Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

KERJA OTOT GASTROCNEMIUS KATAK


laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah struktur, fungsi dan
perkembangan hewan
Dosen Pengampu
Dra. Nur Kuswanti, M.Sc.
Oktaffi Arinna Manasikana, S.Si., M.Pd.

Oleh :

Lailatur Rohmah (1397204003)


Khoirur Rozikin (1397204009)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HASYIM ASYARI


JOMBANG
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq, inayah, dan hidayah, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. beserta keluarga, para sahabat
dan pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu berdoa dan mendukung penulis
2. Dosen mata kuliah struktur, fungsi dan perkembangan hewan yang selalu memberi bimbingan
dan motivasi bagi penulis.
3. Teman-teman semua yang telah membantu dalam penyelesaian laporan.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah struktur, fungsi dan perkembangan
hewan sebagai salah satu mata kuliah di Universitas Hasyim Asyari. Penulis menyadari bahwa
banyak kekurangan dan kesalahan dalam laporan ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran bagi pembaca. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Jombang, 27 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................

ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii


DAFTAR TABEL..............................................................................................

iv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................

B. Tujuan Observasi................................................................................................

BAB II. DASAR TEORI


A. Otot.....................................................................................................................

B. Stimulus..............................................................................................................

C. Proses Respon.....................................................................................................

D. Katak...................................................................................................................

BAB III. METODE OBSERVASI


A. Alat dan Bahan...................................................................................................

B. Langkah Kerja.....................................................................................................

BAB IV. PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan............................................................................................... 10
B. Analisa................................................................................................................ 11
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 13
JAWABAN PERTANYAAN
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pengamatan Pengaruh Berbagai Stimulus terhadap Panjang Otot Gastrocnemius Katak
.............................................................................................................................9
Tabel 3.2. Pengamatan Pengaruh Berbagai Stimulus terhadap Panjang Otot Gastrocnemius Katak
.............................................................................................................................9
Tabel 4.1. Pengamatan Pengaruh Berbagai Stimulus terhadap Panjang Otot Gastrocnemius Katak
.............................................................................................................................10
Tabel 4.2. Pengamatan Pengaruh Berbagai Stimulus terhadap Panjang Otot Gastrocnemius Katak
.............................................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Otot dirangsang dengan rangsangan maksimal secara beruntun (multiple) dan
frekuensi ditinggikan berpotensi menimbulkan beberapa gambaran kontraksi otot yang
berbeda. Kekuatan kontraksi otot dipengaruhi oleh tingkat kepekaan saraf yang melayaninya,
cara perangsangannya, dan faktor pembebanan yang diberikan kepeda otot tersebut.
Pembebanan pada otot dapat diberikan pada saat otot kontrakasi ( after loaded) dapat juga
diberikan pada saat sebelum otot kontraksi (preloaded). After loaded dan preloaded
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kekuatan kontraksi dan kerja otot. Otot yang
dapat digunakan untuk mengetahui kerja otot adalah otot gastrocnemius pada katak. Katak
memiliki banyak persamaan dalam segi bentuk dan fungsi dengan vertebra yang lebih tinggi
maupun manusia.
Untuk mempermudah dalam mengamati peristiwa seperti kontraksi dan relaksasi pada
otot maka perlu diadakan pengamatan terhadap kerja otot. Selanjutnya, sebagai pertanggung
jawaban kegiatan yang telah dilakukan maka laporan hasil pengamatan ini disusun
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa bisa mengidentifikasi kontraksi otot.
2. Mahasiswa bisa engidentifikasi pengaruh stimulasi mekanik, listrik, termal, dan kimia
terhadap kontraksi otot.

BAB II
DASAR TEORI

A. Otot
Menurut Ville et al. (1988), Otot adalah sistem biokontraktil dimana sel-sel atau bagian
dari sel memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumbu yang
memanjang. Otot merupakan jaringan umum pada tubuh kebanyakan binatang yang terbuat
dari sel panjang/ benang-benang khusus untuk kontraksi. Hal itu menyebabkan adanya
pergerakan tubuh dan bagian kerja otot adalah voluntari (dibawah kontrol kesadaran) atau
involuntari (tidak dibawah kontrol keinginan).
Otot merupakan alat gerak aktif, disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi.
Fungsi Otot antara lain (http://byulteens.blogspot.com/ ) adalah :
1. Membuat gerakan pada tubuh
2. Mempertahankan postur tubuh bersama rangka
3. Menstabilkan hubungan antar tulang
4. Mempertahankan suhu tubuh
5. Melindungi jaringan dalam tubuh
6. Berfungsi sebagai pintu keluar masuk
7. Menyimpan sedikit nutrisi
Sifat-sifat otot adalah sebagai berikut (slide 3 : sistem otot) :
1. Eksitabilitas: kapasitas otot untuk merespon suatu stimulus
2. Kontraktilitas: kemampuan otot untuk memendek dan memunculkan kekuatan menarik
3. Ekstensibilitas: otot dapat tertarik kembali ke panjang semula.
4. Elastisitas: kemampuan otot untuk kembali ke panjang semula setelah tertarik.
1.

Berdasarkan sifat kerjanya (http://byulteens.blogspot.com/ ), otot dibedakan menjadi:


Sinergis: yaitu cara kerja dari dua otot atau lebih yang sama berkontraksi dan sama-sama

berelaksasi. Contoh: otot-otot pronator yang terletak pada lengan bawah.


2. Antagonis: cara kerja dari dua otot yang satu berkontraksi dan yang lain relaksasi. Contoh:
otot trisep dan bisep pada lengan atas.
Jenis-jenis otot (uny.ac.id) adalah sebagai berikut:
1. Otot polos, yang tidak dapat dipengaruhi kehendak. Gerakan yang tidak dipengaruhi
kehendak ini terlihat pada menegaknya rambut dan menutup dan membukanya selaput
2.

pelangi mata.
Otot jantung, terdapat pada jantung dan sama halnya dengan otot polos dikendalikan oleh
sistem syaraf otonom yang tidak dipengaruhi kehendak. Meskipun otot jantung tardier dari

sel-sel individual, otot ini bergerak secara bersama-sama yaitu sel-sel berkontraksi dan
relaksasi pada waktu yang sama.
3. Otot rangka , otot ini disebut demikian sebab sebagian besar otot jenis ini melekat pada
tulang. Otot rangka disebut juga otot seran lintang atau lurik. Otot ini bekerjanya dipengaruhi
oleh kehendak. Jaringan otot rangka tardier dari serabut-serabut (fibrae), satu serabut
merupakan satu sel yang memanjang dan didalamnya terdapat banyak inti (nuclii).

B. Stimulus
Menurut Ganong (2003:62) Sel-sel otot, seperti juga neuron, dapat dirangsang secara
kimiawi, listrik, dan mekanik untuk membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan
sepanjang membran sel. Berbeda dengan sek saraf, otot memiliki kontraktil yang digiatkan
oleh potensial aksi. Protein kontraktil aktin dan myosin, yang menghasilkan kontraksi,
terdapat dalam jumlah sangat banyak di otot. Otot rangka dapat berkontraksi bila ada
rangsangan yang berangkai. Bila rangsangan diberikan pada otot sewaktu berkontraksi, maka
kontraksi otot akan bertambah besar. Keadaan ini disebit sumasi. Bila rangsangan diberikan
terus menerus, maka kontraksi mendatar. Otot dikatakan berfungsi bila otot tersebut menjadi
memendek dan diameternya membesar (Irianto, 2004: 68). (http://byulteens.blogspot.com/)
Kita dapat mengenal beberapa intensitas raangsangan (http://yayanajuz.blogspot.com)
yaitu :
1. rangsang dibawah ambang (subliminal, subminimal) yang merupakan rangsang yang
tidak mampu menimbulkan tanggapan
2. rangsang ambang (liminal, minimal) merupakan rangsangan terkecil yang tepat
menimbulkan tanggapan
3. rangsang submaksimal, merupakan rangsangan yang intensitasnya bervariasi dari
rangsang ambang sampai rangsang maksimal
4. rangsang maksimal merupakan rangsang yang dapat menimbulkan tanggapan
maksimal
5. rangsang supramaksimal merupakan rangsangan yang intensitasnya lebih besar dari
rangsang maksimal tetapi menimbulkan tanggapan yang juga maksimal

C. Proses Respon
Menurut istilah psikologi (http://a-research.upi.edu), respon dikenal dengan proses
memunculkan dan membayangkan kembali gambaran hasil pengamatan. Menurut Kartono
(1996) Respon bisa diidentifikasi sebagai gambaran ingatan dari pengamatan. Berbicara
menegai respon, sya (1995) mengemukakan bahwa pengamatan artinya proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti terhadap rangsangan yang masuk melalui indera-indera.
Proses terjadinya respon, pertama indera mengamati objek tertentu, setelah itu muncul
bayangan pengiring yang berlangsung sangat singkat sesaat sesudah perangsang berlalu.
Setelah bayangan perangsang berlalu muncul baying eiditis, bayangan ini sifatnya lebih tahan
lama, lebih jelas dari bayangan perangsang. Setelah itu muncul tanggapan (http://aresearch.upi.edu).

D. Katak
Menurut Faustine (2009), Katak banyak digunakan dalam berbagai studi karena ukuran
dan ketersediaannya. Selain itu, katak juga memiliki banyak persamaan dalam segi bentuk
dan fungsi dengan vertebra yang lebih tinggi maupun manusia. Detail strukturnya dapat
dengan mudah diamati dengan cara pembedahan. Selain itu, fisiologi katak juga banyak
diketahui dan mudah didemonstrasikan.
1. Sistem Muskular
Tubuh katak terdiri dari 3 jenis otot, yakni otot polos, jantung, dan lurik. Ketiga jenis
otot tersebut berbeda dalam struktur mikroskopik dan fisiologinya. Sistem muskular eksternal
terdiri dari otot skeletal atau volunter, yang melekat pada tulang. Otot-otot ini akan bergerak
dibawah kehendak yang disadari. Setiap otot terdiri dari banyak serat lurik paralel, yang
disatukan oleh jaringan ikat. Beberapa otot bekerja bersama dan beberapa berkontraksi lebih
dari yang lain. Koordinasi ini diatur oleh sistem saraf. Setiap serat atau kelompok serat
memiliki ujung saraf motorik yang menyampaikan impuls untuk merangsang kontraksi.
2. Sistem Saraf
Proses fisiologi kompleks dalam berbagai organ dan relasi katak dengan lingkungan
luarnya, diatur dan dikoordinasi oleh sistem saraf. Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat
dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

ALAT DAN BAHAN


Alat:
Statif
Klem
Papan bedah
Jarum preparat
Pipet tetes
Beker gelas (gelas piala) 250 ml
Beker gelas (gelas piala) 500 ml
Jarum jahit
Bahan:
Otot gastrocnemisus katak
Garam fisiologis sebagai ganti larutan ringer
Kapas
Benang
Baterai
Kabel
HCl
Paku
Lilin

B. LANGKAH KERJA
1. Cara mengisolasi otot gastrocnemius (otot betis) katak
a. Merusak saraf dengan cara dekapitasi

Gambar 1. Area penghilangan otak depan dan belakang


1) memotong kepala katak dibagian pangkal dengan pisau
2) menusuk sumsum tulang belakang sedalam-dalamnya hingga tubuh katak menjadi lemas
b. Isolasi otot gastrocnemius katak

1)
2)
3)
4)
5)

Gambar 2. Cara isolasi otot gastrocnemius katak


Melakukan tahap-tahap berikut untuk mengisolasi otot.
memotong kulit di sekeliling pergelangan kaki
menarik kulit dengan pinset
menusuk tendo achiles dengan jarum dan benang
memotong otot bagian distal
memotong tulang tibia dan fibula

6)
7)
2.
a.
b.
c.
d.
e.

memotong tulang dan otot mendekati ujung paha secara melintang


selama otot digunakan, menetesi secara terus menerus otot dengan larutan fisiologis.
Menyiapkan otot gastrocnemius pada statif
memasangkan satu klem pada ujung atas statif
memasangkan satu klem yang lain di bawahnya, kurang lebih berjarak 15 cm
mengikatkan benang pada masing-masing ujung otot
mengikatkan benang pada satu ujung otot pada klem atas.
Mengikatkan ujung benang yang lain pada klem bawah, sehingga posisi otot lurus atas

bawah.
3. Memberi rangsangan
a. Memberi rangsangan listrik
1) Menyiapkan baterai dan menghubungkan baterai dengan kutup positif dan negative baterai
2) Menempatkan penggaris disebelah otot dengan posisi lurus (atas-bawah) sesuai posisi
panjang otot. Menandai daerah yang berbatasan dengan tendon atas dan daerah yang
3)

berbatasan dengan tendon bawah.


Menempelkan ujung positif dan negatif kabel pada otot, dengan segera daerah yang

berbatasan dengan tendon atas dan daerah yang berbatasan dengan tendon bawah.
4) Mengukur panjang otot dari daerah yang berbatasan dengan tendon atas dan daerah yang
berbatasan dengan tendon bawah. Menulis panjang otot pada tabel yang disediakan.
Menuliskan data pada tabel pengamatan.
5) Melakukan tahap 1) 4) dengan posisi penggaris melintang.
b. Memberi rangsangan mekanik
Melakukan langkah nomor 3.a.1) 5) dengan langkah a dan c diganti dengan memberikan
c.

rangsangan mekanik dengan mencubit otot dengan pinset.


Memberi rangsangan termal
Melakukan langkah nomor 3.a.1) 5) dengan langkah a dan c diganti dengan pemberian

rangsangan termal dengan menyentuh otot menggunakan paku panas.


d. Memberi rangsangan kimia
Melakukan langkah nomor 3.a.1) 5) dengan langkah a dan c diganti dengan memberikan
rangsangan kimia dengan meneteskan larutan HCl ke otot.
4. Tabel Pengamatan
Tabel 3.1. Pengamatan Pengaruh Berbagai Stimulus terhadap
Panjang Otot Gastrocnemius Katak
No.

Macam Stimulus

1.

Listrik

2.

Mekanik

3.

Termal

4.

Kemik

Panjang Otot (mm)


Relaksasi
Kontraksi

Saat Kontraksi Otot


(memendek/tetap)

Tabel 3. 2. Pengamatan Pengaruh Berbagai Stimulus terhadap


Panjang Otot Gastrocnemius Katak
No.

Macam Stimulus

1.

Listrik

2.

Mekanik

3.

Termal

4.

Kemik

Panjang Otot (mm)


Relaksasi
Kontraksi

Kondisi Otot
(memendek/tetap)

BAB IV
PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan Kontraksi Otot saat Mendapatkan Rangsangan
Tabel 4.1. Pengamatan Pengaruh Berbagai Stimulus terhadap
Panjang Otot Gastrocnemius Katak
No.
1.
2.
3.
4.

Macam Stimulus
Listrik
Mekanik
Termal
Kemik

Panjang Otot (cm)


Relaksasi
Kontraksi
3,1
3,1
3,1
3,1

3,05

3,05
2,95

Saat Kontraksi Otot


(memendek/tetap)
Memendek
Sulit diamati
Memendek
Memendek

2. Pengamatan Kondisi Otot saat Mendapatkan Rangsangan


Tabel 4.2. Pengamatan Pengaruh Berbagai Stimulus terhadap
Panjang Otot Gastrocnemius Katak
No.

Macam Stimulus

1.
2.
3.

Listrik
Mekanik
Termal

4.

Kemik

Panjang Otot (cm)


Relaksasi
Kontraksi
3,1
x
3,1
x
3,1

3,1

Kondisi Otot
(memendek/tetap)
Sulit diamati
Sulit diamati
Mengkerut pada bagian
yang terkena panas.
Melebar

B. ANALISA
Berdasarkan hasil pengamatan kontraksi otot saat mendapat rangsangan dengan
stimulus yang berbeda mengalami kontraksi otot yang berbeda-beda. Panjang otot
gastrocnemius pada katak saat relaksasi 3,1 cm dan saat kontaksi untuk stimulus yang
berbeda mengalami perubahan panjang yang berbeda. Panjang otot gastrocnemius pada katak
saat mendapat stimulus lintrik panjang otot semakin memendek menjadi 3,05 cm, saat
mendapat stimulus mekanik panjang otot sulit diamati, saat mendapat stimulus termal
panjang otot semakin memendek menjadi 3,05 cm, dan saat mendapat stimulus kemik
mengalami perubahan yang lebih banyak dari pada stimulus yang lain yaitu memendek
menjadi 2,95 cm, stimulus kemik yang digunakan yaitu larutan HCl.
Berdasarkan hasil pengematan kondisi otot saat mendapatakan rangsangan dengan
stimulus yang berbeda mengalami perubahan kondisi otot yang berbeda-beda. Panjang otot
gastrocnemius pada katak saat relaksasi 3,1 cm dan saat kontaksi untuk stimulus yang
berbeda mengalami perubahan panjang yang berbeda. Panjang otot gastrocnemius pada katak
saat mendapat stimulus lintrik panjang otot sulit diamati, saat mendapat stimulus mekanik
panjang otot sulit diamati, saat mendapat stimulus termal panjang otot semakin mengkerut
pada bagian yang terkena panas tetapi tidak terukur perubahannya, dan saat mendapat
stimulus kemik panjang otot semakin melebar namun tidak bisa terukur perubannya, stimulus
kemik yang digunakan yaitu larutan HCl.
Gejala ini muncul karena otot dapat berkontraksi dan berelaksasi karena tersedianya
energi dari sistem energi (Sarifin, 2010). Selain itu, otot rangka dapat mengadakan kotraksi
dengan cepat, apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik,
rangsangan mekanis panas, dingin dan lain-lain.(http://byulteens.blogspot.com/) Stimulus
menggunakan zat kimia mengalami respon paling kuat karena zat kimia memberika
rangsangan supramaksimal yaitu rangsangan terbesar yang dapat mengaktifkan semua serat
saraf

untuk

menimbulkan

potensial

aksi

maksimal

dan

menghasilkan

kontraksi

supramaksimal yang artinya kontraksi otot yang paling besar atau paling tinggi nilainya.
Kontraksi maksimum terjadi bila terdapat tumpang tindih maksimum antara filament aktin
dan jembatan penyebrangan filament myosin. Hal ini disebabkan karena semua saraf telah
diaktifkan, sehingga tidak bisa memiliki besaran yang lebih besar lagi (Guyton: 2007) .
Sedangkan, stimulus menggunakan mekanik menagalami respon yang sangat lemah karena
untuk membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel dilakukan
sangat lambat. (http://byulteens.blogspot.com/). Selain itu, rangsangan yang diberikan adalah

rangsangan liminal yang artinya rangsangan terkecil yang dapat menimbulkan potensial aksi
(menggambarkan kontraksi otot terkecil) karena mencapai nilai ambang sehingga
menyebabkan otot dapat berkontraksi secara lemah (Guyton: 2007)

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Melalui pengamatan terhadapat otot gastrocnemius katak maka mahasiswa bisa
mengidentifikasi kontraksi otot secara langsung, serta mahasiswa bisa mengidentifikasi
pengaruh stimulasi mekanik, listrik, termal, dan kimia terhadap kontraksi otot dengan hasil
kontraksi yang berbeda-beda pada stimulus yang berbeda-beda. Meskipun dalam praktikum
terjadi sedikit kendala seperti otot berkontraksi sangat lemah saat diberikan rangsangan
secara mekanik. Hal ini disebabkan karena saraf perifir umumnya tidak peka
terhadap rangsangan yang lemah, sehingga menyebabkan rangsangan
yang diberikan harus kuat, tetapi rangsangan yang kuat juga membuat
jaringan menjadi rusak. Stimulus menggunakan zat kimia mengalami respon paling
kuat karena zat kimia memberika rangsangan supramaksimal.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa fungsi penetesan otot secara terus-menerus dengan larutan fisiologis?


2. Menurut anda, apa yang akan terjadi jika yang diteteskan adalah air suling/ akuades?
3. Bagaimana panjang dan tebal otot saat diberi empat macam stimulus? Jelaskan!
Jawaban
1.

Fungsi penetesan otot secara terus menerus dengan garam fisiologis


adalah untuk mempertahankan agar otot gastrocnemius katak tetap
hidup. Garam fisiologis atau larutan fisiologis adalah l arutan isotonis yang
terbuat dari NaCl 0,9 % yang sama dengan cairan tubuh atau darah.
Larutan tersebut mengandung ion yang mengandung unsur elektrolit
yang dapat mempertahankan tekanan osmotik dan isotonis plasma sel.
Larutan tersebut mengandung ion Na+ yang dapat mempertahankan daya
hidup katak secara invitro. Hal ini berhubungan dengan proses difusi melalui
membran. Konsentrasi sel dalam otot sama dengan konsentrasi pada larutan fisiologis,
sehingga cairan dalam otot yang keluar dapat tergantikan dengan cairan larutan fisiologis

2.

karena yang masuk melalui membran semipermiabel tetap dan kepekatan tetap.
Apabila otot gastrocnemius katak ditetesi menggunakan air suling maka otot tidak
akan bertahan hidup atau mati. Hal ini berhubungan dengan proses osmosis pada membran.
konsentrasi HO pada air suling lebih tinggi dari pada konsentrasi HO dalam sel, sehingga
HO di luar sel masuk melalui membran semi permiabel, namun zat terlarut dalam sel tidak
bisa keluar melewati membrane semi permiabel sehingga menjadikan konsentrasi sel

berkurang dan membuat sel tidak mampu lagi melakukan proses metabolisme.
3. Berdasarkan hasil pengamatan, tebal dan panjang otot saat diberi empat macam stimulus
yang berbeda mengalami kontraksi yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena stimulus yang
berbeda dapat menyebabkan kontaksi yang berbeda. Kontraksi otot yang sangat terlihat yaitu
saat menggunakan zat kimia sebagai stimulus.

DAFTAR PUSTAKA

Faustine. 2009. Efek Neuroterapi. Fakultan Kedokteran, Unibersitas Indinesia


Keeton, T., W. 1986. Biological Investigations i The Laboratory, W.W. Norton Company, nc. New
York.
Sarifin. 2010. Kontraksi Otot dan Kelelahan. Jurnal ILARA, Volume I, Nomor 2, hlm. 58 60.
Program Studi Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Makasar.
Ville, C. A., F. W. Warren, and R. D. Barnes. 1988. General Biology. W. B. Saunders Co., New York.
http : //edy.cybermuslim.net/handbookair.pdf, diakses pada tanggal 17 Maret 2015
Wulangi, K.
Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
http://byulteens.blogspot.com/2011/11/dasar-teori-praktikum-kontraksi-otot.html, diakses pada tanggal
17 Maret 2015.
http://yayanajuz.blogspot.com/2012/05/kontraksi-otot.html, diakses pada tanggal 17 Maret 2015.
http://uny.ac.id/bahan-ajar-materi-otot.pdf, diakses pada tanggal 26 Maret 2015
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0705816_chapter2x.pdf, diakses pada tanggal 26
Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM RANGKA


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Sistem Rangka yang
disusun oleh:
Nama
Nim
Kelas
Kelmpok

: Lasinrang Aditia
: 60300112034
: Biologi B
: I (satu)

Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.


Samata-Gowa, 28 Mei 2013
Kordinator Asisten

Asisten

(Asbar Hamzah)
60300110006

(Tias Praditya Putra)


60300111064
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

(Maisya Al Banna S.Si, M.Si)

A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui struktur histologi dari
sistem rangka manusia.
B. Dasar Teori
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras
dari tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini meliputi eksoskeleton, dan
endoskeleton. Eksoskeleton secara embriologis berasal dari epidermis saja, dermis saja, atau
keduanya. Sedangkan endoskeleton secara embriologis berasal dari jaringan subdermal, yaitu

endoskeleton tulang, endoskeleton rawan dan korda. Eksoskeleton ummnya dijumpai pada
hewan invertebrata. Pada vertebrata lebih dikenal sebagai dermal skeleton. Endoskeleton
umumnya dijumpai pada hewan veretebrata. Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang
memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi
tiga tipe: eksternal, internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka
hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak
adanya struktur penunjang (Nature, 2012).
Menurut (Syarifuddin, 2006: 145) tulang diklasifikasikan menurut bentuknya
terbagi atas:
1. Tulang panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari diafisis dan epifisis
yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan.
2. Tulang pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan berkelompok
yang berfungsi memberikan kekuatan kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas.
3. Tulang pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi untuk memberikan
suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan memberikan perlindungan.
4. Tulang ireguler, yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan struktur tulang yang
sama dengan tulang pendek.
5. Tulang sesamoid, yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi persendian yang
bersendian yang bersambungan dengan kartilago, ligament, atau tulang lainnya.
Tulang tempurung kepala terdiri atas cranium sebagai tempat otak, capsula untuk
tempat beberapa pasang organon sensoris (olfactory, optic, auditory) dan skeleton viceralis,
yang merupakan bagian pembentuk tulang rahang dan penyokong lidah insang untuk
mekanisme. Tengkorak (tempurung) kepala melekat dekat sekali dengan columna vertebralis,
oleh karena itu ikan tidak bisa memutar kepalanya. Gigi biasanya terdapat pada tulang
premaxillary dentary, vomer dan tulang palatina. Chondrichthyes memiliki tulang kartilago
kranium sempurna, organ pembau dan kapsul optic tergabung menjadi satu. Eksoskeleton
ostracodermi mempunyai kesamaan dengan dentin pada kulit Elasmobrachii yang merupakan
mantel keras seperti email pada gigi Verterata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa
lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Kartilago palate quadrat
dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang
bawah. Ikan hiu dan ikan pari, rahangnya bersendi pada tulang ke posterior atau pada elemen
hiomandibula dari lengkung insang ke 2 (Gunarso, 1979: 215).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal : Selasa/ 21 Mei 2013

Waktu
Tempat

: 15.00-17.00 WITA
: Laboraturium Zoologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa

2. Alat dan Bahan


a. Alat
Adapun alat yang akan digunakan pada percobaan ini yaitu kertas HVS dan alat
tulis.
b. Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan pada percobaan ini yaitu alat peraga manusia yang
meliputi tulang anggota badan, tulang ekstrimitas atas dan eksrimitas bawah, tulang
tempurung kepala dan tulang wajah.
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Pengamatan tulang-tulang penyusun tengkorak
a. Mengamati tulang tempurung kepala seperti Os frontal, Os pariental, Os occipital, Os
spinoidal dan Os temporal.
b. Mengamati tulang wajah seperti Maksilla, Mandibula, Os zigomaticum,
Os nasale, Os lacrimale, dan Os vomer.
2. Pengamatan tulang-tulang penyusun anggota badan
a. Mengamati tulang belakang seperti Vertebra cervicales, Vertebra toracales, Vetebra lumbalis,
Os sacrum dan Os cocigrus.
b. Mengamati tulang dada seperti Mandibrium sterni, menagamati pula tulang rusuk seperti
Costa vera, Costa spuria, dan Costa flectuantes.
3. Pengamatan tulang anggota gerak
a. Mengamati tulang anggota gerak bagian atas yang terdiri atas Scapula, Clavicula, Humerus,
Ulna, Radius, Os carpal, Metacarpal, dan Phalanges.
b. Mengamati tulang anggota gerak bagian bawah yang terdiri dari Ilium, Iscium, Pubis, Femur,
Patella tibia, Fibula, Tarsal, Metatarsal, Calcaneus dan Phalanges.
c. Menggambar hasil pengamatan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Rangka badan

Keterangan:
1. Os parietal (ubun-ubun)
2. Os frontal (tulang dahi)
3. Os zigomatikum (tulang pipih)
4. Maksilla (rahang atas)
5. Klavikula (tulang bahu)
6. Sternum (tulang dada)
7. Costa vera (tulang rusuk sejati)
8. Costa vuria (tulang rusuk palsu)
9. Costa fluctuates (tulang rusuk melayang)
10. Illium (tulang panggul)
11. Ischium (tulang panggul)
12. Koksi (tulang ekor)

13. Os pubis (tulang kemaluan)


14. Metatarsal (telapak kaki)
15. Phalanges (jari-jari)
16. Tarsal (pergelangan kaki)
17. Tibia (tungkai bawah)
18. Patella (tulang lutut)
19. Femur (paha)
20. Phalanges (jari-jari)
21. Metacarpal (telapak tangan)
22. Carpal (tangan)
23. Ulna (tulang hasta)
24. Radius (tulang pengumpil)
25. Vertebrae lumbalis (tulang pinggang)
26. Prosesus hipoideus (lengan)
27. Humerus (tulang panjang pada lengan atas)
28. Vertebrae servikalis (tulang leher)
29. Mandibula (tulang rahang bawah)
30. Os nasal (tulang hidung)
31. Os temporal (tulang pelipis)
32. Os etmoid (tulang mata)
b. Tengkorak (skulu)

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Os pariental (tulang ubun-ubun)


Os frontal (tulang dahi)
Os lacrimal (tulang air mata)
Os nasal (tulang hidung)
Maksilla (tulang rahang atas)
Mandibula (tulang rahang bawah)
Os temporal (tulang pelipis)
Os zigomatikum (tulang pipi)
Os oksipital (tulang belakang tengkorak)

c. Eksrimitas atas

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Scapula (tulang berbentuk pipih)


Ulna (tulang hasta)
Carpal (tulang tangan)
Metacarpal (tulang telapak tangan)
Phalanges (jari-jari)
Radius (tulang pengumpil)
Humerus (tulang panjang)

d. Eksrimitas bawah

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Femur (tulang paha)


Patella (tulang lutut)
Fibula (tulang tangkai bawah)
Tarsal (pergelangan kaki)
Metatarsal (tulang telapak kaki)
Phalanges (jari-jari)
Tibia (betis)
Os pubis (tulang kemaluan)

2. Pembahasan
a. Pengamatan sistem rangka tubuh manusia
Pada pengamatan pertama, kita mengamati rangka manusia. Yang diamati adalah
tulang-tulang penyusun tempurung kepala, tulang penyusun anggota badan, tulang belakang,
ekstremitas superior, dan ekstremitas inferior. Pada tulang tengkorak terdiri atas os frontal, os
ethomoidal, os nasal, os spenoidal yaitu berdekatan dengan tulang rongga mata, seperti

tulang baji, palatinum (tulang langit-langit), os lacrimal yaitu sekat tulang pipi atau tulang
kelenjar air mata, os zigomaticum yaitu tulang pipi, os maxilla yaitu menyusun sebagian dari
hidung, os mandibula yaitu menempel pada tulang tengkorak bagian temporal, os oxipeta
yaitu daerah belakang dari tengkorak, os temporal yaitu tulang samping kiri kanan kepala
dekat telinga, bagian os parietal yaitu tulang dahi dan bagian ethmoid yaitu tulang yang
menyusun rongga hidung.
Tulang rusuk memiliki beberapa fungsi diantaranya melindungi jantung dan paru-paru
dari goncangan, melindungi lambung, limpa dan ginjal, dan membantu pernapasan. Ruas-ruas
tulang belakang disusun oleh 33 buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. Ke 33 buah
tulang tersebut terbagi atas 5 bagian yaitu: Columna cervicalis (7 buah), Columna thoracalis
(12 buah), Columna lumbalis (5 buah), Columna sacralis (5 buah), dan Columna coccigialis
(4 buah).
Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada. pada sisi kiri dan
kanan tulang dada terdapat tempat lekat dari rusuk. bersama-sama dengan rusuk, tulang dada
memberikan perlindungan pada jantung, paru-paru dan pembuluh darah besar dari kerusakan.
Tulang dada tersusun atas 3 tulang yaitu: tulang hulu / manubrium, tulang badan / gladiolus,
dan tulang taju pedang / xiphoid process
Untuk tulang penyusun anggota badan terdapat bagian-bagian berupa os clavicula, os
manubrium, os corpus sterni, os prosessus xypodeus, os illium, os ischium, os pubicum,os
costa fluktuantes os costa spuria, dan os costa vera. Pada ekstremitas superior terdiri atas
bagian-bagian yaitu : os humerus/ tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang
/pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah
memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna, os ulna radius/
pengumpil dan hasta.
Tulang ulna berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di
humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah
dibandingkan ulna, os carpal/ pergelangan tangan tersusun atas 8 buah tulang yang saling
dihubungkan oleh ligamen, os metacarpal/ telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan.
Pada bagian atas berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah
berhubungan dengan tulang-tulang jari (phalanges), os phalanges/ (tulang jari-jari). tersusun
atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya
tersusun atas 2 buah, distal phalanges, medial phalanges, proksimal phalanges, prosessus
stiloideus ulna, tuberositas radi, dan trochlea humeri.
Sedangkan pada ekstremitas inferior terdiri atas os femur/ tulang paha yaitu termasuk
kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang panggul sampai ke lutut. os patella/

tempurung lutut terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. patela berfungsi
melindungi sendi lutut. os tibia dan os fibula/tulang kering dan tulang betis. Ukuran tulang
kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan beban atau
berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot. Os tarsal/tulang
pergelangan kaki, termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya
adalah tulang tumit. Os metatarsal/tulang telapak kaki. Os phalanges/tulang jari-jari tangan,
os calcaneus, os maleolus lateral, dan maleolus medial.
b. Pengamatan tulang tempurung kepala
Pada pengamatan kedua yaitu pengamatan pada tengkorak. Tengkorak tersusun atas
tulang kranial dan tulang wajah. Tulang kranial tersebut meliputi:
1. Os frontal
Tulang frontal merupakan tulang kranial yang berada di sisi anterior, berbatasan
dengan tulang parietal melalui sutura koronalis. Pada tulang frontal ini terdapat suatu sinus
(rongga) yang disebut sinus frontalis, yang terhubung dengan rongga hidung.
2. Os temporal
Terdapat dua tulang temporal di setiap sisi lateral tengkorak. Antara tulang temporal
dan tulang parietal dibatasi oleh sutura skuamosa. Persambungan antara tulang temporal dan
tulang zigomatikum disebut sebagai prosesus zigomatikum. Selain itu terdapat prosesus
mastoid (suatu penonjolan di belakang saluran telinga) dan meatus akustikus eksternus (liang
telinga).
3. Tulang parietal
Terdapat dua tulang parietal, yang dipisahkan satu sama lain melalui sutura sagitalis.
Sedangkan sutura skuamosa memisahkan tulang parietal dan tulang temporal.
4. Tulang oksipital
Tulang oksipital merupakan tulang yang terletak di sisi belakang tengkorak. Antara
tulang oksipital dan tulang parietal dipisahkan oleh sutura lambdoid. Di dasar tulang oksipital
terdapat foramen magnum, suatu foramen yang menghubungkan otak dan medula spinalis. Di
sisi foramen magnum terdapat condyles, suatu penonjolan yang menghubungkan oksipital
dengan tulang atlas (C1).

5. Tulang sphenoid
Tulang sphenoid merupakan tulang yang membentang dari sisi fronto-parietotemporal yang satu ke sisi yang lain. Secara umum tulang sphenoid dibagi menjadi greater

wing dan lesser wing. Kanalis optikus dibentuk oleh tulang ini (lesser wing). Selain itu
terdapat juga sella turcica (yang melindungi kelenjar hipofisis) dan sinus sphenoid (suatu
sinus yang membuka ke rongga hidung).
6. Tulang ethmoid
Tulang ethmoid merupakan tulang yang berada di belakang tulang nasal dan lakrimal.
Beberapa bagian dari tulang ethmoid adalah crista galli (proyeksi superior untuk perlekatan
meninges), cribriform plate (dasar crista galli, dengan foramen olfaktori yang melewatkan
nervus olfaktori), dan konka. Selain itu terdapat juga sinus ethmoid, yang membuka ke
rongga hidung.
7. Os mandibula merupakan tulang rahang bawah, yang berartikulasi dengan tulang temporal
melalui prosesus kondilar.
8. Os maksilla merupakan tulang rahang atas. Maksilla meliputi antara lain prosesus palatin
yang membentuk bagian anterior palatum dan prosesus alveolar yang memegang gigi bagian
atas.
9. Os nasal merupakan tulang yang membentuk jembatan pada hidung dan berbatasan dengan
tulang maksila.
10. Os lacrimal merupakan tulang yang berbatasan dengan tulang ethmoid dan tulang maksila,
berhubungan duktus nasolakrimal sebagai saluran

air mata.

11. Os zigomatikum merupakan tulang pipi, yang berartikulasi dengan tulang frontal, temporal
dan maksila.
12. Tulang palatin merupakan tulang yang membentuk bagian posterior palatum.
13. Tulang vomer merupakan bagian bawah nasal septum (sekat hidung).
c. Tulang eksrimitas atas
Pada pengamatan ini, tulang eksrimitas atas terdiri atas bagian-bagian yaitu scapula
yang merupakan tulang yang terletak disebelah posterior ujung kostal dan berbetuk pipih
seperti segitiga. Ulna merupakan tulang tulang yang terletak disis medial pada posisi
anatomis. Carpal yang terdiri dari 8 tulang pendek yang berartukulasi dengan ujung distal
ulna dan radius serta dengan ujung proksimal dari tulang metacarpal. Metacarpal terdiri dari
5 tulang yang terdapat dipergelangan tangan dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan
bagian distal tulang-tulang carpal. Phalanges merupakan tulang-tulang jari. Radius yang
merupakan tulang lengan bawah yang terletak disisi lateral pada posisi anatomis. Humerus
yang merupakan tulang panjang pada lengan atas yang berhubungan dengan akapula melalui
fossa glenoid.
d. Pengamatan tulang eksrimitas bawah

Tulang eksrimitas bawah adalah tulang yang membantu pergerakan dengan cara
memberikan sesuatu yang kuat dan tegaar pada otot untuk bekerja melawannya. Tulang
eksrimitas bawah terdiri atas femur yang merupakan tulang betis. Patella merupakan tulang
yang terdapat di persendian lutut. Fibula merupakan merupakan tulang tungkai bawah yang
letaknya lebih lateral dibandingkan dengan tibia. Tarsal yang merupakan bagian 7 tulang
yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibia. Metatarsal yang merupakan 5 tulang
yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang phalanges di distal.
Phalanges yang merupakan tulang jari-jari kaki. Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang
letaknya lebih medial dibanding dengan fibula. Pelvis yang merupakan sepasang tulang
panggul yang merupakan tulang pipi.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Sistem rangka dibagi menjadi dua yaitu rangka sumbu (rangka aksial) dan
rangka anggota (rangka appendikular). Rangka aksial meliputi tengkorak (kranium), tulang
belakang (kolumna vertebralis), tulang rusuk (kosta), dan tulang dada (sternum). Rangka
anggota meliputi gelang bahu (gelang pektoral) dengan rangka anggota depan, dan gelang
pinggul (gelang pelvik) dengan rangka anggota belakang. Pada rangka tengkorak terdiri atas
tengkorak tersusun atas tulang kranial dan tulang wajah. Tulang kranial tersebut meliputi
tulang frontal, tulang parietal, tulang oksipital, tulang sphenoid, dan tulang ethmoid,
sedangkan pada tulang wajah terdiri atas tulang mandibula, tulang maksilla, tulang nasal,
tulang zigomatikum, tulang palatin, dan tulang vomer. Pada rangka dada terdiri atas tulang
scapula, tulang klavikula, tulang sternum, dan tulang-tulang kostal.
2. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah
agar praktikan memperhatikan betul bagian-bagian dari sistem rangka yang diamati dan
supaya alat peraga sistem rangka manusia disediakan oleh laboratorium karena pada saat
kami praktikum alat peraganya kurang lengkap.

DAFTAR PUSTAKA
Gunarso, Wisnu. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga, 1979.
Nature, 2012. Laporan Fiswan Sistem Rangka. NatureLovers. http://naturelovers-biomuli.
\blogspot.com/2012/05/laporan-fiswan-sistem-rangka.html, (2013).
Syarifuddin. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran, 2006.

Anda mungkin juga menyukai