Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ALIRAN ENERGI DAN DAUR MATERI


DI EKOSISTEM PERAIRAN

Oleh:
WIRA RAHMANSYAH
NIM : 2010247577

PASCA SARJANA ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan makalah yang berjudul ekosistem rawa. Makalah ini dapat diselesaikan

berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan dan bantuan yang telah

diberikan. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap kritik dan saran

sebagai masukan untuk penulis di masa yang akan datang. Penulis mengharapkan

semoga makalah ini bermanfaat bagi semua.

Pekanbaru, Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................4
B. Rumusan Masalah .........................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................5
A. Pengertian Rawa............................................................................5
B. Pembentukan lahan rawa ..............................................................5
C. Ciri-ciri rawa..................................................................................6
D. Jenis- jenis rawa ............................................................................7
E. Manfaat Rawa................................................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................11
A. Kesimpulan ...................................................................................11
B. Saran..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu ekosistem terdiri dari semua organisme yang hidup dalam suatu

komunitas (komponen biotik) serta semua komponen abiotik yang berinteraksi

dengan organisme tersebut. Komunitas suatu ekosistem terdiri dari seluruh

organisme yang menempati suatu ekosistem yaitu hewan dan tumbuhan.

Sedangkan yang termasuk komponen abiotik yaitu semua benda mati yang secara

tidak langsung mempengaruhi keberadaan organisme tertentu, seperti: tanah,

suhu, air, cahaya, kelembaban, angin, pH, dan lain sebagainya.

Dalam ekosistem tidak ada makhluk hidup yang mampu menyusun zat

makanannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kecuali tumbuhan

hijau. Kebutuhan hidup organisme diperoleh dari lingkungan melalui hubungan

timbal balik antara organisme satu dengan organisme lainnya atau organisme satu

dengan lingkungan abiotiknya.

Setiap makhluk hidup membutuhkan energi untuk melakukan segala

aktivitasnya. Misalnya, manusia dan hewan memerlukan energi yang diperoleh

dari hasil pengolahan makanan dalam tubuhnya, tumbuh- tumbuhan juga

memerlukan energi dari cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis.

Energi mempunyai berbagai macam bentuk seperti energi panas, energi kimia,

energi cahaya dan lain- lain. Dalam hukum kekekalan energi, dijelaskan bahwa

energi tidak diciptakan melainkan diubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain.

Begitu pula yang terjadi dalam suatu ekosistem. Setiap makhluk hidup dalam

ekosistem tidak menciptakan energi sendiri, akan tetapi mereka memperoleh

4
energi dengan cara mengubah energi yang diambilnya dari lingkungan ekosistem.

Dalam suatu ekosistem, setiap organisme saling berinteraksi dengan organisme

yang lain. Salah satu interaksi tersebut adalah memangsa dan dimangsa. Pada saat

individu makhluk hidup dimakan oleh individu yang lain, maka akan terjadi

perpindahan energi dari individu tersebut ke  individu pemangsa. Proses

perpindahan energi itulah yang disebut dengan aliran energi dalam ekosistem.

(https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/energi-dalam-ekosistem)

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan ekosistem rawa?
2. Bagaimana ekosistem rawa?
3. Bagaimana contoh ekosistem rawa?
4. Apa manfaat rawa?

C. Tujuan
1. Agar kita mengetahui apa yang di maksud dengan ekosistem rawa
2. Agar kita mengetahui Bagaimana ekosistem rawa
3. Agar kia mengetahui Bagaimana contoh ekosistem rawa
4. Agar kita mngetahui manfaat rawa

Proses Aliran Energi


Tahapan proses aliran energi dalam suatu ekosistem meliputi :

1. Energi cahaya matahari masuk ke dalam lingkungan ekosistem.


2. Selanjutnya, hanya setengah dari rata- rata energi cahaya yang digunakan
oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Setelah fotosintesis maka akan
dihasilkan energi kimia yang diperoleh dari energi cahaya. Energi tersebut
kemudian tersimpan di dalam tumbuhan sebagai produsen.

5
3. Berikutnya, tumbuhan dimakan oleh organisme herbivora sehingga energi
berpindah dari produsen ke konsumen primer. Energi yang disimpan konsumen
primer hanya berkisar 10 persen dari energi produsen.
4. Organisme herbivora kemudian dimangsa oleh organisme karnivora
sehingga energi berpindah dari konsumen primer ke tubuh konsumen sekunder.
Energi yang disimpan juga hanya 10 persen dari energi konsumen primer.
5. Jika produsen tidak dimakan oleh konsumen primer, maka energi akan
diteruskan ke dekomposer atau dikeluarkan dari ekosistem sebagai materi organik.

Jenis-Jenis Aliran Energi


1. Tingkat Trofik

Tingkat trofik adalah tingkatan dari sekelompok organisme yang mempunyai


sumber makanan tertentu. Ada beberapa tingkat trofik dalam sebuah ekosistem.
Hal tersebut tergantung beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah jumlah
energi yang masuk ke dalam ekosistem. Meski demikian, tingkat trofik dapat
dikelompokkan menjadi 3 yakni produsen, konsumen dan dekomposer.

 Produsen, merupakan semua organisme yang mempunyai klorofil dan


dapat berfotosintesis sehingga dapat membuat makanannya sendiri. Produsen
dalam ekosistem disebut juga organisme autotrof. Contoh produsen dalam
ekosistem hutan mangrove adalah pohon bakau.
 Konsumen, yaitu organisme yang tidak dapat membuat makanannya
sendiri. Dalam sebuah ekosistem, konsumen dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa tingkat, yakni konsumen primer, konsumen sekunder dan konsumen
tersier. Konsumen primer merupakan semua organisme pemakan tumbuhan
(herbivora), sedangkan konsumen sekunder dan tersier adalah organisme pemakan
daging (omnivora). Ada banyak contoh dari organisme konsumen. Misalnya
dalam ekosistem hutan  terdapat gajah, burung, ular dan harimau.
 Dekomposer, adalah organime pengurai atau disebut juga detritivor.
Organisme tersebut memperoleh energi dengan cara memakan detritus atau materi
organik dari organisme lain yang telah mati. Contoh dekomposer dalam ekosistem
darat maupun ekosistem air adalah cacing tanah, siput dan kepiting.

2. Rantai makanan

Rantai makanan ialah perpindahan energi dari suatu organisme ke organisme


lainnya yang berlangsung dalam proses makan dan dimakan yang mempunyai
satu arah. Proses rantai makanan dimulai dari organisme autotrof atau produsen
mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia berupa senyawa glukosa
dan oksigen. Energi kimia tersebut kemudian diteruskan pada konsumen primer
atau tingkat pertama. Energi dari konsumen primer lalu diteruskan ke konsumen
sekunder dan seterusnya sehingga sampai ke dekomposer atau organisme
pengurai. Keseimbangan dari siklus rantai makanan dipengaruhi oleh jumlah
organisme yang ada.

Jika salah satu organisme hilang atau tidak ada, maka pemangsa dari organisme
tersebut juga akan terancam keberadaanya. Sedangkan organisme yang dimangsa

6
oleh organisme yang hilang akan bertambah banyak jumlahnya. Contohnya
dalam ekosistem pantai, jika ikan pemakan udang hilang maka burung pemakan
ikan akan terancam keberadaannya, tetapi jumlah udang akan semakin meningkat.
Rantai makanan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu :

 Rantai makanan rerumputan, disebut juga dengan grazing food


chain. Proses nya dari tumbuhan dimakan konsumen primer (herbivora), lalu
dimangsa oleh konsumen sekunder (karnivora) yang selanjutnya dimangsa oleh
konsumen tersier.
 Rantai parasit, adalah siklus rantai yang dimulai dari organisme besar
sampai ke organisme parasit. Misalnya tanaman parasit yang mengambil makanan
dari inangnya. Contoh dari organisme parasit yakni benalu, cacing dan bakteri.
 Rantai saprofit, yakni suatu rantai makanan dimana organisme yang
berada di dalamnya memperoleh makanan dari sisa – sisa makhluk hidup yang
telah mati. Contohnya daun yang berjatuhan di tanah dimakan oleh cacing tanah,
kemudian cacing tanah dimakan ayam.

3. Jaring- jaring makanan

Jaring- jaring makanan merupakan kumpulan dari banyak rantai makanan yang
kompleks. Dikatakan kompleks karena interaksi makan dan dimakan terjadi  tidak
hanya melibatkan 2 organisme saja, melainkan melibatkan banyak organisme
yang saling memakan. Organisme autotrof dimakan oleh berbagai konsumen
primer.  Contohnya, dalam ekosistem air laut fitoplankton tidak hanya dimakan
oleh ikan kecil tetapi juga dimakan oleh udang dan zooplankton. Selanjutnya
masing- masing konsumen primer tersebut akan dimakan oleh konsumen
sekunder yang berbeda- beda. Hal tersebut mengakibatkan adanya beberapa rantai
makanan yang saling terhubung menjadi jaring- jaring makanan.

4. Siklus Biogeokimia

Siklus atau daur biogeokimia adalah perpindahan senyawa kimia dari lingkungan
ekosistem sebagai komponen abiotik ke tubuh organisme sebagai komponen
biotik lalu dikembalikan lagi ke komponen abiotik. Ada beberapa siklus
biogeokimia, yakni siklus nitrogen, fosfor, karbon dan oksigen.

 Siklus nitrogen – Nitrogen yang diikat berbentuk amonia yang dihasilkan


dari penguraian jaringan mati oleh bakteri. Amonia yang dinitrifikasi oleh bakteri
nitrit akan menghasilkan nitrat yang diserap akar tumbuhan. Berikutnya nitrat
didenitrifikasikan sehingga berubah menjadi amonia lagi. Amonia diubah menjadi
nitrogen lagi lalu dilepaskan ke udara.
 Siklus fosfor – Fosfat organik yang berada dalam tubuh tumbuhan dan
hewan yang mati diuraikan oleh detritivor menjadi fosfat anorganik. Unsur
tersebut terkikis kemudian terlarut ke dalam air. Air yang mengandung fosfat ini
lalu diserap kembali oleh tumbuhan.
 Siklus karbon dan oksigen – Karbondioksida digunakan oleh tumbuhan
untuk proses fotosintesis, lalu menghasilkan oksigen yang dapat digunakan

7
makhluk hidup untuk bernafas. Tumbuhan dan hewan yang mati beratus- ratus
tahun kemudian akan membentuk fosil dan batubara. Batubara kemudian
dimanfaatkan manusia untuk bahan bakar sehingga dari hasil pembakarannya
menghasilkan karbondioksida lagi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Energi dan Daur Materi di Ekosistem Perairan

Aliran energi dan materi dapat terjadi apabila ada peristiwa makan dan

dimakan antara komponen biotik dalam suatu ekosistem yang berarti terjadi

perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lainnya.

Perpindahan materi atau zat dan energi dari makhluk yang satu ke makhluk yang

lain disebut aliran materi dan energi.

Sumber energi utama bagi semua kehidupan di bumi adalah energi cahaya

matahari. Dan hanya tumbuhan hijau yang dapat memanfaatkan energi matahari

untuk aktivitas hidupnya melalui proses fotosintesis. Energi tidak dapat diciptakan

dan dimusnahkan, tetapi dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang

lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka energi matahari yang telah digunakan oleh

makhluk hidup tidak akan kembali ke matahari lagi, tetapi akan lepas ke alam

bebas karena peristiwa radiasi dan tidak dapat dimanfaatkan oleh kehidupan.

Peristiwa perpindahan energi dalam ekosistem disebut aliran energi, dan karena

perpindahan energi hanya satu arah saja, maka pada energi tidak ada siklus energi.

8
Gambar 1. Siklus Aliran Energi

Aliran energi adalah rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu

ke bentuk energi yang lainnya. Dimulai dari sinar matahari lalu ke

produsen, ke konsumen primer (herbivora), ke konsumen tingkat tinggi

(karnivora), sampai ke saproba.

Pengertian aliran energi juga dapat diartikan perpindahan energi dari

satu tingkatan trofik ke tingkatan berikutnya. Di dalam proses perpindahan,

selalu terjadi pengurangan jumlah energi setiap melalui tingkat trofik

makan-memakan.

Energi juga dapat berubah menjadi bentuk lainnya, seperti energi

kimia, energi mekanik, energi listrik, dan juga energi panas. Perubahan

bentuk energi menjadi bentuk lain disebut sebagai transformasi energi.

(https://www.suara.com/news/2021/03/02/181848/pengertian-aliran-energi-

dalam-ekosistem-lengkap-dengan-contohnya?page=all

Daur Materi
Daur materi merupakan siklus perubahan dan perpindahan materi yang terjadi
dalam suatu rantai makanan.
Sumber materi utama adalah planet bumi. Materi (H2O / air dan CO2 /
karbondioksida) yang diserap oleh tumbuhan akan diubah menjadi karbohidrat
melalui proses fotosintesis yang terjadi di daun dengan bantuan klorofil dan
energi dari matahari. Secara sederhana reaksinya adalah:

9
6 H2O + 6 CO2 -------> C6H12O6 + 6 O2
Secara berturut- turut materi tersebut akan berpindah dari makhluk hidup yang
satu ke makhluk yang lain dan suatu saat akan kembali ke bumi. Setelah
mengalami berbagai proses akan kembali menjadi air (H 2O) dan CO2 yang dapat
dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan hijau, selanjutnya akan memasuki tubuh
organisme lain. Jadi materi memiliki siklus, misalnya siklus Karbon atau daur
karbon.
Daur Karbon
Sumber karbon di alam bebas adalah gas karbon dioksida (CO 2), yang banyak
terdapat bebas di udara, maupun yang terlarut di dalam air serta terdapat di kerak
bumi dalam bentuk batu bara dan minyak bumi (bahan bakar minyak).

Karbon dioksida masuk ke dalam ekosistem melalui produsen. Produsen yang


terdapat di darat atau di perairan menggunakan CO2 untuk membentuk senyawa
organik yaitu karbohidrat melalui proses fotosintesis. Senyawa organik yang
dihasilkan produsen ini menjadi sumber makanan bagi organisme heterotof
khususnya herbivora. Apabila herbivora dimakan oleh karnivora maka senyawa
organik dari herbivora akan diubah menjadi bentuk lain. Respirasi dari organisme
seperti tumbuhan, hewan maka akan membebaskan karbon dioksida ke udara
bebas. Dan jika tumbuhan, hewan, serta manusia yang mati akan di uraikan, salah
satunya akan menjadi karbon dioksida.

B. Pembentukan lahan rawa


Lahan rawa merupakan ekosistem yang berada pada daerah transisi di
antara daratan dan perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan
laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan
sungai/danau. Lahan rawa dapat terbentuk secara alamiah atau buatan,
pembentukannya dapat berjalan relatif cepat atau sangat lambat yang memakan
waktu ribuah bahkan jutaan tahun. Lahan rawa dapat terbentuk melalui berbagai
macam proses, setiap bentang lahan rawa memiliki prosses pembentukan yang
khas sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Menurut National Park

10
Service, US Department of Interior bahwa lahan rawa yang berada di daerah
dataran banjir sekitar pantai (Flooding of coastal lowlands) seperti lahan rawa
pasang surut terbentuk akibat peningkatan muka air laut yang membawa sedimen
dan atau aliran sungai yang bermuara ke laut membawa sedimen yang kemudian
mengendap pada daerah sekitar pantai. Sedangkan lahan rawa dataran banjir
sungai seperti lahan rawa lebak berkembang melalui proses erosi dan
pengendapan sedimen di lahan sekitar sungai.
Pembentukan lahan rawa, lebih tepatnya disebut dalam istilah
pembentukan tanah rawa atau genesis tanah rawa, merujuk pada perubahan sifat-
sifat tanah rawa seiring waktu yang berjalan, seperti peningkatan atau penurunan
kandungan suatu bahan atau mineral dalam horizon tanah, secara kualitas atau
kuantitas atau hilangnya suatu lapisan sedimen. Proses genesis tanah yang terjadi
seperti proses kimia, biologi dan fisik, dimana semua proses tersebut terjadi secara
simultan. Selama proses genesis maka semua sifat tanah seperti kimia, biologi dan
fisik mengalami perubahan.

C. Ciri-Ciri Ekosistem Rawa

Sama seperti ekosistem yang lain juga. Ekosistem ini tidak jauh berbeda
dengan ekosistem perairan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai ciri-ciri
ekosistem ini, bisa dilihat di bawah ini:

1. Variasi suhu yang tidak terlalu mencolok

Sama seperti yang ada pada ekosistem danau. Pada ekosistem ini pula,
suhu tidaklah terlalu mencolok. Bahkan bisa dikatakan tidak ada perbedaan.
Antara siang dan malam pada ekosistem ini juga tidaklah jah berbeda. Hanya
beberapa derajat saja perbedaannya. Variasi suhu yang tidak mencolok ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. faktor inipula yang berpengaruh
pada keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah antara daratan dengan
perairannya tidak terlalu dalam. Jadi, perbedaann suhunya pun tidak terlalu
berbeda jauh. Hal ini mungkin akan berbeda dengan ekosistem perairan yang jauh
perbedannya, seperti pada laut atau yang lainnya.

2. Penetrasi cahaya tergolong baik

11
Jika pada ekosistem danau dan ekosistem perairan lainnya, penetrasi cahaya
kurang baik. Maka, pada ekosistem ini peetrasi cahayanya sudah tergolong baik
dan sangat tidak mencolok antara komponen yang berada pada daratan maupun
pada perairan. Satu alasan mengapa ekosistem ini penetrasi cahayanya bisa baik
dan tidak terlalu mencolok antara daratan dengan perairannya, yakni karna, jarak
antara daratan dengan perairannya sangatlah dekat. Tidak terlalu jauh. Maka,
otomatis cahaya yang masuk kedalam perairannya akan setidaknya sama seperti
apa yang di dapat pada daratannya.

3. Floranya didominasi oleh ganggang

Melihat flora yang tumbuh pada setiap ekosistem pastilah bermacam-


macam. Mulai dari tumbuhan yang dapat hidup lama sampai tumbuhan yang
hanya dapat bertahan beberapa hari. banyak juga tumbuhan yang bermanfaat bagi
manusia yang hidup pada ekosistem ini. pun kita akan menjumpai berbagai jenis
plankton yang ada. Dalam ekosistem rawa juga demikian, ada beberapa tumbuhan
yang dapat hidup pada ekosistem ini. Namun, biasanya pada ekosistem ini,
tumbuhan akan didominasi oleh tumbuhan ganggang atau juga sejenisnya.

D. Jenis Ekosistem Rawa

Tidak seperti ekosistem yang lain yang hanya ada satu jenis, pada ekosistem
ini kita bisa menjumpai beberapa jenis ekosistem rawa. Namun, kebanyakan kita
akan menjumpai tiga jenis ekosistem rawa yang biasanya paling sering kita lihat.
Tiga ekosistem ini masih termasuk dalam kategori ekosistem rawa. di dalam
ekosistem rawa ini juga merupakan tempat terjadinya rantai makanan yang
bersifat kesinambungan. Meskipun, jenis-jenisnya ini dirasa berbeda, tapi
sejatinya ketiga jenis ekosistem rawa ini masih dalam garis yang sama, dan
memiliki definisi atau unsur-unsur terkait yang sama saja.

Berdasarkan rasa airnya, jenis rawa dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Rawa air asin

Ekosistem rawa ternyata sangatlah berbeda debgan ekosistem danau atau


sejenisnya. Meskipun sama-sama berada pada ekosistem perairan, namun
ekosistem yang ada pada danau kebanyakan berupa air tawar; sedang di sini kita

12
bisa melihat ekosistem rawa yang mempuanyai air asin. pada ekosistem ini pula
banyak terdapat organisme uniselular. Ekosistem rawa yang memliki air asin
disini biasanya akan mudah kita jumpai di pantai yang biasanya terkena pengaruh
pasang atau surut air pantai. Sehingga, air asin yang ada pada pantai inilah yang
membuat air di ekosistem rawa itu menjadi asin.

2. Rawa air payau

Definisi dari air payau adalah percampuran yang sama rata antara air asin
dengan air tawar. Dan disini, ekosistem rawa juga memilikinya. pada ekosistem
ini kita juga akan menjumpai fauna-fauna seperti hewan vertebrata dan
invertebrata yang ada pada rawa ini. Ekosistem rawa yang berisi air payau ini
akan mudah kita jumpai di sekitar muara sungai, dan biasanya juga dipengaruhi
oleh air dari pantai yang akan mengkontaminasi air yang sudah ada terlebih
dahulu di rawa tersebut.

3. Rawa air tawar

Terakhir adalah rawa air tawar. Sama seperti ekosistem danau dan
sejenisnya, ekosistem rawa ini juga memiliki air yang tawar dan ciri-ciri
ekosistem air tawar yang sama. Air tawar yang ada pada ekosistem ini tidaklah
bercampur atau terkontamnasi dengan air-air dari sumber lain. Ekosistem air
tawar ini tidaklah mengalami pergantian air dan tidak pula bertambah atau
berkurang karna pengaruh air dari sumber lain. di ekosistem ini pula kita dengan
mudah akan mendapatkan hewan amfibi pada sekitar rawa-rawa. Ekosistem ini
akan mudah kita jumpai pada aliran-aliran sungai besar yang biasanya terdapat
pada hutan-hutan yang masih jarang dijamah oleh manusia.

Berdasarkan lokasi terjadinya rawa dibagi menjadi 5 yaitu:

1. Rawa Pantai
Rawa pantai adalah rawa yang terdapat di daerah pinggir pantai. Jenis
rawa ini selalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Proses terjadinya rawa ini
yaitu karena bagian-bagian rendah di pinggir laut selalu digenangi air laut.
Tanaman yang dapat tumbuh di rawa jenis ini antara lain pohon bakau.
Contohnya: Rawa-rawa pantai yang berada di teluk Bone Sulawesi Selatan.

13
2. Rawa Payau
Rawa payau adalah rawa yang terdapat di muara sungai dan dipengaruhi oleh
pasang surutnya air laut. Rawa payau terjadi karena ada bagian rendah di sekitar
muara sungai selalu tergenang akibat peluapan air sungai dan pasang surutnya air
laut. Rawa jenis ini banyak ditumbuhi rerumputan dan pohon-pohon yang tahan
air seperti kayu ulin, bakau, dan sebagainya. Rawa jenis ini banyak ditemukan di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Rawa jenis ini banyak dijadikan
sebagai wilayah persawahan pasang surut  oleh penduduk dan pemerintah .
3. Rawa Sungai
Rawa sungai adalah rawa yang terjadi karena bagian sisi kiri dan kanan sungai
terdapat daerah-daerah yang rendah sehingga air sungai selalu menggenanginya.
Rawa jenis ini banyak terdapat pada wilayah pedalaman di Kalimantan dan bagian
timur pulau Sumatera. Contohnya: Rawa-rawa yang ada di sungai Musi antara
Kota Palembang hingga Kota Sebayu (Sumatera Selatan), rawa-rawa sungai
Mahakam antara Muara Kaman hingga Muara Amuntai dan Kahala yang ada di
Kalimantan Timur.
4. Rawa Cekungan
Rawa cekungan adalah rawa yang terdapat pada daerah cekungan tertentu yang
selalu terisi oleh air. Terjadinya cekungan tersebut yaitu karena penurunan atau
pengangkatan oleh tenaga endogen di sekeliling cekungan. Contohnya: Rawa
Pening yang ada di Jawa Tengah.
5. Rawa Danau
Rawa danau adalah rawa yang terjadi akibat pasang surut air danau. Pada musim
hujan, danau akan menggenangi daerah sekitarnya dan pada musim kemarau air
danau akan surut. Daerah sekeliling danau yang mengalami pasang surut maka
akan terbentuk rawa danau. Contohnya yaitu rawa yang di sekitar danau Tempe,
Sulawesi Selatan.
Rawa dibedakan menjadi 4 jenis menurut kondisi air dan tumbuhan yang
hidup di dalamnya, yaitu:

14
1. Swamp
Swamp yaitu lahan bahan yang selalu tergenang air dan jenis tumbuhan
yang hidup di dalamnya yakni rerumputan, semak-semak, lumut dan tanaman
jenis pohon.

2. Marsh
Marsh hampir serupa dengan swamp. Tetapi tumbuhan-tumbuhan yang
hidup di sekelilingnya sebagian besar berupa jenis alang-alang, lumut-lumutan
dan rumput-rumputan.

3. Bog
Bog yaitu lahan basah namun permukaan tanahnya relatif kering dan di
dalam tanahnya jenuh air. Genangan-genangan air hanya ada di beberapa tempat
saja.

4. Rawa Pasang Surut


Rawa pasang surut yaitu rawa yang sumber airnya adalah pasang surut air
laut. Rawa pasang surut ditumbuhi tumbuhan bakau.

E. Manfaat Rawa

Rawa memberikan manfaat yang secara langsungmaupun tidak langsung


bisa kita nikmati, yaitu :

1. Rawa bisa dimanfaatkan untuk budidaya jenis-jenis ikan tertentu.


2. Rawa bisa digunakan sebagai pengganti lahan sawah yang perlu dialiri.
3. Rawa digunakan untuk budidaya tanaman-tanaman tertentu, misalnya
enceng gondok dan anggrek.
4. Rawa adalah tempat tumbuh dan berkembangang bagi keanekaragaman
hayati.
5. Rawa bisa mengurangi polusi udara.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus
atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus
secara fisika, kimiawi dan biologis. Definisi yang lain dari rawa adalah semua
macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau buatan manusia dengan
mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk
daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan
tanah pasang surut. Rawa-rawa, yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta
ekologis untuk kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga
disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah
polusi atau pencemaran lingkungan alam.

B. Saran
Kita sebagai generasi muda khususnya mahasiswa yang berkecimpung di
bidang ilmu kelautan diharapkan kita dapat memahami ekosistem rawa agar
menambah wawasan

16
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Arifin. 2018. Karakteristik lahan rawa. Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa. Indonesian Agency for Agricultural Research and Development.
Istomo, dkk. 2015. Komposisi flora dan keragaman tumbuhan di hutan rawa
musiman, rimbo tujuh danau riau (floristic composition and vegetation
diversity of seasonal swamp forest, rimbo tujuh danau riau). Jurnal
penelitian hutan dan konservasi alam.
Maturahmah dan Frariyadi. 2020. Variasi morfometrik ikan mujair (oreochromis
mossambicus) pada ekosistem rawa (lentik water) di wilayah prafi, masni
dan sidey, kabupaten manokwari. Jurnal Biosilampari: Jurnal Biologi
Volume 2, Number 2, 2020 PAGE: 58 – 66.
Zahrah, dkk. 2016. Pengelolaan keberlanjutan ekosistem hutan rawa gambut
terhadap kebakaran hutan dan lahan di semenanjung kampar, sumatera.
Jurnal Manusia Dan Lingkungan. Vol. 23, No.2, Juli 2016: 195-205
Qomar, dkk. 2013. Konservasi Indigenous Species Ekosistem Hutan Rawa
Gambut Riau. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

http://ypnuruliman.blogspot.com/2013/06/aliran-energi-dan-
daur-materi.html

17
ALIRAN ENERGI DALAM EKOSISTEM

Oleh:

Malek Azis

1408104010002

JURUSAN BIOLOGI

18
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


DARUSSALAM,BANDA ACEH

MEI,2016

KATA PENGANTAR

Sebagai insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita panjatkan puji dan
syukur ke hadirat Allah SWT dan selawat beserta salam kepada Nabi kita
Muhammad , karena atas kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ALIRAN ENERGI DALAM EKOSISTEM”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar-dasar Ekologi.

Dengan adanya makalah ini penulis berharap kita sebagai mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami konsep tentang ekosistem serta menyadari perlunya
ekosistem.

Selain itu, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini pasti masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis
mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Penulis

Malek Azis

BAB I
PENDAHULUAN

19
1.1. Latar Belakang

Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan


lingkungannya maupun sesama makhluk hidupnya. Oleh karena itu, didalam ekosistem
pasti terjadi hubungan saling ketergantungan antara komponen satu dengan yang lain.
Saling ketergantungan itu mencakup berbagai kebutuhan untuk bereproduksi, makanan,
energi, air, mineral dan udara. Adanya saling ketergantungan menyebabkan di dalam
ekosistem terjadi rantai makanan, jaring-jaring makanan, aliran energi dan siklus
biogeokimia (Resosoedarmo, 1986).

Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda mati tersusun oleh
materi. Materi ini tersusun atas unsur-unsur kimia antara lain karbon (C), Oksigen (O),
Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia tersebut atau yang umum
disebut materi dimanfaatkan produsen untuk membentuk bahan organik dengan
bantuan matahari atau energi yang berasal dari reaksi kimia. Bahan organik yang
dihasilkan merupakan sumber energi bagi organisme. Dalam suatu aliran energi ada 3
peran penting yang harus dimiliki meliputi produsen yang berfungsi sebagai organisme
yang membuat makanan sendiri (autotrof) peran ini biasanya diambil oleh tumbuhan
yang menghasilkan makanan melalui proses fotosintesis, kemudian konsumen sebagai
organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri (heterotrof) sehingga untuk
memenuhi kebutuhannya, organisme ini bergantung pada organisme lain. Terakhir yaitu
dekomposer, merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme yang telah
mati menjadi zat-zat organik sederhana. Zat-zat sederhana ini akan digunakan kembali
oleh produsen sebagai bahan nutrisi untuk membuat makanannya (Resosoedarmo,
1986).

1.2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

a.    Apa yang dimaksud dengan aliran energi dan bentuknya?

b.    Apa yang dimaksud dengan rantai makanan?

c.    Bagaimana proses aliran energi dalam jaring-jaring makanan?

d.    Apa yang dimaksud dengan piramida energi?

e.    Apa yang dimaksud dengan siklus materi

f.     Apa fungsi dari siklus materi?

g.    Apa saja siklus materi dalam ekosistem ?

1.2. Tujuan

Adapun Tujuan dari makalah ini adalah:

20
a.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan aliran energi dan bentuknya.

b.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan rantai makanan.

c.    Mengetahui bagaimana proses aliran energi dalam jaring-jaring makanan.

d.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan piramida energi.

e.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan sikluis materi.

f.     Mengetahui fungsi dari siklus materi.

g.    Mengetahui macam-macam siklus materi dalam ekosistem.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.


Perilaku energi dapat dinyatakan dalam hukum-hukum termodinamika berikut:

1. Hukum termodinamika pertama : menyatakan bahwa “energi dapat diubah dari


satu tipe ke tipe yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan”.

2. Hukum termodinamika kedua : menyatakan bahwa “setiap terjadi perubahan


bentuk energi, pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi yang terpusat menjadi
bentuk energi yang terpencar, dan di dalam proses perubahan energi selalu melepaskan
panas dalam bentuk energi yang tidak dapat digunakan”.

proses pemindahan energi yang terjadi di alam yaitu di dalam ekosistem sering
disebut dengan energitika. Tingkah laku energi di dalam ekosistem dapat diistilahkan
dengan ‘aliran energi’ sebab transformasi energi yang kita lihat hanya satu jalur, dan
berbeda dengan tingkah laku materi yang berupa ‘siklus materi’.

Energi dapat digunakan dengan efisien atau tidak, salah satunya  tergantung pada
kualitas gizi yang dikonsumsi karena konsumen dapat mengkonversi sumber makanan
berkualitas tinggi ke jaringan hidup baru yang lebih efisien daripada sumber makanan
berkualitas rendah. Rendahnya transfer energi antara tingkat trofik membuat pengurai

21
umumnya lebih penting daripada produsen dalam hal aliran energi. Dekomposer
memproses sejumlah besar bahan organik dan mengembalikan nutrisi ke ekosistem
dalam
bentuk

Gambar: Aliran Energi

anorganik, kemudian diambil lagi oleh produsen primer Odum, 1993).

2.2. Rantai Makanan

Dalam ekosistem terjadi proses makan dan dimakan secara berurutan yang
disebut dengan rantai makanan. Proses inilah yang menentukan bagaimana energi
mengalir dari satu organisme ke organisme yang lain dalam satu sistem. Tiap tingkatan
dari rantai makanan disebut  taraf trofik/ tingkat trofik. Pada setiap pemindahan energi,
rata-rata 80%-90% energi dikeluarkan dalam bentuk panas.

 Suatu rantai makanan terdapat tingkatan untuk mendapatkan sumber makanan


yang disebut dengan tingkat trofik, yaitu:

2.      Produsen

Merupakan organisme yang dapat mengolah makanan sendiri melalui proses


fotosintetis.

3.      Konsumen

Organisme yang tidak dapat mengolah sendiri makanannya disebut organisme


heterotrof konsumen. Konsumen dalam ekosistem  dapat di golongkan beberapa tingkat
: konsumen tingkat I/primer (kelompok herbivora), konsumen tingkat II/sekunder,
konsumen tingkat III/tersier (Emanuel, 1997).

4.      Dekomposer

22
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan detritus atau
materi organik dari organisme lain. Detritivora yaitu organisme yang memakan detritus.
Organisme detritivora antara lain yaitu cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan siput
(Kimball, 1999).

Rantai makanan dimulai dari produsen yang mengubah energi cahaya dari
matahari menjadi energi kimia. Energi kimia ini akan diteruskan pada konsumen tingkat
pertama atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan seterusnya sampai kelompok
organisme pengurai atau dekomposer. Rantai makanan sendiri memiliki menurut para
ilmuan dibagi menjadi tiga rantai pokok, yaitu :

1.      Rantai pemangsa yaitu pemindahan energi dan materi dari produsen ke binatang kecil,
kemudian ke binatang besar, terakhir paling besar.

2.      Rantai parasit yaitu dari organisme yang besar hingga organisme yang hidup sebagai
parasit, seperti cacing tanah dan bakteri.

3.      Ran
tai
saprofit
yaitu
dimulai
dari

organisme mati ke organisme pengurai.

23
Berdasarkan gambar rantai makanan di atas dapat kita simpulkan bahwa padi
berperan sebagai produsen, tikus sebagai konsumen I, ular konsumen II dan burung
elang sebagai konsumen III. Dari rantai makanan tersebut dapat kita gambarkan bahwa
produsen akan dimakan oleh konsumen I kemudian konsumen I akan dimakan oleh
konsumen II, dan konsumen II akan dimakan oleh konsumen III, terakhir karena
konsumen III merupakan konsumen terakhir, maka ketika dia mati akan diurai oleh
perombak dan nutrisi yang didapat oleh perombak akan digunakan kembali oleh padi
sebagai produsen begitupun selanjutnya. Proses penguraian tidak hanya terjadi pada
konsumen tingkat III, karena apabila konsumen I atau II tidak dimakan oleh konsumen
diatasnya maka mereka akan mati dan terurai dengan bantuan perombak(Kimball,
1999).

2.3. Jaring makanan

Jaring
makanan adalah gabungan dari berbagai rantai makanan (Odum, 1993). Semua rantai
makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan
dengan rantai makanan yang lain. Bahkan di dalam ekosistem, ketiga kelompok rantai
makanan yang telah disebutkan diatas (rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai
saprofit) saling berkaitan. Dengan kata lain, jika tiap-tiap rantai makanan yang ada di
dalam ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai makanan
yang lebih kompleks, maka terbentuk suatu jaring makanan (Indriyanto, 2006).

24
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar: jaring makanan
 
   
 
 
 

Advertisement

2.4. Tingkat trofik

Menurut Heddy dkk. (1986) tingkat trofik merupakan urutan organisme dalam
rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai organisme yang
memperoleh sumber makanan melalui langkah yang sama dapat dianggap termasuk ke
dalam tingkat trofik yang sama (Resosoedarmo dkk. 1986; Odum, 1993).

Adapun tingkat trofik ini dibedakan dalam:

1. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berperan sebagai produsen.

2. Tingkat trofik kedua yaitu organisme herbivora (konsumen primer).

3. Tingkat trofi ketiga yaitu organisme karnivora kecil (konsumen sekunder).

4. Tingkat trofi keempat yaitu organisme karnivora besar (konsumen tersier).

Gambar: Tingkat Trofik

25
5. Tingkat trofi
kelima yaitu organisme perombak (dekomposer dan transformer).

2.5. Piramida ekologi

Setiap tahap dalam rantai makanan akan ada sejumlah energi yang hilang
karena tidak terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga organisme yang berada
pada ujung tingkat trofik akan memperoleh energi lebih kecil. Apabila energi yang
tersedia dalam suatu rantai makanan itu disusun secara berurutan berdasarkan urutan
tingkat trofik, maka membentuk sebuah kerucut yang dikenal dengan piramida ekologi.
Dengan demikian piramida ekologi adalah susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau
tingkat energi) secara berurutan menurut rantai makanan atau jaring makanan dalam
ekosistem (Indriyanto, 2006).

Piramida ekologi dapat digolongkan dalam tiga tipe yaitu:

26
1.      

Piramida jumlah, yaitu suatu


piramida yang menggambarkan jumlah individu pada setiap tingkat trofik dalam suatu
ekosistem.Piramida jumlah umumnya berbentuk menyempit ke atas. Organisme
piramida jumlah mulai tingkat trofik terendah sampai puncak adalah sama seperti
piramida yang lain yaitu produsen, konsumen primer dan konsumen sekunder, dan
konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan dalam trofik pertama lebih banyak dari
pada hewan (konsumen primer) di trofik kedua, jumlah organisme kosumen sekunder
lebih sedikit dari konsumen primer, serta jumlah organisme konsumen tertier lebih
sedikit dari organisme konsumen sekunder (Soerya, 1994).

27
2.      
Piramida biomassa Yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan atau
peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik. Piramida biomassa
pada ekosistem daratan dan ekosistem perairan terjadi perbedaan bentuk. Pada
ekosistem daratan piramida biomassanya tegak, sedangkan ekosistem perairan 
piramida biomassanya terbalik hal ini karena pada ekosistem daratan jumlah organisme
produsen lebih banyak dibandingkan jumlah organisme konsumen pada tiap tingkat
trofik, maka biomassa konsumen makin kecil menuju ke puncak piramida sedangkan
dalam ekosistem perairan biomassa konsumennya selalu lebih besar daripada biomassa
produsen (Resosoedarmo dkk. 1986).

3.       Piramida energi


Merupakan piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap
tahap tingkatan trofik, setiap urutan tingkat trofik, akan terjadi kehilangan energi.
Karena setiap pengubahan energi akan menimbulkan hilangnya energi yang dipakai, hali
ini sesuai dengan Hukum Termodinamika II. Bentuk piramida energi ini adalah piramida
tegak.

28
Ketiga tipe piramida ekologi tersebut, piramida energi merupakan piramida yang
terbaik karena dapat memberikan gambaran menyeluruh berkaitan dengan sifat-sifat
fungsional suatu ekosistem. Piramida energi juga menunjukkan efisiensi ekologi atau
keproduktifan ekosistem. Disamping itu, piramida energi tidak dipengaruhi oleh ukuran
organisme dan kecepatan metabolisme pada tiap organisme, sehingga apabila semua
sumber energi diperhitungkan, maka bentuk piramida selalu tegak sesuai dengan
Hukum Termodinamika II (Resosoedarmo dkk. 1986).

2.6. PengertianSiklus Materi

Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa
unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk
hidup dan tak hidup (Indriyanto, 2010).

Pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang
hidup dengan tak hidup dapat juga disebut dengan siklus materi. Suatu ekosistem,
materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang, namun materi berupa unsur-unsur
penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam
komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan
makhluk hidup dan batuan sehingga disebut siklus materi (Delvian, 2006).

a)      Fungsi Siklus Materi

Fungsi siklus materi adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-
unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik
maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga (Kilham,
1996).

b)      Macam-macam Siklus Materi

Terdapat banyak macam materi dalam ekosistem yang mengalami perputaran siklus,
namun ada 5 macam siklus materi yang umum dikenal, yaitu:

29
1)       Siklus
Air

Energi dari Matahari menghangatkan permukaan bumi dan menyebabkan air


menguap dari lautan dan danau. Air berubah menjadi uap air ketika menguap, dan uap
air memasuki atmosfer. Di atmosfer, uap air mendingin dan berubah kembali menjadi
cair air dalam bentuk awan (kondensasi). Air kemudian kembali ke permukaan bumi
sebagai hujan atau salju (curah hujan). Beberapa hujan dan salju yang mencair
tenggelam ke dalam tanah. Tanah ini merembes turun melalui bebatuan dan tanah ke
meja air dan akhirnya kembali ke laut. Beberapa hujan dan salju mencair lari ke sungai.
Air dari sungai mengalir ke danau dan lautan , dimana siklus dimulai kembali.

Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh tumbuhan air
mengalir melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air dilepaskan oleh
tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi oleh tumbuhan mencakup 90% penguapan pada

30
ekosistem darat. Air tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke
danau dan ke laut. Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang dimulai
dengan proses Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang terdapat di permukaan
bumi, lalu diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke permukaan bumi disebut Siklus
Pendek (Killham, 1996).

2) 
  Siklus Karbon dan Oksigen

      Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur ulang dalam
ekosistem. Di atmosfer Karbon terikat dalam bentuk senyawa karbon dioksida (CO2).
Dimulai dari karbon yang ada di atmosfer berpindah melalui tumbuhan yang bertindak
sebagai produsen, konsumen, dan organisme pengurai kemudian kembali lagi ke
atmosfer dalam bentuk karbondoksida (CO2) (Indriyanto, 2010).

      Karbondioksida memiliki pengaruh radiasi panas dari bumi karena karbon
dioksida merupakan bagian esensial udara. Radiasi panas dapat membentuk persediaan

31
karbon anorganik. Proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau (produsen)
merupakan proses pengubahan karbon dioksida sebagai karbon anorganik menjadi
karbohidrat sebagai senyawa hidrokarbon yang dalam hal pengubahan karbon disebut
juga senyawa karbon organic dalam tubuh tumbuhan disertai dengan penyimpanan
energy yang bersumber dari radiasi matahari, sehingga dalam tubuh tumbuhan
tersimpan energy yang disebut energy biokimia tersimpan bersama senyawa organic
kompleks (Indriyanto, 2010).

      Sebagian karbon organic akan terurai dan CO2 dibebaskan lagi ke udara melalui
respirasi, sebagian karbon organic lainnya diubah menjadi senyawa organic kompleks
dalam tubuh tumbuhan  selama pertumbuhannya.  Senyawa organic tersebut akan
ditransfer ke dalam tubuh konsumen melalui proses interaksi dalam rantai makanan
maupun jaringan makanan, sehimgga sebagian dari senyawa karbon organic akan tetap
berada dalam tubuh konsumen sampai mati. Setelah produsen dan konsumen mati,
maka senyawa organic akan segera terurai lagi melalui proses penguraian (dekomposisi)
oleh organism pengurai dan karbon akan dilepas sebagai CO2 dan masuk ke udara atau
ke dalam air. Bahan karbonat yang tidak mudah terurai dalam waktu yang lama akan
berubah menjadi batu kapur, arang dan minyak yang disebut bahan bakar fosil
(Indriyanto, 2010).

      Jumlah karbon yang tersimpan dalam ekosistem berbeda-beda. Pada ekosistem
dengan komunitas tumbuhan sempurna dan keanekaragaman spesies tumbuhannya
tinggi, maka produksi karbon dioksida baik oleh aktivitas organisme pengurai, proses
respirasi, maupun penggunaan bahan bakar fosil akan diimbangi oleh proses pengikatan
atau fiksasi karbondoksida oleh tumbuhan. Kenaikan kandungan karbondoksida akan
mengakibatkan kenaikan suhu bumi yang terjadi karena efek rumah kaca, panas yang
dilepaskan dari bumi diserap oleh karbondioksida diudara dan dipancarkan kembali ke
permukaan bumi. Oleh karena itu perlu keseimbangan dengan adanya pengikatan
karbondioksida oleh tumbuhan (Killham, 1996).

3) Siklus Nitrogen

32
Semua organisme membutuhkan nitrogen untuk membangun protein, yang
digunakan untuk membangun sel-sel baru. Nitrogen membentuk 78 % dari gas di
atmosfer. Namun, sebagian besar organisme tidak dapat menggunakan atmosfer
nitrogen. Ini harus diubah, atau tetap, sebelum organisme dapat menggunakannya.
Satu-satunya organisme yang dapat memperbaiki nitrogen atmosfer menjadi senyawa
kimia adalah beberapa spesies bakteri yang dikenal sebagai Semua organisme lain
tergantung pada ini bakteri untuk memasok nitrogen. Bakteri pengikat nitrogen adalah
penting bagian dari suatu proses di mana nitrogen bersepeda antara atmosfer, bakteri,
dan organisme lainnya. Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik
sepertiurea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik
sepertiammonia, nitrit, dan nitrat

•     Tahap pertama

Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah.Selain air hujan
yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen kedalam tanah terjadi melalui
proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secarabiologis dapat dilakukan oleh bakteri
Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan
Clostridium. Selain itu gangganghijau biru dalam air juga memiliki kemampuan
memfiksasi nitrogen.

•     Tahap kedua

Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen(tumbuhan)


diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhanatau hewan mati, mahluk
pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut
dalam air (NH4+). Proses inidisebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas
mengubah amoniak dansenyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila
oksigen dalamtanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas
nitrogenatau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi .

4)   Siklus Fosfor

33
Di alam, fosfor
terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan)
dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan
tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik.
Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di
sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil.

Fosfat dari batu dan fosilterkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air
tanah danlaut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi.
Siklus ini berulang terus menerus.

34
5)   Siklus Sulfur

 Secara alami sulfur  terdapat di dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan
atmosfer. Dan beberapa berasal dari gunung api dan sisa pembakaran minyak bumi dan
batu bara. Selain itu juga terdapat sulfur yang berasal dari makhluk hidup. Belerang juga
dapat di dapat dengan cara buatan seperti dengan pemberian pupuk pada tanaman
yang akan memberikan kandungan sulfur pada tanah.

Siklus sulfur berasal dari pembentukan sulfur pada kerak bumi dan atmosfer. Pada
kerak bumi bisanya berupa Sulfur Organik, SO¬4, Batubara dan lain-lain yang tercipta di
kerak bumi. Pada atmosfer sulfur biasanya berupa Hidrogen Sulfida (H2S). Pada siklus
sulfur hampir sama dengan siklus Posfor, yaitu anion dari sulfat dapat diserap oleh
tanah. Pada siklus sulfur terjadi Oksidasi dan reduksi (Delvian, 2006).

Tanah sulfur akan digunakan tanaman dalam bentuk Sulfat sebagai hara. Setelah itu
tumbuhan akan dimakan oleh hewan herbivora yang selanjutnya akan dimangsa oleh

35
predator. Dari makhluk hidup itu akan mati dan diurai materi organiknya termasuk
sulfur di dalamnya oleh mikroorganisme. Contoh mikroorganisme yang mengurainya
adalah bakteri sulfat yang mengubah sulfat menjadi sulfide dalam bentuk Hidrogen
Sulfida. H2S akan digunakan oleh bakteri fotoautotrof anaerob. Kemudian dilepaskan ke
udara dalam bentuk yang selanjutnya dioksidasi oleh bakteri kemolitotrof  menjadi
Sulfat kembali, dan siklus pun berulang (Delvian, 2006).

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

1.      Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu ekosistem. Proses
aliran energi antarorganisme dapat terjadi karena adanya proses makan dan di makan.

2.      Aliran energi di ekosistem dapat dalam bentuk rantai makanan, jaring-jaring makanan
dan piramida ekologi yang didalamnya terjadi proses pertukaran energi dari satu
organisme ke organisme lainnya.

3.      Proses makan dan dimakan secara berurutan disebut dengan rantai makanan. Proses
inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir dari satu organisme ke organisme
yang lain dalam satu sistem.

4.      Tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan


membentuk gabungan rantai makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk
suatu aliran energi di dalamnya.

5.      Piramida energi menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap tahap tingkatan


trofik, setiap urutan tingkat trofik yang akan terjadi kehilangan energi.

6.      Siklus materi merupakan suatu siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.

7.      Peranan siklus materi dalam ekosistem sebagai penjaga kestabilan ekosistem dengan
cara mengembalikan unsur kimia yang digunakan oleh semua yang ada dibumi dalam
bentuk organik maupun anorganik.

8.      Terdapat 5 macam siklus materi yang sudah umum dikenal, yaitu siklus air, oksigen,
nitrogen, sulfur dan fosfor.

36
DAFTAR PUSTAKA

Delvian. 2006. Siklus Hara Faktor Penting Bagi Pertumbuhan Pohon Dalam Pengembangan Hutan
Tanaman Industri. Universitas Sumatra Utara, Medan.

Emanuel, A.P.,1997. Biologi.. PT Galaxy Puspa Mega, Jakarta.

Ir Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Penerbit Bumi Aksara, Bandar Lampung.

Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Erlangga, Jakarta.

Kilham, K. 1996. Soil Ecology. Cambridge University Press, United kingdom.

P.Odum,Eugene. 1993.Dasar-dasar Ekologi Edisi ke tiga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

 Resosoedarmo, S., K. Kartaminata, dan A. Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi. Remadja Rosda


Karya,Bandung.

Soerya. 1994 . Piramida Ekologi. PT. Gerda Perkasa bandung, Bandung.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

37
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan
lingkungannya maupun sesama makhluk hidupnya. Oleh karena itu, didalam ekosistem
pasti terjadi hubungan saling ketergantungan antara komponen satu dengan yang lain.
Saling ketergantungan itu mencakup berbagai kebutuhan untuk bereproduksi, makanan,
energi, air, mineral dan udara. Adanya saling ketergantungan menyebabkan di dalam
ekosistem terjadi rantai makanan, jaring-jaring makanan, aliran energi dan siklus
biogeokimia (Resosoedarmo, 1986).

Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda mati tersusun
oleh materi. Materi ini tersusun atas unsur-unsur kimia antara lain karbon (C), Oksigen
(O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia tersebut atau yang
umum disebut materi dimanfaatkan produsen untuk membentuk bahan organik dengan
bantuan matahari atau energi yang berasal dari reaksi kimia. Bahan organik yang
dihasilkan merupakan sumber energi bagi organisme. Dalam suatu aliran energi ada 3
peran penting yang harus dimiliki meliputi produsen yang berfungsi sebagai organisme
yang membuat makanan sendiri (autotrof) peran ini biasanya diambil oleh tumbuhan
yang menghasilkan makanan melalui proses fotosintesis, kemudian konsumen sebagai
organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri (heterotrof) sehingga untuk
memenuhi kebutuhannya, organisme ini bergantung pada organisme lain. Terakhir yaitu
dekomposer, merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme yang telah
mati menjadi zat-zat organik sederhana. Zat-zat sederhana ini akan digunakan kembali
oleh produsen sebagai bahan nutrisi untuk membuat makanannya (Resosoedarmo,
1986).

1.2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

a.    Apa yang dimaksud dengan aliran energi dan bentuknya?

b.    Apa yang dimaksud dengan rantai makanan?

c.    Bagaimana proses aliran energi dalam jaring-jaring makanan?

d.    Apa yang dimaksud dengan piramida energi?

e.    Apa yang dimaksud dengan siklus materi

f.     Apa fungsi dari siklus materi?

g.    Apa saja siklus materi dalam ekosistem ?

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dari makalah ini adalah:

a.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan aliran energi dan bentuknya.

38
b.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan rantai makanan.

c.    Mengetahui bagaimana proses aliran energi dalam jaring-jaring makanan.

d.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan piramida energi.

e.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan sikluis materi.

f.     Mengetahui fungsi dari siklus materi.

g.    Mengetahui macam-macam siklus materi dalam ekosistem.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.


Perilaku energi dapat dinyatakan dalam hukum-hukum termodinamika berikut:

1. Hukum termodinamika pertama : menyatakan bahwa “energi dapat diubah dari


satu tipe ke tipe yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan”.

2. Hukum termodinamika kedua : menyatakan bahwa “setiap terjadi perubahan


bentuk energi, pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi yang terpusat menjadi

39
bentuk energi yang terpencar, dan di dalam proses perubahan energi selalu melepaskan
panas dalam bentuk energi yang tidak dapat digunakan”.

proses pemindahan energi yang terjadi di alam yaitu di dalam ekosistem sering
disebut dengan energitika. Tingkah laku energi di dalam ekosistem dapat diistilahkan
dengan ‘aliran energi’ sebab transformasi energi yang kita lihat hanya satu jalur, dan
berbeda dengan tingkah laku materi yang berupa ‘siklus materi’.

Energi dapat digunakan dengan efisien atau tidak, salah satunya  tergantung pada
kualitas gizi yang dikonsumsi karena konsumen dapat mengkonversi sumber makanan
berkualitas tinggi ke jaringan hidup baru yang lebih efisien daripada sumber makanan
berkualitas rendah. Rendahnya transfer energi antara tingkat trofik membuat pengurai
umumnya lebih penting daripada produsen dalam hal aliran energi. Dekomposer
memproses sejumlah besar bahan organik dan mengembalikan nutrisi ke ekosistem
dalam bentuk anorganik, kemudian diambil lagi oleh produsen primer Odum, 1993).

2.2 Rantai Makanan

Dalam ekosistem terjadi proses makan dan dimakan secara berurutan yang disebut
dengan rantai makanan. Proses inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir dari
satu organisme ke organisme yang lain dalam satu sistem. Tiap tingkatan dari rantai
makanan disebut  taraf trofik/ tingkat trofik. Pada setiap pemindahan energi, rata-rata
80%-90% energi dikeluarkan dalam bentuk panas.

Suatu rantai makanan terdapat tingkatan untuk mendapatkan sumber makanan yang
disebut dengan tingkat trofik, yaitu:

2.      Produsen

Merupakan organisme yang dapat mengolah makanan sendiri melalui proses


fotosintetis.

3.      Konsumen

Organisme yang tidak dapat mengolah sendiri makanannya disebut organisme


heterotrof konsumen. Konsumen dalam ekosistem  dapat di golongkan beberapa tingkat
: konsumen tingkat I/primer (kelompok herbivora), konsumen tingkat II/sekunder,
konsumen tingkat III/tersier (Emanuel, 1997).

4.      Dekomposer

Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan detritus atau


materi organik dari organisme lain. Detritivora yaitu organisme yang memakan detritus.
Organisme detritivora antara lain yaitu cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan siput
(Kimball, 1999).

40
Rantai makanan dimulai dari produsen yang mengubah energi cahaya dari matahari
menjadi energi kimia. Energi kimia ini akan diteruskan pada konsumen tingkat pertama
atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan seterusnya sampai kelompok organisme
pengurai atau dekomposer. Rantai makanan sendiri memiliki menurut para ilmuan
dibagi menjadi tiga rantai pokok, yaitu :

1.      Rantai pemangsa yaitu pemindahan energi dan materi dari produsen ke binatang
kecil, kemudian ke binatang besar, terakhir paling besar.

2.      Rantai parasit yaitu dari organisme yang besar hingga organisme yang hidup
sebagai parasit, seperti cacing tanah dan bakteri.

3.      Rantai saprofit yaitu dimulai dari organisme mati ke organisme pengura

2.3 jaring makanan

Jaring makanan adalah gabungan dari berbagai rantai makanan (Odum, 1993). Semua
rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berhubungan dengan rantai makanan yang lain. Bahkan di dalam ekosistem, ketiga
kelompok rantai makanan yang telah disebutkan iatas (rantai pemangsa, rantai parasit,
dan rantai saprofit) saling berkaitan. Dengan kata lain, jika tiap-tiap rantai makanan yang
ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai
makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk suatu jaring makanan (Indriyanto, 2006).

2.3 Tingkat trofik

Menurut Heddy dkk. (1986) tingkat trofik merupakan urutan organisme dalam rantai
makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai organisme yang memperoleh
sumber makanan melalui langkah yang sama dapat dianggap termasuk ke dalam tingkat
trofik yang sama (Resosoedarmo dkk. 1986; Odum, 1993).

Adapun tingkat trofik ini dibedakan dalam:

1. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berperan sebagai produsen.

2. Tingkat trofik kedua yaitu organisme herbivora (konsumen primer).

3. Tingkat trofi ketiga yaitu organisme karnivora kecil (konsumen sekunder).

4. Tingkat trofi keempat yaitu organisme karnivora besar (konsumen tersier).

Berikut adalah contoh gambar tingkat trofik:

41
 Piramida ekologi

Setiap tahap dalam rantai makanan akan ada sejumlah energi yang hilang
karena tidak terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga organisme yang berada
pada ujung tingkat trofik akan memperoleh energi lebih kecil. Apabila energi yang
tersedia dalam suatu rantai makanan itu disusun secara berurutan berdasarkan urutan
tingkat trofik, maka membentuk sebuah kerucut yang dikenal dengan piramida ekologi.
Dengan demikian piramida ekologi adalah susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau
tingkat energi) secara berurutan menurut rantai makanan atau jaring makanan dalam
ekosistem (Indriyanto, 2006).

Piramida ekologi dapat digolongkan dalam tiga tipe yaitu:

1.      Piramida jumlah, yaitu suatu piramida yang menggambarkan jumlah individu pada
setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem.Piramida jumlah umumnya berbentuk
menyempit ke atas. Organisme piramida jumlah mulai tingkat trofik terendah sampai
puncak adalah sama seperti piramida yang lain yaitu produsen, konsumen primer dan
konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan dalam trofik
pertama lebih banyak dari pada hewan (konsumen primer) di trofik kedua, jumlah
organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen primer, serta jumlah
organisme konsumen tertier lebih sedikit dari organisme konsumen sekunder (Soerya,
1994).2.      Piramida biomassa Yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya
penurunan atau peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik.
Piramida biomassa pada ekosistem daratan dan ekosistem perairan terjadi perbedaan
bentuk. Pada ekosistem daratan piramida biomassanya tegak, sedangkan ekosistem
perairan  piramida biomassanya terbalik hal ini karena pada ekosistem daratan jumlah
organisme produsen lebih banyak dibandingkan jumlah organisme konsumen pada tiap
tingkat trofik, maka biomassa konsumen makin kecil menuju ke puncak piramida
sedangkan dalam ekosistem perairan biomassa konsumennya selalu lebih besar
daripada biomassa produsen (Resosoedarmo dkk. 1986).

3.      Piramida energi Merupakan piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan


energi pada tiap tahap tingkatan trofik, setiap urutan tingkat trofik, akan terjadi

42
kehilangan energi. Karena setiap pengubahan energi akan menimbulkan hilangnya
energi yang dipakai, hali ini sesuai dengan Hukum Termodinamika II. Bentuk piramida
energi ini adalah piramida tegak.

Ketiga tipe piramida ekologi tersebut, piramida energi merupakan piramida yang
terbaik karena dapat memberikan gambaran menyeluruh berkaitan dengan sifat-sifat
fungsional suatu ekosistem. Piramida energi juga menunjukkan efisiensi ekologi atau
keproduktifan ekosistem. Disamping itu, piramida energi tidak dipengaruhi oleh ukuran
organisme dan kecepatan metabolisme pada tiap organisme, sehingga apabila semua
sumber energi diperhitungkan, maka bentuk piramida selalu tegak sesuai dengan
Hukum Termodinamika II (Resosoedarmo dkk. 1986).

2.6. PengertianSiklus Materi

Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa
unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk
hidup dan tak hidup (Indriyanto, 2010).

Pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang
hidup dengan tak hidup dapat juga disebut dengan siklus materi. Suatu ekosistem,
materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang, namun materi berupa unsur-unsur
penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam
komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan
makhluk hidup dan batuan sehingga disebut siklus materi (Delvian, 2006).

a)    Fungsi Siklus Materi

Fungsi siklus materi adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-
unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik
maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga (Kilham,
1996).

  

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

43
1.      Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu
ekosistem. Proses aliran energi antarorganisme dapat terjadi karena adanya proses
makan dan di makan.

2.      Aliran energi di ekosistem dapat dalam bentuk rantai makanan, jaring-jaring makanan
dan piramida ekologi yang didalamnya terjadi proses pertukaran energi dari satu
organisme ke organisme lainnya.

3.      Proses makan dan dimakan secara berurutan disebut dengan rantai makanan. Proses
inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir dari satu organisme ke organisme
yang lain dalam satu sistem.

4.      Tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan


membentuk gabungan rantai makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk
suatu aliran energi di dalamnya.

5.      Piramida energi menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap tahap


tingkatan trofik, setiap urutan tingkat trofik yang akan terjadi kehilangan energi.

6.      Siklus materi merupakan suatu siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.

7.      Peranan siklus materi dalam ekosistem sebagai penjaga kestabilan ekosistem dengan
cara mengembalikan unsur kimia yang digunakan oleh semua yang ada dibumi dalam
bentuk organik maupun anorganik.

8.      Terdapat 5 macam siklus materi yang sudah umum dikenal, yaitu siklus air, oksigen,
nitrogen, sulfur dan fosfor.

DAFTAR PUSTAKA

Delvian. 2006. Siklus Hara Faktor Penting Bagi Pertumbuhan Pohon Dalam


Pengembangan Hutan Tanaman Industri. Universitas Sumatra Utara, Medan.

                       Emanuel, A.P.,1997. Biologi.. PT Galaxy Puspa Mega, Jakarta.

44
Ir Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Penerbit Bumi Aksara, Bandar Lampung.

Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Erlangga, Jakarta.

Kilham, K. 1996. Soil Ecology. Cambridge University Press, United kingdom.

P.Odum,Eugene. 1993.Dasar-dasar Ekologi Edisi ke tiga. Gajah Mada University Press,


Yogyakarta.

  Resosoedarmo, S., K. Kartaminata, dan A. Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi. Remadja Rosda


Karya,Bandung.

Soerya. 1994 . Piramida Ekologi. PT. Gerda Perkasa bandung, Bandung.

45

Anda mungkin juga menyukai