Anda di halaman 1dari 19

1

Dede Yulham Y 11431031 A. Pengertian Blastula Blastula adalah bentuk lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Blastulasi merupakan proses pembentukan blastula. Blastula dapat dibedakan dari morula, karena blastula terdapat suatu ruangan atau rongga yang disebut Blastosul yang didalamnya berisi cairan. Cairan tersebut bersifat zat putih telur yang timbul dari sel-sel di sekitarnya (Holtfreter, 1947). Pada katak pembelahan sel yang tidak setara (kuning telur tidak merata pada zigot katak ) menyebakan blastosol terletak didalam hemisfer animal (champbell, 2008 ). Berdasarkan ada atau tidaknya blastosul, maka blastula dapat dibedakan atas Blastula berongga (suloblastula) yang terdapat pada blastula katak dan amphioxus dan Blastula tidak berongga (strecoblastola) yang terdapat pada blastula ikan (champbell, 2008 ). Berdasarkan ada tidaknya sel tropoblas, blastula dapat dibedakan atas blastula bertropoblas yang terdapat pada blastula reptil, aves dan mamalia dan blastula tidak bertropoblas yang terdapat pada blastula katak dan amphioxus (champbell, 2008 ). Melihat pada bentuk dan susunan blastomernya blastula dibagi menjadi 3, Pada blastula terdapat 2 daerah utama yaitu : Epiblast dan Hypoblast (Wildan. 1994)

DAFTAR PUSTAKA Champbell, Neiil .A., J.B. Reece., L.A. Urry., dkk. 2008. Bilogi Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga : Jakarta Yatim, wildan. 1984. Embryologi. Tarsito : Bandung

Feri Ayu Novitasari Feri ayu 11431035 B. Macam macam Blastula Melihat pada bentuk dan susunan blastomernya blastula dibagi menjadi 3 macam yaitu : 1. Coeloblastula Bentuk bola, disebut juga dengan blastula bundar. Berasal dari telur homolecithal dan mediolecithal. Homolecithal ialah yang mengalami pembelahan secara holoblastik teratur. Contohnya katak dan amphioxus (Wildan Yatim,1984). Dapat dilihat pada gambar 1.1

Gambar 1.1 Coeloblastula Sumber. Wildan yatim, 1984 2. Discoblastula Bentuk cakram, disebut juga blastula gepeng. Berasal dari telur homolecithal yang mengalami pembelahan holoblastiktak teratur,dan telur megalechital yang membelah secara meroblastik. Blastula berada atas yolk atau jaringan penyalur makan. Pada Pisces, Reptilia, Aves dan

Monotremata blastula disebut blastodisc (Wildan Yatim,1984). Dapat dilihat pada gambar 1.2

Gambar 1.2 Discoblastula Sumber. Wildan yatim,1984 3. Stereoblastula Blastula bentuk bola seperti coeloblastula,tapi massif.kalau ada juga celah antara sel bukan merupakan rongga yang lapang.Terdapat pada Gymnophiona dan Ganoid (Wildan Yatim,1984). Dapat dilihat pada gambar 1.3

Gambar 1.3 Stereoblastula Sumber. Wildan yatim,1984

DAFTAR PUSTAKA Yatim, wildan. 1984. Embryologi. Tarsito : Bandung

Mirna rismala 11431039

C. Struktur Blastula Dalam blastula , para blastomers yang harus membentuk lapisan germinal yang berbeda dan berbagai organ katak dewasa memiliki perwakilan mereka di permukaan luar blastula . Nasib setiap jenis blastomere telah diamati dengan metode pewarnaan buatan vital Voght dan daerah organ calon peta atau peta nasib telah disiapkan untuk katak blastula. Peta-peta ini baru saja dikonfirmasi oleh pemindaian mikroskop elektron dan pewarna teknik injeksi. Seluruh area berpigmen di sekitar tiang hewan ektoderm calon terdiri dari dua bidang epidermal, ektoderm yang menjadi epidermis kulit menempati sisi antero ventral blastula, neural ektoderm bersama sisi dorsal masa embrio berkembang menjadi sistem saraf pusat. Bahan untuk organ-organ indera juga terkandung di kedua daerah. Di dalam area ectoderm saraf terjadi suatu subarea kecil yang berkembang menjadi mata embrio. (K,V. sastry,1997) Adapun gambar berikut menjelaskan tentang peta nasib pada blastulasi katak:

Gambar 2.1 Fate maps of blastula of frog lateral side Sumber. K.V. Sastry.1997

Dalam kondisi perkembangan normal , ektoderm katak yang berasal dari bagian dalam sel-sel dari belahan hewan dan sebagian dari sel-sel plat menengah atau khatulistiwa . Ini adalah daerah di peta nasib ditunjuk sebagai ektoderm dugaan . Endoderm datang sebagian dari zona menengah tetapi sebagian besar dari daerah belahan vegetal ( yaitu, endoderm dugaan di peta nasib ) . Mesoderm dan notochord yang memiliki asal ganda , yang timbul antara ektoderm dan endoderm , sebagian besar dari wilayah yang dikenal sebagai bibir blastopori tersebut Area cerscent antara warna abu-abu adalah zona marginal calon notochord dan mesoderm di sekitar ekuator blastula. bahan untuk notochord menempati area yang luas di sisi dorsal blastula. di bawah area notochordal dan lebih dekat ke kutub vegetal merupakan jalur sempit pelat pra-chordal. (K.V.Sastry.1997) Adapun gambar berikut membagi blastula pada katak menjadi 3 daerah, yaitu:

Gambar 2.2 Pembagian blastula katak menjadi 3 daerah, Sumber. www.google.com

Dari gambar 2.2 dapat dikatakan bahwa Blastula pada katak memiliki tiga daerah yang berbeda (Adnan, 2008), yaitu : 1. Daerah di sekitar kutub anima, meliputi sel-sel yang membentuk atap blastocoel. Sel-sel tersebut merupakan bakal lapisan ektoderem. Sel-sel ini berukuran kecil dan disebut mikromer, mengandung banyak butir-butir pigmen 2. Daerah di sekitar kutub vegetatif, meliputi sel-sel yolk yang berukuran besar (makromer) yang merupakan bakal sel-sel endoderem. Mengandung banyak butir-butir yolk. 3. Daerah sub ekuatorial berupa sel-sel cincin marginal, meliputi daerah kelabu (gray crescent). Daerah ini secara normal akan membentuk sel-sel mesoderem Adapun gambar berikut merupakan bakal pembentuk alat pada blastula katak (Wildan yatim,1984) :

Gambar 2.2 daerah bakal pembentuk alat blastula katak Sumber. Wildan yatim,1984

Epiblast akan meliputi daerah-daerah bakal ectoderm epidermis dan saraf, mesoderm dan notochord. Sedangkan hypoblast akan menjadi daerah bakal endoderm (Wildan Yatim,1984). Bakal ectoderm epidermis mengisi sebagian besar daerah epiblast berbentuk sabit yang luas. Bakal ectoderm saraf dan notocrod berbentuk sabit juga , kleduanya berdempet; bakal ectoderm saraf terletak sebelah atas, bakal mesoderm terletak di samping sabit notochord yang nanti akan menentukan daerah kiri-kanan embryo. Bakal endoderm mengisi seluruh hypoblast di paling bawah blastula dapat dilihat pada gambar 2.2 (Wildan Yatim,1984).

10

DAFTAR PUSTAKA Yatim, wildan. 1984. Embryologi. Tarsito : Bandung Adnan, 2008. Blastula. Biologi FPMIPA.UNM : Malang. K. V., Sastry.1997. Embryogenesis of frog. Developmental biology

11

Ratrie Viyana Choyrunnisa 11.431.036 D. Proses Blastulasi Pada Ampibi Proses Blastulasi pada ampibi umumnya berbeda dengan proses blastulasi pada aves dan mamalia, perbedaannya terletak pada bentuk, tipe dan susunan blastomernya, ampibi termasuk tipe coeloblastula ( Wildan yatim , 1984 ). Tahap blastulasi ini sel akan membentuk sebuah rongga, rongga ini makin lama makin besar yang didalamnya berisi cairan, yang berasal dari pemompaan Na dan air ke dalam rongga. Sebanyak 128 sel yang telah memiliki rongga tersebut dinamakan blastula, dan rongganya disebut dengan blastocoel ( Campbell, 2008 ). Selama pembelahan pada organisme, bidang pembelahan mengikuti pola spesifik yang relative terhadap kutub-kutub zigot. Polaritas ditentukan oleh distribusi zat-zat yang tidak merata didalam sitoplasma, termasuk tidak hanya determinan-determinan sitoplasmik, namun juga kuning telur. Pada katak, distribusi kuning telur merupakan factor kunci yang mempengarui pola pembelahan. ( Campbell, 2008 ). Pemantapan tiga sumbu tubuh terjadi sejak dini pada perkembangan. Proses ini telah dipelajari dengan baik pada spesies katak. Ketika hemisfer animal dan vegetal zigot yang dinamai sesuai kutub-kutubnya yang berkesesuaian dapat dibedakan berdaarkan warna. Hemisfer animal berwarna abu-abu gelap, karena granula-granula melanin yang berwarna gelap tertanam pada korteks diwilayah ini. Ketiadaan granula melanin pada hemisfer vegetal memugkinkan warna kuning. Sumbu animal vegetal sel telur menentukan sumbu anterior dan posterior. Kedua sumbu ini tidak equivalen (kepala tidak terbentuk pada kutub animal berada) setelah peleburan sel telur dan sel sperma penyusunan ulang sitoplasma sel telur ampibia memantapkan sumbu dorsal ventral (punggung perut). Membrane plasma dan korteks yang terkait berotasi menurut sitoplasma bagian dalam yang disebut gerakan rotasi

12

korteks. Korteks hemisfer animal bergerak kearah sitoplasma bagian dalam vegetal disisi tempat di dalam hemisfer anima. Korteks hemisfer vegetal yang terletak diseberang sisi masuknya nucleus sperma tadi bergerak ke arah sitoplasma bagian dalam hemisfer animal. ( Campbell, 2008 ). Proses pembentukan gray crescent dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Proses rotasi korteks pembentukan grey crescent Sumber. Campbell, 2008

Gambar 3.1 menjelaskan mengenai proses terbentuknya grey crescent yang dimulai dari masuknya sperma melalui suatu titik. Rotasi korteks memungkinkan molekul-molekul di dalam korteks vegetal tak berpigman disisi yang berseberangan dengan masuknya sperma di tempatkan disana saat oogenesis, untuk berinteraksi dengan molekul-molekul didalam sitoplasma bagian dalam dari hemisfer animal. Interaksi-interaksi ini mengaktivasi protein-protein yang sebelumnya inaktif dari korteks vegetal. Kemudian menyebabkan pembentukan determinan- determinan sitoplasmik yang selanjutnya akan mempengarui ekspresi gen di dalam sel-sel yang mewarisi determinan tersebut, sehingga menginisiasi perkembangan struktur-struktur

13

dorsal. Dengan cara ini rotasi korteks memantapkan sumbu dorsal ventral dari zigot. Pada beberapa spesies rotasi ini juga memaparkan wilayah abu-abu muda dari sitoplasma, bulan sabit abu abu (gray crescent) yang sebelumya tertutup oleh korteks animal berpigmen di dekat equator sel telur. Terletak di sisi yang bersebrangan dengan tempat masuknya sperma, bulan sabit abu-abu berperan sebagai penanda sisi dorsal embrio yang nantinya akan terbentuk ( Campbell, 2008 ). Adapun proses blastulasi pada ampibi bisa digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Proses blastulasi pada ampibi Sumber. Janet heasman, 1997 Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pada katak pembelahan sel awal menunjukkan bidang-bidang pembelahannya, Pembelahan pertama

pada katak adalah meridional (vertical), dimulai dari kutub animal membelah Gray crescen membentang dari kutub animal ke vegetal. Pada pembelahan kedua daerah animal dengan bidang meridional tegak lurus dengan bidang pembelahan pertama. Pada tingkat blastula awal antara micromer dan macromer dapat dibedakan dengan jelas. Blastomer pada tahap blastula awal relative masih besar. Pembelahan ketiga adalah ekuatorial (horizontal),

menghasilkan embrio bersel delapan. Akan tetapi dengan adanya sitokinesis yang terjadi pada sel tersebut, mengakibatkan distribusi yolk yang sangat

14

tidak merata pada zigot katak yang akhirnya terjadi mengarah ke ujung animal dari sel-sel yang sedang membelah dalam pembelahan ekuatorial. Akibatnya keempat blastomer di dalam hemisfer animal lebih kecil daripada di dalam hemisfer vegetal pada tahap delapan sel. Efek pemindahan yolk tersebut bertahan pada pembelahan berikutnya yang menghasilkan blastula. Pembelahan sel yang tidak setara ini menyebabkan blastosol terdapat dalam hemisfer animal ( Campbell, 2008). Menurut Nieuwkoop (dalam developmental biology,1997) fungsi rongga blastula adalah membatasi interaksi antara bakal ektoderem dan sel-sel endoderem pada cincin marginal yang mengelilingi tepi blastocoel. Blastula awal memiliki sifat totipotent, yakni kemampuan menumbuhkan segala macam bakal pembentuk alat. Oleh proses diferensiasi maka

kemampuan sekelompok sel bertotipotent akan menurun dan hanya mampu menumbuhkan sejenis jaringan tertentu (Wildan yatim ,1984). Akhir blastula atau awal gastrula terbentuklah sel-sel yang bersifat determinant, yakni hanya mampu tumbuh menjadi sejenis jaringan tertentu dan volume rongga semakin membesar (Wildan yatim ,1984). Menurut Roberts Rought (dalam the blakiston company, 1951) blastulasi pada katak yang dilakukan pada suhu 18 derajat C dimulai pada 16 jam setelah fertilisasi dan grastulasi awal pada 26 jam setelah fertilisasi. Hal ini membuktikan semakin rendah suhu makan semakin cepat pula proses pembelahan pada katak.

15

DAFTAR PUSTAKA Champbhell, neil. A, J.B reece, LA urry, dkk. 2008. Biologi edisi kedelapan jilid 3. Erlangga : Jakarta Heasman, Janet. 1997. Patterning the Xenopus blastula. Development 124. 4179-4191. K.V., Sastry. 1997. Embryogenesis of frog. Developmental biology Roberts Rught. 1951. The Frog Its Reproduction and Development. The Blakiston Company Yatim, wildan. 1984. Embryologi. untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran. Tarsito : Bandung

16

Puput Mufida 11.431.047

E. DNA Pada Proses Blastulasi Oosit sepenuhnya dewasa mengalami serangkaian perubahan morfologi utama dalam proses pematangan hormon diinduksi dan inseminasi berikutnya. Pematangan membutuhkan 3-6 jam dari waktu paparan hormon dan disertai dengan disintegrasi membran nuklir sebagai sel berlangsung melalui seluruh siklus pertama meiosis dan penangkapan pada metafase siklus meiosis kedua. Pemupukan eksternal yang terjadi di dalam air. Hanya satu sperma memasuki sel telur melalui tiang hewan. Sperma menerobos membran telur dengan bantuan sebuah hyluronidase enzim. Ovum membentuk tonjolan kecil, kerucut dari penerimaan atau kerucut pembuahan. Melalui ini, sperma masuk ke sel telur. Inti sperma kemudian bergerak menuju inti sel telur. Jalan inti sperma ditunjukkan oleh beruntun dari pigmen hitam dalam sitoplasma jelas belahan hewan. Jalur ini disebut jalur penetrasi (Sastry, K.V, 1997) Siklus sel merupakan aktivasi dari pembelahan ke pembelahan berikutnya.Siklus sel mencakup dua fase, yaitu tahap intervase (fase istirahat) dan tahap pembelahan sel. Tahap interfase meliputi tahap Gap 1, sintesis, dan Gap 2. Pembelahan sel terdiri atas dua tahap yaitu pembelahan ini (kariokinesis) dan pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Tahap pembelahan sel disebut juga tahap mitosis (M). tahap pembelahan pada katak saat proses blastulasi berbeda dengan proses pembelahan pada tahap pembentukan organ, seringkali lebih cepat. (Champbell, 2008) Adapun gambar berikut merupakan siklus sel dari pembelahan blastulasi :

17

Gambar Siklus Sel Sumber. Russ Hodge. 2010

Setelah fertilisasi selesai, serangkaian pembelahan sel pada katak berlangsung cepat. Sel-sel melaksanakan fase S (sintesis) dan fase M (mitosis) siklus sel, akan tetapi sel-sel itu sering kali melewatkan fase Gap 1 dan Gap 2. Dan hanya ada sedikit sintesis protein, atau bahkan tidak sama sekali. Akibatnya embrio tidak membesar secara signifikan selama periode perkembangan ini. Pembelahan hanya membagi-bagi sitoplasma, dari satu sel yang berukuran besar menjadi sel-sel kecil yang disebut blastomer dengan masing-masing nukleusnya sendiri, Pada katak fase siklus sel terjadi selama 30 menit (Campbell, 2008).

18

DAFTAR PUSTAKA Champbell, Neiil .A., J.B. Reece., L.A. Urry., dkk. 2008. Bilogi Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga : Jakarta Sastry, K,V.1997. Embryogenesis of frog. Developmental Biology. Russ, Hodge.2010. Genetics and evolution. Publ.132 west street New York.

19

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2008. Blastula. Biologi FPMIPA.UNM : Malang. Champbell, Neiil .A., J.B. Reece., L.A. Urry., dkk. 2008. Bilogi Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga : Jakarta Corebima, Duran,. 1997. Regulation of gene expression and development in eukaryotes. The company of biologist limited Heasman, Janet. 1997. Patterning the Xenopus blastula. Development 124. 41794191. K. V., Sastry. Embryogenesis of frog. Developmental biology Roberts Rught. 1951. The Frog Its Reproduction and Development. The Blakiston Company Russ, Hodge.2010. Genetics and evolution. Publ.132 west street New York. Soedarwati. 1992. Reproduksi Dan Perkembangan Hewan. University Press IKIP: Surabaya Yatim, wildan. 1984. Embryologi. Tarsito : Bandung

Anda mungkin juga menyukai