Anda di halaman 1dari 35

Kata Pengantar

I. Latar Belakang Masalah

II. Perumusan Masalah

III. Tujuan Penulisan

IV. Pembahasan

V. Penutup

1. Kesimpulan

2. Saran

Daftar Pustaka
Filsafat Politik adalah cabang ilmu dari filsafat yang mempelajari tema-tema seperti politik,

kebebasan, keadilan, hak milik, hak, hukum, pemerintahan, dan penegakan hukum oleh otoritas.

Beberapa pertanyaan utama dalam ilmu filsafat politik antara lain adalah; apa yang melegitimasi

otoritas suatu pemerintahan, hak-hak dan kebebasan apa saja yang dimiliki warga negara dan harus

dilindungi oleh pemerintah, dan apa saja tugas warga negara dalam pemerintahan. Beberapa filsuf

dalam bidang filsafat politik yang penting pada era modern adalah Thomas Hobbes, Machiavelli, John

Locke, Jean-Jacques Rousseau, John Rawls, Jurgen Habermas.

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organism dengan lingkungan nya dan
yang lain nya. Berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar mahluk hidup maupun interaksi mahluk
hidup dengan lingkungan nya. Dalam ekologi, mahluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau
system dengan lingkungan nya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai


komponen penyusun nya. Yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu,air,
kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotic adalah mahluk hidup yang terdiri
dari manusia, hewan, tumbuhan dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi mahluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang
saling mempengaruhi dan merupakan suatu system yang menunjukkan kesatuan.

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut :

1. Perpindahan materi dan energi dari mahluk hidup yang satu ke mahluk hidup yang lain ke
dalam lingkungan nya dan faktor-faktor yang menyebabkan nya.

2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkan nya.

3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) mahluk hidup dan hubungan antara
mahluk hidup dengan lingkungan nya.

Ekologi menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik termasuk
gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan dan ekologi yang kita kenal sekarang. Saat
semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian enam asas, gerakan hijau. Umumnya
mengambil kesehatan ekosistem yang pertama pada daftar moral manusia dan prioritas
politik, seperti jalan untuk mencapai kesehatan manusia dan keharmonisan sosial, dan
ekonomi yang lebih baik.

Orang-orang yang memiliki kepercayaan itu disebut ekolog politik. Beberapa telah
mengatur ke dalam akakelompok hijau namun ada benar-benar ekolog politik dalam
kebanyakan partai politik. Sangat sering mereka memakai argument dari ekologi untuk
melanjutkan kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi. Seringkali argument-argumen
itu bertentangan satu sama lain,seperti banyak yang dilakukan akademisi

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Lingkungan Hidup
yang dibimbing oleh Ibu Dra. Tity Kusrina, M.Pd.
Kawasan konservasi adalah merupakan salah satu sumber
kehidupan yang dapat meningkatkan kesejahtreraan
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu usaha-usaha
konservasi di Indonesia haruslah tetap memegang peranan
penting dimasa yang akan datang, suatu hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa usaha konservasi sumber daya
alam tersebut harus dapat terlihat memberikan keuntungan
kepada masyarakat luas, hal ini penting untuk mendapat
dukungan dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.
Demikian makalah dari kami apabila ada kesalahan
dalam penulisan atau isi yang kurang berkenanharapkan
kami mohon maaf,dan kami mengharapkan kritik serta saran
yang membangun bagi pembaca yang budiman.

KATA PENGANTAR

Rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan ridhoNya
lah saya dapat menyelesaikan makalah sederhana ini. Makalah ini saya susun karena
merupakan salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah Pengantar Lingkungan Hidup.
Makalah ini akan membahas Konservasi sumber daya alam
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam proses perkuliahan khususnya bagi
mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas
Pancasakti Tegal. Saya mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,
karena pada dasarnya saya hanya manusia biasa yang masih dalam tahap belajar dan masih
harus banyak melakukan perbaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
saya harapkan untuk perbaikan makalah ini.
Saya mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu saya
dalam menyusun makalah ini dan bagi semua pembaca makalah ini.
Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ....................................................................................................................
........................................................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
.............................................................................................................................................
........................................................................................................................................... 1
.............................................................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH
.............................................................................................................................................
........................................................................................................................................... 2
C. TUJUAN
.............................................................................................................................................
........................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
B. JENIS JENIS SUMBER DAYA ALAM
C. UPAYA UNTUK MELESTARIKAN SUMBER DAYA ALAM
D. KONSERVASI DALAM SUMBER DAYA ALAM
E. PRINSIP PRINSIP ETIKA BIOLOGI KONSERVASI............................................... 5

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ..................................................................................................................
........................................................................................................................................... 7
B. SARAN ..............................................................................................................................
........................................................................................................................................... 7

DAFTAR
PUSTAKA .........................................................................................................................
........................................................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber Daya Alam merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan ini,karena
tanpa ada sumber daya alam kita mustahil untuk dapat hidup di dunia ini,misalnya untuk makan
maka kita mengambil makanan tersebut dari alam,untuk membangun rumah kita menggunakan
kayu,kayu ter sebut juga berasal dari sumber daya alam dan masih banyak yang lainnya
pokoknya semua kegiatan di bumi ini pasti tidak terlepas dari sumber daya alam.Di Indonesia
ini terdapat berbagai macam sumber daya alam yang melimpah,namun kitasepertinya tidak
memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan baik dan juga tidak bijaksana dalam
menggunakannya.Mengingat begitu pentingnya manfaat sumber daya alam ter sebut maka kita
seharusnya melakukan konser vasi atau melestarikan sumber daya alam tersebutuntuk
kelangsungan hidup kita.
Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan konservasi
sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan :
Perlindungan sistem penyangga kehidupan
Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya.
Usaha untuk memperoleh manfaat yang setinggi-tingginya dari sumber daya alam
sering mengakibatkan menurunnya kemampuan sumber daya alam yang bersangkutan bahkan
terkadang dapat mengakibatkan kepunahan dari sumber daya alam tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Konservasi?
2. Jenis-jenis sumber daya alam?
3. Upaya untuk melakukan konservasi sumber daya alam?
4. Kendala untuk melakukan konservasi?
5. Apa aja Prinsip-prinsip etika biologi konservasi?
6. Contoh Konservasi Sumber daya alam di Indonesia?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari konservasi sumber daya alam.
2. Mengetahui jenis sumber daya alam.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan konservasi sumber daya alam.
4. Untuk mengetahui kendala dalam melakukan konservasi.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika biologi konservasi.
6. Untuk mengetahui contoh konservasi sumber daya alam di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam
Ditinjau dari bahasa, konservasi berasal dari kata conservation, dengan pokok kata to
conserve (Bhs inggris) yang artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah/lenyap atau
merugikan. Sedangkan sumber dalam alam sendiri merupakan salah satu unsur dari
liungkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non
hayati, serta seluruh gejala keunikan alam, semua ini merupakan unsur pembentuk
lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dari sedikit uraian tersebut diatas, maka konservasi sumber daya alam dapat diartikan
sebagai pengelolaan sumber daya alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragamannya.
Pengertian konservasi sumber daya alam dapat mengandung tiga aspek, yaitu :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan

Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan
non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk. Perlindungan sistem
penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang
kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut Pemerintah menetapkan:


a. wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
b. pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
c. pengaturan cara pemanfaatan wilayah pelindungan sistem penyangga kehidupan.

2. Pengawetan dan pemeliharaan keanekaragaman, jenis baik flora dan fauna beserta
ekosistemnya.

Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa bertujuan untuk:


a. menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan;
b. menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa;
c. memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada;
agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia secara berkelanjutan.
Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan melalui upaya:
a. penetapan dan penggolongan yang dilindungi dan tidak dilindungi;
b. pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya;
c. pemeliharaan dan pengembangbiakan.

3. Pemanfaatan secara lestari bagi terjaminnya sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.

Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui
kegiatan:
a. pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam;
b. pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.

2.2 Jenis-jenis Sumber Daya Alam


Menurut kemungkinan pemulihannya, kita mengenal 2 (dua) macam sumber daya
alam, yaitu :
1. Renevable, sumber daya alam yang dapat dipulihkan/ diperbaharui, yaitu sumber
daya alam yang dapat dipakai kembali setelah diadakan beberapa proses.
Contoh : air, pohon, hewan dll
2. Anrenevable, yaitu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui/ dipulihkan apabila
dipakai terus menerus akan habis dan tidaka dapat diperbarui.
Contoh : minyak bumi, batubara, Emas dll.

2.3 Upaya untuk melakukan konservasi sumber daya alam


Agar usaha pembangunan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup di
Indonesia dapat mencapai harapan yang telah ditetapkan secara garis besar perlu ditempuh
upaya sebagai berikut :

1. Intensifikasi pengelolaan kawasan konservasi


2. Peningkatan dan perluasan kawasan konservasi sehingga mewakili tipe-tipe ekosistem
yang ada.
3. Recruitment dan peningkatan ketrampilan personel melalui pendidikan dan latihan.
4. Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.
5. Peningkatan kerjasama dengan isntansi lain didalam dan luar negeri.
6. Penyempurnaan peraturan perundang-undanagn dibidang konservasi sumber daya
alam dan lingkungan hidup.
7. Peningkatan pengamanan dan pengawasan terhadap kawasan konservasi (dengan
pemberian pal-pal batas) peradaran flora dan fauna.
8. Memasyarakatkan konservasi ke seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat berperan
serta dalam upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan

2.4 Kendala dalam konservasi sumber daya alam


Dalam melaksanakan pembangunan konservasi sumber daya alam, dan ekosistemnya
masih ditemui kendala pada umumnya diakibatkan oleh :

1. Tekanan penduduk
Jumlah penduduk Indonesia yang padat sehingga kebutuhan akan sumber daya alam
meningkat.
2. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran ekologis dari masyarakat masih rendah, hal ini dikarenakan tingkat
pendidikan yang rendah dan pendapatan yang belum memadai. Sebagai contoh
beberapa kawasan konservasi yang telah ditetapkan banyak mengalami kerusakan
akibat perladangan liar / berpindah-pindah.
3. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi yang cukup pesat akan menyerap kekayaan (eksploitasi sumber
daya alam) dan kurangnya aparat pengawasan serta terbatasnya sarana prasarana.
4. Peraturan dan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini belum cukup mendukung
pembentukan kawasan konservasi khususnya laut (perairan).

2.5 Prinsip-prinsip etika biologi konservasi


Biologi konservasi berdasrkan pada serangkain prinsip-prinsip pokok yang secara umum
disepakati oleh bidang-bidang ilmu dalam biologi konservasi. Prinsip-prinsip tersebut
mungkin tidak dapat dibuktikan secara langsung. Namun, menyepakati semua prinsip-prinsip
tersebut bukanlah suatu persyaratan mutlak bagi ahli biologi konservasi. Sebagai contoh,
kaum keagamaan yang aktif dalam pergerakan konservasi yang tidak percaya pada teori
evolusi, kemungkinan tidak sepakat dengan sebagian prinsip-prinsip biologi konservasi.
Namun, rangkain pernyataan ideologi dan etika tersebut membentuk landasan filosofi dari
disiplin ilmu ini, dan dapat memberikan inspirasi bagi pendekatan penelitian dan aplikasi
yang praktis. Sepanjang individu-individu atau organisasi-organisasi sepakat dengan satu atau
dua dari prinsip-prinsip tersebut, mereka sering kali bersedia mendukung upaya-upaya
konservasi. Inilah prinsip-prinsip konservasi yang tengah berkembang tersebut:
1. Keanekaragaman spesies dan komonitas biologi harus dilindungi. Pada umummnya,
kebanyakan orang turut menikmati manfaat keanekaragaman hayati, sehingga setuju dengan
prinsip-prinsip ini.
2. Kepunahan spesies dan populasi yang terlalu cepat harus dihindari.
3. Kompleksitas harus dipelihara. Banyak hal yang sangat berharga dan menarik dari
keanekaragaman hayati hanya dapat ditemukan pada lingkungan alami. Misalnya, tumbuhan
dengan bunga-bunga yang aneh dipolinasi oleh serangga-serangga yang khusus pula.
4. Evolusi harus berlanjut. Adaptasi evolusi merupakan proses yang mengarah pad
pembentukan spesies baru dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
5. Keanekaragaman hayati memiliki nilai intrinsik. Nilai ini tidak didapat hanya dari sejarah
evolusi mereka serta peran ekologinya yang unik, namun juga dari keberadaannya.
D. Mengapa sumber daya alam di konservasikan ?
Konservasi sumber daya alam sangatlah penting bagi kehidupan dan nilai ekonomi
mengingat tanda tanda kelangkaan sangatlah menyolok. Berbagai tindakan yang sangat
perlu, terkait hidup matinya manusia tidak khususnya dengan demikian pendekatan kultur
masyarakatmodern maupun tradisional perlunya ada sikap tidak difocuskan hanya pada
bagian tertentu saja yang penting yang mempuyai daya tarik, dan sumber daya alam yang
dianggap terancam. Amat penting untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi ancaman
terhadap sumber daya alam tersebut tetapi jarang berhadapan langsung dengan masalah yang
lebih mendasar dalam skala yang lebih luas yang berkaitan dengan hilangnya suber daya
alam pad umumnya. Dengan alasan tersebut kegiatan kegiatan konservasi akan lebih di
tingkatkan dan lebih difokuskan pada tngkat penyelamatan ekosistem. Bagaimanapun waktu
terus berlanjut dan ekosistem yang penting terus harus ( wajib ) diplih untuk kegiatan
konservasi pada saat ini. Diharapkan / dianjurkan bagi manusia dalam upaya penyelamatan
70 % keanekaragam hayati yang ada didunia. Dengan demikian dapat dapat dianggap
ekosistem dinegara negara dunia mendapat perhatian. Satu pendekatan konservasi sumber
daya alam didunia menggali wilayah wilayah potensi.
2.6 Contoh Konservasi sumber daya alam di Indonesia

1. Kawasan suaka alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat dan
diperairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
wilayah penyangga kehidupan.
2. Kawasan pelestarian alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat
maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
3. Cagar alam, adalah hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alam yang
khas termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan
Konservasi
artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah/lenyap atau merugikan.
Menurut kemungkinan pemulihannya, kita mengenal 2 (dua) macam sumber daya alam,
yaitu :
Renevable, sumber daya alam yang dapat dipulihkan/ diperbaharui.
Anrenevable, yaitu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui/ dipulihkan apabila dipakai
terus menerus akan habis dan tidaka dapat diperbarui.
Upaya untuk melakukan konservasi sumber daya alam
Intensifikasi pengelolaan kawasan konservasi
Peningkatan dan perluasan kawasan konservasi sehingga mewakili tipe-tipe ekosistem yang
ada.
Recruitment dan peningkatan ketrampilan personel melalui pendidikan dan latihan.
Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.
Peningkatan kerjasama dengan isntansi lain didalam dan luar negeri.
Penyempurnaan peraturan perundang-undanagn dibidang konservasi sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
Peningkatan pengamanan dan pengawasan terhadap kawasan konservasi (dengan pemberian
pal-pal batas) peradaran flora dan fauna.
Memasyarakatkan konservasi ke seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat berperan serta
dalam upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan
Kendala dalam konservasi sumber daya alam
Tekanan penduduk
Tingkat kesadaran.
Kemajuan teknologi
Peraturan dan perundang-undangan
Prinsip-prinsip konservasi yang tengah berkembang tersebut:
1. Keanekaragaman spesies dan komonitas biologi harus dilindungi. Pada umummnya,
kebanyakan orang turut menikmati manfaat keanekaragaman hayati, sehingga setuju dengan
prinsip-prinsip ini.
2. Kepunahan spesies dan populasi yang terlalu cepat harus dihindari.
3. Kompleksitas harus dipelihara. Banyak hal yang sangat berharga dan menarik dari
keanekaragaman hayati hanya dapat ditemukan pada lingkungan alami. Misalnya, tumbuhan
dengan bunga-bunga yang aneh dipolinasi oleh serangga-serangga yang khusus pula.
4. Evolusi harus berlanjut. Adaptasi evolusi merupakan proses yang mengarah pad
pembentukan spesies baru dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
5. Keanekaragaman hayati memiliki nilai intrinsik. Nilai ini tidak didapat hanya dari sejarah
evolusi mereka serta peran ekologinya yang unik, namun juga dari keberadaannya.

Contoh Konservasi sumber daya alam di Indonesia


Kawasan suaka alam
Kawasan pelestarian alam
Cagar alam
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
http://duniabiologisaja.blogspot.com/2012/04/makalah-konservasi-sumber-daya-alam.html
http://hukumsda.blogspot.com/2012/01/konservasi-sumber-daya-alam.html
http://hasansyaidahfrimmerlieben.blogspot.com/2012/01/makalah-pengetahuan-
lingkungan.html

Pokok-Pokok Pikiran tentang Filosofi Kelola Kawasan Konservasi 100 Tahun


ke Depan
Oleh: Wiratno & Sustyo Iriono [Diskusi Ende, 25 Juli 2012]

Nilai-nilai Strategis SDA NKRI

1. Kementerian Kehutanan memegang mandat penguasaan sumberdaya lahan yang terluas di


Indonesia.
2. Kawasan hutan terbukti memiliki nilai strategis aktual dan potensial yang sangat besar untuk dikelola
secara bertanggung jawab untuk kepentingan kemaslahatan rakyat.
3. Selama 40 tahun eksploitasi SDA telah menurunkan nilai dan kualitas lingkungan hidup dan
meningkatkan dampak negatifnya di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
4. Masih dominannya peranan negara-negara Utara dalam pengambilan keuntungan dari eksploitasi SDA
di seluruh tanah air, sehingga berdampak pada rendahnya nilai manfaat yang diperoleh negara
sekaligus meningkatnya ketergantungan Indonesia kepada Utara.
5. Diperlukan kajian komprehensif tentang resource allocation yang rasional dan berkeadilan sosial,
dengan mengoptimalkan kemampuan iptek dalam memberikan interpretasi terhadap pola-pola kelola
yang lebih rasional, adaptif dan memenuhi rasa keadilan masyarakat .
6. Masih banyak potensi SDA yang belum digali dan belum diketahui manfaatnya, sementara akibat
eksploitasi telah terbukti menimbulkan kerusakan berantai pada SDA, sehingga kemungkinan nilai-
nilai potensial tersebut telah hilang bersama kerusakan lingkungan dalam skala masif, dan tidak akan
pernah dapat dipulihkan, khususnya kelompok yang tergolong non renewable resources.
7. Nilai sumberdaya alam bukan hanya pada nilai intrinsik tetapi juga nilai fenomenanya yang seharusnya
dihargai secara memadai dan rasional berskala waktu lintas generasi.
8. Saat ini, ekosistem dalam kondisi masih relatif baik dimana proses ekologi secara alami masih terus
berlangsung hanya ditemukan di kawasan konservasi. Oleh karena itu, kawasan konservasi adalah
aset NKRI yang memiliki nilai strategis sebagai titik referensi.
9. Replika dan proses ditemukannya berbagai produk untuk kepentingan manusia sebenarnya diadopsi
dari hukum-hukum yang berlaku di alam. Maka alam dengan dinamik prosesnya pada kondisi relatif
tidak terganggu, menjadi titik referensi paling strategis bagi ditemukannya berbagai produk yang
bernilai kemanusiaan tinggi, saat ini dan di masa mendatang.
10. Maka, profesi menjaga alam, menjaga kawasan konservasi menjadi profesi paling tinggi dan mulia di
antara profesi-profesi lainnya di muka bumi, karena nilai kemanfaatan aktual, potensial, dan nilai
harapannya yang (hampir) tidak terbatas.

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Mempertimbangkan ke sepuluh pernyataan di atas, maka seluruh komponen bangsa, sudah


seharusnya kembali pada nilai-nilai dan seharusnya mampu mereinterepretasikan serta menggali nilai-
nilai luhur dalam Pancasila, sebagai bahan baku untuk proses dialektika antara dua kutub faham besar,
yaitu kapitalisme vs sosialisme. Maka, diperlukan kajian kritis multidisipliner terhadap persoalan
resource allocation saat ini, berdasarkan pilar filosofi Pancasila dan UUD 1945.

Filosofi Konservasi

1. Sebagai aparatur negara kita harus menjaga sumberdaya alam (cq kawasan hutan, kawasan
konservasi) untuk mencapai the ultimate (never ending) goal-nya : kawasan lestari untuk kesejahteraan
generasi saat ini dan terjaga keutuhan dan fungsinya bagi mendatang), dengan berpedoman pada hasil
tafsir ulang terhadap Pasal 33 UUD 1945, dalam konteks kekinian (perkembangan iptek dan aspirasi
rakyat) dan visi NKRI 100 tahun ke depan.

2. Kawasan hutan, kawasan konservasi adalah sumberdaya yang masuk dalam kategori common pool
resoueces (CPR). Maka, CPR hanya berhasil apabila dilakukan dengan membangun kesadaran
kolektif sebagai dasar lahirnya aksi kolektif dengan dukungan aliansi pakar-praktisi mutidisipliner,
networking dan kolaborasi pemerintah-swasta-masyarakat serta mendapatkan dukungan politik oleh
regim politik yang konsisten.
3. Resort_Based Management (RBM) adalah kendaraan (tool) dan strategi kelola kawasan konservasi
saat ini dan ke depan, yang didorong oleh spirit : kembali ke lapangan, riset, dokumentasi, dan
networking. Spirit yang dibangun oleh Dr.S.H.Koorders sejak 1912 dalam menggerakan Perhimpunan
Perlindungan Alam Hindia Belanda. RBM mendorong perubahan sikap mental dan perilaku policy
maker dan pekerja konservasi untuk kembali menjaga, menyelesaikan masalah secara arif-kontekstual,
menggali potensi dan mendokumentasikan potensi untuk kepentingan masa depan ilmu pengetahuan
dan kemaslahatan manusia lintas generasi dalam arti seluas-luasnya.

4. Dalam konteks dinamika global dan berdampak pada kondisi riil (kelola) kawasan konservasi, yang
terus menerus mengalami tekanan yang luar biasa, maka RBM masih harus mendapatkan spiritnya
dengan cara revitalisasi dan penemuan kembali nilai-nilai yang akan membantu policy makers dan
pekerja konservasi menemukan ruh kerja konservasi, yang nantinya akan built-in dalam profesi
konservasi secara luas. RBM harus memperhatikan dan memperhitungkan kajian sejarah dan nilai-nilai
filosofi yang digali dalam konteks NKRI dengan Lima Sila dalam Pancasila sebagai nilai luhur dan
alasan sejarah akan kelahiran NKRI.

5. Nilai-nilai luhur itu adalah Sila Kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa (Tuhan pencipta alam semesta dan
manusia sebagai khalifah-menjaga bumi); Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (kelola
SDA Indonesia termasuk kawasan hutan, harus dilakukan secara beradab, mempertimbangkan
kemaslahatan rakyat Indonesia); Sila Ketiga,Persatuan Indonesia (ragam ekosistem dan bentang alam
serta keindahannya-dari bawah samudera sampai ke puncak gunung bersalju dari Sabang s/d Merauke
memiliki nilai intrinsik, potensial, dan fenomena serta ragam budaya yang sangat tinggi yang
merupakan satu kesatuan, tidak dapat dipisah-pisahkan); Sila Keempat-Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Permusyaratan dalam Perwakilan (kelola kawasan konservasi harus dilakukan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat, didorong kerjasama multipihak, multidisiplin, dengan
pengambilan keputusan yang demokratis dan melibatkan para pihak); dan Sila Kelima-Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia-kelola kawasan konservasi harus mempertimbangkan rasa keadilan,
mempertimbangkan nilai-nilai sosial, budaya, tradisi yang berakar dari saripati kehidupan masyarakat
Nusantara, untuk kepentingan masyarakat saat ini dan generasi yang akan datang).

Kesimpulan

Menerapkan RBM dalam kelola kawasan konservasi dalam arti luas, berarti harus kembali berpegang
kepada nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945, khususnya Pasal 33 secara
menyeluruh, total, dan konsisten dalam konteks interpretasi kelola kawasan konservasi, sebagai
benteng utama SDA Hayati dan Ekosistemnya sebagai titik referensi dalam konteks kekinian dan untuk
visi 100 tahun ke depan.***

Filsafat Konservasi (Antroposentric Dan Preservasionis)


Konservasi dalam makna yang hakiki memuat konsep perlindungan (Preservation) serta
pengembangan (Development) sumber daya alam dan energi untuk kebutuhan umat manusia
dibumi pada masa kini dan mendatang. Oleh sebab itu dalam konsep konservasi secara
implicit memuat pula aspek moral dan tanggung jawab manusia menjaga, memelihara,
menyelamatkan dan melestarikansumber daya alam dan energi untuk generasi mendatang.

Gagasan konservasi muncul diakibatkan oleh kekhawatiran yang semakin mencekam akan
langkanya persediaan sumberdaya alam dan energi. Sumber daya alam dan energi terbatas
adanya: apabila terus menerus diambil dan diolah maka persediaan akan semakin berkurang
dan akhirnya akan habis. Untuk itu dilakukan berbagai gerakan konservasi yang bersandarkan
pada penyelamatan lingkungan untuk kehidupan manusia. Gagasan konservasi dalam
perkembangan tidak lagi bermuatan doktrin konservasi an sich tetapi telah diperkuat oleh
banyak aspek seperti ekonomi, politik, sosiologi, kesehatan, seni dan sebagainya mulai
dimasukan dalam agenda setiap pergerakan lingkungan hidup.

Menurut Fred. T. Wildes definisi konservasi dipengaruhi oleh konsep Antroposentric dan
Preservasionis. Konsep Antroposentric mengartikan konservasi dengan pendekatan
utilitarian dengan penekanan pada penggunaan sumberdaya alam secara bijaksana.
Konservasi dalam konsep ini dikembangkan kearah pendayagunaan secara terus menerus
atau pengembangan secara terus menerus. Konservasi disini dikonotasikan sebagai suatu
strategi penggunaan sumberdaya alam dalam memenuhi kebutuhan dan ekonomi tanpa
mengabaikan kebutuhan generasi masa depan atau usaha untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia dalam kapasitas yang dapat mendukung keberadaan mata rantai ekosistem.

Konsep Antroposentric pada prinsipnya merupakan pengembangan dari konsep Gifford


Pinchot (1865-1946). Dalam hal ini untuk jenis sumberdaya alam terbarukan (renewable
resources), yang dimaksud konservasi adalah usaha mengurangi pemborosan sekaligus
memaksimumkan penerimaan bersih yang tertingi. Sedangkan pada sumber daya alam tidak
terbarukan (non renewable resources), konservasi lebih diarahkan untuk menjaga agar
persediaannya yang relative tetap dapat memenuhi kebutuhan dalam masa yang relative lebih
lama.

Pemikiran konsevasi diatas dapat di golongkan pada kelompok pemikiran yang optimis.
Kelompok ini berpendapat bahwa ketersediaan sumber daya alam sangat berlimpah dan tak
pernah habis, lebih lebih untuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Di lain pihak,
kelompok ini mengakui adanya pengurasan sumber daya alam serta pencemaran yang
semakin membahayakn, sehingga perlu diambil tindakan untuk mencegahnya.

Sedangkan dalam konsep preservasionis, konservasi dimaknai dengan pendekatan


equalitarianism yang menekankan pada aspek ekologis. Konsep ini mengembangkan
pemikiran konservasi kearah deep ecology yang memunculkan gerakan tersendiri sebagai
reaksi atas berbagai masalah modern. Gerakan ini menuduh bahwa antroposentric
merupakan penyebab kehancuran ekologis. Gerakan ini mengembangkan konsep konservasi
melalui pendekatan equlitarianism biocentris yang berarti konservasi yang dilakukan
harus melihat manusia sebagai suatu constituent diantara berbagai constituent lain dalam
suatu komunitas biotic.

Deep ecology diawali dari anggapan bahwa semua spesies memiliki nilai di dalam dan dari
dirinya sendiri, dan manusia tidak berhak untuk mengurangi kekayaan ini. Karena kegiatan
manusia saat ini merusak keaneragaman hayati, politik, ekonomi, teknik, dan struktur
ideologi yang ada harus dirubah. Perubahan ini akan memperkaya kualitas hidup manusia,
menekankan pada perbaikan kualitas lingkungan, estetika, budaya dan agama dan bukan
konsumsi materi. Filosofi dari deep ecology mencakup keharusan untuk bekerja
melaksanakan perubahan yang dibutuhkan melalui kegiatan politik dan komitmen terhadap
gaya hidup. Filosofi lingkungan dari deep ecology ini lah yang mendorong perkembangan
kegiatan organisasi lingkungan internasional seperti Greenpeace dan Earth First yang
mengarahkan kemampuan dan pengetahuannya di bidang lingkungan untuk melindungi
spesies dan ekosistem.
Berbagai perkembangan pemikiran preservasionis ternyata lebih banyak didasari oleh adanya
kekhawatiran akan habisnya sumberdaya alam, sehingga ini dapat dikualifikasikan sebagai
kelompok pesimis.

Mengkaji konsevasi yang melahirkan konsep antroposentric dan preservasionis tidak akan
terlepas dari falsafah konservasi alam. Falsafal konservasi alam yang dianut akan
memperngaruhi pula berbagai kebijakan bagi penetapan suatu kawasan konservasi. Falsafah
konservasi alam berpandangan lama menyebutkan bahwa suatu area konservasi perlu
dilindungi dari manusia atau masyarakat agar tidak terjadi kerusakan flora, fauna, ekosistem
dan komponen lingkungan lainnya (nohayati) yang berada di dalam area, untuk
kepentingan manusia yang akan datang. Dalam falsafah lama ini terkandung dua aspek yang
mendalam yaitu aspek melindungi dari masyarakat dan untuk apa area itu dilindungi? Jika
perlindungan itu dimaksutkan untuk masyarakat yang akan datang, maka bagaimana halnya
dengan masyarakat kini? Apakah masyarakat sekarang tidak dapat menikmati area
konservasi?.

Berbagai pertanyaan diatas menimbulkan suatu pandangan yang baru bahwa area konservasi
alam tidak lagi dilindungi dari masyarakat tetapi untuk kepentingan kehidupan masyarakat
yaitu masyarakat sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian secara implisit sudah
terkandung tentang prinsip ekologis bagi keanekaragaman hayati.

M. Fahmi Bastian

https://mitapasa94.wordpress.com/2016/02/22/filsafat-konservasi-antroposentric-dan-

preservasionis/

Filsafat Politik untuk Indonesia

Sebuah Pancingan Diskusi

Reza A.A Wattimena

Mari kita mulai terlebih dahulu diskusi kita ini dengan beberapa pengertian

mendasar. Setelah itu, barulah kita masuk ke diskusi-diskusi yang lebih

mendalam mengenai filsafat politik, dan relevansinya untuk indonesia.


Filsafat

Apa itu filsafat? Secara literal, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni philia

dan sophia. Philia berarti cinta, dan sophia berarti kebijaksanaan. (Wattimena,

2008, 1)

Dalam konteks ini, filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan, dan seorang

filsuf adalah orang yang mencintai kebijaksanaan. Orang yang mencintai

kebijaksanaan bukanlah orang yang sudah memiliki kebijaksanaan, melainkan

orang yang terus berupaya mencari kebijaksanaan.

Menurut saya, filsafat adalah suatu aktivitas, dan bukan sekedar mata

kuliah saja. Ia berdiri secara formal sebagai mata kuliah, namun jangkauannya

melampaui bangku dan ruang kelas kuliah.

Secara formal, filsafat adalah suatu aktivitas berpikir manusia mengenai

segala sesuatu di dalam realitas, namun dilihat dari sudutnya yang paling

mendasar, dan dilakukan secara terbuka, kritis, sistematis, dan rasional. Filsafat

berbicara tentang semua hal, tentang tata sosial, ekonomi, budaya, seni, manusia,

alam, dunia, dan Tuhan.

Namun, tidak seperti ilmu-ilmu empiris yang cenderung sibuk dengan hal-

hal teknis displinnya masing-masing, sehingga nyaris buta terhadap ilmu lainnya,

filsafat mendekati beragam fenomena dengan membongkar aspek-aspek


dasariahnya. Proses pembongkaran itu dilakukan secara terbuka, kritis, rasional,

dan sistematis.

Misalnya, saya ingin memahami manusia dengan menggunakan piranti

filsafat. Apa yang membedakan pendekatan filsafat dengan pendekatan psikologi

atau antropologi?

Di dalam psikologi, manusia dipahami sebagai agensi dari perilaku

tertentu. Metode pendekatannya dilakukan dengan pengumpulan data,

pengolahan statistik, dan penarikan kesimpulan. Sebagian besar penelitian

dilakukan untuk membedah dimensi-dimensi empiris.

Dengan filsafat, pendekatan tidak dilakukan secara empiris, seperti dengan

pengumpulan data, pengolahan statistik, ataupun dengan penarikan kesimpulan

sementara. Filsafat mendekati manusia secara reflektif dan analitis. Data empiris

hanyalah titik tolak untuk menggali apa yang menjadi akar hakiki dari manusia.

Filsafat menjadikan data sebagai titik tolak, dan menembus data tersebut

untuk menemukan apa yang paling hakiki dari manusia. Dalam hal ini, filsafat

memang lebih radikal daripada psikologi dalam upayanya memahami manusia.

Ellias Canetti seorang filsuf-antropolog asal Eropa Timur pernah

mengatakan, bahwa lepas dari semua topeng peradabannya, manusia pada

dasarnya menyerupai hewan. Perilaku dan sifat-sifatnya menampakkan gejala

hewani.
Ia bisa berkumpul seperti tawon untuk menyerang musuh, gejala yang

dengan mudah ditemukan di dalam perkelahian massal. Ia juga bisa dengan

mudah melakukan tipu muslihat, sama seperti rubah menipu manusia dengan

gerak geriknya.

Seorang psikolog dan antropolog tidak akan berani menarik kesimpulan

sejauh itu, kecuali mereka memasuki ranah filsafat. Di era sekarang ini,

pendekatan interdispliner untuk memahami berbagai fenomena di dunia mulai

menjadi acuan.

Tujuannya adalah, supaya data-data yang diperoleh dapat diolah dengan

berbagai perspektif dan menghasilkan berbagai terobosan-terobosan pemahaman

baru. Dengan demikian, filsafat adalah pola pendekatan terhadap realitas dengan

menggunakan aktivitas berpikir yang bersifat terbuka, kritis, sistematis, dan

rasional.

Terbuka, artinya filsafat merupakan suatu proses yang tidak pernah

mencapai kata final. Kritis, artinya filsafat mampu mempertanyakan segala

sesuatu, bahkan dirinya sendiri.

Sistematis, artinya filsafat haruslah didasarkan pada kemampuan menarik

kesimpulan berdasarkan prinsip koherensi yang tidak menyalahi aturan logika.

Dan rasional, artinya filsafat tidak boleh mengacu pada iman, sentimen, perasaan,
tetapi melulu mengacu pada kemampuan akal budi manusia untuk memahami

realitas.

Filsafat Politik

Filsafat politik dapat didefinisikan sebagai suatu refleksi filsafat tentang

bagaimana kehidupan bersama kita ditata. Soal-soal kehidupan bersama itu

mencakup tata politik, bentuk negara, pengaturan pajak, tata ekonomi, dan

sebagainya. (Routledge Encyclopedia of Philosophy)

Seorang filsuf politik hendak merumuskan prinsip-prinsip dasar yang menjadi

fondasi dari suatu bentuk negara tertentu. Ia juga sering menyatakan dengan jelas,

bahwa manusia, siapapun itu, memiliki hak-hak dasar yang tidak bisa ditolak

keberadaannya.

Di dalam bidang ekonomi, banyak filsuf politik mengajukan suatu ide

dasar tentang pembagian kekayaan ekonomi ke seluruh warga negara yang

mengacu pada prinsip keadilan. Refleksi filsafat di dalam bidang ini biasanya

dilakukan dengan menafsirkan ulang prinsip-prinsip hidup sosial, seperti

keadilan, kebebasan, kekuasaan, dan kemudian diaplikasikan secara kritis pada

kondisi sosial politik yang tengah terjadi.

Beberapa filsuf politik lainnya telah mencoba memberikan justifikasi bagi

berdirinya suatu pemerintahan tertentu, sementara beberapa lainnya memberikan

kritik tajam bagi kondisi sosial politik yang terjadi, dan kemudian merumuskan
sendiri suatu bentuk negara ideal yang mungkin sangat berbeda dengan apa yang

telah dialami secara empiris.

Filsafat politik telah lahir semenjak manusia mulai menyadari, bahwa tata

sosial kehidupan bersama bukanlah sesuatu yang terberi secara alamiah,

melainkan sesuatu yang sangat mungkin terbuka untuk perubahan. Oleh karena

itu, tata sosial-ekonomi-politik merupakan produk budaya, dan memerlukan

justifikasi filosofis untuk mempertahankannya.

Lahirnya suatu refleksi filsafat politik sangat dipengaruhi oleh konteks

epistemologi dan metafisika jamannya, sekaligus mempengaruhi jamannya. Jadi,

filsafat itu dipengaruhi sekaligus mempengaruhi jamannya. Inilah lingkaran

dialektis yang terus menerus berlangsung di dalam sejarah.

Perkembangan di dalam epistemologi dan metafisika mempengaruhi

asumsi-asumsi yang digunakan oleh para filsuf politik untuk merumuskan

pemikirannya. Pada abad pertengahan, banyak filsuf politik mengawinkan

relfkesi teologi Kristiani dengan filsafat Yunani Kuno untuk merumuskan refleksi

filsafat politik mereka.

Filsafat politik juga seringkali muncul sebagai tanggapan terhadap situasi

krisis jamannya. Pada era abad pertengahan, tema relasi antara negara dan agama

menjadi tema utama filsafat politik.


Pada era modern, tema pertentangan antara kekuasaan absolut dan

kekuasaan raja yang dibatasi oleh konstitusi menjadi tema utama refleksi filsafat

politik. Pada abad ke-19, pertanyaan tentang bagaimana masyarakat industri

harus menata ekonominya, yakni apakah melulu dengan mengacu pada

liberalisme pasar atau menciptakan negara kesejahteraan, menjadi tema utama

filsafat politik.

Jika mempelajari sejarah filsafat politik, maka akan tampak beberapa

pertanyaan abadi yang menjadi pergulatan para filsuf. Beberapa diantaranya

adalah, bagaimana seseorang bisa mendaku otoritas untuk memerintah orang

lainnya? Apakah suatu prinsip, yang dirumuskan oleh seorang filsuf politik,

memiliki keabsahan universal yang berlaku lintas jaman dan lintas tempat, atau

merupakan ekspresi dari nilai-nilai partikular suatu komunitas tertentu?

Suatu rumusan filsafat politik memiliki aspek-aspek antropologis yang

mendasarinya. Aspek antropologis ini menyangkut pemahaman tentang hakekat

dari manusia, atau karakter dasariah dari manusia.

Untuk memberi pendasaran bagi suatu tata politik-sosial-ekonomi-budaya

tertentu, rumusan filsafat politik haruslah mengajukan suatu konsep tentang

manusia, tentang kebutuhan-kebutuhannya, kemampuan-kemampuannya,

tentang apakah manusia itu melulu egois, atau mampu menjadi mahluk altruis,

dan sebagainya. Akan tetapi, apakah konsep itu berlaku universal lintas tempat
dan lintas waktu, ataukah merupakan ciri khas dari suatu kultur partikular

komunitas tertentu?

Secara kasar, setidaknya ada dua bentuk tipe filsafat politik yang

berkembang di dalam sejarah. Yang pertama adalah filsafat politik yang

terintegrasi secara koheren dengan suatu sistem filsafat tertentu yang lebih besar,

seperti dalam filsafat Thomas Aquinas, Hegel, dan Plato.

Sistem pemikiran filsafat secara menyeluruh biasanya membentuk suatu

sistem metafisika, dan filsafat politik hanya satu aspek di dalamnya. Hegel

menjelaskan sejarah dunia sebagai sejarah alienasi roh absolut, dan filsafat politik

hanya salah satu bagian saja.

Di sisi lain, ada para filsuf politik yang tidak mengajukan suatu sistem

metafisika tertentu, tetapi memberikan kontribusi bsar di dalam filsafat politik

secara spesifik. Merek adalah Cicero, Machiavelli, Rousseau, dan Marx. Pada

abad kedua puluh, kita juga mengenal Hannah Arendt, Foucault, Habermas, dan

Charles Taylor.

Untuk Indonesia

Apa peran filsafat politik untuk Indonesia? Pada hemat saya, ada tiga peran

filsafat politik untuk Indonesia, yakni mendefinisikan ulang konsep dan praktek

politik di Indonesia secara jernih, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis


terhadap praktek-praktek sosial yang tengah terjadi, dan mengajukan suatu

bentuk tata sosial tertentu yang lebih baik.

Pertama, Filsafat politik dapat dijadikan alat untuk mengajukan mendefinisikan

ulang konsep-konsep dan praktek politik yang telah lama dilakukan di Indonesia,

seperti konsep negara, konsep kekuasaan, konsep otoritas, peran hukum, aspek

keadilan di dalam hukum. Dalam bidang hukum misalnya, banyak pelaku korupsi

di berbagai bidang lolos begitu saja dari jeratan hukum, karena tidak ada UU yang

pas untuk menjeratnya.

Filsafat hukum mengajukan proposisi, bahwa hukum tidak hanya mengacu pada

rumusan baku saja, tetap pada rasa keadilan yang sudah ada di dalam masyarakat.

Rumusan hukum harus mengacu pada rasa keadilan.

Tanpa keadilan, hukum adalah penindasan. Hukum merupakan terjemahan

teknis dari keadilan. Melakukan praktek hukum tanpa dasar keadilan berarti

membunuh ibu dari hukum itu sendiri.

Proses mendefinisikan ulang sesuatu membutuhkan kerangka normatif,

dan filsafat menyediakan itu. Suatu penilaian haruslah berbasis pada kriteria

penilaian tertentu, dan di dalam bidang politik, filsafat politik menyediakan itu.

Tanpa wawasan filsafat politik yang kuat, kita tidak akan mampu

melakukan kritik ideologi secara jernih dan sistematis, karena kita tidak memiliki

basis normatif untuk membuat suatu penilaian terhadap kebijakan politik tertentu.
Praktek-praktek politik di Indonesia yang kotor dapat dibedah secara rasional dan

sistematis, jika kita, sebagai warga negara, memiliki wawasan filsafat politik

yang kuat.

Kedua, filsafat politik mampu menjadi alat untuk melakukan kritik

ideologi. Sebuah bangsa, mau tidak mau, hidup dalam suatu ideologi tertentu.

Ideologi mencerminkan pandangan dasar yang dianut secara naif oleh suatu

bangsa, dan tidak lagi dipertanyakan.

Filsafat politik, sebagai aktivitas berpikir secara terbuka, rasional,

sistematis, dan kritis tentang kehidupan bersama, mampu menjadi alat yang kuat

untuk membongkar kesesatan-kesesatan berpikir yang ada di dalam ideologi-

ideologi tersebut. Contoh paling konkret adalah pendirian Indonesia dengan

berbasis Islamisme.

Islamisme adalah suatu ideologi yang menyatakan dengan tegas, bahwa

semua kehidupan publik dan privat warga negara haruslah diatur berdasar asas-

asas Islam yang dominan. Filsafat bisa mempertanyakan, konsep manusia macam

apakah yang dianut oleh Islamisme? Apakah konsep itu sesuai dengan kondisi

yang ada? Apakah hanya ada satu Islam di Indonesia ini?

Filsafat politik mampu membongkar secara sistematis kesesatan berpikir

yang terdapat di dalam ideologi Islamisme, maupun ideologi-ideologi lainnya,

seperti liberalisme, amerikanisme, marxisme, komunisme, dan sebagainya.


Filsafat politik dapat dipandang sebagai pencair dari kebekuan berpikir yang

sangat mudah ditemukan di dalam ideologi-ideologi.

Ketiga, filsafat tidak hanya mau berhenti menjadi pengkritik saja, tetapi

juga maju mengajukan suatu model tata sosial politik alternatif yang mungkin.

Tata sosial politik itu berbasis pada prinsip-prinsip keadilan, kebebasan, dan

solidaritas.

Contoh yang paling mungkin adalah wacana multikulturalisme di dalam

filsafat yang, pada hemat saya, sangat cocok sebagai alternatif tata sosial politik

di Indonesia. Multikulturalisme adalah suatu paham yang berpendapat, bahwa

kehidupan sosial manusia diwarnai oleh banyak cara hidup, cara berpikir, dan

cara berkomunitas yang berbeda satu sama lain, namun kesemuanya harus

ditempatkan setara secara kultural maupun secara yudisial dengan prinsip

penghormatan sebagai satu bangsa.

Kemerdekaan bentuk-bentuk kehidupan, pemikiran, cara berkomunitas

menandakan pluralisme yang diakui dan dikembangkan terus menerus.

Sementara, prinsip penghormatan satu sama lain menandakan adanya solidaritas

dan kesatuan.

Tata sosial politik semacam ini baru bisa terwujud, jika trauma sosial sudah

bisa dicairkan, dan peristiwa-peristiwa negatif masa lalu, seperti penculikan,

pembantaian massal, dan sebagainya dijamin tidak lagi terulang. Filsafat dapat
memberikan kontribusi di dalam proses bangsa ini untuk menjadi semakin

beradab, makmur, adil, dan manusiawi.***

https://rumahfilsafat.com/2009/01/13/filsafat-politik-untuk-indonesia-sebuah-pancingan-

diskusi/

MAKALAH FILSAFAT POLITIK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena hanya atas
berkat dan Rahmat-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang insya Allah tepat
pada waktunya.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Tauhid yang telah di berikan
oleh Ibu Dra. Hj. Wiji.
Berdasarkan pengertian syariat, tauhid bermakna mengesakan Allah dalam hal- hal yang
menjadi kekhususan diri-Nya. Hakikat tauhid adalah mengesakan Alah. Maka dalam
pembuatan makalah ini, kami menghubungkan penciptaan alam semesta ini dengan ilmu
tauhid.
Dan akhirnya kami berharap, apa yang kami sampaikan dalam makalah kami ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan bagi kami pada khususnya. Makalah ini juga
sesungguhnya masih jauh dari titik kesempurnaan sebuah makalah, maka kritik yang positif
dan membangun sangat kami harapkan sebagai bahan referensi kami untuk lebih baik lagi ke
depannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Politik


Istilah filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu philo dan sophia. Dua
kata ini mempunyai arti masing-masing. Philo berarti cinta dalam arti lebih luas atau umum
yaitu keinginan, kehendak. Sedangkan Sophia mempunyai arti hikmah, kebijaksanaan, dan
kebenaran. Jadi, secara etimologis, filsafat dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan.[1]
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara
lain berwujud pada proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Politik juga sering
dikaitkan dengan hal penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Yang menyelenggarakannya
bukan rakyat, tetapi pemerintahan yang berkuasa. Hanya saja partisipasi rakyat sangat
diharapkan. Tujuannya agar kerja pemerintahan dapat terlaksana dengan baik. Percuma suatu
pemerintahan menyelenggarakan negara tanpa dukungan dari rakyat.
Jadi, pengetian Filsafat Politik adalah suatu upaya untuk membahas hal-hal yang berkaitan
dengan politik secara sistematis, logis, bebas, mendalam, serta menyeluruh. Filsafat Politik
berarti pemikiran-pemikiran yang berkaitan tentang politik. Bidang politik merupakan tempat
menerapkan ide filsafat. Ada berbagai macam ide-ide filsafat yang ikut mendorong
perkembangan politik modern yaitu liberalisme, komunisme, pancasila, dan lain-lain.[2]
Filsafat politik adalah refleksi filosofis mengenai masalah-masalah sosial politik yang dapat
dibedakan menjadi dua bagian pembahasan yang berkaitan erat, yakni pertama mempersoalkan
hakikat, kedua mempersoalkan fungsi dan tujuan. Akan tetapi dalam kenyataannya, filsafat
politik bukan hanya mempersoalkan hakikat, fungsi dan tujuan negara, melainkan juga
membahas soal keluarga dalam negara, pendidikan, agama, hak dan kewajiban individual,
kekayaan dan harta milik pemerintah dan sebagainya. Filsafat politik berbeda dengan ilmu
politik, karena ilmu politik bersifat deskriptif dan bersangkut paut dengan fakta-fakta,
sedangkan filsafat politik bersifat normatif dan bersangkut paut dengan nilai-nilai.[3]

B. Pengertian Filsafat Politik Oleh Para Ahli


Plato, filsafat politik adalah upaya untuk membahas dan menguraikan berbagai segi kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan negara. Ia menawarkan konsep pemikiran tentang
manusia dan negara yang baik dan ia juga mempersoalkan cara yang harus ditempuh untuk
mewujudkan konsep pemikiran. Bagi Plato, manusia dan negara memiliki persamaan hakiki.
Oleh karena itu, apabila manusia baik negara pun baik dan apabila manusia buruk negara pun
buruk. Apabila negara buruk berarti manusianya juga buruk, artinya negara adalah cerminan
mansuia yang menjadi warganya.

Machiavelli, filsafat politik adalah ilmu yang menuntut pemikiran dan tindakan yang praktis
serta konkrit terutama berhubungan dengan negara. Baginya, negara harus menduduki tempat
yang utama dalam kehidupan penguasa. Negara harus menjadi kriteria tertinggi bagi akivitas
sang penguasa. Negara harus dilihat dalam dirinya tanpa harus mengacu pada realitas apa pun
di luar negara.[4]
Bagi Agustinus, filsafat politik adalah pemikiran-pemikiran tentang negara. Menurutnya
negara dibagi 2 (dua) yaitu negara Allah (civitas dei) yang dikenal dengan negra surgawi
kerajaan Allah, dan negara sekuler yang dikenal dengan negara duniawi (civitas terrena).
Kehidupan di dalam Negara Allah diwarnai dengan iman, ketaatan, dan kasih Allah. Sedangkan
Negara Sekuler duniawi, menurutnya identik dengan negara cinta pada diri sendiri atau cinta
egois ketidakjujuran, pengmbaran hawa nafsu,

keangkuhan, dosa, dan lain-lain. Dengan jelas bahwa filsafat politik negara Allah Agustinus
merupakan penjelmaan negara ideal Plato.

Plato dalam bukunya Republika mempersoalkan dan membahas berbagai permasalahan


tersebut. Menurut Plato, negara ideal adalah negara yang penuh dengan kebajikan dan keadilan.
Setiap warganya berfungsi sebagaimana mestinya dalam upaya merealisasikan negara ideal itu,
oleh karenanya maka pendidikan harus diatur oleh negara. Pendidikan menduduki tempat amat
penting dalam filsafat politik Plato. Agar negara ideal itu dapat terwujud nyata, yang patut
menjadi raja atau presiden adalah mereka yang mempelajari filsafat. Dengan kata lain raja
haruslah seorang filsuf, karena hanya filsuflah yang benar-benar mengenal ide-ide. Selain itu
filsuf juga tahu tentang kebijakan, kebaikan dan keadilan, sehingga pemerintahannya tidak
akan mengarah pada kejahatan dan ketidakadilan. Menurut Plato, hanya filsuflah yang
memiliki pengetahuan yang sesungguhnya, dan karena pengetahuan adalah kekuasaan, maka
filsuflah yang layak memerintah.[5]

Sementara Aristoteles berpendapat bahwa negara adalah persekutuan yang berbentuk polis
yang dibentuk demi kebaikan tertinggi bagi manusia. Negara harus mengupayakan dan
menjamin kesejahteraan bersama yang sebesar-besarnya karena hanya dalam kesejahteraan
umum itulah kesejahteraan individual dapat diperoleh. Menurut dia alangkah baiknya apabila
negara diperintah oleh seorang filsuf-raja yang memiliki pengetahuan sempurna dan amat
bijaksana, karena akan menjamin tercapainya kebaikan tertinggi bagi para warganya. Akan
tetapi lanjutnya, di dunia ini tidak mungkin dapat ditemukan seorang filsuf-raja yang sempurna,
kareanya yang terpenting adalah menyusun hukum dan konstitusi terbaik yang menjadi sumber
kekuasaan dan menjadi pedoman pemerintahan bagi para penguasa.[6]

C. Perkembangan Filsafat Politik


1). Filsafat Politik Barat
a. Klasik
Pada jaman klasik, masih cenderung kepada tokoh sejarah seperti socrates,plato dan aristoteles,
kemudian mengenai konsep kekuasaan, kedaulatan negara dan hakikat hukum. Socrates lahir
pada tahun 470 SM. Anak dari Sophroniskos seorang tukang batu dan Phainarete adalah
seoarang bidan. Sokrates adalah murid dari Arkhelaos, filsuf yang mengganti Anaxagoras di
Athena. Ajaran ajaran Socrates diantarannya berupa metode, etika dan pemikiran tentang
politik. Plato tidak membatasi perhatiannya pada persoalan-persoalan etis saja, seperti
dilakukan oleh Sokrates, melainkan ia mencurahkan minatnya kepada suatu lapangan luas
sekali yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan.

Pokok pemikiran Aristoteles dari sudut epistimologis menyangkut logika, filsafat pengetahuan,
filsafat manusia, metafisika dan etika serta filsafat Negara. Aristoteles mencetuskan
pemikirannya ketikamulai runtuhnya konsep pemerintahan polis di athena. Saat itu berlaku
konsep mengenai kosmopolitan hellenisme yang diptakarsai oleh Alexander de great. Di dalam
politica menegaskan tentang harus adanya jarak antar ruang pribadi dengan ruang awam dan
ruang politik dengan ruang non-politik. Karena pemikiran itulah akhirnya Plato memaparkan
inti-inti mengenai konsep warga negara, konsep hak milik dan konsep komnitas politik. Konsep
mengenai hak milik ini kemudian dikembnagkan oleh John Locke.
b. Abad pertengahan
Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) bisa dikatakan abad kegelapan, karena pihak
gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak
bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan
kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para
gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada
hukuman mati.
Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode
Scholastic Islam dan periode Scholastik Kristen. Para Scholastic Islamlah yang pertama
mengenalkan filsafatnya Aristoteles diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada
orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles. Para ahli fikir Islam (Scholastik
Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Rusyd dll. Mereka itulah yang
memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof eropa yang menganggap bahwa filsafat
Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah benar. Namun dalam kenyataannya bangsa eropa tidak
mengakui atas peranan ahli fikir Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa barat.
Kemudian yang kedua periode Scholastic Kristen dalam sejarah perkembangannya dapat
dibagi menjadi tiga, Yaitu: Masa Scholastik Awal, Masa Scholastik Keemasan, Masa
Scholastik Terakhir.[7]
c. Modern/kontemporer
Dalam era modern/kontemporer, terdapat beberapa filsuf diantaranya yaitu Thomas Hobbes
dan John locke.
Thomas Hobbes
Dasar pemikiran filsuf ini berakar pada empirisme. Menurutya, filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang akibat-akibat berdasrakan fakta yang bisa diamati. Ia berpendapat bahwa
filsafat anyak disusupi oleh gagasan religius dan objek filsafat adalh objek yang bersifat
lahiriah dan bergerak dengan cirinya masing-masing. Ia membagi filsafat menjadi empat
bidang yaitu filsafat geometri, filsafat fisika, filsafat etika dan filsafat politik.
John Locke
Menurut locke,kekuadaan negara adalah terbatas dan tidak mutlak. Dan tujuan pemdirian
negara adalah untuk menjamin hak rakyatnya. Maka, peraturan harus mempunyai batasan. John
locek dalam bukunya letters of toleration menyatakan bhawa jangan menyamakan antara
agama dengan negara. Keduanya harus mempunyai pemisah karena tujuannya berbeda. [8]

2). Filsafat Politik Islam


A. Garis Besar Filsafat Politik Islam
Islam merupakan agama universal yang memberikan pedoman setiap aspek kehidupan
manusia. Termasuk didalamnya juga tentang (aspek) kehidupan bernegara. Khusus mengenai
kehidupan bernegara, Islam memberikan pedoman amat global, hanya diajarkan prinsip-
prinsipnya, guna memberi kesempatan bagi interpretasi dan perkembangan masyarakatnya,
sesuai dengan kebutuhan hidup yang senantiasa berkembang. Dengan demikian, pemikiran-
pemikiran dalam bidang kehidupan politik memperoleh ruang gerak yang sangat luas. Berikut
ini penulis akan mendiskripsikan garis besar tentang hal tersebut dengan mencoba menggali
nuansa-nuansa yang telah termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah.[9]
B. Al- Farabi dan Filsafat Politik Islam
Filsafat politik Al-Farabi sendiri kiranya layak untuk mendapat perhatian kita, lebih sepuluh
abad setelah masa hidup sang filosof. Mengapa?
Pertama, Al-Farabi adalah filosif politik islam par excellence. Filosof- filosof muslim yang
datang setelahnya terbukyi tak banyak beranjak dari apa yang dikembangkan oleh Al-Farabi .
Hal ini seperti diakui oleh para filosof-filosof penerusnya. Tokoh-tokoh dari kalagan islam
seperti Ibnu Sina, Al-Ruzi, Al-Thusi maupun dari lingkungan agama lain, eperti
Maimonides, dan Ibn Gabirol, mengakui bahwa kualitas filsafat Al-Farabi khususnya di
bidang politik, sulit di lampaui .
Kedua, banyak peneliti mengenai pemikiran Al-Farabi prcaya bahwa filsafat tokoh ini
merupakan suatu upaya yang cukup berhasil untuk mengakomodasikan ajaran-ajaran islam ke
batang tubuh filsafat klasik, betapapun kontroversialnya.
Ketiga, least but not least meskipun merupakan cerminan abad pertengahan filsafat politik al-
farabi seperti di ungkapkan oleh Ibrahim Madkour , seorang ahli filsafat islam terkemuka , ia
mengandung pengertian-pengertian modern, bahkan kontemporer.
Hubungan politik pemerintahan menurut Al-Farabi, bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang mempunyai kecenderungan alami untuk bermasyarakat lantaran tidak mungkin
memenuhi segala kebutuhanya sendiri tanpa melibatkan bantuan dan kerjasama dari orang lain.
Adapun tujuan bermasyarakat adalah tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidup, melainkan juga untuk memenuhi kelangkapan hidup yang akan memberikan
kebahagiaan , tidak saja material, tetapi juga di akhirat.[10]
C. Al- Mawardi
Untuk menegakkan negara , dari segi politik, Mawardi berpendapat ada enam sendi dasar yang
harusiupayakan
1. Agama yang dihayati sebagai pengendali hawa nafsu dan pengawasan melekat atas hati
nurani.
2. Penguasa yang berwibawa yang mampu mempersatukan aspirasi yang berbeda sehingga
dapat mengantarkan negaramencapai tujuannya .
3. Keadilan dalam arti luas , keadilan terhadap terhadap bawahan, atasan, dan mereka yang
setingkat.
4. Stabilitas keamanan yang terkendali dan merata
5. Kesuburan tanah (lahan) yang berkesinambungan, sehingga tidak tumbuh sebagai aggresor
6. Harapan kelangsungan hidup.
Rasulullah bersabda "Adanya harapan adalah suatu nikmat dari Allah kepada umatku , kalau
tidak ada harapan orang tidak akan (payah-payah) menanam pohon , dan seorang ibu tidak akan
menyusui anaknya "
D. Al-Ghazali
Profesi politik menurut Al-Ghazali:
Sejalan dengan ilmuwan-ilmuwan sebelumnya , Ghazali juga berpendirian manusia itu
makhlik sosial . Manusia tidak bisa hidup sendirian disebabkan dua faktor.
1. Pertama, kebutuhan akan keturunan demi kelangsungan hidup umat manusia hal ini
diperlakukan hubungan antara laki-laki dan perempuan, serta keluarga
2. Saling membantu dan menyediakan kebutuhan hidup seperti makanan , pakaian dan
penidikan.
Bagi Ghazali , profesi politik meliputi empat departemen
1. Departemen agraria untuk menjamin kepastian hak atas tanah
2. Departemen pertahanan dan keamanan (hankam) untuk menjamin keamanan dan pertahanan
negara
3. Departemen ketahanan
4. Kejaksaan
Kesemuanya untuk menyelesaikan sengketa dan untuk menyusun undang undang dan
peraturan guna menjamin keserasian hubungan antar warga negara dan melindungi setiap
warga dari pelanggaran hak, baik oleh sesama , maupun oleh negara itu sendiri.[11]
D. Pokok Masalah Filsafat Politik
Aspek teoritis dari pokok masalah filsafat politik akan mencakup pembahasan sebagai berikut
(Brown 1986, p. ),
logika atau analisa yang difokuskan pada makna atau fungsi konsep-konsep seperti "baik",
"benar", dan "seharusnya". Jadi analisa diarahkan pada apa yang dimaksud jika suatu
masyarakat dikatakan tertib dan baik, misalnya.
metode, yaitu bagaimana menentukan jenis-jenis pertimbangan yang dianggap relevan dan
dengan cara apa dapat dilakukan evaluasi atas berbagai pilihan praktis yang saling bersaing;
dengan ini kita harus dapat memberikan alasan bagi argumentasi yang kita dipergunakan dan
bukti-bukti yang kita pilih.
pertanyaan metafisik yaitu menyangkut pengujian terhadap pranggapan atas pemikiran-
pemikiran dan diskursus praktis, dan memeriksa konsistensinya atau jika tidak dengan
membandingkan atas dasar penemuan ilmu pengetahuan faktual atau agama.
Sedangkan aspek praktis dari pokok masalah filsafat politik menunjuk pada penerapan
(aplikasi) yaitu pengambilan keputusan atas suatu pilihan atau kebijakan.[12]
E. Metode dan Pendekatan Filsafat Politik
dari segi metode, menjawab pertanyaan normative
1. Pendekatan Sebagian vs Sistematis (Piecemal vs Sistematic Approach)
a. Pendekatan sebagian
pendekatan sebagian dalam studi filsafat politik mengambil bentuk berupa pencarian
konsep-konsep normatif (project of normative inquiry). Dalam pencarian konsep-konsep
normatif, kajian tentang demokrasi, misalnya, dikembangkan dengan memeriksa apakah
demokrasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bernilai atau tidak bernilai (Analisis
Konseptual).
Pendekatan sebagian dapat mendorong munculnya penemuan yang lebih mendalam dan
kritis mengenai konsep atau isu penting tertentu dalam filsafat politik dan akan membantu
menjelaskan relevansinya dengan situasi aktual yang kita hadapi.
b. Pendekatan sistematis
berusaha "mengembangkan proyek yang sistematis dan bersifat mencakup semua filsafat
praktis tentang politik" (Brown, 1986, p. 15). Dengan ini, pertama, filsafat politik melangkah
jauh dari sekadar "proyek analisis konseptual", yaitu memberikan perhatian terhadap masalah
yang muncul dalam kehidupan politik dengan memberikan petunjuk tentang prinsip keadilan
atau bentuk pemerintahan. Kedua, dengan pendekatan sistematis, filsafat politik juga
dibedakan dari sekadar usaha terlibat dalam pencarian secara sebagian atas premis nilai yang
bersifat normatif (piecemal normative inquire). Kajian tentang konsep demokrasi misalnya
akan gagal jika dilihat hanya sebagai nilai (untuk ditolak atau disetujui) tanpa usaha
mengkaitkannya dengan keseluruhan nilai yang mendasari sebuah masyarakat.
pendekatan sistematis menyarankan bahwa filsafat politik perlu terlibat dalam totalitas
citra politik, yaitu dengan terus menerus menemukan konsistensi pandangan politik satu sama
lain, dan karena itu mengharuskan bentuk kajian yang bersifat perbandingan (interdisciplinary)
atau memperhatikan antar hubungan dari berbagai pandangan politik.[13]

2. Pendekatan pemecahan masalah vs pendekatan kritis


a. Pendekatan pemecahan masalah
Dengan pendekatan ini, sistem ekonomi yang didasarkan pada paham kapitalisme atau
sosialisme, misalnya, akan diterima sebagai sesuatu yang dalam dirinya sendiri tanpa cacat ;
berbagai masalah yang timbul didalamnya hanya dilihat sebagai masalah teknis atau
managerial semata sehingga memungkinkan sistem itu bekerja secara lebih efektif dan efisien.
Begitu juga, sebuah sistem dari kepemerintahan internasional (international governance) yang
berlandaskan pada kedaulatan negara, jika diterima sebagai kenyataan juga akan
memungkinkan munculnya anggapan bahwa tidak realistik untuk mengharapkan apalagi
mengajukan perubahan ekstensif terhadap sistem itu.
b. Pendekatan kritis
Pendekatan kritis, menurut Cox, juga diarahkan pada kompleksitas sosial dan politik sebagai
keseluruhan daripada pada bagian yang terpisah (1986, p. 208). Artinya menyajikan formula
yang dapat dipergunakan dalam menjawab kompleksitas sosial, politik dan ekonomi sebagai
keseluruhan, dan bukan menangani bagian tertentu dari isu sosial, politik atau ekonomi.[14]

PENUTUP

Kesimpulan

Filsafat politik klasik senantiasa bermuara pada etika, yang pada masa itu menduduki tempat
paling mulia di antara segala cabang filsafat. Persoalan yang dikemukakan dan pertanyaan yang
di ajukan merupakan abstraksi moral yang bersumber dari upaya untuk memberi arti dan makna
bagi kehidupan individu dan masyarakat. Dengan demikian ada tujuan lebih pasti dan lebih
agung yang hendak dicapai, kendati harus melewati perjuangan yang tidak kunjung selesai.
Dalam filsafat politik modern, pokok persoalan yang utama adalah masalah individu dan hak-
hak miliknya. Itu terlihat jelas lewat tema-tema pembahasan filsafat politik masa kini yang
berkisar pada soal kebebasan, otoritas, hak-hak asasi manusia, demokrasi, hak dan kewajiban,
keadilan dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1] http://majasari31.blogspot.com/2012/09/pengantar-filsafat-politik.html#ixzz2UH5wrrCu ,
25-05-2013, 12.05.
[2] http://majasari31.blogspot.com/2012/09/pengantar-filsafat-politik.html#ixzz2UH5wrrCu,
25-05-2013, 12.05.
[3] Ibid, hal. 170-172

[4] : http://majasari31.blogspot.com/2012/09/pengantar-filsafat-politik.html#ixzz2UH5wrrCu,
25-05-2013. 12.05
[5] Ibid., hlm. 303
[6] Ibid., hlm. 303
[7] http://br1ghtfuture.blogspot.com/2013/04/filsafat-politik.html , 25-05-2013, 12.15.
[8] http://br1ghtfuture.blogspot.com/2013/04/filsafat-politik.html , 25-05-2013, 12.15.
[9] K.H. Ahmad Azhar Basyir, M.A. 1998. Refleksi Atas Persoalan Keislaman. Yogyakarta :
Mizan, halaman 48.
[10] Drs. Muhammad Azhar, MA. Filsafat Politik Perbandingan Antara Islam dan Barat. 1996.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, halaman 75.
[11] Drs. Muhammad Azhar, MA. Filsafat Politik Perbandingan Antara Islam dan Barat. 1996.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, halaman 81-91.
[12] : http://majasari31.blogspot.com/2012/09/pengantar-filsafat-
politik.html#ixzz2UH5wrrCu, 25-05-2013, 12.05.
[13] http://majasari31.blogspot.com/2012/09/pengantar-filsafat-
politik.html#ixzz2UH5wrrCu, 25-05-2013, 12.05.
[14] http://majasari31.blogspot.com/2012/09/pengantar-filsafat-
politik.html#ixzz2UH5wrrCu, 25-05-2013, 12.05

Anda mungkin juga menyukai