Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
“PENEBANGAN HUTAN”
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diselesaikannya
makalah tentang Penebangan Hutan. Makalah ini berisi tentang Bagaimana manusia memahami
lingkungan sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagaimana situasi alam atau lingkungan dimasa
sekarang, serta bagaimana menjaga kelestarian lingkungan hidup bagi masa yang akan datang.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini. Untuk itu kami mohon
maaf jika terdapat banyak kesalahan di dalamnya, dan oleh karenanya saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.

Penyusun
DAFTAR ISI

i Kata Pengantar....................................................................................................................... 1

ii Daftar Isi............................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................................... 3

1.2 Pokok Permasalahan........................................................................................................... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................................................... 5

1.4 Landasan Teori................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 14

2.1 Penebangan Hutan............................................................................................................ 14

2.2 Kaitan antara Penebangan Hutandengan Etika Lingkungan............................................ 17

BAB III PENUTUP............................................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara agraris, yang mana terdiri dari daratan dan perairan yang luas.
Indonesia memiliki banyak sekali pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Indonesia dari dulu
terkenal merupakan daerah yang subur (daratan). Banyak sekali daerah daratan daripada negara kita
ini yang dimanfaatkan sebagai daerah pertanian dan juga perkebunan, hal ini karena daratan
indonesia terkenal subur sehingga baik untuk dikembangkannya sektor tersebut. Namun semakin
hari keadaan negeri kita semakin banyak mengalami perubahan. Seiring dengan perkembangan
teknologi industri, banyak lahan-lahan pertanian dan perkebuanan yang subur dibangun diatasnya
pabrik-pabrik industri dan juga perkotaan. Perkembangan zaman juga diikuti dengan semakin
banyaknya jumlah penduduk yang mendiami negeri kita tercinta ini. Akibatnya, lahan pertanian dan
perkebunan pun semakin sempait, yang mana dikarenakan adanya pembukaan lahan untuk
memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan kita. Selain itu juga banyaknya lahan-lahan yang
mulai tercemar dengan limbah dan tingginya kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam
tanah kita. Banyak sekali lahan-lahan perkebunan yang dulunya masih hijau bisa dikatakan vegetasi
yang ada masih cukup sekarang menjadi daerah yang kering dan gundul. Ini semua tidak lepas dari
tindakan manusia itu sendiri yang kurang bertanggung jawab. Pada dasarnya semua yang kita
lakukan akan kembali kepada kita semua kelak. Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sudah pasti
menjadi penyebab mengapa banyak sekali terjadi bencana alam seperti halnya lonsor, banjir, dll.
Penebangan hutan yang tidak mengikuti prosedur tebang pilih menjadi hal yang paling mendasar
yang menyebabkan daerah hutan kita yang seharusnya lebat dengan pepohonan menjadi kering
kerontang. Dari hal tersebut, banyak sekali yang merasakan danpaknya baik secara langsung
maupun tidak. Banyak hewan-hewan yang turun ke daerah pemukiman penduduk, hal ini karena
mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal yang cocok untuk diri mereka. Mereka juga kekurangan
makanan, sehingga banyak dari mereka yang menyerang pertanian kita. Jika kita sadar, manusia
sering dirugikan karena akibat ulahnya sendiri. Tidah hanya hewan yang dirugikan, namun di sini
yang paling dirugikan adalah alam semesta ini. Sehingga jangan heran jika banyak sekali benca
banjir, longsor, dll yang terjadi di daerah sekitar kita ini.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari pengelolaan
lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber-sumber alam
hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang
dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli
pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-
norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa
menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah.
Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian
spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam
pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Kiranya
tidak salah jika manusia dipandang sebagai kunci pokok dalam kelestarian maupun kerusakan
lingkungan hidup yang terjadi. Bahkan jika terjadi kerusakan dalam lingkungan hidup tersebut, YB
Mangunwijaya memandangnya sebagai oposisi atau konflik antara manusia dan alam. Cara pandang
dan sikap manusia terhadap lingkungan hidupnya menyangkut mentalitas manusia itu sendiri yang
mempertanyakan eksistensinya di jaman modern ini dalam kaitannya dengan waktu, tujuan hidup,
arti materi dan yang ada ”di atas” materi. Dengan demikian masalah lingkungan hidup tak lain
adalah soal bagaimana mengembangkan falsafah hidup yang dapat mengatur dan mengembangkan
eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam. Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan
persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh
memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan. Keadaan
ini memunculkan banyak pertanyaan, perhatian kita pada isu lingkungan ini juga memunculkan
pertanyaan tentang bagaimana keterkaitan dan relasi kita dengan generasi yang akan datang. Kita
juga diajak berpikir kedepan. Kita akan menyadari bahwa relasi kita dengan generasi akan datang,
yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya ada teori etika lingkungan yang secara khusus
memberi bobot pertimbangan pada kepentingan generasi mendatang dalam membahas isu
lingkungan ini. Para penganut utilitirianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan datang
dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan
mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan tentang etika
lingkungan dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan.

1.2 Pokok Permasalahan

1 Apa dampak Illegal Logging?

2 Bagaimana kaitannya antara Penebangan Hutandengan etika lingkungan?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Sehubungan dengan adanya suatu hal yang melatarbelakangi masalah, maka ada beberapa hal yang
menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini, yakni:

1. Mengetahui dampak Penebangan Hutandi Kalimantan.

2. Mengetahui kaitan antara Penebangan Hutandengan etika lingkungan.

1.4 Landasan Teori

a. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat
kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. SedangkanEtiket adalah
suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok
manusia yang beradab dalam pergaulan

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu
kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
b. Etika Lingkungan

Etika lingkungan adalah kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika
lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara
cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan sebagai
berikut:

a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu menyayangi
semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.

b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga terhadap
pelestarian, keseimbangan dan keindahan alam.

c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energi.

d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup yang lain.

Masalah ekologi tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika lingkungan hidup. Kalau sudah
menyangkut kesejahteraan masyarakat, pemikiran etis saja tidak akan berdaya tanpa didukung oleh
aturan-aturan hukum yang dapat menjamin pelaksanaan dan menindak pelanggarnya. Untuk itu
perlu diketahui berbagai teori yang membangun pemikiran tentang etika lingkungan hidup.

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Etika ekologi dalam

adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai
keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna
yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai
bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk
hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui
spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini
maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam. Bagi etika
ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan. Untuk itu lingkungan patut
dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika ini juga disebut etika lingkungan
ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan
hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang
kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi
kepentingan bersama. Terbagi dalam empat kategori besar, yaitu :

a. Etika lingkungan neo-utilitarisme

merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang menekankan kebaikan untuk
semua. Dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh
mahluk. Tokoh yang mempelopori etika ini adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti
binatang dapat dianggap sebagai perbuatan tidak bermoral.

b. Etika lingkungan Zoosentrisme


adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika
pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini, binatang
mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus
dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan
binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to
Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan
binatang dengan penuh belas kasih.

c. Etika lingkungan Biosentrisme

adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral. Salah satu tokoh
penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah
tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk
hidup atau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral.
Sehingga bukan hanya manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga
tumbuhan. Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan
dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan
bereproduksi.

d. Etika Lingkungan Ekosentrisme

adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme
dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satu dengan yang lain secara
mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik integral, suatu
keseluruhan organisme yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan.
Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem.
Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk
saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan
unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan.

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

· Manusia adalah bagian dari alam,

· Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh
diperlakukan sewenang-wenang,

· Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang,

· Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk,

· Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai,

· Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati,

· Menghargai dan memelihara tata alam,

· Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem,


· Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil
sambil memelihara.

2. Etika ekologi dangkal.

Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa
lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi
dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan
mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli
lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi
estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus.
Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu
Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka
kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang
mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi
alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia.

Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia. Etika ini
menekankan hal-hal berikut ini :

· Manusia terpisah dari alam,

· Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia,

· Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya,

· Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia,

· Norma utama adalah untung rugi,

· Mengutamakan rencana jangka pendek,

· Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin,

· Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan.
Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk
kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha
pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk.

c. Illegal Logging

Penebangan liar atau disebut juga dengan illegal logging. Sedangkan pengertian Hutan adalah
sebuah kawasan yang ditumbuhi lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan
semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia. Dalam definisi lain disebutkan bahwa
hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di
daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun daerah beriklim dingin, di
dataran rendah maupun pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Fungsi Hutan

1. Sebagai penampung karbondioksida;

dalam proses fotosintesis tumbuhan mengambil Karbondioksida (Co2) dari atmosfer dikombinasi
dengan air dan dibantu dengan energi cahaya memproduksi materi organik.

2. Habitat Hewan;

Hewan-hewan penghuni hutan seperti orang utan, harimau, singa, ular, babi hutan, gajah, dan
lainnya merupakan penghuni asli hutan. Habitat mereka di hutan sehingga ketika hutan menjadi
gundul hewan-hewan tersebut akan keluar dari hutan dan mendatangi pemukiman penduduk desa,
serta memangsa hewan dan penduduk. Hal ini disebabkan karena rantai makan mereka terputus dan
menyebabkan hewan-hewan buas tersebut mencari makan di luar hutan.

3. Modulator arus hidrologika

Hutan sebagai penyeimbang arus hidrologika, sebagai tempat penyerapan air, penahan air sehingga
menghindari erosi tanah.

4. Pelestari tanah

Tanah-tanah yang dibiarkan gundul maka akan kehilangan fungsinya sebagai tanah. Tanah akan
kurang berfungsi, sehingga tanah akan menjadi tanah yang tandus.

serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.

Penebangan Liar (Illegal Logging)

Pembalakan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan, dan penjualan kayu yang tidak sah
atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat. Pembalakan liar dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan atau pribadi-pribadi yang membutuhkan. Pohon-pohon ditebang dengan seenaknya
untuk keperluan pribadi dan tanpa ijin, membuka hutan dan menguras habis isinya, dan tanpa
menanam kembali hutan untuk kelestarian selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penebangan Hutan

Pada dasarnya hubungan yang terjalin antara manusia dan alam dapat dibagi menjadi hubungan
manusia dengan alam yang merusak atau merugikan dan yang menguntungkan atau dengan kata
lain ada yang negatif dan positif. Ilegal logging atau pembabatan hutan secara liar merupakan salah
satu contoh hubungan yang merusak lingkungan atau alam.

Penebangan Hutan secara ilegal (illegal logging) adalah persoalan klasik bagi masyarakat Indonesia.
Setiap hari, kegiatan tersebut marak dilakukan di sejumlah kawasan hutan dengan diketahui petugas
instansi berwenang, aparat dan masyarakat setempat. Meskipun berkali-kali diberitakan bahwa
penertiban terus diupayakan, namun penebangan dan perusakan hutan semakin merajalela.
Di kabupaten Ketapang misalnya, sasaran penebangan liar adalah Taman Nasional Gunung Palung (
TNGP ). Sudah sekitar 5 tahun penjarahan itu berlangsung. Sekitar 80 % dari 90.000 ha luas TNGP
sudah dirambah para penebang dan mengalami rusak berat. Para penebang yang dibayar untuk
memotong pohon itu diperkirakan jumlahnya sebanyak 2000 orang dengan menggunakan motor
pemotong chainsaw .
Selain itu di hutan Kapuas Hulu, penebangan hutan liar juga tak kalah mengerikan. Sasaran
penebangan adalah pohon-pohon dengan jenis Kayu Ramin, Meranti, Klansau, Mabang, Bedaru, dan
jenis Kayu Tengkawang yang termasuk jenis kayu dilindungi. Kayu-kayu gelondongan yang telah
ditebang langsung diolah menjadi balok dalam berbagai ukuran antara lain: 24 cm x 24 cm, 12 cm x
12 cm dengan panjang rata-rata 6 meter. Setiap hari jumlah truk yang mengangkut kayu ini ke
wilayah Malaysia sekitar 50 –60 truk.

Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan Penebangan hutan secara ilegal ini juga
menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan di
sekelilingnya. Secara umum, dampak penebangan hutan menyebabkan:

1. Kerugian bidang Ekonomi

Berdasarkan pada perkiraan Prof. Dr. Herujono Hadisuprapto, MSc, Dekan Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura, setiap hari kayu ilegal berbentuk balok yang diselundupkan dari Kal-Bar ke
Serawak mencapai 10.000 m kubik. Kayu-kayu ini terbebas dari iuran resmi seperti dana reboisasi,
provisi sumber daya hutan, dan pajak ekspor. Diprediksi kerugian negara mencapai Rp. 5,35 milyar
per hari, atau sekitar Rp 160,5 milyar perbulan. Maka sebenarnya sangat ironis jika kerugian ini
dihubungkan dengan usaha mati-matian dari pemerintah Indonesia untuk mencari pinjaman dana
dari IMF. Ketika pemerintah mengemis pada IMF dana senilai 400 juta $ AS, sebenarnya pemerintah
kehilangan pendapatan atas pajak senilai 4 Milyar $ AS setiap tahunnya akibat penebangan hutan
liar sejak 1998.

2. Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan

Penebangan hutan secara ilegal ini juga menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi hutan itu
sendiri maupun lingkungan di sekelilingnya. Secara umum, dampak penebangan hutan
menyebabkan: pertama, masalah pemanasan global; kedua, masalah degradasi tanah; dan ketiga,
mempercepat kepunahan keanekaragaman hayati di dalamnya.

· Masalah pemanasan global

Para ahli memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan sangat meningkat bila
kelestarian dan keutuhan hutan tidak dipelihara. Ada beberapa akibat yang akan muncul akibat
pemanasan global ini, antara lain terjadinya perubahan iklim. Hal ini akan mempercepat penguapan
air sehingga berpengaruh pada curah hujan dan distribusinya. Akibat selanjutnya adalah terjadinya
banjir dan erosi di daerah-daerah tertentu. Seperti kasus yang terjadi di Pontianak ( Kalimantan
Barat ) dan Nias ( Sumatra Utara ) yang menelan korban materi dan nyawa yang sangat besar.
Musim kering yang berkepanjangan juga akan melanda daerah-daerah yang areal hutannya
digunduli, bahkan dibakar. Sebagai contoh adalah kebakaran hutan Kalimantan Barat. Resiko yang
timbul kemudian adalah banyaknya lahan yang dibiarkan kosong.

· Masalah degradasi tanah

Penebangan hutan secara tak terkendali pasti juga menyebabkan degradasi tanah dan berkurangnya
kesuburan tanah. Data dari Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa lahan produktif yang telah
diolah di Indonesia sebanyak 17.665.000 hektar. Sebesar 70 % dari lahan itu adalah lahan kering.
Sisanya adalah lahan basah. Akibat penebangan liar yang terjadi banyak lahan kering yang tidak
digarap. Akibatnya erosi menjadi mudah terjadi dan tanah berkurang kesuburannya.

· Masalah kepunahan keranekaragaman hayati

Masalah ini cukup mendapat perhatian penting saat ini. Berdasar penelitian para ahli, dikatakan
bahwa jumlah spesies binatang atau spesies burung semakin berkurang, khususnya di Kalimantan
Barat. Akibat penebangan hutan yang dilakukan terus menerus, banyak hewan yang menyingkir dan
mencari habitat yang baru. Misalnya, harimau Kalimantan semakin terjepit karena tempat tinggalnya
semakin sempit dan terus di babat. Bukan tidak mungkin bahwa tahun-tahun mendatang spesies
harimau akan punah. Para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2015 dengan penggundulan hutan
tropis di Kalimantan akan menyebabkan punahnya 4-8% spesies dan 17,35 % pada tahun 2040.

2.2 Kaitan antara Penebangan Hutandengan Etika Lingkungan

Di Indonesia sendiri sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal yang baru. Jika dikaitkan
dengan praktik bisnis, maka bisnis yang etis adalah bisnis yang dapat memberi manfaat maksimal
pada lingkungan, bukan sebaliknya, menggerogoti keserasian lingkungan.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian lingkungan, dituduh sebagai penyebab
terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini, berakar dari
kesalahan perilaku manusia yang berasal dari cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam.
Masalah lingkungan semakin terasa jauh terpinggirkan, bahkan sering hanya merupakan embel-
embel atau tempelan belaka dalam program pembangunan, kesadaran masyarakat terhadap
masalah lingkungan menurun. Padahal, berbagai bencana akibat pengelolaan lingkungan yang tidak
benar telah berulang kali terjadi, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Menciptakan kesadaran masyarakat yang berwawasan lingkungan merupakan fondasi untuk
menjaga agar lingkungan terhindar dari berbagai macam pengrusakan dan pencemaran. Karena
pada dasarnya kerusakan lingkungan dikarenakan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.

Etika lingkungan, dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu
atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam menghadapi dan
menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai kesatuan pendukung kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta mahluk hidup lainnya.

Etika lingkungan yang baik dapat menjadikan perilaku kita semakin arif dan bijaksana terhadap
lingkungan, sebaliknya etika yang salah akan menciptakan malapetaka bagi kehidupan manusia,
karena merusak etika lingkungan hidup adalah pertimbangan filosofis dan biologis mengenai
hubungan manusia dengan tempat tinggalnya serta dengan semua mahluk non manusia. Dengan
etika lingkungan hidup, manusia dipaksa untuk me-review segala aktivitasnya yang berhubungan
dengan lingkungan hidup, mana yang benar, mana yang salah.

Kepedulian lingkungan yang dangkal menunjukkan perhatian kepada kepentingan yang sering
diabaikan dalam ekonomi tradisional. Pandangan ini menganggap alam bernilai hanya sejauh ia
bermanfaat bagi kepentingan manusia, bukan karena bernilai pada dirinya sendiri. Kepedulian
lingkungan yang dalam, mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang.

Dalam hal ini kita tentu tidak tinggal diam saja, sebagai penonton dalam hal kerusakan yang terjadi
di bumi ini maka dari itu untuk menanggulangi terjadinya pemanasan global yang mana banyak
dampak yang terjadi jika kita hanya tinggal diam, sebagai orang yang bijak khususnya mahasiswa kita
harus kritis tentang masalah yang terjadi ini maka perlu dibangun kesadaran yang tinggi tentang
lingkungan dengan di kenalkan kepada publik tentang etika lingkungan. Maka dari itu kita harus
mengetahui pengertian illegal logging, dampak yang dihasilkan, dan solusi apa yang harus dilakukan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya hubungan yang kurang baik antara manusia dengan alam terjadi karena ada faktor
keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, karena sifat dasar manusia yang tidak
pernah merasa puas maka terjadi eksploitasi-eksploitasi yang berlebihan yang nantinya berdampak
pada kerusakan alam. Adapun dampak dari pada kegiatan manusia yang merusak lingkungan
utamanya hutan banyak sekali, seperti banjir, longsor, adanya hewan-hewan liar yang menyerang
pemukiman yaitu areal pertanian karena sudah tidak ada lagi makanan yang tersisa di hutan akibat
pembalakan liar, dan masih banyak lagi lainnya. Dari situ manusia nantinya juga akan merasa
dirugikan oleh perbuatannya sendiri.
Sesuatu yang dilakukan oleh manusia akan kembali kepada manusia itu sendiri.

Etika lingkungan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat
dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam menghadapi dan menyikapi segala
sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan umat manusia serta mahluk hidup lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Azhari Samlawi, Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: DIKTI, 1997.

Bertens, K. Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan, Jakarta: Kompas, 2002.

Haba, John. “Illegal Logging, Penyebab dan Dampaknya”. Jakarta: PMB-LIPI. 2005.

Soerjani, Mohamad, Pembangunan dan Lingkungan, Jakarta: Institut Pendidikan dan Pengembangan
Lingkungan (IPPL), 1996.

http://blawgerpoet.blogdetik.com/2011/02/14/pembalakan-liar-hutan-indonesia/

http://kpshk.org/index.php/berita/read/2011/02/11/1404/pencegahan-dan-pemberantasan-
pembalakan-liar.kpshk

http://impasb.wordpress.com/2008/02/27/penyebab-dan-dampak-rusaknya-hutan-kita/

Anda mungkin juga menyukai