Anda di halaman 1dari 3

A.

LANDASAN TEORI
1. TANAMAN GEDI
Tanaman daun gedi berbentuk perdu. Tanamannya bisa lebih tinggi daripada
orang dewasa. Bentuk daunnya seperti kombinasi daun pepaya jepang dan
singkong dengan warna hijau gelap. Gedi memiliki daun yang lebih kurus dan
panjang daripada singkong. Ukuran daun dewasanya juga cenderung lebih besar
daripada pepaya jepang. Jika dimasak, daun gedi mengeluarkan cairan kental.
Sehingga jika diolah menjadi bubur Manado (tinutuan), tekstur bubur menjadi
lebih lengket. Sementara rasanya tidak berbeda jauh dengan daun kangkung atau
singkong. Berdasarkan data Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) yang
dikeluarkan Kemenkes Republik Indonesia, setiap 100 gram daun gedi kecil segar
mengandung 0,30 mg riboflavin, 420 mg kalsium, 0,40 mg tiamina, 2,9 mg niasin,
3,4 gram serat, 1,4 mg seng dan 83,7 gram air. Bisa disimpulkan, berarti
kandungan riboflavin, kalsium, tiamina, niasin, serat, seng, dan air yang
dimilikinya termasuk tinggi.
Daun gedi biasa dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Daun gedi dikonsumsi
sebagai sayuran hijau seperti layaknya kangkung, bayam, daun pepaya, atau daun
singkong. Konsumsi daun gedi kecil segar secara teratur dapat memenuhi
sebagian kebutuhan gizi sehari-hari. Konsumsi daun gedi sebagai sayuran juga
dapat memberikan manfaat kesehatan. 
2. PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI
Dalam mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu substrat yang
disebutmedium atau media. Sebelum media tersebeut digunakan, media harus
disterilkan terlebihdahulu, hal ini bertujuan agar media tidak di tumbuhi mikroba
lain selain mikroba yangingin dibiakkan. Agar mikroba dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan baik dalammedium, maka diperlukan syarat tertentu,
yaitu medium harus mengandung semua unsur hara di dalamnya yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan mikrobakemudian susunan makanannya,
tekanan osmosis, derajat, keasaman/pH dan temperatur (Pelczar, 1986)Medium
yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkanmikroorganisme
harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganismeyang
bersangkutan.
Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang
sangatsederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber
karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan
suatu medium yang sangatkompleks yaitu berupa medium yang ditambahkan
darah atau bahan-bahan komplekslainnya (Volk, 1993).Medium merupakan
substansi yang terdiri dari capuran zat-zat nutrient/makananyang digunakan untuk
memelihara dan menumbuhkan mikroorganisme. Mikroorganismeadalah mahluk
hidup, untuk memelihara mikroorganisma dibutuhkan medium yang
harusmengandung semua zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya, yaitu
senyawa-senyawaorganik seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan
vitamin. Medium digunakanuntuk melihat gerakan dari suatu mikroorganisme
apakah bersifat motil (memiliki alatgerak, yang dinamakan flagel) atau non motil,
(tidak memiliki flagel) medium ini biasanyaditambahkan bahan pemadat sebanyak
50%. Nutrien berperan utama sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan
sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan
energi), maka dari itu bahan makanan yang diperlukan adalah yang terdiri dari air,
sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron sumber mineral, faktor
pertumbuhan, dan nitrogen. Seluruh elemen penting nutrien untuk sintesis
biologik oranisme baru harus terkandung di dalam media pembenihan
(Hadioetomo,1985)Tiap sel mikroba harus mampu mensintesis konstiuen dalam
tubuhnya sendiri darizat-zat sederhana yang ditemukan dalam lingkungan
sekitarnya. Kebanyakan dari zat-zattersebut merupakan makanan berbentuk
suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, air selokan, atau bahan-
bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan lain-lain.
Sifat yang menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di
lingkunganadalah sifat kimia dan sifat fisika dari habitat mikroorganisme tersebut
(Irianto, 2006)Medium berdasarkan fungsinya diklasifikasikan menjadi 7
golongan, diantaranya yaitu :1.Medium umum, adalah media yang digunakan
untuk stimulasi pertumbuhanmikroba secara umum karena ditambahkan bahan-
bahan yang menstimulsi pertumbuhan tersebut. Contoh : Nutrient Agar (NA)
untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri dan Potato Dextrose Agar (PDA) untuk
menstimuliasi pertumbuhan fungi.2.Medium khusus, adalah medium yang
digunakan untuk menentukan tipe-tipe pertumbuhan mikroba serta
kemampuannya untuk mengadakan perubahan- perubahan kimia tertentu.
Contoh : medium tetes tebu.
Sterilisasi di dalam laboratorium mikrobiologi menjadi bagian yang penting
untuk menghindari hasil positif palsu. Sterilisasi terhadap alat dan bahan sebelum
pelaksanaan kegiatan praktikum mikrobiologi membantu hasil atau identifikasi
yang akurat terhadap pemeriksaan mikrobiologi. Demikian pula proses desinfeksi
dan teknik aseptik oleh praktikan juga tidak dapat dilupakan karena akan
mempengaruhi hasil. Sehingga dalam materi ajar ini akan disampaikan mengenai
sterilisasi, desinfeksi, dan teknik aseptik.
Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan metode fisika maupun kimia (Tille,
2017). Sterilisasi dengan metode fisika dapat dilakukan dengan cara:
A. Pemanasan kering
i. Pemijaran
Metode ini dengan memanaskan alat biasanya berupa ose di
atas api bunsen sampai ujung ose memijar.
ii. Pembakaran
Pembakaran dilakukan untuk alat-alat dari bahan logam atau
kaca dengan cara dilewatkan di atas api bunsen namun tidak
sampai memijar. Misalkan: a) melewatkan mulut tabung
yang berisi kultur bakteri di atas api Bunsen; b)
memanaskan kaca objek di atas api busnen sebelum
digunakan; c) memanaskan pinset sebelum digunakan untuk
meletakkan disk antibiotic pada cawan petri yang telah
ditanam bakteri untuk pemeriksaan uji kepekaan antibiotik.
iii. Hot air oven
Sterilisasi dengan metode ini digunakan untuk benda-benda
dari kaca/gelas, petri, tabung Erlenmeyer, tidak boleh bahan
yang terbuat dari karet atau plastic. Oven Suhu 160-1800C
selama 1.5-3 jam. Alat-alat tersebut terlebih dahulu
dibungkus menggunakan kertas sebelum dilakukan
sterilisasi.
iv. Insinerator
Bahan-bahan infeksius seperti jarum bekas suntikan yang
ditampung dalam safety box biohazard, darah, dilakukan
sterilisasi dengan menggunakan insinerator. Hasil
pemanasan dengan suhu 8700-9800 C akan menghasilkan
polutan berupa asap atau debu. Hal ini yang menjadi
kelemahan dari sterilisasi dengan metode insenerasi.
Namun, metode ini dapat meyakinkan bahwa bahan
infeksius dapat dieliminasi dengan baik yang tidak dapat
dilakukan dengan metode lainnya.
B. Pemanasan basah
Merupakan pemanasan dengan tekanan tinggi, contohnya adalah dengan
menggunakan autoklav. Sterilisasi dengan metode ini dapat digunakan untuk
sterilisasi biohazard (bakteri limbah hasil praktikum) dan alat-alat yang tahan
terhadap panas (bluetip, mikropipet), pembuatan media, dan sterilisasi cairan.
Pemanasan yang digunakan pada suhu 1210C selama 15 menit.

3. PEWARNAAN GRAM
Pewarnaan Gram adalah prosedur pewarnaan diferensial yang dapat
membedakan jenis bakteri berdasarkan reaksi yang timbul pada struktur dinding
sel selama prosedur pewarnaan. Pewarnaan Gram dapat bermanfaat untuk
mengidentifikasi spesies bakteri pada berbagai penyakit infeksi seperti
pneumonia, tonsilitis bakterial, meningitis, dan gonorrhea. Pewarnaan Gram
pertama kali digunakan pada tahun 1884, oleh ahli patologi Hans Christian Gram,
yang ingin mencari cara visualisasi bakteri kokus dari jaringan paru orang yang
meninggal akibat pneumonia. Pewarnaan ini menggunakan gentian violet
sebagai zat pewarna, iodin sebagai mordant, dan etanol untuk peluntur.
Pemeriksan Gram diindikasikan untuk memperoleh karakteristik dan
klasifikasi bakteri yang berasal dari spesimen, yang akan digunakan untuk
pengambilan keputusan klinis lebih lanjut. Bakteri Gram positif memiliki lapisan
peptidoglikan tebal sehingga akan berwarna biru sampai ungu. Sedangkan
bakteri Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan tipis sehingga akan berwarna
merah sampai merah muda. Pewarnaan Gram tidak memiliki kontraindikasi dan
komplikasi yang spesifik. Kontraindikasi lebih berkaitan dengan kontraindikasi
proses pengambilan spesimen. Prosedur pewarnaan gram dapat membantu
mengidentifikasi organisme penyebab penyakit. Contohnya adalah penemuan
bakteri diplokokus Gram negatif pada gonorrhea atau servisitis, bakteri gram
positif berbentuk batang pada anthrax, dan bakteri gram positif nonmotil tidak
berkapsul pada difteri.

Anda mungkin juga menyukai