Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

SIKLUS MATERI DALAM EKOSISTEM

DISUSUN OLEH :

EUPRASIA GALLA’ (19507062)


DIANNA NATALIA SUMARAUW( 19507020)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah “SIKLUS MATERI DALAM EKOSISTEM” dalam mata
kuliah ekologi Tumbuhan
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Tondano , 25 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1Pengertian Silklus Materi .................................................................................6.


1. Silklus Air………………………………………………………………...13
2. Silklus Karbon dan Oksigen……………………………………………...14
3. Siklus Nitrogen……………………...........................................................16
4. Siklus Fosfor………………………………………………………….…..17
5. Siklus Sulfur...............................................................................................18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................20

3.2 Saran ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Keberadaan makhluk hidup di dunia ini  tergantung pada aliran energi dan siklus materi
melalui ekosistem. Kedua proses ini mempengaruhi jumlah dari organisme-organisme, kecepatan
proses metabolisme, dan kompleksitas dari komunitas. Energi dari materi mengalir melalui
ekosistem bersama-sama sebagai materi organik, antara satu sama lainnya tidak bisa dipisah-
pisahkan. Tetapi aliran energi adalah aliran satu arah, sekali dimanfaatkan oleh ekosistem akan
hilang keluar dari sistem. Sedangkan materi melakukan suatu siklus. Atom dari kalsium atau
karbon mampu untuk mengalir melalui makhluk hidup dan bagian non-hidup berkali-kali, atau
dapat pula dipindah dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya. Berdasarkan kedua proses itulah
ekosistem mampu untuk menjaga fungsinya, dan merupakan karakteristika seluruh biosfer.
            Nutrisi yang diperlukan untuk menghasilkan materi organik disirkulasikan ke seluruh
ekosistem dan dapat dimanfaatkan berkali-kali. Apabila tumbuhan dan juga hewan mati akan
didekomposisikan oleh kegiatan bakteria dan jamur, nutrisi kemudian dikembalikan ke
lingkungan abiotik membentuk kumpulan nutrisi sebagai gudang atau reservoir. Kemudian
nutrisi-nutrisi ini akan diambil kembali oleh tumbuhan.

2.2.      Perumusan masalah
Untuk membahas tentang Siklus Materi dalam Ekosistem terdapat
rumusan masalah sebagai berikut :
1)      Apakah yang dimaksud dengan siklus materi?
2)      Apakah yang dimaksud dengan siklus air?
3)      Apakah yang dimaksud dengan siklus sulfur?
4)      Apakah yang dimaksud dengan siklus karbon?
5)      Apakah yang dimaksud dengan siklus fosfor?
6)      Apakah yang dimaksud dengan siklus nitrogen?

3.3.      Tujuan dan manfaat penulisan


Berdasarkan rumusan masalah,maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui penjelasan tentang apa itu siklus materi.
2)      Untuk mengetahui penjelasan tentang apa itu siklus air.
3)      Untuk mengetahui penjelasan tentang apa itu siklus sulfur.
4)      Untuk mengetahui penjelasan tentang apa itu siklus karbon.
5)      Untuk mengetahui penjelasan tentang apa itu siklus fosfor.
6)      Untuk mengetahui penjelasan tentang apa itu siklus nitrigen.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah meningkatkan pengetahuan penulis dan
pembaca tentang siklus materi dalam ekosistem agar dapat memahami konsep dari siklus materi
dan dapat menjaga alam agar terciptanya keseimbangan.
 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Siklus Materi

Siklus materi merupakan proses berpindahnya materi dalam suatu rantai makanan atau
jaring-jaring makanan yang mengalir melalui makhluk hidup dan makhluk non-hidup berkali-
kali, atau dapat pula dipindah dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya. Materi dari
produsen(tanaman padi) mengalir kepada konsumen tingkat I(tikus), kemudian mengalir lagi
pada konsumen tingkat II(ular), lalu karna adanya proses makan-memakan materi tersebut
mengalir lagi ke konsumen tingkat III(burung elang), burung elang yang mati akan diuraikan
oleh dekomposer,seiring dengan berjalannya waktu dekomposer menyatu dengan tanah, lalu
materi itu diserap lagi oleh tanah.
A. Pengertian Aliran Energi.
Menurut Odum (1993) energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan
suatu pekerjaan. Perilaku energi dapat dinyatakan dalam hukum-hukum termodinamika
berikut:
1. Hukum termodinamika pertama : menyatakan bahwa “energi dapat diubah dari
satu tipe ke tipe yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan”.
2. Hukum termodinamika kedua : menyatakan bahwa “setiap terjadi perubahan
bentuk energi, pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi yang terpusat
menjadi bentuk energi yang terpencar, dan di dalam proses perubahan energi
selalu melepaskan panas dalam bentuk energi yang tidak dapat digunakan”.
proses pemindahan energi yang terjadi di alam yaitu di dalam ekosistem sering
disebut dengan energitika. Tingkah laku energi di dalam ekosistem dapat diistilahkan
dengan ‘aliran energi’ sebab transformasi energi yang kita lihat hanya satu jalur, dan
berbeda dengan tingkah laku materi yang berupa ‘siklus materi’
(http://www.colfinder.net/materials/Green_Teacher/m1/unit_6.pdf ).
Energi dapat digunakan dengan efisien atau tidak, salah satunya tergantung pada
kualitas gizi yang dikonsumsi karena konsumen dapat mengkonversi sumber makanan
berkualitas tinggi ke jaringan hidup baru yang lebih efisien daripada sumber makanan
berkualitas rendah. Rendahnya transfer energi antara tingkat trofik membuat pengurai
umumnya lebih penting daripada produsen dalam hal aliran energi. Dekomposer
memproses sejumlah besar bahan organik dan mengembalikan nutrisi ke ekosistem dalam
bentuk anorganik, yang kemudian diambil lagi oleh produsen primer.

Gambar: Aliran energi

B. Rantai Makanan
Dalam ekosistem terjadi proses makan dan dimakan secara berurutan yang disebut
dengan rantai makanan. Proses inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir dari
satu organisme ke organisme yang lain dalam satu sistem. Tiap tingkatan dari rantai
makanan disebut taraf trofik/ tingkat trofik. Pada setiap pemindahan energi, rata-rata
80%-90% energi dikeluarkan dalam bentuk panas.
Suatu rantai makanan terdapat tingkatan untuk mendapatkan sumber makanan yang
disebut dengan tingkat trofik, yaitu:
 Produsen
Merupakan organisme yang dapat mengolah makanan sendiri melalui
proses fotosintetis.
 Konsumen
Organisme yang tidak dapat mengolah sendiri makanannya disebut organisme
heterotrof konsumen. Konsumen dalam ekosistem  dapat di golongkan
beberapa tingkat : konsumen tingkat I/primer (kelompok herbivora), konsumen
tingkat II/sekunder, konsumen tingkat III/tersier (Emanuel, 1997).
 Dekomposer
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan detritus
atau materi organik dari organisme lain. Detritivora yaitu organisme yang
memakan detritus. Organisme detritivora antara lain yaitu cacing tanah, kutu
kayu, kepiting, dan siput (Kimball, 1999).

Rantai makanan dimulai dari produsen yang mengubah energi cahaya dari matahari
menjadi energi kimia. Energi kimia ini akan diteruskan pada konsumen tingkat pertama
atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan seterusnya sampai kelompok organisme
pengurai atau dekomposer. Rantai makanan sendiri memiliki menurut para ilmuan dibagi
menjadi tiga rantai pokok, yaitu :
1. Rantai pemangsa yaitu pemindahan energi dan materi dari produsen ke binatang
kecil, kemudian ke binatang besar, terakhir paling besar.
2. Rantai parasit yaitu dari organisme yang besar hingga organisme yang hidup
sebagai parasit, seperti cacing tanah dan bakteri.
3. Rantai saprofit yaitu dimulai dari organisme mati ke organisme pengurai.

Gambar: rantai makanan


(http://gambarhewan.web.id/)

Berdasarkan gambar rantai makanan di atas dapat kita simpulkan bahwa padi berperan
sebagai produsen, tikus sebagai konsumen I, ular konsumen II dan burung elang sebagai
konsumen III. Dari rantai makanan tersebut dapat kita gambarkan bahwa produsen akan dimakan
oleh konsumen I kemudian konsumen I akan dimakan oleh konsumen II, dan konsumen II akan
dimakan oleh konsumen III, terakhir karena konsumen III merupakan konsumen terakhir, maka
ketika dia mati akan diurai oleh perombak dan nutrisi yang didapat oleh perombak akan
digunakan kembali oleh padi sebagai produsen begitupun selanjutnya. Proses penguraian tidak
hanya terjadi pada konsumen tingkat III, karena apabila konsumen I atau II tidak dimakan oleh
konsumen diatasnya maka mereka akan mati dan terurai dengan bantuan perombak(Kimball,
1999).

C. Jaring makanan
Jaring makanan adalah gabungan dari berbagai rantai makanan (Odum, 1993).
Semua rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berhubungan dengan rantai makanan yang lain. Bahkan di dalam ekosistem, ketiga
kelompok rantai makanan yang telah disebutkan diatas (rantai pemangsa, rantai parasit,
dan rantai saprofit) saling berkaitan. Dengan kata lain, jika tiap-tiap rantai makanan yang
ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai
makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk suatu jaring makanan (Indriyanto, 2006).

Gambar: jaring makanan


(byantibyan.wordpress.com)

D. Tingkat trofik
Menurut Heddy dkk. (1986) tingkat trofik merupakan urutan organisme dalam
rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai organisme yang
memperoleh sumber makanan melalui langkah yang sama dapat dianggap termasuk ke
dalam tingkat trofik yang sama (Resosoedarmo dkk. 1986; Odum, 1993).
Adapun tingkat trofik ini dibedakan dalam:
1. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berperan sebagai produsen.
2. Tingkat trofik kedua yaitu organisme herbivora (konsumen primer).
3. Tingkat trofi ketiga yaitu organisme karnivora kecil (konsumen sekunder).
4. Tingkat trofi keempat yaitu organisme karnivora besar (konsumen tersier).
5. Tingkat trofi kelima yaitu organisme perombak (dekomposer dan transformer).

Gambar: tingkat trofik dalam ekosistem


(http://matfromsandy.blogspot.com)
E. Piramida ekologi.
Setiap tahap dalam rantai makanan akan ada sejumlah energi yang hilang karena
tidak terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga organisme yang berada pada ujung
tingkat trofik akan memperoleh energi lebih kecil. Apabila energi yang tersedia dalam
suatu rantai makanan itu disusun secara berurutan berdasarkan urutan tingkat trofik, maka
membentuk sebuah kerucut yang dikenal dengan piramida ekologi. Dengan demikian
piramida ekologi adalah susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau tingkat energi) secara
berurutan menurut rantai makanan atau jaring makanan dalam ekosistem (Indriyanto,
2006).

Piramida ekologi dapat digolongkan dalam tiga tipe yaitu:


1. Piramida jumlah, yaitu suatu piramida yang menggambarkan jumlah individu
pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem.Piramida jumlah umumnya
berbentuk menyempit ke atas. Organisme piramida jumlah mulai tingkat trofik
terendah sampai puncak adalah sama seperti piramida yang lain yaitu produsen,
konsumen primer dan konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Artinya jumlah
tumbuhan dalam trofik pertama lebih banyak dari pada hewan (konsumen primer)
di trofik kedua, jumlah organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen
primer, serta jumlah organisme konsumen tertier lebih sedikit dari organisme
konsumen sekunder (Soerya, 1994).

Gambar: Piramida jumlah

2. Piramida biomassa
Yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan atau
peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik. Piramida
biomassa pada ekosistem daratan dan ekosistem perairan terjadi perbedaan
bentuk. Pada ekosistem daratan piramida biomassanya tegak, sedangkan
ekosistem perairan piramida biomassanya terbalik hal ini karena pada ekosistem
daratan jumlah organisme produsen lebih banyak dibandingkan jumlah organisme
konsumen pada tiap tingkat trofik, maka biomassa konsumen makin kecil menuju
ke puncak piramida sedangkan dalam ekosistem perairan biomassa konsumennya
selalu lebih besar daripada biomassa produsen (Resosoedarmo dkk. 1986).
Gambar: Piramida biomassa (ekosistem darat)

3. Piramida energi
Merupakan piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan energi
pada tiap tahap tingkatan trofik, setiap urutan tingkat trofik, akan terjadi
kehilangan energi. Karena setiap pengubahan energi akan menimbulkan
hilangnya energi yang dipakai, hali ini sesuai dengan Hukum Termodinamika II.
Bentuk piramida energi ini adalah piramida tegak.

Gambar: Piramida energy

Diantara ketiga tipe piramida ekologi tersebut, piramida energi merupakan


piramida yang terbaik karena dapat memberikan gambaran menyeluruh berkaitan dengan
sifat-sifat fungsional suatu ekosistem. Piramida energi juga menunjukkan efisiensi
ekologi atau keproduktifan ekosistem. Disamping itu, piramida energi tidak dipengaruhi
oleh ukuran organisme dan kecepatan metabolisme pada tiap organisme, sehingga apabila
semua sumber energi diperhitungkan, maka bentuk piramida selalu tegak sesuai dengan
Hukum Termodinamika II (Resosoedarmo dkk. 1986).
F. Pengertian Siklus Materi
Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa
unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup
dan tak hidup (Indriyanto, 2010).
Pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup
dengan tak hidup dapat juga disebut dengan siklus materi. Suatu ekosistem, materi pada
setiap tingkat trofik tidak hilang, namun materi berupa unsur-unsur penyusun bahan
organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik
melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan
batuan sehingga disebut siklus materi (Delvian, 2006).

a) Fungsi Siklus Materi


Fungsi siklus materi adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-
unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik
maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga
(Kilham, 1996).
b) Macam-macam Siklus Materi
Terdapat banyak macam materi dalam ekosistem yang mengalami perputaran siklus,
namun ada 5 macam siklus materi yang umum dikenal, yaitu:
1) Siklus Air

Energi dari Matahari menghangatkan permukaan bumi dan menyebabkan air menguap
dari lautan dan danau. Air berubah menjadi uap air ketika menguap, dan uap air memasuki
atmosfer. Di atmosfer, uap air mendingin dan berubah kembali menjadi cair air dalam bentuk
awan (kondensasi). Air kemudian kembali ke permukaan bumi sebagai hujan atau salju (curah
hujan). Beberapa hujan dan salju yang mencair tenggelam ke dalam tanah. Tanah ini merembes
turun melalui bebatuan dan tanah ke meja air dan akhirnya kembali ke laut. Beberapa hujan dan
salju mencair lari ke sungai. Air dari sungai mengalir ke danau dan lautan , dimana siklus
dimulai lagi (http://aeckersberg.weebly.com/uploads/5/8/3/9/5839336/sp7_-_chapter_2.pdf ).
Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh tumbuhan air
mengalir melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air dilepaskan oleh
tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi oleh tumbuhan mencakup 90% penguapan pada ekosistem
darat. Air tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke danau dan ke laut.
Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang dimulai dengan proses Transpirasi dan
Evapotranspirasi dari air yang terdapat di permukaan bumi, lalu diikuti oleh Presipitasi atau
turunnya air ke permukaan bumi disebut Siklus Pendek (Killham, 1996).
2) Siklus Karbon dan Oksigen

Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur ulang dalam ekosistem. Di
atmosfer Karbon terikat dalam bentuk senyawa karbon dioksida (CO2). Dimulai dari karbon
yang ada di atmosfer berpindah melalui tumbuhan yang bertindak sebagai produsen, konsumen,
dan organisme pengurai kemudian kembali lagi ke atmosfer dalam bentuk karbondoksida (CO2)
(Indriyanto, 2010).
Karbondioksida memiliki pengaruh radiasi panas dari bumi karena karbon dioksida
merupakan bagian esensial udara. Radiasi panas dapat membentuk persediaan karbon anorganik.
Proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau (produsen) merupakan proses pengubahan
karbon dioksida sebagai karbon anorganik menjadi karbohidrat sebagai senyawa hidrokarbon
yang dalam hal pengubahan karbon disebut juga senyawa karbon organic dalam tubuh tumbuhan
disertai dengan penyimpanan energy yang bersumber dari radiasi matahari, sehingga dalam
tubuh tumbuhan tersimpan energy yang disebut energy biokimia tersimpan bersama senyawa
organic kompleks (Indriyanto, 2010).
Sebagian karbon organic akan terurai dan CO2 dibebaskan lagi ke udara melalui
respirasi, sebagian karbon organic lainnya diubah menjadi senyawa organic kompleks dalam
tubuh tumbuhan selama pertumbuhannya. Senyawa organic tersebut akan ditransfer ke dalam
tubuh konsumen melalui proses interaksi dalam rantai makanan maupun jaringan makanan,
sehimgga sebagian dari senyawa karbon organic akan tetap berada dalam tubuh konsumen
sampai mati. Setelah produsen dan konsumen mati, maka senyawa organic akan segera terurai
lagi melalui proses penguraian (dekomposisi) oleh organism pengurai dan karbon akan dilepas
sebagai CO2 dan masuk ke udara atau ke dalam air. Bahan karbonat yang tidak mudah terurai
dalam waktu yang lama akan berubah menjadi batu kapur, arang dan minyak yang disebut bahan
bakar fosil (Indriyanto, 2010).
Jumlah karbon yang tersimpan dalam ekosistem berbeda-beda. Pada ekosistem dengan
komunitas tumbuhan sempurna dan keanekaragaman spesies tumbuhannya tinggi, maka produksi
karbon dioksida baik oleh aktivitas organisme pengurai, proses respirasi, maupun penggunaan
bahan bakar fosil akan diimbangi oleh proses pengikatan atau fiksasi karbondoksida oleh
tumbuhan. Kenaikan kandungan karbondoksida akan mengakibatkan kenaikan suhu bumi yang
terjadi karena efek rumah kaca, panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh karbondioksida
diudara dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi. Oleh karena itu perlu keseimbangan
dengan adanya pengikatan karbondioksida oleh tumbuhan (Killham, 1996).
3) Siklus Nitrogen

Semua organisme membutuhkan nitrogen untuk membangun protein, yang digunakan


untuk membangun sel-sel baru. Nitrogen membentuk 78 % dari gas di atmosfer. Namun,
sebagian besar organisme tidak dapat menggunakan atmosfer nitrogen. Ini harus diubah, atau
tetap, sebelum organisme dapat menggunakannya. Satu-satunya organisme yang dapat
memperbaiki nitrogen atmosfer menjadi senyawa kimia adalah beberapa spesies bakteri yang
dikenal sebagai Semua organisme lain tergantung pada ini bakteri untuk memasok nitrogen.
Bakteri pengikat nitrogen adalah penting bagian dari suatu proses di mana nitrogen bersepeda
antara atmosfer, bakteri, dan organisme lainnya. Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk
senyawa organik sepertiurea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik
sepertiammonia, nitrit, dan nitrat
(http://www.nexuslearning.net/books/Holt_Env_Science/5-2.pdf ).

 Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah.Selain air hujan yang
membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen kedalam tanah terjadi melalui proses fiksasi
nitrogen. Fiksasi nitrogen secarabiologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang
bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu
gangganghijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
(https://berybunut.wordpress.com/2012/11/15/makalah-biogeokimia/ )
 Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen(tumbuhan) diubah
menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhanatau hewan mati, mahluk pengurai
merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+).
Proses inidisebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dansenyawa
ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalamtanah terbatas, nitrat dengan
cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogenatau oksida nitrogen oleh proses yang disebut
denitrifikasi (https://berybunut.wordpress.com/2012/11/15/makalah-biogeokimia/ ).

4) Siklus Fosfor

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan
dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan
tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat
anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut.
Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosilterkikis
dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah danlaut. Fosfat anorganik ini kemudian
akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus (Bani,
www.academia.edu).

5) Siklus Sulfur

Secara alami sulfur terdapat di dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan atmosfer.
Dan beberapa berasal dari gunung api dan sisa pembakaran minyak bumi dan batu bara. Selain
itu juga terdapat sulfur yang berasal dari makhluk hidup. Belerang juga dapat di dapat dengan
cara buatan seperti dengan pemberian pupuk pada tanaman yang akan memberikan kandungan
sulfur pada tanah (Bani,www.academia.edu).
Siklus sulfur berasal dari pembentukan sulfur pada kerak bumi dan atmosfer. Pada kerak
bumi bisanya berupa Sulfur Organik, SO4, Batubara dan lain-lain yang tercipta di kerak bumi.
Pada atmosfer sulfur biasanya berupa Hidrogen Sulfida (H2S). Pada siklus sulfur hampir sama
dengan siklus Posfor, yaitu anion dari sulfat dapat diserap oleh tanah. Pada siklus sulfur terjadi
Oksidasi dan reduksi (Delvian, 2006).
Tanah sulfur akan digunakan tanaman dalam bentuk Sulfat sebagai hara. Setelah itu
tumbuhan akan dimakan oleh hewan herbivora yang selanjutnya akan dimangsa oleh predator.
Dari makhluk hidup itu akan mati dan diurai materi organiknya termasuk sulfur di dalamnya oleh
mikroorganisme. Contoh mikroorganisme yang mengurainya adalah bakteri sulfat yang
mengubah sulfat menjadi sulfide dalam bentuk Hidrogen Sulfida. H 2S akan digunakan oleh
bakteri fotoautotrof anaerob. Kemudian dilepaskan ke udara dalam bentuk yang selanjutnya
dioksidasi oleh bakteri kemolitotrof menjadi Sulfat kembali, dan siklus pun berulang (Delvian,
2006).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
 Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu ekosistem. Proses
aliran energi antarorganisme dapat terjadi karena adanya proses makan dan di makan.
 Aliran energi di ekosistem dpat dalam bentuk rantai makanan, jaring-jaring makanan dan
piramida ekologi yang didalamnya terjadi proses pertukaran energi dari satu organisme
ke organisme lainnya.
 Proses makan dan dimakan secara berurutan disebut dengan rantai makanan. Proses
inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir dari satu organisme ke organisme
yang lain dalam satu sistem.
 Tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan
membentuk gabungan rantai makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk suatu aliran
energi di dalamnya.
 Piramida energi menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap tahap tingkatan
trofik, setiap urutan tingkat trofik yang akan terjadi kehilangan energy.
 Pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup
dengan tak hidup dapat juga disebut dengan siklus materi. Suatu ekosistem, materi pada
setiap tingkat trofik tidak hilang, namun materi berupa unsur-unsur   penyusun   bahan  
organik   tersebut   didaur-ulang. Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut dengan
siklus organik-anorganik adalah siklus unsur-unsur atau senyawa kimia yang mengalir
dari komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.
Energy yang terkandung dalam tubuh tumbuhan itu menjadi sumber energy makhluk
hidup yang lain. Prose perbahan energy biasa disebut transformasi energy. Contoh nergy
yang ada di alam adalah angina dan air.

3.2 Saran
Dari pemaparan makalah diatas mungkin masih terdapat banyak kesalahan dan
kekeliruan maka dari itu saya masih membutuhkan lebih banyak masukan dan kritikan
dari pada pembaca sekalin.
DAFTAR PUSTAKA

Bani, Tony. Siklus Biogeokimia. https://www.academia.edu/4314304/Siklus_ Biogeokimia


Delvian. 2006. Siklus Hara Faktor Penting Bagi Pertumbuhan Pohon Dalam Pengembangan
Hutan Tanaman Industri.Medan : Universitas Sumatra Utara.

Emanuel, A.P.,1997. Biologi. Jakarta : PT Galaxy Puspa Mega


Ir Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Bandar Lampung : Penerbit Bumi Aksara.
Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Kilham, K. 1996. Soil Ecology. United kingdom : Cambridge University Press.
P.Odum,Eugene.1993.Dasar-dasar Ekologi Edisi ke tiga.Yogyakarta:Gajah Mada University
Press.
Resosoedarmo, S., K. Kartaminata, dan A. Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung :
Remadja Rosda Karya.

Soerya. 1994 . Piramida Ekologi. Bandung : PT. Gerda Perkasa bandung.


https://berybunut.wordpress.com/2012/11/15/makalah-biogeokimia/ [ 25 MARET 2021]
(http://aeckersberg.weebly.com/uploads/5/8/3/9/5839336/sp7_-_chapter_2.pdf . (Diakses 25 Maret
2021).
(http://www.nexuslearning.net/books/Holt_Env_Science/5-2.pdf ) (Diakses 25 Maret 2021).
http://www.colfinder.net/materials/Green_Teacher/m1/unit_6.pdf (DIakses 25 Maret 2021)
(http://medinalorenza.blogspot.com/2016/02/siklus-materi-dalam-ekosistem.html?m=1)

Anda mungkin juga menyukai