Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

penulis yang berjudul “ Konsep Ekosistem “. Pada makalah ini penulis banyak

mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak

.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari

sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Penyusun

PEKANBARU, September 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ekosistem Secara Luas.................................................................... 3
2.2 Komponen Ekosistem Dan Interaksi Antar Komponen.................................... 5
2.3 Keseimbangan Ekosistem............................................................................... 10
2.4 Hubungan Ekosistem Dengan Peternakan...................................................... 11

BAB III PENUTUP............................................................................................. 14


3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14
3.2 Saran.............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

balik antara tamu dengan lingkungan. Ekosistem dapat dianggap sebagai suatu

tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara semua elemen lingkungan

yang mempengaruhi satu sama lain.

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit Biosystems melibatkan

interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran

energi menuju struktur biotik tertentu dan ada siklus material antara organisme

dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi ada.

Dalam ekosistem, organisme berkembang di masyarakat bersama-sama dengan

lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan

lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik

untuk hidup. Ide ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, dalam

mikroorganisme tertentu, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan

suatu sistem kontrol yang menjaga negara di bumi cocok untuk kehidupan”.

Kehadiran, kelimpahan dan distribusi spesies dalam ekosistem ditentukan oleh

ketersediaan sumber daya serta kimia dan kondisi fisik dari faktor-faktor yang

harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, ini

disebut hukum toleransi . Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap

suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanan, yaitu bambu.
Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan

itu hadir dalam ekosistem bambu sebagai sumber makanan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ekosistem secara luas?

2. Seperti apa komponen ekosistem dan interaksi antar komponen?

3. Bagaimana keseimbangan ekosistem?

4. Apakah hubungan ekosistem dengan peternakan?

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa pengertian ekosistem secara luas.

2. Untuk mengetahui seperti apa komponen ekosistem dan interaksi antar

komponen.

3. Untuk mengetahui bagaimana keseimbangan ekosistem.

4. Untuk mengetahui apakah hubungan ekosistem dengan peternakan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Secara Luas

Istilah Ekosistem pertama kali dipopulerkan oleh A.G Tansley (1935),

sebelumnya, pengertian ekosistem disamakan dengan pengertian

Bioconenosis oleh Karl Mobius. S.A. Forbes (1887) menulis tentang

mikrokosmos yang juga mempunyai definisi yang sama dengan pengertian

ekosistem. Ekosistem juga diartikan sebagai holocoen oleh Friedrichs (1930),

Thienemann (1939) sebagai biosistem, Vernadsky (1944) sebagai bioenert body.

Pengertian Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks yang di dalamnya

terdapat habitat, tumbuhuan, dan binatang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan

secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi

dan aliran energi. Bahkan ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar

dalam ekologi karena merupakan kesatuan terkecil yang memiliki komponen

secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta di dalamnya terjadi

proses ekologi secara lengkap, sehingga di dalam ekosistem siklus materi dan arus

energi berjalan sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Dengan demikian, ekosistem

dapat juga didefinisikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara

segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.

Semua ekosistem, baik ekosistem terestrial (daratan) maupun akuatik (perairan)

terdiri atas komponen komponen yang dapat dikelompokkan berdasarkan segi

trofik dan segi struktur dasar ekosistem. Berdasarkan segi trofik, komponen biotik
dalam ekosistem terdiri atas dua komponen, yaitu autotrofik dan komponen

heterotrofik.

Berdasarkan segi struktur dasar ekosistem, semua ekosistem terdiri atas empat

komponen antara lain komponen abiotik (nonhayati), komponen produsen,

komponen konsumen (ada konsumen pertama, konsumen kedua, konsumen

ketiga, dan mikrokonsumen), dan komponen pengurai (decomposer dan

transformer).

Ekosistem sekaligus sebagai habitat (tempat hidup) organisme yang ada di

dalamnya. Di dalam habitat, setiap organisme mempunyai cara tertentu untuk

hidup. Cara hidup organisme seperti itu disebut relung atau niche yang

menunjukkan peranan fungsional dan posisi organisme dalam ekosistem. Relung,

yaitu posisi atau status organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tetentu.

Berdasarkan UU Lingkungan Hidup tahun 1997, ekosistem merupakan tatatan

kesatuan cara yang utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang

saling mempengaruhi. Unsur unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun

abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu

kesatuan dalam ekosistem yang masing masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak

bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling

berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.

Di bumi terdapat berbagai macam ekosistem yang di tempati oleh berbagai

makhluk hidup yang memiliki peran masing-masing. Dalam suatu ekosistem

terdapat organisme tertentu yang mendominasi ekosistem tersebut. Contohnya,

ekosistem padang rumput yang didominasi oleh tanaman rumput.


Di dalam ekosistem terjadi proses yang disebut siklus materi dan aliran energi.

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi yang

dimiliki oleh setiap organisme adalah energi kimia yang diperoleh dari

makanannya dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak dan sebagainya. Energi

tersebut diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen dengan mengubah

energi matahari ke dalam bentuk energi potensial. Perlu diketahui bahwa energi di

dalam ekosistem ini tunduk pada hukum termodinamika, yaitu hukum

termodinamika I dan hukum termodinamika II. Aliran energi dalam ekosistem

akan selalu seirama dengan siklus materi.

Kedua proses tersebut berjalan melalui rantai makanan dan jejaring makanan. Di

samping itu, di alam juga terjadi siklus biogeokimia yaitu peredaran bahan abiotik

dari lingkungan melalui komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan. Siklus

biogeokimia dikelompokkan ke dalam tipe siklus gas (gas karbon, nitrogen,

belerang), siklus padatan / Siklus sedimen (fosfor), dan tipe siklus air (hidrologi).

2.2 Komponen Ekosistem Dan Interaksi Antar Komponen

A. Komponen Ekosistem

Ekosistem merupakan interaksi bolak-balik antar makhluk hidup (biotik) dengan

lingkungannya (abiotik). Ilmu yang mempelajari tentang ekosistem disebut

ekologi. Ekologi berasal dari bahasaYunani, yaitu oikos yang artinya rumah, dan

logos artinya ilmu. Jadi, ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang

interaksi antarmakhluk hidup dan interaksi antara makhluk hidup dengan

lingkungannya.
Sebelum mempelajari tentang komponen ekosistem, kita harus mengetahui apa

yang dimaksud dengan individu, populasi, komunitas, dan habitat. Individu adalah

satu makhluk tunggal, contohnya seekor burung. Populasi adalah kumpulan dari

individu yang sama yang menempati suatu tempat tertentu. Tempat hidup suatu

makhluk hidup disebut habitat. Kumpulan populasi akan membentuk suatu

komunitas. Kumpulan komunitas akan membentuk suatu ekosistem.

Dalam suatu ekosistem terjadi interaksi atau hubungan antara makhluk hidup

dengan makhluk hidup sejenisnya, dengan makhluk hidup lain jenis, maupun

interaksi dengan lingkungannya berupa makhluk tak hidup, seperti: air, udara,

tanah, cahaya matahari, suhu, angin, dan kelembapan.

Komponen ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu komponen abiotik dan

biotik. Komponen abiotik adalah komponen yang berupa makhluk tak hidup.

Sedangkan, komponen biotik adalah komponen yang berupa makhluk hidup.

A. Komponen Abiotik

Komponen a biotik m erupakan komponen ekosistem berupa benda tak hidup

yang terdapat di sekitar makhluk hidup. Komponen abiotik yang berpengaruh

pada ekosistem, antara lain:

1. Cahaya Matahari

Cahaya matahari merupakan faktor abiotik yang terpenting untuk menunjang

kehidupan di bumi. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tumbuhan

yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya matahari juga memberikan

rasa hangat untuk semua makhluk.

2. Udara
Udara merupakan komponen abiotik yang sangat diperlukan makhluk hidup.

Hewan dan manusia menggunakan oksigen yang terdapat di udara untuk bernapas

dan mengeluarkan karbon dioksida ke udara. Sedangkan, tumbuhan mengambil

karbon dioksida dari udara untuk proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen

sebagai produk sampingan. Oksigen ini dilepaskan ke udara untuk digunakan oleh

semua makhluk hidup. Dengan demikian, terjadilah perputaran zat yang

berlangsung terus menerus. Peristiwa ini menunjukkan adanya saling keter-

gantungan dan saling membutuhkan antara makhluk hidup dan lingkungannya.

3. Suhu

Suhu sangat mem pengaruhi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup di

lingkungan tersebut. Ada makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan

dengan suhu rendah, ada pula makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan

dengan suhu tinggi.

4. Air

Air merupakan faktor abiotik yang sangat penting untuk menunjang suatu

kehidupan. Semua sel dan jaringan terdiri atas air. Air merupakan media pelarut

zat-zat yang dibutuhkan dan media pengangkut dalam tubuh hewan dan

tumbuhan. Air juga merupakan suatu bentuk habitat bagi makhluk hidup, seperti:

danau, sungai, dan laut. Air sangat mempengaruhi proses kehidupan.

5. Tanah

Tanah berfungsi sebagai tempat hidup berbagai makhluk hidup dalam suatu

ekosistem. Di dalam tanah terdapat zat hara yang merupakan mineral penting

untuk mempertahankan proses di dalam tubuh, terutama bagi tumbuhan. Jenis

tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya berbeda.


B. Komponen Biotik

Komponen biotik adalah komponen ekosistem berupa berbagai makhluk hidup

yang ada di dalam suatu ekosistem. Tiap komponen memiliki peranan masing-

masing yang erat kaitannya dalam pemenuhan kebutuhan akan makanan. Hal ini

menyebabkan terjadinya keseimbangan di dalam ekosistem Berdasarkan

peranannya di dalam ekosistem, komponen biotik dikelompokkan menjadi tiga

macam, yaitu:

1. Produsen

Di dalam e kosistem semua tumbuhan hijau adalah produsen. Tumbuhan dapat

membuat makanannya sendiri dengan melakukan fotosintesis. Di dalam ekosistem

air yang berperan sebagai produsen adalah fitoplankton, yang merupakan

tumbuhan hijau yang amat kecil yang melayang-layang di dalam air. Fitoplankton

selalu menghasilkan berton-ton makanan yang menjadi sumber makanan bagi

hewan-hewan air yang lain.

2. Konsumen

Manusia dan h ewan tidak dapat membuat makanan sendiri. Oleh karena itu,

manusia dan hewan memperoleh makanan dari tumbuhan sehingga disebut

konsumen. Konsumen sangat tergantung pada produsen, begitu juga sebaliknya,

konsumen mempengaruhi kelangsungan hidup produsen. Karbon dioksida dari

sisa pernapasan hewan dan manusia dibutuhkan tumbuhan untuk proses

fotosintesis (membuat makanan). Berdasarkan jenis makanannya, konsumen

dibagi menjadi tiga macam, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora.

a. Herbivora
Herbivora adalah hewan pemakan tumbuhan. Hidupnya sangat bergantung pada

tumbuhan secara langsung. Makhluk hidup yang memakan langsung tumbuhan

disebut juga sebagai konsumen tingkat pertama. Contoh hewan-hewan pemakan

tumbuhan adalah kerbau, domba, kambing, kelinci, sapi, dan lain sebagainya.

b. Carnivora

Carnivora adalah makhluk hidup yang memakan daging makhluk hidup yang lain.

Biasanya, carnivora memakan makhluk hidup herbivora. Dengan kata lain,

carnivora adalah konsumen tingkat kedua. Contoh hewan yang termasuk

carnivora adalah singa, harimau, dan buaya.

c. Omnivora

Makhluk hidup yang memakan tumbuhan dan daging makhluk hidup lain disebut

omnivora. Hewan omnivora merupakan pemakan segalanya (tumbuhan dan

hewan). Contohnya adalah babi dan itik.

3. Pengurai

Pengurai atau d ekomposer adalah organisme atau makhluk hidup yang berfungsi

menguraikan sampah atau sisa-sisa makhuk hidup yang mati. Pengurai berfungsi

sebagai penghubung peredaran zat dari konsumen ke produsen. Zat yang telah

diambil oleh konsumen dari produsen akan kembali lagi ke produsen melalui

proses penguraian oleh pengurai. Dengan peristiwa pembusukan ini, zat-zat yang

dulu menjadi bagian dari tumbuhan dan hewan diuraikan dan dirombak. Hasilnya

digunakan oleh tumbuhan untuk membuat makanan.


Pengurai terdiri atas makhluk hidup berukuran kecil yang hidup di tanah, air,

maupun di udara. Contohnya bakteri dan jamur-jamur saprofit.

B. Interaksi Antar komponen Ekosistem

Komponen-komponen dalam ekosistem saling berinteraksi. Interaksi ini

dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

1. Interaksi Antarorganisme

Setiap individu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu berinteraksi dengan

individu sejenis atau lain jenis, baik dalam satu komunitas atau dengan komunitas

lain. Interaksi antarorganisme dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

a. Parasitisme

Parasitisme ad alah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis, yang satu

untung dan yang lain dirugikan. Contohnya benalu dengan inangnya. Benalu

mampu berfotosintesis karena memiliki zat hijau daun, tetapi benalu menyerap air

dari inangnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan inang yang ditumpangi menjadi

terganggu karena kebutuhan air untuk fotosintesis berkurang sehingga makanan

yang dihasilkan sedikit. Jika benalu makin tumbuh dan berkembang, maka inang

dapat mengalami kematian.

b. Komensalisme

Komensalisme ad alah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis, yang

satu untung dan yang lain tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang

ditumpanginya. Anggrek hanya menempel pada pohon yang ditumpanginya untuk

mendapatkan sinar matahari. Pohon yang ditumpangi anggrek tidak mengalami

kerugian apapun.
c. Mutualisme

Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis yang

saling menguntungkan. Contohnya bunga dan lebah. Bunga menghasilkan madu

yang disukai lebah dan lebah membantu penyerbukan bunga. Oleh karena itu,

keduanya memperoleh keuntungan.

2. Interaksi Antarpopulasi

Interaksi antarpopulasi dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Contoh

interaksi antarpopulasi adalah kompetisi. Kompetisi merupakan interaksi yang

memiliki kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan antarpopulasi.

Misalnya, persaingan antara populasi singa dengan harimau yang memperebutkan

makanan.

3. Interaksi antara Komponen Biotik dan Abiotik

Dalam suatu e kosistem, komponen abiotik berpengaruh atau menentukan jenis

makhluk hidup yang sesuai dengan lingkungannya. Sebaliknya, komponen biotik

pun berpengaruh pada komponen abiotik.

2.3 Keseimbangan Ekosistem

Secara alami suatu ekosistem dalam keadaan seimbang. Keseimbangan ini akan

terganggu bila ada gangguan dari luar, seperti bencana alam atau campur tangan

manusia. Komponen penyusun ekosistem tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling

tergantung. Suatu komponen biotik yang ada di dalam ekosistem ditunjang oleh

komponen biotik lainnya. Dalam suatu ekosistem selalu terjadi perubahan jumlah

populasi tumbuhan, herbivora, dan karnivora (komponen biotik).

Alam akan mengatur ekosistem sedemikian rupa sehingga perbandingan antara

jumlah produsen dan konsumen selalu seimbang. Keseimbangan alam (ekosistem)


akan terpelihara bila komposisi komponen-komponennya (komponen biotik

maupun komponen abiotik) dalam keadaan seimbang.

Untuk menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka terjadi peristiwa makan dan

dimakan. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi suatu organisme.

Peristiwa makan dan dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem

membentuk rantai makanan dan jarring-jaring makanan.

1. Rantai Makanan

Proses makan dan dimakan terjadi dalam suatu ekosistem. Dalam suatu ekosistem

terjadi peristiwa makan dan dimakan dalam suatu garis lurus yang disebut rantai

makanan. Rantai makanan ini terjadi jika satu jenis produsen dimakan oleh satu

jenis konsumen pertama, konsumen pertama dimakan oleh satu jenis konsumen

kedua, dan seterusnya. Konsumen yang menjadi pemakan terakhir disebut

konsumen puncak. Rantai makanan terjadi di berbagai ekosistem. Di antara rantai

makanan tersebut terdapat pengurai, karena pada akhirnya semua makhluk hidup

akan mati dan diuraikan oleh pengurai.

2. Jaring-Jaring Makanan

Di alam ini satu produsen tidak hanya dimakan oleh satu jenis konsumen pertama.

Tetapi, bisa dimakan oleh lebih dari satu jenis konsumen pertama, satu jenis

konsumen pertama dapat dimakan lebih dari satu jenis konsumen kedua dan

seterusnya.

3. Piramida Makanan
Dalam ekosistem ya ng seimbang jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah

konsumen tingkat I, jumlah konsumen tingkat II lebih banyak daripada konsumen

tingkat III, demikian seterusnya. Hal ini disebabkan oleh hilangnya energi pada

setiap tingkatan makanan. Jika rantai makanan digambarkan dari produsen sampai

konsumen tingkat tinggi, maka akan terbentuk suatu piramida makanan.

2.4 Hubungan Ekosistem Dengan Peternakan

Sering terdapat pandangan kurang tepat melihat sumberdaya ternak dan

pengelolaannya sebagai bagian berdiri sendiri. Selama ini pandangan kita hanya

melihat pengembangan ternak terpisahkan dengan sektor pertanian lainnya.

Pandangan ini juga terjadi di subsektor tanaman pangan. Kekeliruan pandangan

seperti dikemukakan di atas menimbulkan deviasi permasalahan dalam

pengembangan peternakan. Permasalahan yang dapat terjadi adalah ternak

mengganggu tanaman lainnya, padahal ternak dapat dioptimalkan fungsinya

sebagai sumber tenaga kerja di sub sektor tanaman pangan, dapat menghasilkan

pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Akibatnya tidak jarang

ternak dianggap hama, sesuatu yang keberadaannya dianggap merugikan.

Diperlukan pendekatan sistem dalam pengelolaan ternak. Pendekatan sistem

adalah pendekatan yang sinergi (saling menunjang), holistik (pandangan

menyeluruh, tidak parsial/sendiri-sendiri), terpadu, dan saling mengisi antar sub

sistem yang ada dalam sebuah sistem. Jika pendekatan sistem ini kita gunakan

untuk pengelolaan ternak, maka segala hal yang terkait dengan pengembangan

ternak dalam bentuk subsistem harus sinergi seperti lahan, pakan, peternak, dll.

Segala sub sistem harus terpadu dalam sebuah agroekosistem.


Sebelum kita berbicara tentang pendekatan agroekosistem dalam pengelolaan

ternak terlebih dahulu kita membahas tentang bagaimana ekosistem. Ekosistem

adalah sebuah sistem dan dapat dilihat secara struktural.

Jika dasar pemikiran kita melihat pengelolaan ternak melalui pendekatan sistem,

maka ternak akan berada pada sebuah sistem yaitu sistem pertanian secara luas

atau agroekosistem. Agroekosistem adalah sebuah sistem pertanian dimana

subsistem dan subsubsistem di dalamnya saling terkait. Diketahui bahwa

pertanian secara luas terdiri atas perkebunan, pertanian/tanaman pangan,

kehutanan, perikanan, dan peternakan. Peternakan yang merupakan bagian dari

agroekosistem harus bersinergi dan terpadu dengan bagian agroekosistem yang

lain, khususnya saling mendukung dalam memanfaatkan sumberdaya seperti

lahan.

Agroekosistem sebagai sebuah pendekatan dalam pengembangan peternakan

dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan pola integrasi ternak dan tanaman

atau crop livestock system. Tanaman disini dapat diartikan sebagai intergrasi

ternak-padi, integrasi ternak-jagung, integrasi ternak-coklat, integrasi ternak-

kelapa, dll. Dalam crop livestock system keberadaan ternak dan tanaman saling

terpadu dalam satu agroekosistem. Model pengembangan agroekosistem dalam

pengembangan peternakan yang secara operasional dapat

dikembangkan/dilakukan di tingkat petani yaitu dengan pola integrasi tanaman

pangan (crop) dengan ternak sapi.

Pengembangan ternak sapi dan tanaman pangan dalam sebuah agroekosistem

tidak dapat dipisahkan dengan potensi dan kemampuan manusia (peternak/petani).


Manusia sangat bergantung juga dengan tanaman padi dan ternak sapi sebagai

sumber pangan, dan sisi lain manusia/peternak sebagai pengelola (tenaga kerja).

Berbicara tentang pengembangan sapi maka dapat dibagi atas tiga hal yaitu ada

input produksi, ada proses budidaya, dan ada output produksi. Pemeliharaan sapi

memerlukan input utama adalah pakan, disamping input yang lain seperti obat-

obatan, dll. Dalam proses budidaya dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang

baik seperti tingkat kelahiran ternak yang tinggi (minimal sekali dalam setahun)

dengan melalui kawin alam. Namun demikian, tingkat kelahiran yang tinggi dapat

dicapai jika adanya dukungan/dilakukan introduksi teknologi inseminasi buatan.

Dengan teknologi IB tingkat kelahiran ternak dapat lebih ditingkatkan.

Output dari ternak sapi adalah berupa anak sapi jika dilakukan breeding

(pembibitan), atau ternak sapi/daging jika dilakukan penggemukan. Disamping

output tersebut juga dihasilkan limbah feses. Dengan sentuhan teknologi maka

feses dapat diolah menjadi biogas sebagai sumber energi untuk keperluan

memasak misalnya pada keluarga petani, dan pupuk yang digunakan untuk

tanaman padi di sawah.

Dengan demikian, pengembangan peternakan dengan pendekatan agroekosistem

adalah sebuah pendekatan secara holistik dan simultan, serta solusi untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan di tingkat petani. Berbagai keterbatasan

sumberdaya misalnya kelangkaan pupuk, kelangkaan minyak tanah, kekurangan

pakan ternak dapat diatasi dan segala sumberdaya dimanfaatkan secara optimal.

Semoga pendekatan agroekosistem dengan pola integrasi tanaman dan ternak sapi

dapat terwujud terutama untuk mendukung peningkatan populasi sapi sejuta ekor

di tahun 2013 di Sulawesi Selatan. Dan hal paling menentukan keberhasilan pola
integrasi tanaman dan ternak sapi adalah adanya integrasi dan sinergi kebijakan

antar sub sektor dalam pertanian dengan pandangan secara holistik dan

menghilangkan adanya egosektoral.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit Biosystems melibatkan

interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran

energi menuju struktur biotik tertentu dan ada siklus material antara organisme

dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi ada.

Komponen ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu komponen abiotik dan

biotik. Komponen abiotik adalah komponen yang berupa makhluk tak hidup.

Sedangkan, komponen biotik adalah komponen yang berupa makhluk hidup.

Untuk menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka terjadi peristiwa makan dan

dimakan. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi suatu organisme.

Peristiwa makan dan dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem

membentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis ajukan pada makalah ini adalah agar kiranya

para pembaca sekalian dapat bersama saling menjaga ekosistem yang ada di bumi

ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekuarangan,

untuk penulis mengharapkan kritik dan saran agar terciptanya makalah yang lebih

sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Purwoko, Agung. et al. 2007. Cakupan luas tentang ekosistem. Semarang: CV

Mitra Media Pustaka.

http://srtabright.blogspot.com/2013/02/pengertian-dan-proses-siklus-air-atau-

water-cycle.html

Susilowarno, Gunawan. et al. 2007. Ekosistem peternakan. Jakarta: Grasindo.

Winatasasmita, Djambur dan Sukarno. 2000. Biologi 1. Jakarta: PT Garuda Maju

Cipta.

www.brainneiyudi.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai