Anda di halaman 1dari 9

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
4.1.1 Isolasi dan identifikasi bakteri pada akar tanaman Gedi Abelmoschus manihot
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan November 2021,
didapatkan 7 isolat bakteri yang diisolasi dari akar tanaman gedi. Kemudian dimurnikan
menjadi 10 isolat untuk diamati dan diidentifikasi untuk mengetahui hasil isolat bakteri
akar tanaman gedi yang berhasil ditumbuhkan pada media NA.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan, membuktikan bahwa bakteri akar
tanaman gedi dapat ditemukan pada jaringan akar tanaman gedi. Didapatkan dari tujuh
isolat bakteri yang telah di isolasi dari akar tanaman gedi. Setelah dilakukan pengamatan
didapatkan hasil sebagai berikut. Kode TO diberikan berdasarkan singkatan yang berarti
(Tondano = tempat pengambilan sampel).
Tabel 4.1.1 Karakter Morfologi Koloni Bakteri dari Akar Tanaman Gedi

No. Kode isolat Morfologi bakteri


Bentuk Tepian Warna
-4
1 TO A Bulat Datar Putih
2 TO-4 B Bulat Datar Putih
3 TO-5 A Bulat Datar Putih
4 TO-6 A Memanjang Datar Putih
5 TO-6 B Bulat Datar Putih
6 TO-6 C Bulat Datar Putih
7 TO-6 D Bulat Datar Putih
8 TO-7 A Bulat Datar Putih
9 TO-7 B Bulat Datar Krem
10 TO-7 C Bulat Datar Putih

Menurut Dwijoseputro (2005), pengamatan makroskopis morfologi koloni


meliputi bentuk koloni (dilihat dari atas), permukaan koloni (dilihat dari samping), tepi
koloni (dilihat dari atas) dan warna koloni bakteri. Menurut buku Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology (1994), bakteri merupakan kelompok prokariotik karena
belum memiliki organel-organel sel yang komplek, sehingga terdapat perbedaan struktur
dinding sel bakteri. Oleh sebab itu ada 4 kategori umum bakteri yaitu bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif yang mempunyai dinding sel, bakteri berdinding sel tidak
sempurna dan archaeobacteria. Bakteri akar tanaman gedi Tondano termasuk kedalam
kategori gram positif yang memiliki lapisan lipid tebal dari pada dinding sel bakteri gram
negatif.
Setelah didapatkan 10 isolat kemudian isolat tersebut diseleksi untuk
mendapatkan isolat yang terbaik. Dari 10 isolat diambil 10 isolat untuk dilakukan uji
selanjutnya, isolat ini mempunyai morfologi koloni dan ciri- ciri koloni yang sama.

4.1.2 Pewarnaan gram


Pewarnaan gram merupakan penentuan karakter isolat berdasarkan perbedaan
struktur dinding sel bakteri gram positif dan negatif. Pewarnaan ini sebagai pembeda
antar bakteri lainya. Lapisan peptidoglikan yang terdapat pada lapisan dinding sel bakteri
gram positif lebih tebal jika dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Menurut Brooks
et al., (2005), bakteri gram positif memiliki unsur khusus yaitu teichoic sebanyak 5% dari
berat kering dinding sel. Unsur ini memiliki fungsi untuk menjaga transportasi ion,
integritas dinding sel, penggantian choline oleh elhanolamine sehingga resisten terhadap
autolisis dan menjaga permeabilitas eksternal.
Hasil isolasi yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pewarnaan gram.
Pewarnaan gram dilakukan pada kultur bakteri 2-3 hari yang ditumbuhkan pada media
miring. Bakteri gram positif akan memberikan warna ungu ketika diberikan pewarnaan
gram. Hal ini disebabkan karena bakteri ini mempunyai kandungan lipid yang lebih
rendah, sehingga dinding sel bakteri akan lebih mudah terdehidrasi akibat perlakuan
alkohol. Dinding sel terdehidrasi menyebabkan ukuran pori-pori sel menjadi kecil dan
daya permeabilitas berkurang sehingga zat warna ungu kristal yang merupakan zat warna
utama tidak dapat keluar dari sel dan sel akan tetap berwarna ungu. Bakteri gram negatif
akan memberikan warna merah ketika diberi pewarnaan gram. Hal ini disebabkan karena
bakteri kehilangan warna pada saat pewarnaan kristal violet pada saat pembilasan dengan
alkohol, namun mampu menyerap warna tandingan yaitu pewarnaan safranin. Bakteri
gram negatif mengandung lipid dalam prosentase lebih tinggi daripada yang dikandung
oleh bakteri gram positif, dinding sel bakteri gram negatif lebih tipis dibandingkan
dengan dinding sel garm positif (Pelczar dan Chan, 1986).
Hasil pewarnaan gram juga dapat digunakan untuk melihat susunan sel bakteri.
Hasil uji pewarnaan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.2.

No Kode Pengamatan di mikroskop Gram Bentuk


isolat
1 TO-4 A Positif Bulat

2 TO-4 B Positif Bulat

3 TO-5 A Positif Bulat


4 TO-6 A Positif Memanjang

5 TO-6 B Positif Bulat

6 TO-6 C Positif Bulat

7 TO-6 D Positif Bulat


8 TO-7 A Positif Bulat

9 TO-7 B Positif Bulat

10 TO-7 C Positif Bulat

Berdasarkan Tabel 4.1.2 menunjukkan bahwa telah diperoleh 10 isolat yang


semuanya mempunyai gram positif dengan bentuk bulat dan memanjang yang ditandai
dengan warna ungu pada sel bakteri (Gambar 4.1).

4.1.3 Uji hidrolisis


Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut :

No Kode isolat Gram


1 TO-4 A Positif
2 TO-4 B Positif
3 TO-5 A Positif
4 TO-6 A Positif
5 TO-6 B Positif
6 TO-6 C Positif
7 TO-6 D Positif
8 TO-7 A Positif
9 TO-7 B Positif
10 TO-7 C Positif

4.2 PEMBAHASAN
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan
penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae.

Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua,


yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap
cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya.
Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. Contoh bakteri yang tergolong bakteri
tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus
Nocardia. Bakteri- bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat
lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut
relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut
tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

1. Zat warna utama (C.Gention Violet).


2. Lugol(zat Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama
memperkuat reaksi.
3. Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan
untuk melunturkan zat warna utama.
4. Zat warna kedua / cat penutup (air fuksin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel
yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan dengan alcohol.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat
warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif
tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan
setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah
atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini
berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu:

1. Pemberian cat warna utama (C.Gention Violet) berwarna ungu.

2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan Lugo.

3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.

4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna air fuksin


Fungsi dari masing-masing zat warna tersebut adalah •

1. Crystal Violet, berwarna ungu. Merupakan pewarna primer (utama) yang akan
memberi warna mikroorganisme target. Crystal Violet bersifat basa sehingga mampu
berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam, dengan begitu sel
mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (Ungu).

2. Iodium, merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi


pewarna primer yang diserap mikroorganisme target. Pemberian yodium pada
pengecatan gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri.

3. Alkohol, Solven organik yang berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan
zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Pemberian alkohol pada pengecatan ini
dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan - Mikroorganisme (bakteri) akan
tetap berwarna ungu - Bakteri menjadi tidak berwarna
4. Safranin, merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah
perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, memberikan warna pada
mikroorganisme non target.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen
dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran
sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel
organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri
gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-
50nm) sedangkan bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu
determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri
Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
 Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
 Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat di
dalam.
 lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak
mengandung asam tekoat.
 Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
 Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
 Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
 Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
 Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
 Peka terhadap streptomisin
 Toksin yang dibentuk Endotoksin
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
 Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
 Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang
sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan.
Mengandung asam tekoat.
 Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
 Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
 Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
 Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
 Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut.
 Tidak peka terhadap streptomisin
 Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Anda mungkin juga menyukai