Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

“TERMOREGULASI”

KELOMPOK 2 :

MENTARY Z. TOMBOKAN (19507067)

GRATIA O. TAMPI (19507065)

REINE JACOB (19507053)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah “Termoregulasi” ini. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing
mata kuliah Fisiologi Hewan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Kami berharap semoga makalah “Termoregulasi” ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya dan bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

Tondano, November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan eksresi adalah elemen-
elemen dari homoestasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold blood
animal) dan hewan berdarah panas (warm blood animal). Namun lebih dikenal dengan istilah
ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan.

Mekanisme termoregulasi tersebut menjadi penting bagi suatu mahkluk hidup karena suhu
berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-
molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan
aktivitas dengan metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kanaikan suhu hingga batas
tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme didalam tubuh diatur oleh enzim (salah
satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat
atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangna fungsinya.

Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah, frekuensi
pernafasan, dan saturasi oksigen. Sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini
menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat
penting maka disebut tnda vital. Banyak faktor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek
sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar batas normal. Suhu tubuh
manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme
umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.

Pada Hewan Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
Poikiloterm dan Homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut
hewan berdarah dingin. Yang termasuk dalam poikiloterm adalah bangsa Ikan, Reptil, dan Amfibi.
Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena dapat menjaga suhu tubuhnya.
Hewan yang termasuk dalam homoiterm adalah bangsa Aves dan Mamalia.
2. Rumusan Masalah
 Apa pengertian termoregulasi?
 Apa prinsip termoregulasi?
 Apa konsep dan kepentingan termoregulasi?
 Apa konsep endotermik, ektotermik, poikilotermik, homeotermik dan heterotermik?
 Apa faktor yang cenderung menambah dan mengurangi panas?
 Bagaimana panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan
evaporasi?
 Bagaimana mekanisme pengontrolan suhu tubuh?
 Bagaimana adaptasi pada termoregulasi hewan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal
agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur
suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan mengatur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.

Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur
atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta
termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih
tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan
penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu
tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang
berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam)
dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf
pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi
panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik,
dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah.

Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.
Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat
exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan
baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi. Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh
suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC s.d suhu 50oC hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu
yang lebih ekstrem namununtuk hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih
sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal.
Usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan dan tidak terjadi
perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut thermoregulasi. Di dalam tubuh hewan yang
hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan panas,karena tidak
semua energi yang terbentuk dari metabolisme dimanfaatkan. Panas yangterbentuk dibawa oleh
darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan disebutsebagai suhu tubuh.

B. Prinsip Termogenesis

Bila suhu lingkungan turun sampai di bawah suhu kritis, hewan endotermik melindungi
penurunan suhu pusat tubuhnya dengan memproduksi panas tambahan dari simpana energi. Selain
dengan gerak badan, produksi panas tambhan memiliki dua arti yaitu: termogenesis menggigil dan
termogenesis non- menggigil. Pada kedua termogenesis tersebut, energi kimia dikonversi menjadi
panas.

Menggigil, berarti menggunakan kontraksi otot untuk membebaskan panas. Sebagai respon
terhadap penurunan suhu, sistem saraf mengaktifkan unit-unit motorik kelompok otot rangka
antagonistik, sehingga terjadi gerakan menggigil yang menghasilkan panas. Aktivasi otot
menyebabkan ATP dihidrolisis untuk menghasilkan energi untuk kontraksi. Menggigil tidak
menghasilkan kerja fisik, tetapi menghasilkan energi kimia yang dibebaskan dalam kontraksi
dengan wujud panas. Termogenesis mengigil dilakukan oleh serangga dan vertebrta.
Termogenesis menggigil memegang peranan penting pada aklimasi mamalia pada suhu rendah,
dan bangun dari hibernasi atu bermasalahan harian. Tikus yang diaklimasikan pada suhu 300 C,
pemanasan dengan bergerah dapat mengganti termogenesis menggigil sebagai sumber panas suhu
lingkungan di atas 100 C, tetapipada suhu di bawah 100 C, jmlah panas yang dproduksi terus
menerus melalui (geenggirak badan), tidak cukup mengganti panas yang hilang, sehingga
menghasilkan keadaan hipotermia.

Pada termogenesis non menggigil, mula-mula sistem enzim untuk metabolisme lemak
diaktifkan di seluruh tubuh, sehingga lemak dibongkar dioksidasi untuk memproduksi panas, ini
merupakan suatu adaptasi untuk memproduksi panas dengan cepat. Sangat sedikit energi yang
dihasilkan disimpan dalam bentuk ATP yang baru. Pemanasan dengan menggerakkan badan dan
termogenesis non menggigil adalah adabtif (sebagai tambahan), tetapi pemanasan dan
termogenesis menggigil bukan adabtif. Termogenesis non menggigil secra signifikan
meningkatkan lingkup metabolik untuk aktifitas.
C. Konsep dan Kepentingan Termoregulasi

Suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan, dan menentukan aktivitas
hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan rentangan
penyebrab aktivitas hidup. Suhu udara di bumi terentang dari -70˚ - + 85˚ C. Secara umum aktivitas
kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 0˚- 40˚ C. Kebanyakan hewan hidup dalam rentangan
suhu yang lebih sempit. Beberapa hewan dapat bertahan hidup tetapi tidak aktif di bawah 0˚ C.

Konduksi adalah gerakan panas dari darah yang bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah,
melalui interaksi molekul-molekul yang berdekatan dan tanpa menggunakan masa medium.
Konveksi adalah transfer energi oleh radiasi elektromagnetik, radiasi berjalan dengan kecepatan
cahaya dan tidak memerlukan medium untuk merambat. Penguapan air atau kondensasi air
termasuk transfer energi yang proses utamanya melibatkan perubahan air dari car ke gas dan
sebaliknya.

Habitat hewan dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu akuatis, teresterial, dan aerial. Hewan
yang hidup di lingkungan teresterial memilki masalah akut terhadap temperatur. Karena radiasi
panas matahari, temperatur lingkunngan dapat mencapai lebih dari batas letal. Udara memiliki
panas spesifik dan dapat mengalami peningktan atau kehilangan panas secara tepat. Hewan
teresterial memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam hal adaptasinya terhadap selama dia
hidup dalam kisaran temperatur normal.hewan yang tinggal di habitat akuatis tidak mengalami
masalah dengan efek termal akut seperti yang dialami hewan tersterial. Air memilki panas spesifik
dan dapat mengalami penurunan atau peningkatan secara lamban, sehingga hanya memilki efek
yang kecil terhadap temperatur. Perubahan termal tidak menjadi masalah serius bagi hewan
akuatis. Hewan aerial seperti burung memiliki suatu batas toleransi termal yang lebih tinggi
berkenaan dengan laju metabolismenya. Perubahan temperatur berhubungan dengan perubahan
fisiologis. Hewan-hewan air memilki laju metabolisme yang rendah dan tidak dapat menyesuiakan
diri terhadap perubahan suhu yang ekstrim. Sementara hewan teresterial memiliki kapasitas untuk
menurunkan atau menaikkan laju metabolismenya selaras dengan perubahan-perubahan termal.

D. Konsep Endotermik, Ektotermik, Poikilotermik, Homeotermik Dan Heterotermik


1. Endotermik
Hewan yang menghasilkan panas yang cukup dari metabolisme oksidatifnya dan menjaga
temperatur suhunya pada level yang konstan sehingga panas tubuhnya tergantung kepada
produksi internalnya sendiri. Kelompok ini disebut endotermis yang meliputi homeotermis
seperti burung dan mamalia.

2. Eksotermik

Hewan yang memperoleh panas dari lingkungan dan akan meregulasi temperatur tubuhnya
berdasarkan produksi panas dri dalam tubuh. Hewan tersebut dikenal dengan eksotermik dan
meliputi sebagaian besar spesies hewan. Hewan eksotermis sangat tergantung pada panas
lingkungan untuk meninngkatkan suhu tubuhnya.

3. Poikilotermik

Hewan-hewan yang suhu tubuhnya akan mengalami perubahan mengikuti suhu eksternal
disebut poikilotermik. Kelompok poikilotermik meliputi invertebtara dan hewan akuatis
seperti ikan dan amphibi. Suhu tubuh hewan pokilotermik ditentukan oleh keseimbangannya
dengan kondisi suhu lingkungan. Pada hewan poikilotermair, misalnya kerang, udanng dan
ikan, sushu tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan konduktif dan konvektif dengan
air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip dengan suhu air. Hewan memproduksi pnas
internal secara metabolik, dan ini mungkin meningkatkan sushu tubuh di atas suhu air.
Namun air menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik tidak memilki insulasi
sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil.

Pada hewan poikiloterm darat, misalnya katak, keong dan serangga, suhu tubuhnya dapat
lebih mendekati suhu udara lingkungan. Input radiasi panas dari matahari atau sumber lain
misalnya, mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas suhu udara lingkungan, dan penguapan
air melalui kulit dan organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa derajat di bawah
suhu lingkungan. Pada suhu lingkungan yang tenang, misalnya dasar lautan yang dalam,
hewan poikiloterm air memiliki suhu tubuh yang relatif stabil dibandingkan dengan hewan
poikiloterm darat. Di dalam air tidak ada penguapan dan sumber radiasi yang berarti, radiasi
infra merah diabsorbsi dengan cepat oleh air. Dalam air hanya ada dua parameter dapat
dimanipulasi untuk menaikkan panas tubuh, yaitu total produksi panas harus dinaikkan, atau
panas konduktif harus dikecilkan.hewan memiliki tingkat roduksi panas yang tinggi, ia perlu
oksigen untuk memproduksi pnas tersebut. Pengambilan oksigen yang cepat memerlukan
permukaan insang yang luas. Pada saat darahakan mengalami pendinginan air. Membran
insang yang cukup tipis masuknya oksigen tidak dapat menahan panas yang hilang ke
air. Pemecahan masalah dilakuakan oleh banyak ikan, misalnya pada ikan perenag cepat
(ikan tuna) dengan melakukan kontrol suhu pada bagian tertentu dan tubuhnya. Ikan tuna
memiliki pengubah pnas yang memungkinkan memelihara suhu tinggi dalam otot
berenangnya, bebas dari suhu air dimana ikan berenang.

Hewan darat (reptil dan serangga) dapat memelihara keseimbangan suhu tubuh dengan
mengurangi penguapan dan kehilangan panas lewat konduksi dan memaksimalkan
penambahan panas melalui radiasi dan panas metabolik. Pada dasarnya sumber panas
internal dan eksternal dapat dilkukan secara simultan. Sinar matahari umumnya digunakan
oleh serangga dan reptil sebagai sumber eksternal tubuhnya. Untuk meningkatakan jumlah
panas yang dapat diserap hewan tergantung pada warna tubuh dan orientasinya relatif
terhadap matahari. Cara lain untuk meningkatkan panas yang masuk dari radiasi adalah
memperluas permukaan tubuh. Ini lakukan dengan mengarahkan permukaan kulitnya tegak
lurus dengan sinar matahari. Dengan cara ini kadal dapat menyerap panas jauh lebih tinggi
daripada suhu udara lingkungannya. Bila suhu tubuh cocok telah tercapai, kadal biasanya
berpindah ke tempat yang lebih teduh.

Hewan poikiloterm yang biasanya didefinisikan sebagai hewan yang mneyesuaikan suhu
tubuhnya dengan fluktuasi suhu lingkungannya dan dianggap tidak melakukan usaha untuk
mempertahankan suhu tubuhnya ternyata kurag tepat, sebab banyak usaha yang dilakukan
oleh poikiloterm untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

4. Homeotermik

Hewan homoeterm mempunyai suhu tubuh yang konstan pada berbagai suhu lingkungan
yang berubah-ubah. Kebanyakan burung dan mamalia di lingkungannya yang normal akan
mempertahankan suhu tubuhnya di atas suhu lingkungannya. Suhu tubuh bagian dalam
mamalia umumnya berkisar antara 37-400 C, sedangkan golongan burung mempunyai suhu
tubuh sedikit lebih tinggi, yaitu 41-42,50 C. Suhu jaringan periferal dan anggota tubuh
biasanya kurang konstan dan kadang- kadang mendekati suhu lingkungan.
Kondisi homeotermik menyangkut keseimbnagan yang serasi antara dua faktor, yaitu:

 Produksi panas
 Kehilangan panas

Laju produksi panas dan kehilangan panas pada hewan dapat bervariasi, tergantung pada kondisi
lingkungannya (panas, dingin), aktivitasnya (diam, aktif). Untuk memelihara keseimbangan suhu
tersebut, hewan homeoterm melakukan regulasi kimiawi dan regulasi fisik. Regulasi kimiawi
menyangkut produksi panas metabolik, sedangkan reguasi fisik menyangkut kegiatan fisik untuk
memodifikasi kehilangan panas.

Hewan homeotermik dalam prkembangannya tidak langsung menjadi homeotermik sejati.


Mamalia yang baru lahir atau anak burung yang baru menetas misalnya, menunjukkan regulasi
suhu yang jelek. Anak tikus umur dua hari secara sesensial adalah poikilotermik, pada umur 10
hari ank tikus dapat meregulasi suhu udara sedang, umur 20 hari sudah dapat meregulasi suhu
udara yang ekstrem.

5. Heterotermik

Heterotermik adalah hewan yang mampu memprduksi panas endotermik dalam berbagai
tingkat, tetapi umumnya tidak meregulasi tubuh dalam rentangan yang pendek. Heterotermik
mungkin dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, heterotermik temporal dan heterotermik
regional. Heterotermik temporal merupakan suatu kategori yang luas, dimana sushu tubuh hewan
dapat berbeda sekali setiap saat. Misalnya terdapat pada kebanyakan serangga terbang, phyton,
dan beberapa ikan yang dapat meningkatkan suhu tubuh diatas lingkungan dengan sifat panas yang
dibangkitkan sebagai suatu hasil uang melibatakan aktivitas otot. Beberapa serangga
mempersaipkan terbang dengan pemanasan otot-otot terbangnya beberapa ssat sebelum terbang.

Monotremata seperti Echidna adalah heterotermik temporal. Mammalia kecil- kecil tertentu dan
burung-burung, meskipun memilki mekaisme kontrol suhu yang akurat dan sebetulnya
homeotermik, berkelakuan seperti heterotermik temporal, sebab hewan- hewan tersebut
membirkan suhu tubuhnya mengalami siklus fluktuasi harian, memiliki suhu endodermik selam
periode istirahat. Pada lingkungan panas, fleksilibitas ini memungkinkan hewan-hewan tertentu
seperti unta mampu mengabsorbsi sejumlah besar panas selam siang hari dan melepaskannya
kembali pada malam hari yang lebih dingin.
Heterotermik regional sebenarnya adalah poikilotermik, seperti teleostei besar yang dapat
mencapai suhu tubuh dalam cukup tinggi melalui aktivitas otot, sementara jaringan periferal dan
ekstemitas mendekati suhu lingkungannya. Contoh heterotermik regional, misalnya ikan hiu, tuna,
dan banyak serangga terbang.

E. Faktor yang Cenderung Menambah dan Mengurangi Panas

Suhu sel yang mengalami metabolism akan lebih tinggi daripada suhu mediumnya, karena
oksidasi dan glikolisis membebaskan panas. Suhu tubuh hewan tergantung pada keseimbangan
antara faktor yang cenderung menambah panas dan faktor yang cenderung mengurangi panas.
Panas dapat diperoleh (bertambah) dengan termogenesis metabolik (endodetermi) atau absorbsi
panas yang berasal dari lingkungan luar (ektotermi) yang sebagian besar berasal dari radiasi
matahari. Panas yang dapat hilang (berkurang) karena radiasi, konveksi, konduksi, dan penguapan
air. Kehilangan panas dapat dipercepat oleh aliran cairan tubuh, dan dihambat oleh isolasi.

Konduksi, adalah gerakan panas dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah melalui
interaksi molekul-molekul yang berdekatan dan tanpa gerakan masa medium. Yang terjadi adalah
transfer energi melalui medium. Konveksi, adalah gerakan panas melalui aliran suatu cairan atau
gas. Radiasi panas, adalah transfer energi oleh radiasi elektromagnetik, radiasi berjalan dengan
kecepatan cahaya dan tidak memerlukan medium yang merambat. Penguapan air atau kondensasi
air termasuk transfer energi yang proses utamanya melibatkan perubahan air dari air ke gas dan
sebaliknya.

Suhu tubuh hewan, endoterm atau ektoterm, tergantung pada jumllah panas (kalori) per unit masa
jaringan. Jaringan terdiri terutama atas air, sehingga kapasitas panas jaringan antar 0o-40oC kira-
kira 1,0 kalori per oC per gram. Ini berarti bahwa semakin luas hewan, semakin besar panas tubuh
menentukan suhu hewan. Kecepatan perubahan panas tubuh tergantung pada (1) kecepatan
produksi panas melalui aktivitas metabolik, (2) kecepatan penambahan panas, atau (3) kecepatan
kehilangan panas ke lingkugan.Sehingga dapat dikatakan bahwa:

Panas tubuh =

produksi panas + penambahan panas – kehilangan panas = panas yang diproduksi + perpindahan
panas
Jadi panas tubuh, dan selanjutnya suhu tubuh seekor hewan, dapat diregulasi dengan mengubah
kecepatan produksi panas dan perpindahan panas (transfer panas).

F. Panas Yang Hilang Dapat Berlangsung Secara Radiasi, Konveksi, Konduksi Dan
Evaporasi.

Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu tubuh
meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas melalui :

1. Konduksi

Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling bersentuhan. Panas mengalir
dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. dipengaruhi oleh :

 Luas permukaan benda yang saling bersentuhan


 Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
 Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu
benda) dari kedua benda

Mamalia dan Aves :

 Konduktivitasnya rendah
 Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
 Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda lain yang
bersentuhan dengannya
2. Konveksi

Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang bergerak.

Proses Konveksi:

 Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal


 Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh
ditingkatkan
 Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat
hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga
3. Radiasi
Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan misalnya pada proses
perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan.

Frekuensi dan Intensitas Radiasi:

 Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu
benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
 tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
 berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh
panas tubuh
4. Evaporasi

Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.misalnya pada mekanisme ekskresi kelenjar
keringat.

Evaporasi:

 Cara penting untuk melepaskan panas tubuh


 Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan
melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti dengan
menjulurkan lidahnya)
 Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat
akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah
keringat mengering, suhu tubuh pun turun
G. Mekanisme Pengontrolan Suhu Tubuh

Endotermis menjaga stabilitas suhu dalam tubuhnya dan untuk melakukan mekanisme tersebut
maka terdapat suatu pusat kontrol termoregulasi yang bekerja untuk menyeimbangkan produksi
panas dan kehilangan panas. Hal ini dikontrol oleh sistem saraf. Aktivitas otot volunter atau gigilan
(shivering) akan meningkatkan produksi panas dan keduanya akan dipengaruhi melalui saraf
motorik. Kehilangan panas dapat diganti dengan memvariasikan jumlah darah yang mengalir
melalui kulit atau dapatditingkatkan dengan mengeluarkan keringat. Aktivitas tersebut dibawah
kontrol sistem saraf simpatik. Aliran darah pada kulit dapat menjaga perubahan kecil pada suhu
tubuh, akan tetapi perubahan yang besar hanya akan dapat terjadi melalui aktivitas menggigil atau
berkeringat.
Pada homeotermis pusat kontrol termoregulasi terletak di hipotalamus yang berintegrasi
dengan informasi sensoris yang masuk melalui reseptor suhu. Terdapat dua macam termoreseptor
yaitu termoreseptor periper dan termoreseptor pusat. Termoreseptor peripr terdapat di seluruh
permukaan tubuh dan di bagian-bagian utama saluran pencernaan. Termoreseptor pusat terletak di
tengah-tengah tubuh (core).

Hipotalamus adalah bagian yang sangat penting bagi regulasi internal dan mengandung sel-sel
yang sensitif terhadap suhu penyusun termostat pada burung dan mamalia. Pusat termoregulasi
pada hipotalamus dapat distimulasi dengan stimulus listrik atau panas. Bagian anterior
hipotalamus berfungsi sebagai pusat termotaksik yang disebut juga sebagai pusat kehilangan
panas. Sedangkan bagian posteriornya adalah pusat produksi panas. Dua bagian dari hipotalamus
yang berhubungan dengan respon terhadap hipertermia dan hipotemia secara anatomis saling
berhubungan. Hipertermia akan mengaktifkan pusat kehilangan panas sedangkan hipotermia akan
mengaktifkan pusat produksi panas. Pusat termoregulasi di otak dapat diaktivasi oleh reseptor
termal di kulit atau oleh perubahan suhu di dalam darah. Penelitian tentang rekaman elektrik pada
hipotalamus telah menemukan adanya tiga tipe sel yang sensitif terhadap suhu, yaitu :

 Reseptor panas, yaitu sel-sel yang meningkatkan aktivitasnya jika suhu hipotalamus
meningkat tetapi suhu kulit tidak mempengaruhinya.
 Reseptor dingin, yaitu sel-sel yang meningkatkan muatannya jika suhu hipotalamus
menurun dan tetap tidak terpengaruh oleh suhu di kulit.
 Reseptor campuran, yaitu sel-sel yang memperlihatkan respon terhadap peningkatan suhu
kulit, tetapi juga selanjutnya akan meningkatkan muatannya jika hipotalamus menjadi
panas.

Kulit memiliki reseptor panas dan dingin (reseptor termal). Reseptor panas teretak lebih dalam di
kulit sedangkan resptor dingin di bagian superfisial dan biasanya lebih banyak. Kebanyakan
reseptor tersebut berupa ujung-ujung saraf yang telanjang. Jika suhu lingkungan meningkat, suhu
kulit juga akan meningkat sehingga menyebabkan peningkatan muatan pada reseptor panas secara
mendadak (2-3 sekon) dan selanjutnya menurun ke sautu frekuensi yang berkaitan dengan
temperatur. Jika dihubungkan denganstimulus panas, reseptor panas akan menurunkan frekuensi
muatannya. Halyang sama juga pada reseptor dingin yang dapat mengalami perubahan muatan
dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui penurunan suhu hingga terjadi perubahan suhu.
H. Adaptasi Pada Termoregulasi hewan

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai


contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas.
Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok
dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam
sarangnya.

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan
rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi
pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh.

Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi,
dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh.
Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun
telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam
termoregulasi.

Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi pada termoregulasi berbagai hewan:

 Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing
dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan
lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong
rumput atau daun dan mengunyah makanan.

 Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di
punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang
lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah
dingin.

 Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap
lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna
yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri. Termoregulasi pada
Manusia

Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur
atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta
termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih
tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal
agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Prinsip termogenesis Menggigil, berarti
menggunakan kontraksi otot untuk membebaskan panas. Sebagai respon terhadap penurunan suhu,
sistem saraf mengaktifkan unit-unit motorik kelompok otot rangka antagonistik, sehingga terjadi
gerakan menggigil yang menghasilkan panas. Pada termogenesis non menggigil, mula-mula
sistem enzim untuk metabolisme lemak diaktifkan di seluruh tubuh, sehingga lemak dibongkar
dioksidasi untuk memproduksi panas, ini merupakan suatu adaptasi untuk memproduksi panas
dengan cepat. Konsep dari termoregulasi meliputi konsep endotermik, ektotermik, poikilotermik,
homeotermik dan heterotermik. Ada tiga tipe sel yang sensitif terhadap suhu, yaitu :

 Reseptor panas, yaitu sel-sel yang meningkatkan aktivitasnya jika suhu hipotalamus
meningkat tetapi suhu kulit tidak mempengaruhinya.
 Reseptor dingin, yaitu sel-sel yang meningkatkan muatannya jika suhu hipotalamus
menurun dan tetap tidak terpengaruh oleh suhu di kulit.
 Reseptor campuran, yaitu sel-sel yang memperlihatkan respon terhadap peningkatan suhu
kulit, tetapi juga selanjutnya akan meningkatkan muatannya jika hipotalamus menjadi
panas.

B. Saran

Bedasarkan dari hasil makalah di atas maka penulis menyarankan kepada pembaca, agar pembaca
dapat memahami dan mengerti proses terjadinya respirasi pada hewan dan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2019. Termoregulasi. http://rkhawasitin.blogspot.com/2019/09/makalah-fisiologi-hewan-


materi.html diakses 2 November 2021.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius

Kastawi, Y. Zoologi Avertebrata. Malang : FMIPA UM

Goenarso, D. 2005. Fisiologi Hewan. UT

Anda mungkin juga menyukai