Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Makalah Dasar Ekologi ini berjudul Pemantauan Air Bersih Berdasarkan Indikator
Lingkungan. Tujuan penyusunan makalah ini yaitu sebagai syarat untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Dasar Ekologi.

Makalah ini berisi tentang pengertian ekosistem, tipe-tipe ekosistem, deskripsi


masalah ekosistem, dan analisis masalah ekosistem. Garis besar laporan ini meliputi,
pendahuluan, tinjauan pustaka, deskripsi masalah, analisis masalah, kesimpulan dan
saran, daftar pustaka.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta karunia-
Nya, penyusun dapat menyelesaikan seluruh makalah ini. Pada kesempatan kali ini tidak
lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dosen Dasar Ekologi


2. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik moril
maupun materil dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan praktik kerja industri
ini.
3. Rekan-rekan Teknik Lingungan angkatan 2015 dan semua pihak yang telah
membantu sehingga pelaksanaan dan penyusunan laporan ini berjalan lancar.

Dalam pembuatan makalah, penyusun telah berusaha sebaik mungkin. Namun,


penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan pembaca dapat memberikan tambahan. Tambahan tersebut
dapat berupa saran ataupun kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga Makalah
Pemantauan Air Bersih Berdasarkan Indikator Lingkungan ini bermanfaat.

Bandung, 04 Januari 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5
A. Pengertian Indikator Lingkungan............................................................................ 5
B. Pemantauan Kualitas Air ........................................................................................ 9
C. Syarat Kualitas Air yang Baik .............................................................................. 16
D. Cara Memperoleh Air Bersih ................................................................................ 18
E. Pentingnya Kualitas Air dan Pelestariannya ......................................................... 19
BAB III ANALISIS MASALAH ..................................................................................... 21
A. Mikroorganisme sebagai Indikator Kualitas Air ....................................................... 21
B. Penggunaan Deterjen sebagai Indikator Pencemar Air ......................................... 23
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN................................................................................ 24
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 24
B. Saran ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi, merupakan salah satu cabang biologi (seperti hubungan organisme dan
lingkungan), mempelajari pengaruh lingkungan terhadap jasad hidup (manusia,
hewan, tumbuhan), dimana mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dsb. Ekologi,
secara harfiah berasal dari kata oikos, yang berarti rumah, tempat hidup dan logos,
yang berarti ilmu. Ekologi, adalah ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan
timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan mahluk hidup dengan
komponen sekitarnya.

Ekologi mempunyai kaitan erat dengan ekosistem. Ekosistem terbentuk oleh


komponen hidup dan tidak hidup, yang berinteraksi dalam suatu tempat sebagai
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan ekosistem terjadi oleh adanya arus materi,
energi, dan informasi. Komponen-komponen dalam ekosistem menunjukkan bahwa,
ekosistem tersebut berada dalam suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan
tersebut sifatnya tidak statis, namun dinamis, selalu berubah, dapat besar atau kecil,
dapat terjadi secara alami atau dibuat oleh manusia.

Lingkungan hidup, adalah sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan


manusia terhadap tatanan ekosistem, sehingga Lingkungan Hidup dapat diartikan
sebagai ekosistem dimana terdapat keberadaan manusia atau kepentingan manusia di
dalamnya.

Definisi Lingkungan Hidup menurut Undang-undang tentang Pengelolaan


Lingkungan, adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
menentukan peikehidupan serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Manusia mempunyai potensi luar biasa dibandingkan dengan mahluk hidup


lainnya untuk mengelola alam seisinya sejauh kemampuan dirinya. Tetapi ini tidak
berarti bahwa manusia mempunyai segala kewenangan untuk berbuat apa saja yang
dikehendakinya di bumi ini.

1
Lingkungan hidup tidak dapat dielakkan dari azas ekologi yang membentuknya.
Berbagai asas yang dimaksud adalah :

1. Organisasi ekosistem
Suatu ekosistem pada umumnya dihuni oleh mahluk hidup yang
mengelompok sebagai suatu populasi. Berbagai populasi yang bersama-sama
menghuni suatu wilayah disebut komunitas. Dalam konsep ekosistem,
komponen-komponen lingkungan hidup secara terpadu saling terkait dan
tergantung satu dengan lainnya didalam suatu sistem. Pendekatan ini disebut
sebagai pendekatan yang holistic.
2. Sistem produksi, konsumsi dan dekomposisi
Sistem produksi dalam ekosistem erat hubungannya dengan daur materi
dan daur energi. Produksi primer dari suatu sistem berasal dari proses
photosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berhijau daun dengan
pengikatan energi yang berasal dari sinar matahari dalam bentuk karbohidrat.
Dalam proses daur materi dan energi seterusnya produsen primer ini
merupakan makanan konsumen primer, atau produsen sekunder atau
herbivore yakni hewan pemakan tumbuhan. Selanjutnya konsumsi primer ini
dapat menjadi mangsa (prey) dari konsumen sekunder yang dapat pula
disebut produsen tersier, predator atau karnivore.
Baik produsen primer, sekunder atau predator dapat pula mengalami
peruraian perombakan atau dekomposisi menjadi bentuk bahan organik yang
lebih sederhana oleh mahluk hidup yang umumnya terdiri atas jasadrenik
seperti jamur, bakteri, cacing, dsb
3. Rantai makanan
Rantai makanan menunjukkan hubungan makan memakan dalam sebuah
ekosistem. Satu organisme bergantung pada organisme lain yang lebih rendah
dalam rantai makanan. Semua organisme yang mengkonsumsi jenis makanan
yang sama di dalam rantai makanan berada dalam tahap tropis yang sama.
Jadi, tumbuhan (produsen utama) termasuk dalam tahap tropik yang pertama,
herbivore (konsumen utama) termasuk dalam tahap tropik kedua, karnivore
(konsumen sekunder) yang memakan herbivore termasuk dalam tahap tropik
ketiga dan karnivore sekunder (konsumen tersier ), yakni yang memakan
karnivore lain, termasuk dalam tingkat tropik keempat. Melalui rantai
makanan, energi dalam bentuk makanan berpindah dari organisme-organisme
dalam tahap tropik yang terakhir.

2
Konsep jaring makanan sangat diperlukan untuk memahami pentingnya
memelihara keanekaan
4. Materi dan energi
Dalam ekosistem materi akan mengalami daur, yang disebut sebagai daur
materi. Sedangkan energi akan mengalami aliran, jadi ada aliran energi.
Hukum yang sangat penting dalam daur materi dan aliran energi adalah
hukum termodinamika, yaitu :
1. Energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan, hanya mengalami
transformasi. Hal ini yang dikenal dengan hukum kekekalan energy
2. Proses energi tidak pernah spontan, kecuali perombakan dari keadaan
pekat menjadi encer. Proses transformasi energi tidak ada yang terjadi dengan
100% efisien
Hukum termodinamika erat hubungannya dengan hukum entropi, yakni
semua perubahan yang menghasilkan energi adalah perombakan menjadi
bentuk yang lebih sederhana, dan hal itu selalu berlangsung dengan efisiensi
yang tidak pernah mencapai seratus persen, oleh karena itu selalu terjadi
suatu kelebihan transformasi energi, Inilah yang berbentuk limbah.
Aliran energi merupakan proses ketika energi matahari beralih kedalam
bentuk-bentuk lain (seperti panas, kimia, mekanis) dan dialirkan kedalam
lingkungan, melalui bermacam-macam organisme di setiap tingkat tropik
(dalam rantai makanan, dan akhirnya kembali ke lingkungan). Aliran energi
di dalam lingkungan merupakan salah satu komponen fungsional utama yang
melindungi ekosistem.
5. Keseimbangan
Ekosistem memiliki kemampuan untuk memelihara sendiri, mengatur
sendiri serta mengadakan keseimbangan kembali. Kemampuan seperti ini
juga merupakan kemampuan individual dari manusia atau mahluk hidup
lainnya. Oleh karena itu dalam sistem kehidupan ada kecenderungan untuk
melawan perubahan atau setidaknya ada usaha untuk berada dalam suatu
keseimbangan (homeostatis)
6. Kelentingan
Suatu sistem akan memberikan tanggapan terhadap suatu gangguan, baik
disengaja maupun tidak, sesuai dengan kelentingan (resilience) yang
dimilikinya. Dalam suatu sistem dengan kelentingan yang besar, penyerapan
gangguan tidak akan merubah stabilitas sistem itu, artinya sistem yang

3
mengalami gangguan tersebut, tetap merupakan sistem semula. Sebaliknya
sistem yang memiliki kelentingan kecil dengan gangguan yang sama
besarnya, dapat berubah menjadi suatu sistem baru. Jadi kelentingan
sebenarnya merupakan sifat suatu sistem yang memungkinkannya kembali
pada stabilitas semula.
7. Daya dukung dan strategi hidup
Daya dukung lingkungan (carrying capacity) adalah batas teratas dari
pertumbuhan suatu populasi, diatas mana jumlah populasi tidak dapat
didukung lagi oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada.
Berdasarkan strategi kehidupannya, ada mahluk yang mempunyai
strategi hidup memperhatikan daya dukung lingkungan, dan akan menekan
pertumbuhan populasinya apabila jumlahnya sudah mendekati kemampuan
daya dukung lingkungannya. Ciri utama mahluk hidup yang demikian adalah
yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya ada mahluk yang mempunyai strategi hidup tidak
mempedulikan batas daya dukung lingkungan, mereka berkembang biak
menurut nalurinya, melampaui daya dukung, mengalami bencana kelaparan
yang menyebabkan kematian masal, sehingga populasinya terpaksa turun di
bawah kemampuan daya dukung lingkungannya. Demikian seterusnya
sampai mungkin terjadi stabilitas di bawah batas daya dukung
lingkungannya, walaupun stabilitas itu hanya akan terjadi sementara waktu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Indikator Lingkungan?
2. Apa saja klasifikasi dan kriteria mutu air?
3. Sebutkan parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air?
4. Sebutkan syarat kadar kualitas air bersih?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Indikator Lingkungan.
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air.
3. Untuk mengetahui Parameter yang digunakan untuk menentukan Kualitas Air.
4. Untuk mengetahui Syarat Kadar Kualitas Air Bersih.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Indikator Lingkungan


Lingkungan mikro merupakan suatu habitat organisme yang mempunyai
hubungan faktor-faktor fisiknya dengan lingkungan sekitar yang banyak dipengaruhi
oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro ini dapat
menghasilkan komunitas yang ada berbeda. Suatu faktor lingkungan sering
menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu faktor
lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah,
maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang
ditemukan pada suatu daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi
(indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
indikator biologi adalah:

a) Umumnya organisme steno, yang merupakan indikator yang lebih baik


daripada organisme euri. Jenis tanaman indikator ini sering bukan
merupakan organisme yang terbanyak dalam suatu komunitas.
b) Spesies atau jenis yang besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik
dari pada spesies yang kecil, karena spesies dengan anggota organisme yang
besar mempunyai biomassa yang besar pada umumnya lebih stabil. Juga
karena turnover rate organisme kecil sekarang yang ada/hidup mungkin
besok sudah tidak ada/mati. Oleh karena itu, tidak ada spesies algae yang
dipakai sebagai indikator ekologi.
c) Sebelum yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan
digunakan sebagai indikator, seharusnya kelimpahannya di alam telah
diketahui terlebih dahulu.
d) Semakin banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas seringkali
menjadi faktor yang semakin baik apabila dibandingkan dengan
menggunakan satu spesies.

Indikator lingkungan adalah langkah-langkah sederhana yang memberitahu kita


apa yang terjadi di lingkungan. Karena lingkungan sangat kompleks, indikator
menyediakan cara yang lebih praktis dan ekonomis untuk melacak keadaan
lingkungan daripada jika kita berusaha untuk merekam setiap kemungkinan variabel
lingkungan.

5
Dalam indikator lingkungan terdapat suatu organisme indikator yang membantu
dalam menguji kualitas air. Organisme indikator adalah sekelompok organisme yang
digunakan sebagai petunjuk kualitas air. Organisme indikator harus memenuhi oleh
organisme tersebut untuk menjadi organisme indikator. Namun, persyaratan ini tidak
mutlak untuk dipenuhi seluruhnya, tergantung kondisi yang ada. Syarat organisme
indikator antara lain:

a. Dapat digunakan untuk berbagai jenis air


b. Tidak ada di air yang terpolusi
c. Mudah diisolasi, mudah diidentifikasi, dan mudah dihitung
d. Lebih banyak jumlahnya dan lebih tahan dibanding patogen
e. Merespon perlakuan dan kondisi lingkungan
f. Kepadatan indikator harus berkaitan langsung dengan derajat polusi

Organisme Indikator biologi digunakan untuk menilai secara makro perubahan


keseimbangan ekologi, khususnya ekosistem akibat pengaruh limbah. Dibandingkan
dengan penggunaan parameter fisika maupun kimia. Organisme indikator biologi
dapat memantau secara kontinyu, karena komunitas biota perairan menghabiskan
seluruh hidupnya di lingkungan tersebut, jika terjadi pencemaran akan bersifat
akumulatif. Disamping itu indikator biologis merupakan petunjuk yang mudah untuk
memantau terjadinya pencemaran.

Keberadaan organisme pada lingkungan dapat dijadikan sebagai parameter


kualitas lingkungan. Biota yang dapat dijadikan sebagai petunjuk keadaan lingkugan
umum kita sebut sebagai bioindikator atau indikator biologis. Bioindikator
dibedakan dalam tiga organisme, yaitu :

1. Organisme indikator, dengan melihat keberadaan spesies tertentu pada


lingkungan, misalnya dengan indeks diversitas sebagai organisme
penentu kualitas lingkungan.
2. Organisme pemantau, baik secara aktif maupun pasif, dengan
menempatkan atau mengukur tingkat kerusakan yang dialami oleh
suatau organisme
3. Organisme uji, yaitu organisme yang digunakan untuk menguji
akumulasi dan reaksi suatu substansi kimia baik dalam laboratorium
maupun di lapangan.

6
Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan
lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau dimasukannya
mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air dikatakan tercemar
apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak
bisa digunakan sesuai peruntukannya.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan, pemanfaatan
air utnuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pelestarian sumber
daya air harus mendapat perhatian secara menyeluruh dengan memperhatikan aspek-
aspek pendukung kelestarian sumberdaya perairan. Peran air sangat penting bagi
kehidupan. Seluruh komponen dalam jaringan tubuh suatu organisme sangat
tergantung dengan air. Dalam proses metabolisme, sistem jaringan semua
memerlukan air. Melihat sedemikian pentingnya air dalam kehidupan, kita perlu
lebih bijaksana dalam pemanfaatan air.

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pengendalian
pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu.
Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai
dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran
air serta pemulihan kualitas air.

Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penangulangan


pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai
dengan baku mutu air. Sedangkan yang dimaksud baku mutu air adalah ukuran batas
atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan
atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.

Agar kita dapat lebih memahami pola dan dampak pencemaran secara
mikrobiologis yang terjadi pada air bersih, kita harus mengenal karakteristik biologi

7
Air. Manfaat mengenal karekteristik biologi dari air bersih adalah memastikan
apakah ada bakteri pathogen maupun non pathogen yang berada dalam air bersih.
Karakteristik biologi ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air
yang dipergunakan sebagai air bersih, air minum serta untuk keperluan domestik
lainnya seperti kolam renang. Selain itu untuk menaksir tingkat pencemaran air
sebelum dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Dan karakteristik utama yang
harus kita pahami terkait hal tersebut adalah keberadaan bakteri e coli dalam air
bersih.

Indikator Pencemaran Air ditandai bahwa air lingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :

1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan


tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa.
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
bakteri pathogen.

Keterkaitan pencemaran perairan dengan keberadaan organisme berikut :

1. Hewan bentos makro dari spesies Tubifex Sp. dan Malainoides


tuberculate merupakan spesies indikator DO rendah dan partikel
tersuspensi tinggi pada ekosistem perairan sungai.
2. Kadar logam berat ditemukan pada ikan Bader dan ikan keting di kali
surabaya.
3. Alga hijau biru (Micoytis sp) meningkat bila perairan subur, misal karena
pencemaran pupuk nitrogen (N) dan Phospat (PO4).
4. Pencemaran panas > 30°C hewan yang digunakan sebagai indikator
adalah cacing Branchiurasowerbyi dan hewan bercangkang Physe sp.

8
Hewan makro invertebrata untuk indikator biologis pencemaran organik ini, pada
beberapa tingkatan stadium terbagi, antara lain :

1. Indikator air bersih seperti Ephemera, Ecdyonurus, Leuctra, Nemurella, dan


Perla.
2. Indikator pencemaran ringan Amphinemura, Ephemerella, Caenis, Gamarus,
baetis, Valvata, Bythynea, Hydropsyche, Limnodrius, Rhyacophyla, dan
Sericostoma.
3. Indikator pencemaran sedang antra lain Asellus, Sialis, Limnaea, Physa, dan
Spaerium.
4. Indikator pencemaran berat, seperti Nais, Chironomous, Tubifex, Chronomous,
dan Eristalis

B. Pemantauan Kualitas Air


Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah
upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Pemantauan kualitas air penting dilakukan, karena akan berhubungan kelayakan
dan baku mutu air. Peratuaran Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya.
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas 1: Air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan
lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas 2: Air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, budidaya
ikan air tawar, peternakan, dan pertanian
Kelas 3: Air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan dan
pertanian
Kelas 4: Air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/ pertanian.

9
Adapun parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air bersih:
1. Parameter Fisika
a. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya
dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan.
Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya
matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula
sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah
sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyetakan
dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai
kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat
mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi
proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak
keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak
terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk
kehidupan ikan dan udang budidaya.
b. Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor
yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian-
pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan
saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi
juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan.
Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian
meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi
meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini
adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara,
kecepatan angin, dan radiasi matahari.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme,
karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun
diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota
air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan
kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya

10
bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai
ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
4. Parameter Kimia
a. pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat
keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan
rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH-
dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin
banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+
dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis.
Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan cairan
tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai
kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu,
dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air
dapat turun hingga mencapai 4.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan
kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya.
Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan
terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen
menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal
ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka
usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan
pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan
Andi,2009).
b. DO/ Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut)
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung
di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang
hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya
termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Menurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen
sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu, makin
berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari

11
atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan
berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat
memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan
organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi
dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme)
bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan
pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya
harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor
pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air tidak
mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas
biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan
mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif
yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).
c. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan
oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah oksigen yang
digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin
banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya
sedangkan D.O akan makin rendah. Air yang bersih adalah
yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika B.O.D nya
di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
BOD adalah ukuran kandungan oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme yang hidup di perairan untuk
menguraikan bahan organik yang ada di dalamnya. Apabila
kandungan oksigen dalam air menurun, maka kemampuan
mikroorganisme aerobik untuk menguraikan bahan organik
tersebut juga menurun.
BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang
digunakan oleh mikroorganisme selama kurun waktu dan pada
temperatur tertentu (biasanya lima hari pada suhu 20°C). Nilai
BOD diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan
oksigen terlarut akhir. BOD merupakan ukuran utama kekuatan
limbah cair.

12
Secara analitis BOD (biochemical oxygen demand)
adalah jumlah mg oksigen yang dibutuhkan untuk
menguraikan zat organik secara biokimiawi dalam 1 liter air
selama pengeraman 5 x 24 jam pada suhu 20 derajat Celcius.
d. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand) sama dengan BOD,
yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam
reaksi kimia oleh bakteri. Pengujian COD pada air limbah
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD.
Keunggulan itu antara lain :
 Sanggup menguji air limbah industri yang beracun
yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri
akan mati.
 Waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih
hanya 3 jam.
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah
oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik
yang terkandung dalam air. Hal ini karena bahan organik yang
ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator
kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan
katalisator perak sulfat, sehingga segala macam bahan organik,
baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai,
akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan
BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit
urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan
COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
Secara analistis COD (chemical oxygen demand) atau
KOK (kebutuhan oksigen kimiawi) adalah jumlah (mg) oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasikan zat organik dalam 1
liter air dengan menggunakan oksidator kalium dikromat selama
2 jam pada suhu 150 derajat Celcius.
e. CO2
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan
oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk

13
melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan
karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,
namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu,
bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota budidaya,
terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif
kecil, akan tetapi keberadaan karbondioksida di perairan relatif
banyak,kerana karbondioksida memiliki kelarutan yang relatif
banyak.
f. Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia
semakin meningkat, sebab sebagian besar berada dalam bentuk
NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun
daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk
molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion
NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air
kolam adalah eksresi amonia oleh ikan dan crustacea. Jumlah
amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa diestimasikan dari
penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein
ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0-
NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan :
NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto
Protein : protein dalam pakan
6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.
g. Nitrat nitrogen
Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea
(N-urea) ,algae memanfaatkan senyawa tersebut untuk
pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang berasal dari
senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen
(organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan
konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada
faktor yang mempengaruhinya sehingga antara lain akn

14
menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam perairan
tersebut.
Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di
perairan yang tidak terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan
konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada kolam yang diberi
pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga
mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan
umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan.
Dan pada perairan yang planktonya blooming dapat meningkat
menjadi 2-3 mg/liter.
h. Orthophospat
Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut,
dengan mudah tesedia bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-
bentuk lain belum ditentukan dengan pasti. Konsentrasi fosfor
dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang biasanya
tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter.
Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya
tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi akan
turun dalam beberapa hari setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah
satu parameter biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan
nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu
perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat
dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat
dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan
kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai
berikut:
1. Enviromental surveillance, yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur
pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan
dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut
dihilangkan.
2. Establishing water-quality criteria, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan
sebab akibat antara perubahan variable-variable ekologi perairan dengan
parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas air.

15
3. Appraisal of resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air
pada suatu tempat secara umum.
Pada hakekatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan
diantaranya:
1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia dan biologi.
2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai dengan
peruntukannya.
3. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu.

C. Syarat Kualitas Air yang Baik


Menurut O-fish (2010), ada lima syarat utama kualitas air yang baik untuk
kehidupan ikan :
• Rendah kadar amonia dan nitrit
• Bersih secara kimiawi
• Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang memadai
• Rendah kadar cemaran organik
• Stabil
Apabila persyaratan tersebut diatas dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka
ikan yang dipelihara mampu memelihara dirinya sendiri, terbebas dari berbagai
penyakit, dan dapat berkembang biak dengan baik.
Menurut Agromedia(2007), air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah
air bersih yang berasal dari sungai, air hujan, dan air sumur. Pemanfaatan sumber air
harus harus dikelola dengan baik terutama kualitas dan kuantitas. Kualitas air sangat
mendukung pertumbuhan lele dumbo. Oleh karena itu, air yang digunakan harus
banyak mengandung zat hara, serta tidak tercemar olah racun dan zat rumah tangga
lainnya.
Secara fisik kualitas air yang baik adalah bening, tidak keruh, tidak berbau,
berasa tawar dan tidak berwarna, serta suhu air hendaknya dibawah suhu udara.
Secara kimiawi kualitas air yang baik meliputi pH yang bersifat normal/netral,bahan
kimia yang tidak melebihi ambang batas ketetapan serta tingkat kesadahan yang
rendah, kekurangan atau kelebihan suatu zat kimia dalam air akan menyebabkan
gangguan fisiologis pada manusia.
Sedangkan secara biologis kualitas air yang sehat harus bebas dari segala bakteri
terutama bakteri patogen dan nonpatogen walaupun tidak menimbulkan penyakit
namun menyebabkan bau dan rasa tidak enak pada air, serta menyebabkan adanya
lender pada air, serta tidak mengandung bakteri coli lebih dari 1 coli/100ml air.

16
Syarat bakteriologis kualitas air bersih adalah jumlah perkiraan terdekat atau Most
Probable Number (MPN) bakteri per 100 ml sampel maksimal 50 untuk air non
perpipaan dan 10 untuk air perpipaan. Bakteri pathogen menyebabkan penyakit pada
manusia, organisme ini berasal dari bakteri, protozoa dan virus yang mungkin ada
dalam air misalnya bakteri typhsum, vibrio colerae, bakteri dysentriae, bakteri
enteritis dan entamoeba hystolotica.
Air yang mengandung golongan coli, dianggap telah terkontaminasi dengan
kotoran manusia. Dalam pemeriksaan bakteriologi, tidak langsung diperiksa air
tersebut mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri
golongan coli. Pencemaran air akan menimbulkan terganggunya/ hilangnya
persyaratan kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia dan biologi.

Kadar yang diisyaratkan Kadar yang tidak boleh


Syarat Fisik dilampaui

Keasaman 7,0-8,5 Dibawah 6,5 dan diatas 9,5


Bahan-bahan padat Tidak melebihi 50 mg/L Tidak melebihi 1500 mg/L
Warna Tidak melebihi 6 satuan Tidak melebihi 50 satuan
Rasa Tidak mengganggu -
Bau Tidak mengganggu -

Komponen ideal bahan kimia dalam air:

Jenis Bahan Kadar yang dibenarkan (mg/liter)

Flour ( F ) 1-1,5
Clor ( C ) 250
Arsen ( As ) 0,05
pH 6,5-9,0
CO 0
Besi ( Fe ) 0,3
Tembaga ( Cu () 1
Zat Organik 10

17
D. Cara Memperoleh Air Bersih
Air yang kita minum harus bersih sesuai standar, demikian juga air yang kita
gunkan untuk mandi, mencuci, memasak, juga harus bersih. Bersih disini artinya
bersih dari segi fisik, kimiawi, dan biologis. Bersih secara fisik artinya jernih, tidak
berwarna, tawar dan tidak berbau.
Secara kimiawi air yang kualitasnya baik adalah yang memiliki pH netral, tidak
mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dan ion-ion logam, serta bahan
organic. Sedangkan bersih secara biologis artinya tidak mengandung
mikroorganisme seperti bakteri baik yang pathogen/ menyebabkan penyakit atau
apatogen.
Ada 2 cara untuk mendapatkan air bersih dalam skala terbatas yaitu:
1. Tanpa bahan kimia
2. Dengan bahan kimia
Kedua cara penjernihan air ini melalui 2 tahap yaitu tahap pengendapan dan tahap
penjernihan. Media penyaring yang digunakan adalah pasir,arang batok, ijuk dan
kerikil. Pada cara yang kedua, ditambahkan bahan kimia berupa tawas, kapur dan
kaporit ke dalam bak pengendap untuk membantu menggumpalkan zat kimia
pencemar.
a. Cara memperoleh air bersih tanpa bahan kimia
Cara ini biasanya digunakan untuk sumber air terbuka dengan menggunakan 3
macam bak yaitu bak pengendap, bak penyaring dan bak penampung air bersih,
yang ukurannya tergantung volume air yang akan dialirkan. Mula-mula air dari
sumbernya dialirkan ke bak pengendap. Selanjutnya lewat saluran bambu yang
pada bagian ujungnya di beri kawat kasa, dari bak pengendap air dialirkan ke
dalam bak penyaring melalui parit yang berbelok-belok dan berbatuan untuk
mendaptkan kandungan oksigen. Atau jika tidak mungkin parit dapat diganti
dengan saluran bamboo. Bak penyaring ini telah diisi dengan media
penyaring,yang disusun berturut-turut dari bagian dasar bak berupa batu setinggi
10cm, kerikil 10cm, pasir halus 20cm, arang 5cm, ijuk 10cm, pasir halus 15cm
dan lapisan paling atas diisi ijuk lagi setinggi 10cm. setelah melewati bak
penyaring air ditampung di dalam bak penampung air bersih. Untuk keperluan
minum dan masak, air ini tetap harus dimasak agar kumannya mati.
b. Cara memperoleh air bersih dengan bahan kimia
Pada cara kedua ini digunkan 2 buah drum yang berukuran sama yang dilengkapi
dengan kran air, sebagai bak pengendap dan bak penyaring. Tinggi kran air dari

18
dasar drum kira-kira 5-10 cm (harus lebih tinggi dari lumpur yang akan
terkumpul). Tetapi drum bisa juga diganti dengan gentong. Setelah air kotor
masuk ke drum pengendap, masukkan 1 gr tawas/ 1 gr kapur/ 2,5 gr kaporit untuk
setiap 10 liter air, lalu diaduk perlahan ke satu arah. Pengaduk sebaiknya
dilakukan pada malam hari sehingga pengendapan berlangsung sempurna pada
keesokkan harinya.
Pada drum yang berfungsi sebagai bak pengendap diberi media penyaring yang
terdiri dari kerikil setinggi 5cm dibagian dasar, kemudian berturut-turut keatas
diberi arang batok setinggi 10cm, ijuk setinggi 10cm dan pasir halus setinggi
20cm. ketika air yang dialirkan dari drum pengendap melewati media penyaring
ini, air akan dijernihkan lagi melalui proses penyaringan. Sehingga ketika kran
dibuka akan diperoleh air yang bersih. Apabila air yang keluar dari drum kedua
sudah tidak jernih,media penyaring harus dicuci atu diganti dengan yang baru.

E. Pentingnya Kualitas Air dan Pelestariannya


Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.
Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada
kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi
malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
kebersihansanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang
serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini
menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-
macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas,
sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas,
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Air adalah dasar dari kehidupan namun air juga bisa menjadi perantara
yang sempurna untuk menularkan penyakit ke seluruh Negara di dunia, tak peduli
kaya atau miskin. Selama air di bumi saling berhubungan, selama itu juga air
menjadi media transmisi yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat atau justru menyeret dunia menjadi kawasan tak layak huni.
Selain sebagai sarana mencapai kesehatan dan kesejahteraan, air juga
sangat penting bagi lingkungan pertanian dan bisnis, aplikasi industry dan kimia,

19
proses sanitasi, fasilitas rekreasi dan pengolahan makanan. Industry air
kemasandan sistem pemurnia air adalah usaha yang kini sedang berkembang dan
tentu saja, sejak zaman dahulu air menjadi komponen utama dalam menangani
kebakaran.
Sebagaimana kampanya PBB pada 2010 yang bertajuk “Clean Water for
a Healthy World”, PBB menyatakan bahwa “kualitas air berdampak pada setiap
orang dan gaya hidup kita berdampak terhadap kualitas air.” Program pelestarian
air kini berfokus pada desakan bagi manusia menjadi penjaga utama agar air tetap
bersih dan sehat dengan mengurangi pencemaran. Hal ini sangat penting
mengingat gaya hidup manusia telah menyebabkan kerusakan dan terkurasnya
sumber air di bumi.

20
BAB III ANALISIS MASALAH

A. Mikroorganisme sebagai Indikator Kualitas Air


Air merupakan pelarut universal sehingga air yang ada di sekitar kita
bukanlah air murni, melainkan mengandung zat-zat terlarut, sebagaimana juga
mikro organisme. Istilah mikroorganisme indikator sebagaimana digunakan
dalam analisis air, mengacu pada jenis mikroorganisme yang kehadirannya dalam
air menyebabkan bahwa air tersebut terpolusi dengan tinja atau hewan berdarah
hangat. Artinya terdapat peluang bagi organisme patogen yang terdapat pada
saluran pencernakan, untuk masuk ke dalam air dalam skala besar.
Tingkat pencemaran oleh mikroorganisme di dalam air dapat ditentukan
dengan menggunakan mikroorganisme indikator. Mikroorganisme indikator ini
adalah jenis mikroba yang kehadirannya dapat menjadi petunjuk terdapatnya
pencemaran oleh tinja, yang erat kaitannya dengan kemungkinan terdapat
patogen.
Beberapa ciri penting mikroorganisme indikator menurut Alaerts (1987) antara
lain:
1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak terdapat dalam air yang tidak tercemar;
2. Jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kehadiran bakteri
patogen;
3. Mempunyai kemampuan hidup yang lebih lama daripada patogen;
4. Mempunyai sifat yang mantap dan seragam;
5. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan;
6. Terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada patogen, sehingga mudah
terdeteksi;
7. Mudah terdeteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.
Tes dengan mikroorganisme indikator adalah yang paling umum dan
dapat dilaksanakan secara rutin. Tes mikroorganisme untuk air minum yang biasa
dilakukan adalah tes bakteri total Coliform, tes coli total dan tes E. coli. Tes
bakteri total memberikan hasil mengenai jumlah semua bakteri yang ada dalam
sampel, sehingga hasil kurang spesifik. Karena bakteri yang teranalisa bukan
hanya berasal dari bakteri tinja melainkan juga dari bakteri-bakteri tanah,
tanaman dan sebagainya.
Bakteri Eschericia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan
manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri Coliform adalah bakteri berbentuk

21
batang, Gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan fakultatif yang
merugikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam suhu
35 0C.
Pengukuran air bersih secara bakteriologis dilakukan dengan melihat
keberasan organisme golongan coli (coliform) sebagai indikator yang paling
umum. Walaupun hasil pemeriksaan bakteri dalam sampel air menunjukkan
adanya bakteri patogen, tetapi memberi kesimpulan bahwa kehadiran bakteri coli
dengan jumlah tertentu dalam air, dapat digunakan sebagai indikator adanya jasad
patogen.
Menurut Darpito (1993), kualitas bakteri air yang diolah atau air alam
bervariasi, idealnya air minum tidak boleh mengandung mikroorganisme patogen
apapun, selain itu harus bebas dari bakteri yang memberi indikasi pencemaran
tinja. Indikator utama untuk tujuan ini disarankan mempergunakan golongan coli
sebagai organisme secara keseluruhan, walaupun sebagai suatu grup mereka
biasanya hadir dalam jumlah yang besar dalam tinja menusia dan juga pada
binatang berdarah panas yang lainnya. Pendeteksian organisme golongan coli
tinja khususnya E. coli menunjukkan secara nyata telah terjadi pencemaran oleh
tinja.
Sesuai Permenkes Nomor 492 Th 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, ditetapkan bahwa air yang akan dipergunakan sebagai air minum dalam
100 ml air, total coliform tinja harus nol, dan apabila untuk air bersih ditetapkan
total Coliform 50/100 ml untuk bukan air perpipaan dan 10/100 ml untuk air
perpipaan.
Sesuai Manual Teknis Upaya Penyehatan Air, Ditjen P2PL (1995),
sistem penyediaan air bersih yang tidak diolah seperti air permukaan, air sumur
dangkal atau sumur dalam, jika dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari, idealnya
bebas dari golongan coli tinja, dan penilaian menggunakan indikator golongan
coli tinja, umumnya sudah cukup untuk memberi petunjuk tingkat pencemaran
oleh bakteri patogen dari air.
Sementara menurut Notoatmojo (2003), air minum yang berasal dari
mata air dan sumur dalam dapat diterima sebagai air yang sehat, asalkan tidak
tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia maupun binatang. Oleh
karena itu mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus mendapat pengawasan
dan perlindungan agar tidak tercemar bahan berbahaya oleh penduduk yang
menggunakan air tersebut.

22
B. Penggunaan Deterjen sebagai Indikator Pencemar Air
Limbah pemukiman mengandung limbah domestic berupa sampah organik dan
sampa anorganik serta deterjen. Sampah organic adalah sampah yang dapat
diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa sayuran, buah-buahan,
dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastic, gelas atau
kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat
diuraikan oleh bakteri. Sampah organic yang dibuang ke sungai menyebabkan
berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri
untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai
, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari
tumbuhan air dan alga yang menghasilkan oksigen.
Deterjen merupakan limbah pemukiman yang potensial mencemari air.
Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah
deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri. Sehingga tetap aktif untuk jangka
waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan
senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan
ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok tidak
terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga
menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses
fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang
menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang
menyebabkan pendangkalan.

23
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Indikator lingkungan adalah langkah-langkah sederhana yang memberitahu
kita apa yang terjadi di lingkungan. Karena lingkungan sangat kompleks, indikator
menyediakan cara yang lebih praktis dan ekonomis untuk melacak keadaan
lingkungan daripada jika kita berusaha untuk merekam setiap kemungkinan variabel
lingkungan.
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas 1: Air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau
peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas 2: Air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air,
budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian
Kelas 3: Air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan
dan pertanian
Kelas 4: Air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/ pertanian.
Adapun parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air bersih:
1. Parameter Fisika yaitu Kecerahan dan Suhu.
2. Parameter Kimia yaitu pH, DO, BOD, COD, CO2, Amonia, Nirat
nitrogen dan Orthophospat

Menurut O-fish (2010), ada lima syarat utama kualitas air yang baik untuk
kehidupan ikan :

1. Rendah kadar amonia dan nitrit


2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang memadai
4. Rendah kadar cemaran organik
5. Stabil

B. Saran
Hendaknya kita sebagai manusia menjaga kualitas air bersih untuk masa kini dan
masa yang akan datang. Dan mengurangi tingkat pencemaran pada air yang banyak
disebabkan oleh aktivitas kehidupan masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA
Alaert, G., Santika.S.S, 1987, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya.

Manual Teknis Upaya Penyehatan Air. 1995. Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Depkes RI.

Notoatmojo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta

https://zaifbio.wordpress.com/category/pengetahuan-lingkungan/

https://3superelektron.wordpress.com/pencemaran-air/

https://uwityangyoyo.wordpress.com/2012/12/17/indikator-pemantau-kualitas-air/

25

Anda mungkin juga menyukai