Anda di halaman 1dari 26

Makalah

“EKOSISTEM”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Dosen
Pengampuh Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Si

Oleh

SELLY SAFITRI
NIM 431419002
PRODI/KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI A

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
sebuah makalah dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul “Ekosistem” yang mungkin dalam penulisan masih
ada kesalahan dan kekeliruan namun penyusun yakin bahwa manusia ini tidak ada
yang sempurna, mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan membawa
kesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Makalah ini menjelaskan mengenai Ekosistem. Penulis menyadari bahwa
makalah ini sepenuhnya masih ada kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kedepannya agar dapat menyusun makalah
lebih baik lagi.
Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Gorontalo, 04 Nopember 2020

Selly Safitri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
2.1 Konsep Ekosistem.................................................................................3
2.2 Komponen Ekosistem............................................................................4
2.3 Tipe-Tipe Ekosistem..............................................................................6
2.4 Sistem Interaksi Komponen Biotik Abiotik........................................13
2.4.1 Interaksi Antar Individu.................................................................13
2.4.2 Interaksi Antar Populasi...............................................................17
2.4.3 Interaksi Antar Komunitas.............................................................18
BAB III PENUTUP......................................................................................20
3.1 Kesimpulan..........................................................................................20
3.2 Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan tempat berinteraksi antar makhluk hidup dengan
tempat tinggal baik berupa abiotik maupun biotik. Ilmu tentang hubungan timbal
balik makhluk hidup dengan lingkungannya disebut dengan Ekologi. Oleh karena
itu permasalahan lingkungan merupakan permasalahan Ekologi. Komponen utama
dalam ekologi adalah ekosistem.
Dalam suatu hamparan atau kawasan, misalnya hutan, kolam, danau dan
lain-lain terjadi interaksi antarkomponen abiotik dan komponen biotik. Tumbuhan
memerlukan komponen-komponen hara dari tanah, air, cahaya untuk tumbuh.
Tumbuhan tersebut kemudian menjadi sumber makanan bagi hewan pemakan
tumbuhan atau konsumen, demikian seterusnya. Peristiwa tersebut merupakan
suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya atau dikenal pula sebagai ekosistem. Sistem terdiri
atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai satu kesatuan,
sedangkan ekologi adalah ilmu yang mengkaji hubungan timbal balik antara
organisma dengan tempat hidupnya (habitat).
Ekosistem diartikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh
antara segenap komponen lingkungan hidup yang saling berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan tersebut ada dalam suatu keseimbangan
tertentu yang bersifat dinamis. Artinya, bisa terjadi perubahan, baik besar maupun
kecil, yang disebabkan oleh faktor alamiah maupun akibat ulah
manusia.Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa
ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik (tidak hidup) yang
terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling

1
mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan dengan air. Interaksi antara
makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan
keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-masing,
dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem
ini akan terus terjaga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Konsep Ekosistem ?
2. Apa saja Komponen yang ada dalam ekosistem ? ?
3. Bagaimana Tipe-tipe Ekosistem ?
4. Bagaimana Sistem interaksi antara Komponen Biotik-Abiotik ?
5. Bagaimanakah rantai makanan dan jaring-jaring makanan?
6. Bagaimanakah Interaksi antar Individu ?
7. Bagaimanakah Interaksi antar Populasi ?
8. Bagaimanakah Interaksi antar Komunitas ?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui Konsep Ekosistem
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui Komponen dalam Ekosistem
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui Tipe-tipe Ekosistem
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui Interaksi komponen Biotik & Abiotik
5. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan Rantai makanan dan Jaring makanan
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui Interaksi antar Individu
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui Interaksi antar Populasi
8. Agar mahasiswa dapat mengetahui Interaksi antar Komunitas

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini agar mahasiswa maupun pembaca dapat
mengerti berbagai pengetahuan tentang tentang Ekosistem dalam ruang
lingkup Ekologi. Selain itu dapat menambah referensi bagi pembaca
mengenai Ekosistem dan ruang lingkupnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ekosistem


Menurut (Odum, 1996), Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang
terbentuk dari proses reaksi timbal balik antar makhluk hidup dengan
lingkungannya”. Sehingga ekosistem atau sistem ekologi merupakan
pertukaran bahan – bahan antara bagian yang hidup dan tak hidup di dalam
sistem.
Konsep ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara
komponen biotik (yang terdiri dari makhluk hidup) dan abiotik (yang terdiri
dari komponen tak hidup) yang saling mempengaruhi antara yang satu
komponen dengan komponen yang lainnya, sehingga ekosistem tidak dapat
dipisahkan.
Suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati
(organisme) dan unsur-unsur non hayati (zat-zat tak hidup) serta antara unsur-
unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik disebut sistem ekologi atau
sering dinamakan ekosistem, seperti yang disajikan dalam Gambar 1.3.
Konsep ekosistem merupakan konsep yang luas, fungsi utamanya di dalam
pemikiran atau pandangan ekologi merupakan penekanan hubungan wajib,
ketergantungan, dan hubungan sebab akibat, yaitu perangkaian komponen-
komponen untuk membentuk satuan-satuan fungsional. Ekosistem merupakan
tingkat organisasi biologi yang paling baik untuk tehnik-tehnik analisis sistem
(Odum, 1996).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik

3
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai
sumber dari semua energi yang ada (Odum, 1996).

2.2 Komponen Ekosistem


Cartono & Nahdiah (2008) menyatakan, “Ekosistem mempunyai
dua komponen utama, yaitu komponen biotik dan abiotik”. Dimana
komponen biotik ini merupakan komponen penyusun makhluk hidup,
sedangkan komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem tak
hidup (benda – benda mati). Sehingga kedua komponen ini mempunya peran
pentingnya sebagai ekosistem, tanpa salah satu diantaranya maka ekosistem
ini tidak akan berfungsi”. Odum, (1996) mengatakan, “Ada dua komponen
ekosistem yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen tersebut adalah:
komponen biotik dan abiotic”. Dimana komponen biotik itu merupakan
komponen yang terdiri dari makhluk hidup, dan komponen abiotik yaitu
komponen yang terdiri dari makhluk tak hidup. Komponen hidup seperti
lingkungan fisik-kimia, termasuk subtrat dan air. Dari uraian yang
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa Komponen ekosistem terdiri
dari dua komponen, yaitu komponen abiotik dan komponen biotik, dimana
komponen abiotik ini merupakan komponen yang terdiri dari makluk tak
hidup (seperti: air, tanah, udara, suhu dan cahaya matahari), sedangkan
komponen biotik merupakan komponen yang terdiri dari makhluk hidup
(seperti: tumbuhan, hewan, bakteri, dan jamur), sehingga ekosistem
merupakan kesatuan yang menyeluruh antara unsur biotik dan abiotik yang
saling mempengaruhi.
Komponen biotik dan abiotik harus berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur, sehingga dapat
dikatakan sebagai ekosistem. Interaksi ini harus bersifat dinamis serta
melibatkan transfer dan transformasi energi antar komponen. Berdasarkan
fungsinya, ekosistem terdiri dari dua komponen, yakni:

4
1. Komponen autotrofik yaitu organisme yang mampu menyediakan atau
mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahan-bahan organik
dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari atau
klorofil.
2. Komponen heterotrofik yaitu organisme yang mampu memanfaatkan
hanya bahanbahan organik sebagai bahan makanannya dan bahan
tersebut disintesis dan disediakan oleh organisme lain. Komponen ini
meliputi herbivora, karnivora, dan dekomposer.
Hal yang perlu diperhatikan dalam interaksi antara komponen autotrofik
dengan heterotrofik adalah adanya fungsi dan organisme yang berinteraksi
terpisahkan secara fisik (berbagai organiseme tersusun dalam stratifikasi) dan
fungsi dasar yang terpisah oleh waktu (tenggang waktu antara terbentuknya
pangan yang diproduksi organisme autotrofik dengan pemanfaatan pangan
oleh organisme heterotrofik).
Berdasarkan fungsi ekologi, ekosistem terdiri dari empat komponen, yakni
produsen, konsumen, pengurai, dan unsur abiotik. Produsen, konsumen dan
pengurai disebut sebagai “three functional kingdoms of nature”, karena ketiga
komponen tersebut dipisahkan berdasarkan tipe nutrisi dan sumber energi
yang digunakan. Berdasarkan segi penyusunnya, ekosistem terdiri dari empat
komponen, antara lain:
1. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati) yaitu komponen fisik dan kimia
yang terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari dsb dan merupakan
medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan
2. Produsen yaitu organisme autotrofik yang umumnya tumbuhan
berklorofil yang mensintesis makanan dari bahan anorganik
sederhana.
3. Konsumen yaitu organisme heterotrofik yang terdiri dari hewan
(herbivora dan karnivora) dan manusia.
4. Pengurai (dekomposer) yaitu organisme heterotrofik yang
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan

5
organik kompleks), menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepas bahan-bahan yang sederhana yang dapat dipakai oleh
produsen. Bakteri dan jamur termasuk dalam kelompok ini (Odum,
1996).

2.3 Tipe - tipe Ekosistem


Nyabkken, 1992 (Rangkuti, 2017) menjelaskan, secara garis besar
ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem darat dan ekosistem
perairan sebagai berikut:
a. Ekosistem darat
Ekosistem darat merupakan ekosistem yang lingkungan fisiknya
berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya, ekosistem darat
dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut:
1) Bioma gurun, yaitu bioma yang banyak dijumpai pada tumbuhan
menahun berdaun, seperti duri, contohnya yaitu pada tumbuhan
kaktus, atau pada tumbuhan tak berdaun dan memiliki akar panjang
serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Sedangkan hewan
yang banyak dijumpai di bioma gurun yaitu rodentia, ular, kadal,
katak, dan kalajengking.

Gambar 1. Bioma Gurun

6
2) Bioma padang rumput, tumbuhan yang terdapat pada bioma
tersebut yaitu terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput,
sedangkan pada hewannya antara lain: kera, burung, badak, babi
hutan, harimau, dan burung hantu.

Gambar 2. Bioma Padang rumput


3) Bioma hutan basah, pada bioma hutan basah sering terdapat
tumbuhan khas yaitu, liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai
epifit, sedangkan pada hewannya antara lain, kera, burung, badak,
babi hutan, harimau, dan burung hantu.
4) Bioma hutan gugur, bioma ini, terdapat di daerah – daerah yang
mengalami beberapa musim, seperti musim dingin, semi, panas,
dan gugur, dan jenis pohon yang terdapat pada bioma hutan gugur
ini tidak banyak, sekitar 10 sampai 20, dan tidak terlalu rapat,
sedangkan hewan yang terdapat pada bioma hutan gugur ini antara
lain, rusa, beruang, rubah, bajing, burung, pelatuk, dan rakoon.

7
Gambar 3. Bioma Hutan Gugur
5) Bioma taiga, merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies,
sepeti konifer, pinus, dan sejenisnya, pada bioma taiga terdapat
semak dan tumbuhan basah, tetapi jumlahnya hanya sedikit.
Sedangkan hewan yang terdapat pada bioma ini antara lain, moose,
beruang hitam, ajag, dan burung – burung yang bermigrasi ke
selatan pada musim gugur.

Gambar 4. Bioma Taiga


6) Bioma tundra, contoh tumbuhan yang dominan yang terdapat pada
bioma tundra yaitu, sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim,
tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput, sehingga pada
umumnya, tumbuhan yang terdapat pada bioma tundra ini
merupakan tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan keadaan

yang dingin.
Gambar 5. Bioma Tundra

8
b. Ekosistem perairan
Ekosistem perairan ini dibedakan menjadi dua ekosistem, antara
lain, ekosistem tawar dan ekosistem air laut sebagai berikut:
1) Ekosistem air tawar, merupakan ekosistem yang mempunyai
variasi suhu yang tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang, dan
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Tumbuhan yang banyak
dijumpai pada ekosistem ini adalah tumbuhan jenis ganggang dan
tumbuhan biji, sedangkan hewan yang terdapat pada ekosistem air
tawar ini yaitu terdiri dari semua jenis filum pada hewan, dan
organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah
beradaptasi. Adaptasi pada organisme air tawar yaitu: Adaptasi
tumbuhan dan adaptasi hewan. Ekosistem air tawar juga
digolongkan menjadi dua, yaitu ekosistem air tawar tenang dan
ekosistem air tawar mengalir.

a. Danau merupakan suatu badan air yang menggenang pada


wilayah depresi atau cekungan dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi hingga ratusan meter persegi. Kondisi danau
berbeda dilihat dari kedalamannya. Karena itu, terdapat
perbedaan komunitas tumbuhan dan hewan berdasarkan
kedalaman dan jaraknya dari tepi. Danau dibagi menjadi 4
daerah yang berbeda yaitu:

1) Daerah litoral merupakan daerah dangkal, sehingga cahaya


matahari menembus sampai ke dasar danau secara optimal.
Tumbuhan yang hidup di daerah ini merupakan tumbuhan
air yang berakar dan ada daun yang mencuat ke atas
permukaan air. Berbagai jenis ganggang, siput dan remis,
ikan, amfibi, itik, angsa, kura-kura, dapat ditemukan di
wilayah ini.

2) Daerah limnetik Lebih jauh dari daerah litoral, terdapat


daerah limnetik yang masih dapat ditembus oleh sinar

9
matahari. Fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri dapat ditemukan di daerah ini. Sementara itu,
Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton.
Zooplankton tersebut kemudian menjadi sumber makanan
bagi ikan-ikan kecil. Ikan tersebut menjadi sumber makanan
bagi ikan yang lebih besar dan kemudian ikan yang lebih
besar dimangsa oleh ular, kura-kura, dan burung pemakan
ikan.

3) Daerah profundal merupakan daerah yang dalam dan


merupakan daerah afotik danau. Cacing dan mikroba
menghuni daerah ini.

4) Daerah bentik merupakan daerah dasar danau. Di daerah ini


dapat dijumpai organisma mati dan bentos.

b. Sungai, ekosistem sungai dapat merupakan sebuah bioma dari


sebuah ekosistem daratan yang besar. Tidak seperti danau yang
relatif diam, air sungai mengalir, sehingga tidak mendukung
keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri. Namun
demikian, terjadi pula fotosintesis dari ganggang yang melekat
dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai
makanan. Ekosistem sungai banyak mengalami gangguan
karena pembangunan waduk atau bendungan. Waduk dapat
memutus jalan bagi sejumlah ikan yang biasa bergerak dari
hilir ke hulu untuk bertelur. Akibatnya, sejumlah spesies ikan
hilang dari aliran sungai tersebut. Contoh, di daerah tropis
seperti Indonesia adalah ikan pelus dan ikan sidat. Ikan pelus
hidup di dekat hulu sungai, tetapi bertelur di laut. Karena
jalannya terputus, maka aktivitas perkembangbiakannya
terganggu. Di daerah subtropis, terdapat ikan salmon yang
hidup di laut. Pada saat musim bertelur, ikan-ikan tersebut
bergerak ke hulu untuk bertelur di sana.Setelah telur menetas,

10
ikan salmon yang masih kecil hidup di sungai dan pada saat
sudh besar kembali ke laut.

2) Ekosistem air laut, dibedakan menjadi beberapa ekosistem, antara


lain:
a. Ekosistem laut, merupakan ekosistem yang habitat nya di laut
(oseanik) dan berada pada kedalaman lebih dari 2000 m dari
permukaan laut.
b. Ekosistem estuari (muara), merupakan ekosistem tempat
bersatunya air sungai dengan air laut, sehingga menyebabkan
ekosistem pada daerah estuari ini bersalinitas lebih rendah dari
pada lautan terbuka.
c. Terumbu karang, merupakan ekosistem yang dangkal, dimana
sinar matahari masih dapat masuk, sehingga terumbu karang di
dominasi oleh jenis karang (koral) yang merupakan kelompok
dari Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat,
sedangkan hewan yang hidup di terumbu karang ini memakan
organisme mikroskopis dan sisa – sisa dari organisme lain.
d. Ekosistem pantai, dikenal sebagai salah satu jenis ekosistem
yang unik, karena memilki beberapa unsur, yaitu tanah di
daratan, air di lautan dan juga udara, letak ekosistem pantai
berbatasan dengan ekosistem darat, ekosistem laut, dan daerah
pasang surut, sehingga ekosistem pantai berada di tepi laut.
Terdapat beberapa satuan ekosistem yang termasuk kedalam
ekosistem pantai, antara lain:
1. Ekositem terumbu karang (Corall Ref) merupakan
ekosistem bawah laut yang terdiri dari sekelompok hewan
karang yang memebentuk struktur kalsium karbonat (batu
kapur), ekosistem batu karang ini menjadi habitat bagi
hewan laut, sehingga terumbu karang dengan hutan
mangrove dijadikan sebagai dua ekosistem yang sangat
penting terhadap keanekaragaman hayati laut.

11
2. Ekosistem padang lamun (Sea Grass) merupakan ekosistem
yang tinggi produktivitas organiknya, karena hamir di
semua jenis substrat dapat ditumbuhi lamun, seperti substrat
berlumpur sampai berbatu.
3. Ekosistem muara sungai (Estuari) merupakan daerah atau
lingkungan perairan tempat bercampurnya air sungai dan air
laut, sehingga adanya perubahan salinitas tersebut
mengakibatkan organisme-organisme laut tidak dapat hidup
di daerah estuari.

Gambar 6. Ekosistem Estuari


4. Ekosistem pantai berpasir (Sandu Beach) yaitu ekosistem
yang pantainya berbentuk datar dan di dominasi oleh pasir
yang sangat banyak, pada ekosistem pasir ini memiliki
gerakan ombak yang berpengaruh terhadap ukuran partikel,
pergerakan substrat, dan kandungan oksigen.
5. Ekosistem pantai berbatu (Rocky Beach) merupakan pantai
yang dapat dijumpai pada daerah panati yang berbatu keras
dan tahan terhadap benturan ombak laut.
6. Ekosistem hutan bakau (Mangrove) merupakan suatu
kawasan ekosistem yang rumit, karena berkaitan dengan
ekosistem darat dan ekosistem lepas pantai di luarnya,
sehingga hutan mangrove ini dikatakan sebagai interface

12
ecosystem, yang menghubungkan antara daratan dengan
pedalaman serta daerah pesisir muara.

2.4 Sistem Interaksi antara Komponen Biotik Abiotik


Komponen biotik banyak dipengaruhi oleh komponen abiotik. Tumbuhan
sangat bergantung keberadaan dan pertumbuhannya dari tanah, air, udara
tempat hidupnya. Jenis tanaman tertentu dapat tumbuh dengan baik pada
kondisi tanah tertentu. Sebaran tumbuhan juga sangat dipengaruhi oleh cuaca
dan iklim. Misalnya, di pantai tanaman kelapa dapat tumbuh subur, tetapi
tidak demikian di daerah pegunungan.
Sebaliknya, komponen abiotik juga dipengaruhi oleh komponen biotik.
Keberadaan tumbuhan mempengaruhi kondisi tanah, air dan udara
disekitarnya. Banyaknya tumbuhan membuat tanah menjadi gembur dan
dapat menyimpan air lebih banyak serta membuat udara menjadi sejuk.
Organisme lainnya, seperti cacing juga mampu menggemburkan tanah,
menghancurkan sampah atau seresah daun, dan menjadikan pengudaraan
tanah menjadi lebih baik, sehingga semua itu dapat menyuburkan tanah
(Clapham, 1973).
a. Interaksi antarkomponen abiotik
Di alam antarkomponen abiotik juga saling berinteraksi. Proses
pelapukan batuan dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim
juga mempengaruhi keberadaan air di suatu wilayah. Suhu udara di suatu
tempat, dalam kadar tertentu, dipengaruhi oleh warna batuan, keberadaan
tubuh-tubuh air dan sebagainya. Kandungan mineral dalam air juga
dipengaruhi oleh batuan dan tanah yang dilaluinya.
b. Interaksi antarkomponen biotik
Antarkomponen biotik juga terjadi interaksi. Interaksi tersebut
dapat terjadi antar organisma, populasi maupun komunitas.

13
2.4.1 Rantai Makanan dan jaring – Jaring Makanan
A. Rantai Makanan
Pada rantai makanan dalam suatu ekosistem, organisme yang ada
di dalam ekosistem tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan
berdasarkan fungsinya antara lain, Produsen, Konsumen (Tingkat I, II,
III, dan seterusnya atau Herbivora, Karnivora Tingkat I, II, III, top
Karnivora), Dekomposer atau mikroorganisme pengurai. Masing-masing
kelompok ini mempunyai jarak transfer makanan tertentu dari sumber
energi yang masuk ke Ekosistem (Owen, 1980).
Produsen merupakan organisme yang dapat membentuk bahan
organik dari CO2 dan air dengan bantuan energi matahari dalam proses
fotosintesis. Termasuk produsen adalah tumbuhan yang berklorofil
(berdaun hijau). Konsumen merupakan organisme yang menggunakan
bahan organik yang telah dibentuk oleh produsen untuk makanannya.
Termasuk konsumen adalah organisme yang tidak bisa membuat
makanannya sendiri, dan bukan tumbuhan (hewan, manusia, dan
mikroorganisme).
Dekomposer merupakan organisme yang dapat menguraikan
sampah organik yang berasal dari produsen dan konsumen melalui proses
humifikasi dan mineralisasi menjadi bahan mineral, termasuk
dekomposer adalah mikroorganisme tanah. Masing-masing kelompok
organisme yang mempunyai jarak transfer makanan dari sumber energi
menempati suatu tingkatan transfer tertentu, sebagai berikut :
1. Tingkat Trofik 1 : Produsen berupa tumbuhan
2. Tingkat Trofik 2 : Herbivora berupa Hewan
3. Tingkat Trofik 3 : Karnivora berupa hewan yang memakan hewan
herbivora
4. Tingkat Trofik 4 : Karnivora berupa hewan yang memakan hewan
tingkat trofik 3 (Owen, 1980).
Rantai makanan rerumputan sebagai salah satu rantai makanan
yang sederhana seperti disajikan pada Gambar 7 Produksi primer bruto

14
hasil fotosintesis melalui proses respirasi (R1) diubah menjadi produksi
primer netto (NPP). Energi yang telah terikat melalui produksi primer
bruto (GPP), yaitu energi yang diukur dari jumlah produksi, diambil lagi
untuk proses R1, tetapi energi juga ada yang hilang F1 atau ada juga
yang hilang karena mati atau membusuk (C1). Organisme autrotof
kemudian menjadi makanan herbivora malalui proses herbivori, dan
memerlukan juga energi (R1) dan ada juga energi yang hilang (F1).
Proses ini disebut juga asimilasi atau produksi sekunder bruto (GPP2)
dan herbivora disebut consumen primer. Herbivora kemudian dimakan
oleh satwa lain melalui proses asimilasi selanjutnya, yaitu proses
karnivori yang dapat juga dimakan oleh tumbuhan lain pemakan satwa.
Energi yang digunakan disini adalah R2 yang sebagian hilang sebagai
C2.

Gambar 7. Input dan Kehilangan Energi pada Jenjang Tropik Suatu Rantai
Makanan

Karnivora pemakan herbivora disebut karnivora primer, yang


diikuti oleh proses asimilasi selanjutnya (karnivori) oleh karnivora
sekunder dengan energi R3 dan kehilangan-kehilangan energi C3 dan
F4 demikian seterusnya. Jika disimpulkan, secara sederhana asimilasi

15
antara proses produksi, respirasi, dan konsumsi dapat disajikan dalam
kategori/jenjang tropik sebagai berikut:

Sifat dasar rantai pakan perumput ialah bahwa semakin tinggi


jenjang tropik makin berkurang jumlah energi yang tersedia bagi proses
asimilasi hingga produktivitas pun berkurang. Keadaan ini
diilustrasikan melalui tiga piramida yang digambarkan berdasarkan tiga
data berbeda, yaitu berdasarkan jumlah populasi (individu) per m2 ,
biomassa untuk gram berat kering per m2 , dan produktivitas dalam mg
berat kering per m 2.. Bentuk-bentuk umum piramida komunitas dapat
berbeda satu sama lain, misalnya pada komunitas akuatik atau
komunitas hutan (Wirakusumah, 2003).

B. Jaring – Jaring Makanan


Rantai makanan (food chain) merupakan suatu aliran energi
makanan melalui ekosistem. Energi tersebut mengalir dalam satu arah
melalui sejumlah makhluk hidup. Rantai makanan sebenarnya
merupakan gambaran sederhana proses makan dan dimakan. yang
terjadi di alam. Proses makan dan dimakan di alam pada kenyataannya
merupakan yang komplek, rantai makan apabila digabung akan
membentuk jaring-jaring makanan atau jejaring makanan (food web).
Rantai makanan menggambarkan hubungan organisme satu dengan
organisme lainnya, hubungan makan dan dimakan akan menjamin
kelangsungan hidup organisme. Semakin komplek hubungan makan
dan dimakan mennujukkan semakin komplek aliran energinya. Kondisi
ini mengakibatkan kestabilan komunitas dan kesetabilan ekosistem.
Artinya kalau ada satu spesies hilang masih dapat digantikan spesies
lainnya. Hubungan antara yang makan dan yang dimakan semakin
komplek dapat membentuk jejaring makanan (food web) (Owen, 1980).

16
Gambar 2. Ilustrasi Rantai makanan dan Jaring makanan

2.4.2 Interaksi antarorganisme


Organisme secara individu melakukan berbagai bentuk interaksi
dengan sesama jenisnya maupun dengan jenis yang lain. Interaksi
antarorganisme dapat dibedakan menjadi (Cartono, 2008).
1) Netral, yaitu hubungan tidak saling mengganggu antarorganisma
dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak
merugikan kedua belah pihak. Contohnya, interaksi yang netral adalah
antara kambing dengan kupu-kupu.
2) Predasi, yaitu hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).
Pemangsa tidak bisa hidup tanpa hewan yang dimangsanya. Itulah
sebabnya jika hewan yang dimangsanya habis, maka pemangsa juga
akan pergi atau punah. Pemangsa berperan sebagai pengontrol jumlah
dari suatu populasi. Jika jumlah pemangsa berkurang maka jumlah
hewan yang dimangsanya akan bertambah. Contohnya, jika ular
banyak yang dibunuh oleh manusia, maka populasi tikus akan
bertambah.

17
3) Parasitisme adalah hubungan antarorganisma yang berbeda spesies
yang bersifat merugikan salah satu spesies. Contohnya adalah antara
benalu dengan pohon inangnya, lintah dengan organisma yang diambil
darahnya, kutu, jamur, cacing pita dan lain-lain.
4) Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisma yang
berbeda spesies yang salah satu spesies diuntungkan dan spesies
lainnya tidak dirugikan. Contohnya adalah tumbuhan epifit yang hidup
menempel pada batang atau cabang pohon. Tumbuhan epifit dapat
memperoleh cahaya karena menempel di pohon yang tinggi,
sedangkan pohon yang ditumpanginya tidak diuntungkan maupun
dirugikan.
5) Mutualisme adalah hubungan antara dua organisma yang berbeda
spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contohnya
adalah antara bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-
kacangan. Bakteri tersebut hidup pada akar tanaman dan memfiksasi
N2 (gas) dan mengubahnya menjadi nitrat dan amonium sebagai
nutrien untuk bakteri itu sendiri dan tanaman kacang-kacangan.

2.4.3 Interaksi antarpopulasi


Interaksi antarpopulasi terjadi antara populasi yang satu dengan
populasi lain. Interaksi tersebut dapat bersifat alelopati maupun kompetisi.
Interaksi alelopati adalah interaksi antarpopulasi yang terjadi jika populasi
yang satu menghasilkan zat yang dapat menghambat tumbuhnya populasi
lain. Kompetisi yaitu interaksi antarpopulasi yang di dalamnya terdapat
kepentingan yang sama, sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa
yang diperlukan.

a. Aleopati merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu


menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, disekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi
tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat
toksik. Contoh alelopati adalah jamur Penicillium sp. yang dapat

18
menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
tertentu (Owen, 1980).

b. Kompetisi merupakan interaksi antar populasi, bila antar populasi


terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk
mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh kompetisi adalah antara
populasi kuda dengan populasi kijang dalam memperoleh rumput
(Owen, 1980).

2.4.4 Interaksi Antarkomunitas


Komunitas adalah kumpulan beberapa populasi berbeda yang saling
berinteraksi di suatu wilayah yang sama. Sebagai contoh adalah komunitas
padang rumput yang dihuni oleh beberapa populasi diantaranya kuda,
banteng, ular, belalang, singa, macan, srigala dan lain-lain. Contoh
komunitas lainnya adalah komunitas sungai yang di dalamnya terdiri atas
beberapa populasi seperti buaya, kuda nil, ular, ikan, plankton dan lain-lain.
Antara komunitas padang rumput dan sungai terjadi interaksi berupa
peredaran organisma hidup dari kedua komunitas tersebut. Kuda, banteng
dapat menjadi sumber makanan bagi buaya. Demikian sebaliknya, ikan
dapat menjadi makanan bagi macan (Wirakusumah, 2003).
Interaksi antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan
organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antar komunitas
dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan
ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat (Owen, 1980).

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling memengaruhi. Ekosistem mempunyai dua komponen utama, yaitu
komponen biotik dan abiotik. Dimana komponen biotik merupakan
komponen penyusun makhluk hidup, sedangkan komponen abiotik
merupakan komponen penyusun ekosistem tak hidup.
Ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem darat dan
ekosistem perairan. Komponen biotik banyak dipengaruhi oleh
komponen abiotik. Tumbuhan sangat bergantung keberadaan dan
pertumbuhannya dari tanah, air, udara tempat hidupnya. Sebaliknya,
komponen abiotik juga dipengaruhi oleh komponen biotik. Keberadaan
tumbuhan mempengaruhi kondisi tanah, air dan udara disekitarnya.
Banyaknya tumbuhan membuat tanah menjadi gembur dan dapat
menyimpan air lebih banyak serta membuat udara menjadi sejuk. Untuk
Interaksi biotik maupun abiotiknya terdiri dari interaksi antar individu,
interaksi antar populasi, interaksi antar komunitas.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami sadar akan kodrat manusia
yang tak pernah luput dari kesalahan, maka dari itu untuk lebih
menyempurnakan penyusunan makalah kedepan, kami mengharapkan
pembaca bisa menambah wawasan dari penjelasan materi makalah ini dan
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

20
dan saling menyempurnakan literasi mengenai Makalah Ekosistem agar
dapat menjadi sumber acuan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Cartono & ratu Nahdilah. 2008. Ekologi Tumbuhan. Bandung : Prisma


press.

Clapham, Jr. W.B. 1973. Natural Ecosystems. New York: Macmillan


Publishing Co. Inc.

Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Owen, S. O.1980. Natural Resources Conversation, an Ecologycal


Approach. Third Edition. New York : Macmillan Publishing
Co.Inc.

Rangkuti A, MMR Cordova, A Rahmawati, Yulma, E.H Adimu.


2017. Ekosistem Pesisir dan Laut Indonesia. Jakarta : PT Bumi
Aksara. 428 hal.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi: Menopang


Pengetahuan Ilmu-Ilmu Lingkungan. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

21
22

Anda mungkin juga menyukai