Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL EKOENERGETIKA

Mata Kuliah Ekologi Hewan


Dosen Pengampu : Roni Afriadi, M.Pd.

Disusun Oleh :
Nama : Wulan Purnama Sari Vinia
Nim : 0310193140
Kelas : Tadris Biologi 4
Semester : V (Lima)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
EKOENERGETIKA
Ekoenergetika merupakan salah satu bahasan dalam autekologi. Dalam ekoenergetika
dikaji transfer dan transformasi energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain dalam
ekosistem, menggunakan kalori atau kilogram kalori sebagai unit dasar pengukurannya
(Phillipson, 1970). Dalam ekoenergetika juga dibahas kebutuhan atau anggaran energi yang
menyusun suatu individu.Bagi suatu individu, sejumlah energi dialokasikan untuk tumbuh,
merawat tubuh dan reproduksi.Jadi, lewat ekoenergetika dapat ditaksir jumlah energi yang
diperlukan untuk pertumbuhan individu maupun dalam perbanyakan populasi.

1.1. Transformasi Energi


Energi adalah segala sesuatu yang dapat melakukan pekerjaan (energi panas, energi
potensial, energi kimia).Energi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja.Jadi,
energy merupakan kemapuan untuk melakukan usaha atau melakukan suatu perubahan.
a. Hukum Termodinamika I : tenaga tidak dapat diciptakan dan dihilangkan akan
tetapi dapat berubah bentuk.
Cahaya misalnya, adalah salah satu bentuk energi.Energi ini dapat diubah sebagai
panas atau energi kimia dalam makanan (zat organik), tetapi energinya tidak dapat
dimusnahkan. Ini berarti sistem kehidupan dapat dianggap sebagai pengubah energi, yang
berarti dalam sistem kehidupan dijumpai berbagai strategi untuk menstranfor energi
b. Hukum Termodinamika II : entropi suatu sistem selalu bertambah besar, atau
suatu sistem selalu menuju yang tidak teratur kecuali kalau ditambahkan energi
(organisme mati selalu terurai tetapi organisme hidup tidak, karena adanya
penambahan energi ).
Dari penjelasan tersebut dapat dimengerti bahwa tidak ada proses yang melibatkan
transfer energi dapat terjadi secara spontan kecuali ada degradasi energi (benda panas selalu
menjadi dingin dan disini ada degradasi energi). Energi cahaya pada waktu fotosintesis
diubah menjadi energi kimia, akan tetapi di sini juga terjadi penguraian energi. Semua
organism mendapatkan energi dari energi surya melalui rantai makanan dimana setiap
langkah transfer energi ada sebagian energi yang hilang. Secara mendasar ekosistem
berhubungan dengan transfer energi dari energi surya melalui rantai makanan. 1
Energi surya tanaman hijau herbivora
100% 5% 1%
1
Djohar Maknun,Ekologi : Populasi, Komunitas, Ekosistem, Mewujudkan Kampus Hijau, Asri, Islami
dan Ilmiah, (Cirebom : Nurjati Press, 2017), hal 60.

1
Organism di bumi mendapat radiasi dari lingkugan yaitu dari matahari dan pantulan
cahaya dari bumi, akan tetapi hanya sebagian kecil saja dari energi cahaya dapat
dimanfaatkan pada proses fotosintesis yang hasilnya merupakan sumber energi bagi
komponen biotic dari ekosistem.2

1.2. Persediaan Energi


Energi merupakan daya yang digunakan untuk melakukan aktivitas.Sumber energi
utama ialah Sinar Matahari. Matahari dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan hijau dalam
bentuk elektromagnetik untuk proses fotosintesis. Energi yang masuk dalam ekosistem
berupa energi radiasi matahari atau energi cahaya tapi tidak semuanya dapat
dimanfaatkan.Energi yang di simpan berupa materi tumbuhan dapat dialirkan melalui rantai
makanan dan jaring makanan dari produsen sampai dengan konsumen sampai dengan
dekomposer. Apabila materi tidak dikonsumsi maka energi akan disimpan dalam system,
kemudian diteruskan sampai decomposer. Setiap tingkat trafik di dalam rantai makanan
menggunakan energi untuk hidup dan sebagian dikeluarkan sebagai panas. Kemungkinan
ekspor energi (energi menuju ekosistem lain) itu dalam bentuk materi organic.
Persediaan energy yang tersimpan dalam komunitas dianggap sebagai produktivitas
suatu ekosistem.Produktivitas di dalam suatu ekosistem dibedakan menjadi 2, yaitu
produktivitas primer dan produktivitas sekunder. Produktivitas primer adalah kecepatan
penyimpanan energi potensial oleh organisme produsen melalui proses fotosintesis dan
kemosintesis, dalam bentuk bahan-bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan
pangan.3. Langkah pada proses produksi ialah :
a. Produksi primer kotor = (PK)/Gross Primary Productivity merupakan seluruh hasil
fotosintesis (termasuk yang dipakai respirasi)
b. Produktivitas primer bersih = (PPB)/Net Primary Prod merupakan hasil bersih
fotosintesis yang dapat digambarkan dengan kecepatan penimbunan senyawa organik
pada tanaman dan dapat dituliskan dengan rumus :

PK-respirasi
c. Produktivitas komunitas bersih merupakan kecepatan penyimpanan bahan organik yang
tidak diguankan oleh heterotrof dalam satuan waktu atau dapat ditulis dengan rumus4:

2
ibid, hal 61.
3
Iswandi, Ekologi dan Ilmu Lingkungan,( Padang : UNP Press, 2012), hal 14.
4
Ibid, hal 62.

2
PPB – penggunaan heterotropf selama waktu

Efisiensi produksi adalah energi yang tersimpan dalam biomassa (growth and
reproduction) dibagi energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Misalnya, ketika ulat makan
daun, tidak semua energi dikonsumsi untuk pertumbuhan, tetapi sebagian dibuang dalam
bentuk feces dan kemudian dimanfaatkan oleh detritivores dan sebagian lainnya terbakar
pada proses respirasi.
Produktivitas sekunder merupakan kecepatan penyimpanan energi pada tingkat
konsumen.Karena konsumen hanya mengambil makanan yang telah dihasilkan oleh produsen
(setelah dipakai respirasi) dan kemudian mengubahnya menjadi jaringan.Produktivitas
sekunder adalah kecepatan penyimpanan energi potensial pada tingkat trofik konsumen dan
pengurai.Energi ini semakin kecil pada tingkat trofik berikutnya.Masing-masing konsumen
mempunyai efisiensi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan energi yang digunakan untuk
pertumbuhan dan reproduksi.5

1.3. Aliran Energi


Aliran energi adalah rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk
energi yang lainnya.Dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, ke konsumen primer
(herbivora), ke konsumen tingkat tinggi (karnivora), sampai ke saproba.Pengertian aliran
energi juga dapat diartikan perpindahan energi dari satu tingkatan trofik ke tingkatan
berikutnya. Di dalam proses perpindahan, selalu terjadi pengurangan jumlah energi setiap
melalui tingkat trofik makan-memakan.Aliran ini juga bisa digambarkan dalam sebuah rantai
makanan, jaring-jaring makanan dan juga piramida ekologi. Dalam sebuah rantai makanan
akan selalu terjadi sebuah siklus yang akan selalu berputar. Dan dari siklus inilah akanterjadi
sebuah perpindahan energi satu sama lainnya.
Terdapat Macam-Macam Aliran Energi, antara lain:
1. Tingkat Trofik
Interaksi antara organisme dengan lingkungan dapat terjadi karena adanya aliran
energi.Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu ekosistem.
Proses aliran energi antarorganisme dapat terjadi karena adanya proses makan dan dimakan.
Proses makan dan dimakan terjadi antara satu kelompok organisme dengan kelompok
organisme lainnya. Setiap kelompok organisme yang memiliki sumber makanan tertentu

5
Iswandi, Ekologi dan Ilmu Lingkungan,( Padang : UNP Press, 2012), hal 15.

3
disebut dengan tingkat trofik.Dalam suatu ekosistem terdapat beberapa macam tingkat trofik
seperti produsen, konsumen dan decomposer.
a. Produsen
Energi memasuki suatu ekosistem dimulai dari energi radiasi (cahaya matahari) yang
sebagian diserap oleh tumbuhan, ganggang, dan organisme fotosintetik lainnya. Energi
cahaya matahari kemudian diubah menjadi energi kimia melalui proses fotosintetik.
Energi kimia tersebut disimpan dalam bentuk senyawa organic seperti molekul
glukosa.Molekul glukosa kemudian dipecah dan digunakan sebagai sumber energi untuk
melakukan aktivitas seperti tumbuh dan berkembang, bernapas, memperbaiki jaringan
yang rusak, dan lain sebagainya. Seluruh organisme berklorofil seperti tumbuhan dan
ganggang hijau yang dapat mengolah makanannya melalui proses fotosintesis disebut
organisme autotrof atau dalam suatu ekosistem disebut dengan produsen.
b. Konsumen
Organisme seperti hewan membutuhkan makanan berupa organisme lain (tumbuhan
atau hewan lain) sebagai sumber energinya. Organisme yang tidak dapat mengolah
makanannya disebut organisme heterotrof atau konsumen.Konsumen dalam suatu
ekosistem dapat dikelompokkan menjadi beberapa tingkat.Konsumen tingkat I
(konsumen primer) adalah kelompok organisme yang secara langsung memakan
produsen.Anggota konsumen authority adalah kelompok herbivore atau pemakan
tumbuh-tumbuhan, seperti belalang, kelinci, kambing, dan sebagainya.
Konsumen tingkat II (konsumen sekunder) adalah kelompok organisme yang
memakan konsumen primer.Konsumen tingkat III (konsumen tersier) adalah kelompok
organisme yang memakan konsumen sekunder.Konsumen sekunder dan tersier
beranggotakan kelompok karnivora atau pemakan daging seperti singa, elang, ular,
serigala dan sebagainya.
Selain itu, konsumen primer, konsumen sekunder, dan seterusnya juga dapat
merupakan anggota kelompok omnivore, yaitu organisme yang memakan tumbuhan dan
hewan seperti ayam, manusia, dan sebagainya.
c. Dekomposer atau Detritivora
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan detritus
atau materi organic dari organisme lain. Detritus dapat berupa bangkai, feses, daun
busuk, dan lain sebagainya.Organisme yang memakan detritus disebut dengan
detritivora.Organisme detritivora seperti cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan siput
biasanya banyak terdapat di dalam tanah atau di dasar perairan.Sisa-sisa materi

4
organic tidak hanya dihancurkan oleh detritivora. Organisme lain seperti bakteri dan
jamur juga menggunakan sisa materi organic tersebut sebagai sember energinya.
Organisme yang menggunakan sisa-sisa materi organic dan produk terdekomposisi
lainnya disebut decomposer atau saprotroph.6
Pada tingkatan trofik primer (tumbuhan, algae, beberapa bakteri), mereka
menggunakan energi matahari dan menghasilkan material organik melalui
fotosintesis.Herbivora atau hewan pemakan tumbuhan, menyusun tingkatan trofik
kedua.Predator yang memakan herbivora menempati tingkatan trofik ketiga.Jika
oranisme pemakan predator tersebut ada, mereka mewakili tingkatan trofik yang lebih
tinggi.Organisme yang memakan beberapa tingkatan trofik (misalnya beruang yang
memakan buah beri dan ikan salmon) diklasifikasikan pada tingkatan yang lebih
tinggi.
Dekomposer yang meliputi bakteri, fungi, cacing, insekta memecah sampah
dan organisme mati serta mengembalikan nutrien ke tanah.Sekitar 10 persen produksi
energi bersih pada satu tingkatan trofik berpindah ke trofik berikutnya. Proses yang
menurunkan energi yang dipindahkan ke tingkatan trofik berikutnya meliputi
respirasi, pertumbuhan, reproduksi, defekasi, kematian non predatori (organisme yang
mati bukan karena dimakan organisme lain). Kualitas nutrisi material yang
dikonsumsi juga dipengaruhi bagaimana energi secara efisien dipindahkan, karena
konsumer dapat mengonversi sumber makanan berkualitas tinggi ke jaringan makhluk
hidup baru secara lebih efisien dari pada sumber makanan berkualitas rendah.
Laju perpindahan energi secara rendah di antara tingkatan trofik membuat
dekomposer secara umum lebih penting daripada produser dalam aliran
energi.Dekomposer memroses sejumlah besar materi organik dan mengembalikan
nutrien ke ekosistem dalam bentuk inorganik, yang kemudian diambil lagi oleh
produser primer.Energi tidak mengalami siklus selama dekomposisi, tetapi dilepaskan
sebagai panas.7

6
Wirakusumah, Dasar-dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas, (Jakarta : UI Press, 2003), hal
40.
7
Saroyo Sumarto & Rone Koneri, Ekologi Hewan, (Bandung: CV. Patra Media Grafindo, 2016), hal
33.

5
1.4. Keseimbangan atau Anggaran Energi
Anggaran atau Keseimbangan Energi adalah istilah yang berkaitan dengan arah
pemanfaatan energy yang berhasil ditambah oleh makhluk di dalam suatu
ekosistem.Darmawan (2005) menjelaskan bahwa proses pemasukan energi (input) idealnya
sudah tentu lebih besar dari pada pengeluaran (output), jika energi yang keluar lebih besar
dari energi yang masuk dalam suatu organisme, maka tentu hal ini akan menimbulkan
ketidakseimbangan, sehingga mengakibatkan organisme tersebut akan kekurangan energi
(lemah).
Energy secara umum diarahkan untuk dua tujuan yaitu untuk kelangsungan hidup dan
untuk menjaga kelestarian jenisnya dalam jangka waktu yang tidak terbatas (bereproduksi:
membentuk sel kelamin, aktifitas seksual, produksi air susu). Untuk kelangsungan hidupnya,
makhluk harus menyisihkan sejumlah energy untuk keperluan memelihara kualitas hidup
agar mampu bersaing dan mengantisipasi factor-faktor mortalitas seperti penyakit, parasit,
dan predator.Energi  predator.
Untuk menjaga kelestarian jenisnya, makhluk hidup harus menyisipkan sebagian
energinya untuk keperluan reproduksi.Dalam hal ini, energy dipakai untuk membentuk sel-sel
kelamin dan hormone-hormon kelamin perkembangan embrio, member nutrisi pada embrio
dan hewan muda yang baru dilahirkan.8Bentuk umum persamaan anggaran atau
keseimbangan energy suatu hewan dapat dituliskan sebagai berikut:
I = C= D +F
=A+U +F
= R + P + U+ F
Dimana:
- Harga – harga pada persamaan anggaran tersebut dinyatakan dalam satuan energy
(antara lain: gkal, kal, kkal, Joule)

8
Sumarny Tridelpina Purba, dkk.,Ekologi Hewan, (Jawa Timur: Qiara Media, 2021), hal. 84 – 85.

6
- I = C = merupakan energy masukan makanan
- D = merupakan energy makanan yang dicerna
- F = merupakan energy yang terkandung dalam buangan feses
- A = merupakan energy asimilasi
- U = merupakan energy yang terkandung dalam buangan Urine (untuk
bangsa burung U + F diukur sebagai satu kesatuan)
- R = merupakan energy respirasi
- P = merupakan energy yang terkandung dalam tubuh hewan, sebagai
hasil proses tumbuh ataupun perkembangbiakan.
Untuk mendapatkan persamaan anggaran/keseimbangan energi suatu hewan,
anggaran energi harian misalnya, percobaannya dapat dilakukan dengan cara memelihara
individu-individu hewan tersebut dalam kandang yang terkonstruksi agak khusus (kandang
metabolisme). Untuk hewan mamalia kecil misalnya, kandang metabolismenya adalah seperti
yang tampak pada Gambar dibawah ini:

Gambar. Kandang Metabolik pada Hewan


Pada percobaan anggaran energi, I = C dihitung dari jumlah makanan yang diberikan
dikurangi dengan makanan yang tersisa. Harga U dan F dihitung dari hasil pengumpulan
urine dan feses selama percobaan.Harga P diperoleh dari perbedaan berat tubuh hewan
sebelum dan sesudah percobaan. Harga-harga berat segar diubah menjadi berat kering dan
selanjutnya ditentukan nilai kalorinya,
Berdasarkan percobaan makan dengan menggunakan pelet sebagai sumber makanan
dalam kandang metabolisme, Isnawati (1993) yang bekerja dibawah bimbingan Hasiana
Ibkar-Kramadibrata di Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung telah melaporkan
persamaan anggaran energi harian tikus bartels (Maxomys bartelsii, jenis tikus endemik

7
Jawa) yakni: 419,4 C = 60,0 (P) + 11,1 (U) + 110,0 (F) (dalam satuan kal. per gram individu
per hari).9

1.5. Efisiensi Energi dalam Ekosistem


Efisiensi ekologik adalah perbandingan arus energi pada berbagai titik sepanjang
rantai makanan dalam persen. Dalam menghitung efisiensi dimensi harus sama, artinya
pembilang dan penyebut dinyatakan dalam unit yang sama, misalnya mengukur efisiensi
makanan ayam, maka daging dan makanan harus di ukur dalam keadaan kering (jam/Kg).
Paling baik jika pengukuran dalam % kalori.10
Penilaian efisiensi ekologi akan lebib akurat apabila mata rantai makanan memiliki
dimensi yang sama, artinya apabila membandingkan aliran energi antara dua aras trofik
tersebut harus dalam satuan energi yang sama. Jadi apabila pada aras trofik I menggunakan
satuan kalori, maka pada aras trofik II juga harus menggunakan satuan kalori.
Aras trofik yang lebih tinggi pada umumnya mempunyai efisiensi ekologi juga lebih
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa organismeyang menempati aras trofik lebih tinggi, juga
lebih efisien dalam menangkap energi. Padahal telah ketahui bahwa organisme yang
menempati aras trofik lebih tinggi memiliki jumlah ketersediaan energi makanan yang lebih
kecil dibanding organisme yang menempati aras trofik rendah. Berarti hewan karnivora
misalnya singa.Singalebih efisien menangkap energi dibandingkan dengan hewan herbivore,
seperti kambing.
Herbivora mempunyai efisiensi penangkapan energi yang lebih rendah dibandingkan
dengan karnivora.Hal ini dapat ditunjukkan pada perilaku makan, yaitu mereka mempunyai
perilaku makan yang berbeda.Sebagai contohnya adalah kambing. Kambing selalu akan
berusaha memakan rumput hijau bila mereka bertemu dengan rumput. Hal tersebut akan
berbeda dengan harimau. Harimau tidak akan mencari mangsa bilamana tidak lapar, dan bila
tidak lapar mereka tidak akan menyerang meskipun bertemu mangsa. Bahkan mereka dapat
bertahan berhari-hari atau beberapa minggu bilamana telah memakan mangsanya dengan
puas. Contoh lain adalah ular Piton. Ular ini akan tidur selama 1-2 bulan setelah menelan
seekor kambing. Contoh lain adalah ikon Koki pada akuarium kaca. Ikan ini akan selalu

9
Binari Manurung, Ekologi Hewan, (Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan (UNIMED), 2012), hal. 158.
10
Djohar Maknun,Ekologi Populasi, Komunitas, Ekosistem Mewujudkan Kampus Hijau Asri, Islami,
dan Ilmiah,(Cirebon : Nurjati Press, 2017), hal 69.

8
menyantap makanan yang diberikan oleh manusia. Berbeda dengan ikon Oskar, yang mana
ikon Oskar belum tentu menyantap mangsa yang diberikan manusia.
Gambaran di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa organisme yang efisien dalam
menangkap energi juga efisien dalam menggunakan energi. Karnivora (Harimau misalnya)
tidak akan membuang-buang tenaga atau energi untuk mencari, menyerang, dan menangkap
mangsanya bilamana mereka belum lapar benar atau belum perlu masukan energi. Sedangkan
organisme yang tidak efisien dalam menangkap energi selalu berusaha untuk memakan
makanan yang ditemuinya (contohnya adalah kambing yang selalu tidak diam memakan
rumput dan dedaunan), bilamana mereka tidak demikian maka kambing tidak dapat
mencukupi keperluan energi untuk hidup mereka.Hal ini membuktikan bahwa kambing
memakan rumput hanya menerima masukan energi yang relatif sedikit pada setiap kali makan
rumput.Hal tersebut juga membuktikan bahwa kambing memiliki efisiensi yang rendah
dalam menangkap energi dari rumput.
Efisiensi Ekologi dalam Ekoenergetika dibagi alas 3 macam yaitu :
1.5.1. Efisiensi Konsumsi (Consumpfion Efficiency)
Energi yang hilang di setiap tingkatan trofik membatasi produksi pada tingkatan trofik di
atasnya.Faktor utama yang membedakan variasi efisiensi konsumsi pada herbivora adalab
perbedaan alokasi tumbuhan pada strukturnya. Efisiensi konsumsi herbivora yang paling
rendah umumnya terjadi di ekosistem hutan (kurang dari 1 % hingga 5 %) karena besarnya
alokasi tumbuban hutan pada struktur kayunya, yang tidak mudah untuk dikonsumsi
herbivora. Pada ekosistem padang rumput, efisiensi konsumsi hebivora lebih tinggi daripada
di hutan (10 — 60%) karena sebagian besar materi tumbuhannya bukan berupa materi
berkayu. Efisiensi konsumsi herbivora tertinggi terdapat pada ekosistem pelagik (umumnya,
lebih besar dari 40 %).
Selain itu, efisiensi konsumsi karnivora seringkali lebih tinggi daripada herbivore, yaitu
antara 5-100%.Contohnya vertebrata predator yang memakan mangsa vertebrata lainnya,
memiliki efisiensi konsumsi lebih besar dari 50%, menunjukkan babwa lebih banyak mangsa
yang dimakan daripada yang memasuki pool tanah sebagai detritus.

1.5.2. Efisiensi Asimilasi (Assimilation Efficiency)


Efisiensi asimilasi ini merupakan proporsi dari energi yang dicerna (In) dan
diasimilasikan (An) ke dalam aliran darah.Efisiensi Asimilasi dipengaruhi oleh kualitas
makanan dan fisiologi konsumen. Materi yang tidak terasirnilasi kemudian dikembalikan ke

9
tanah dalam bentuk feses, komponen input bagi detritus-sistem. Cara menghitung efisiensi
asimilasi ini ditunjukkan dengan persamaan di bawah ini.
Efisiensi asimilasi seringkali lebih besar (sekitar 5-80%) daripada efisiensi konsumsi
(0,1-50%). Karnivora pemakan vertebrata cenderung memiliki efisiensi asimilasi yang lebih
tinggi (sekitar 80 %) daripada herbivora terrestrial (5-20%) karena karnivora tersebut
memakan makanan dengan struktural yang lebib kecil daripada yang terdapat pada tumbuhan
terrestrial.

1.5.3. Efisiensi Produksi (Production Efficiency)


Efisiensi produksi adalah proporsi dari energi yang terasimilasi yang dikonversi terhadap
produksi bewan. Efisiensi produksi ini meliputi pertumbuhan dari individu dan proses
reproduksi untuk membentuk individu baru. Efisiensi produksi ini terutama
dipengaruhi/ditentukan oleh metabolisme bewan.
Energi asimilasi yang tidak tergabung dalam produksi hilang ke lingkungan dalam bentuk
respiratory heat. Efisiensi produksi untuk setiap individu hewan bervariasi dari kurang dari 1
% hingga 50 % dan sangat berbeda antara homoeterm dan poikilotarm. Homoeterm
menghabiskan sebagian besar energi yang diasimilasikannya untuk mempertahankan suhu
tubuh agar konstan.Efisiensi produksi pada homoeterm ini berkurang dengan semakin
kecilnya ukuran tubuh.Efisiensi produksi pada poikiloterm relatif tinggi (sekitar 25%) dan
cenderung menurun dengan bertambahnya ukuran tubuh.11

1.6. Hubungan Dengan Al – Qur’an

َُ‫الش ۡم َس ِض َيٓا ًء َّوالۡ َق َم َر ن ُۡو ًرا َّوقَد ََّر ٗه َمنَ ِاز َل ِل َت ۡعلَ ُم ۡوا عَدَ د‬ َّ ‫َو اذَّل ِ ۡى َج َع َل‬
‫ـق يُ َف ّ ِص ُل ااۡل ٰ يٰ ِت ِل َق ۡو ٍم ي َّ ۡعلَ ُم ۡو َن‬ ‌َؕ ‫الس ِننۡي َ َوالۡ ِح َس‬
‌ِّۚ ‫اب َما َخلَ َق اهّٰلل ُ ٰذكِل َ ِااَّل اِب لۡ َح‬ ِّ
Artinya : “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah
yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar.
Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
(Q.S. Yunus : 5)

11
Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : Universitas Muhammadiyyah Malang Press.

10
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menjadikan matahari sebagai dhiya’ yang
artinya sinar yang terpancar dari matahari yang sangat menyilaukan mata. Matahari dengan
sinarnya merupakan sumber kehidupan, sumber panas, dan sumber tenaga yang dapat
menggerakkan makhluk-makhluk Allah SWT yang diciptakan-Nya.
Matahari memiliki energi cahaya yang sangat besar. Energi cahaya tersebut mampu
menerangi bumi pada sisi yang luas. Cahaya matahari membantu tumbuhan melakukan
fotosintesis yang hasilnya berupa gas oksigen yang merupakan bahan utama pernapasan
makhluk hidup. Selain membantu tumbuhan berfotosintesis, cahaya matahari juga membantu
menguapkan air laut sehingga terjadilah siklus hidrologi dan lain sebagainya. Kecanggihan
teknologi saat ini membuat manusia berfikir untuk memanfaatkan energi cahaya matahari
dengan mengubahnya menjadi sumber energi listrik. Dengan menggunakan solar cell yaitu
sebuah alat semikonduktor yang terdiri dan sebagian besar dioda p-n junction dan dengan
cahaya matahari kemudian di ubah menjadi energi listrik.
Cahaya matahari yang terpancar mejadikan siang menjadi sangat terang. Umumnya
cahaya matahari terlihat seperti seberkas cahaya berwarna putih akan tetapi ilmu pengetahuan
modern menemukan hal lain. Isac Newton melalui bantuan teropongnya berhasil menemukan
garis pertama yang menguraikan partikel berwarna putih itu kedalam 7 warna yang dikenal
sebagai warna pelangi. Bila partikel cahaya matahari menerpa permukaan sebuah benda yang
kemudian memantulkan cahaya merah artinya Benda yang menjadi objek pemantulan cahaya
matahari tersebut berwarna merah. Hal itu berarti benda tersebut telah menyerap semua
warna kecuali warna merah.12

1.7. Studi Kasus yang Berkaitan


Pada jurnal (Achmad , 2015) membahas tentang metabolisme basal pada ikan.
Sebagaimana halnya pada hewan-hewan lain yang bersifat heterotrof, ikan membutuhkan
energi baik untuk proses perawatan tubuh (maintenance), maupun untuk aktivitas fisik,
tumbuh dan bereproduksi. Energi yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan tersebut berasal
dari makanan yang dikonsumsi. Adanya fluktuasi dalam ketersediaan makanan, kondisi
perairan (suhu, salinitas dan oksigen terlarut) dan kondisi ikan berpengaruh terhadap
besarnya energi yang dikonsumsi oleh seekor ikan. Sehingga energi yang dikonsumsi tersebut

12
Anisa Nur Afida, dkk. 2019. Matahari dalam Perspektif Sains dan Al-Qur’an. Indonesia Journal of
Science and Mathematics Education. Vol 2. No. 1, hal 27-35

11
dapat lebih besar atau lebih kecil daripada energi yang dibelanjakan, hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan atau penurunan energi tubuh.

Metabolisme basal merupakan proses awal dari metabolisme yang harus Dipenuhi oleh
mahluk hidup untuk mempertahankan hidupnya. Metabolisme basal Pada ikan terdiri dari
energi yang dibutuhkan untuk respirasi, sirkulasi darah, Gerakan peristaltik usus, perawatan
dan penggantian sel yang rusak. Aplikasi Pengetahuan metabolisme basal pada akuakultur
sangat penting untuk menunjang Pertumbuhan komoditas budidaya. Makanan yang
dikonsumsi oleh ikan atau Intake of Energy (IE) akan Mengalami proses pencernaan,
penyerapan, pengankutan dan metabolism. Sehubungan dengan kekomplekan zat makanan
dan keterbatasan kemampuan Mencerna maka tidak semua makanan yang dikonsumsi dapat
diserap oleh tubuh Ikan. Bagian makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap oleh tubuh
akan Dibuang sebagai feses atau fecal energy (FE), sedangkan zat makanan yang terserap
Atau Digestible Energy (DE) setelah diangkut menuju organ target sebagian akan
Mengalami proses metabolisme atau Metabolizable Energy (ME). Pada ke-2 proses
metabolisme tersebut yakni katabolisme dan anabolisme Akan dihasilkan energi dalam
bentuk panas atau Heat Increatment (HiE). Selain itu Juga, pada proses penguraian
(katabolisme) zat makanan khususnya protein akan Menghasilkan bahan sisa yang harus
diekskresikan, bahan buangan tersebut masih Mengandung energi, yakni Urine Energy (UE)
dan Branchial Energy (ZE). Energi Bebas yang dihasilkan dari proses metabolisme atau Net
Energy (NE) selanjutnya Akan digunakan untuk Basal Metabolism (HeE) dan Voluntary
Activity (HjE). Setelah ke-2 kebutuhan energi tersebut terpenuhi maka sisa energi
selanjutnya akan Digunakan untuk pertumbuhan dan Recovered Energy (RE).13

DAFTAR PUSTAKA
13
Achmad Noerkhaerin Putra. 2015. Metabolisme Basal Pada Ikan (Basal Metabolism in Fish).
Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 5. No. 2 , hal 57-65.

12
Iswandi. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. Padang : UNP Press.
Maknum, Djohar. 2017. Ekologi: Populasi, Komunitas, Ekosistem, Mewujudkan Kampus
Hijau, Asri, Islami dan Ilmiah. Cirebon: Nurjati Press.
Manurung, Binari. 2012. Ekologi Hewan. Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Noerkhaerin, Achmad Putra. 2015. Metabolisme Basal Pada Ikan (Basal Metabolism in Fish).
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 5 (2) : 57-65.
Nur, Anisa Afida, dkk. 2019. Matahari dalam Perspektif Sains dan Al-Qur’an. Indonesia
Journal of Science and Mathematics Education. 2 (1) : 27-35
Sukarsono.2009. Pengantar Ekologi Hewan. Malang: Universitas Muhammadiyyah Malang
Press.
Sumarto, Saroyo dan Roni Koneri. 2016. Ekologi Hewan. Bandung: CV. Patra Media
Grafindo.
Purba, Sumarny Tridelpina, dkk. 2021. Ekologi Hewan. Jawa Timur: Qiara Media.
Wirakusumah. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta: UI Press.

13

Anda mungkin juga menyukai