungan fungsi
hutan secara secara ekologi, sosial dan ekonomi yang tetap
berlangsung optimal.
Prinsip 10 : Selalu melakukan evaluasi keberhasilan seluruh kegiatan
pengelolaan hutan berdasarkan prinsip ekologi. 

2.5 Hal-hal yang dilakukan dalam Pengelolaan Sumber Daya


Alam
Agar sumber daya alam dapat bermanfaat dalam waktu yang panjang
maka hal- hal berikut sangat perlu dilaksanakan :
1. Sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang
maksimal, tetapi pengelolaan sumber daya alam harus diusahakan
agar produktivitasnya tetap berkelanjutan.
2. Eksploitasinya harus di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi
sumber daya alam.
3. Diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang
ada agar dapat lestari dan berkelanjutan dengan menanamkan
pengertian sikap serasi dengan lingkungannya.

11
4. Di dalam pengelolaan sumber daya alam perlu adanya
pertimbangan-pertimbangan seperti:
a. Teknologi yang dipakai tidak sampai merusak kemampuan sumber
daya untuk pembaruannya.
b. Sebagian hasil panen harus digunakan untuk menjamin
pertumbuhan sumber daya alam hayati.
c. Dampak negatif pengelolaannya harus ikut dikelola, misalnya
dengan daur ulang.
d. Pengelolaannya harus secara serentak disertai proses
pembaruannya.

12
BAB IV

PENUTUP

3.1Kesimpulan
Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan SDA adalah strategi
pengelolaan tanah, air, dan sumber daya hayati terpadu yang memajukan
pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan dengan cara yang adil dan merata.
Pemanfaatan SDA, harus mengutamakan dua prinsip, yaitu optimal dan lestari.
Sebuah pendekatan berbasis ekosistem dalam pemanfaatan hutan adalah
melindungi/menjaga fungsi hutan pada semua skala spasial dan waktu sebagai
prioritas pertama, selanjutnya menuju pemanfaatan yang berkelanjutan atau lestari
dalam batasan ekologi. Sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan
manfaat yang maksimal, tetapi pengelolaan sumber daya alam harus diusahakan
agar produktivitasnya tetap berkelanjutan sehingga diperlukan kebijaksanaan
dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada agar dapat lestari dan
berkelanjutan dengan menanamkan pengertian sikap serasi dengan
lingkungannya.

3.2 Saran
Dalam pengelolaan sumber daya alam ini menurut saya tentang bagaimana
cara pemanfaatan sumber daya alam yang baik seperti reboisasi hutan yang
dilakukan secara berkala pada tiap tahun agar mencegah terjadinya kekeringan
dan banjir, sedangkan pengelolaan ekosistem laut dapat dilakukan dengan
mengembang biakkan ekosistem laut sehingga tercipta laut yang indah dan jernih.
 

13
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi,Yahya. 2016. Pendekatan Ekosistem SEBAGAI Upaya Pengelolaan


Kawasan Gumuk Pasir di Kawasan Parangtritis D.I. Yogyakarta.
Pendidikan Biologi.FKIP.UAD
Pasya,Gamal. 2002. Jasa Lingkungan dan Mekanisme Insentif/Disinsentif
Pengelolaan SDA Dalam Ekosistem DAS. Bappeda Provinsi Lampung.
Bandar Lampung
Susilowati,Indah. 2013. Prospek Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Berbasis
Ekosistem Studi Empiris di Karimun Jawa. Vol (14). No (1). FEB. UNDIP
Tresnadi,Hidir. 2008. Pengelolaan DAS dengan Pendekatan Ekosistem. Vol(3).
No (2). J.Hidrosfir Indonesia
https://forestscene.wordpress.com/2006/06/22/pengelolaan-hutan-berbasis-
ekosistem/

14

Anda mungkin juga menyukai