Anda di halaman 1dari 16

GAMETOGENESIS

Tugas Terstuktur Mata Kuliah Reproduksi & Embriologi Hewan


Dosen Pengampu : Febry Ramadhani, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Mamta Humairoh Nasution (0310193116)
Putri Fatmaya (0310193127)
Rahmi Fitri Yusri (0310193126)
Sarah Hulu (0310193113)
Wulan Purnama Sari Vinia (0310193140)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Gametogenesis" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Reproduksi dan Embriologi
Hewan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang embriologi hewan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Febry Ramadhani, M.Si selaku dosen
Mata Kuliah Reproduksi dan Embriologi Hewan. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 11 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3. Tujuan.............................................................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
2.1. Tahapan proses spermatogenesis .................................................................................... 2
2.2. Tahapan Proses Oogenesis .............................................................................................. 4
2.3. Pengendalian Spermatogenesis ....................................................................................... 6
2.4. Perkembangan Sel Telur di Ovarium .............................................................................. 7
2.5 Pengendalian Oogenesis ................................................................................................. 10
BAB III : PENUTUP ............................................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 12
3.2. Saran .............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam tubuh hewan ataupun manusia terdiri atas dua jenis sel, yaitu sel somatik dan sel
gamet. Sel somatik difungsikan dalam pembentukan sel tubuh. Sedangkan sel gamet
diperuntukkan untuk sel kelamin. Sel kelamin (gamet) ini dihasilkan oleh organ organ yang
tergabung dalam sistem reproduksi. Gametogenesis disebut juga sebagai pembelahan
pemasakan yaitu adanya pembelahan meiosis sehingga sel kelamin yang dibentuk bersifat
haploid.
Sebagaimana yang diketahui bahwa salah satu bagian yang penting dalam sistem
reproduksi adalah sel gamet. Hal ini dikarenakan cikal bakal dari pembentukan individu baru
adalah dari proses reproduksi dan proses reproduksi bermula pertemuan antara sel kelamin
jantan dan betina. Sedangkan gamet adalah sel reproduksi haploid (oosit atau spermatozoa)
yang penyatuannya diperlukan dalam reproduksi seksual untuk mengawali perkembangan
individu baru. Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni metode khusus
pembelahan sel, terjadi pada maturasi sel kelamin dengan cara setiap inti sel anak menerima
separuh jumlah sifat kromosom sel somatik spesiesnya. Pada hewan jantan proses
gametogenesis disebut spermatogenesis yang terjadi di dalam testis, sedang pada hewan betina
disebut oogenesis yang terjadi di dalam ovarium. Dalam hal ini sel kelamin tersebut dihasilkan
oleh proses gametosis. Beberapa dari tahap – tahap meiosis sangat menyerupai tahap – tahap
terkait yang terdapat pada mitosis.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tahapan proses spermatogenesis dan oogenesis ?
2. Bagaimana pengendalian spermatogenesis dan oogenesis ?
3. Bagaimana perkembangan sel telur di ovarium ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tahapan proses spermatogenesis dan oogenesis
2. Mengetahui pengendalian spermatogenesis dan oogenesis
3. Mengetahui perkembangan sel telur di ovarium

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tahapan proses spermatogenesis


Proses diferensiasi dari spermatogonium menjadi spermatozoa disebut sebagai
spermatogenesis. Spermatogenesis merupakan proses yang komplek dan melibatkan
pembelahan baik mitosis dan meiosis. Pada manusia, spermatogenesis dimulai sejak masa
pubertas dan terus berlanjut seumur hidup individu. Spermatogenesis berlangsung di tubulus
seminiferus. Hampir 90% volume testis di tempati oleh tubulus seminiferus dengan berbagai
tahapan perkembangan sel gamet jantan. Di dalam tubulus seminiferus, sel-sel gamet jantan
yang berkembang tersebut, tersusun dengan urutan yang beraturan, dimulai dari bagian
membrana basalis menuju lumen.
Secara umum spermatogenesis dibedakan menjadi tiga tahap yaitu :
1. Tahap spermatositogenesis
2. Tahap meiosis
3. Tahap spermiogenesis

Gambar Tahapan-tahapanprosesspermatogenesis
1. Tahap spermatositogenesis
Tahap spermatositogenesis merupakan tahap awal proses pembentukan spermatozoa.
Tahap ini dipengaruhi oleh sel sertoli, yaitu sel yang memberi nutrisi-nutrisi kepada
spermatogonia, sehingga dapat berkembang menjadi spermatosit. Di dalam
spermatositogenesis, spermatogonia bermitosis menjadi spermatid primer. Dalam tahap ini
terjadi diferensiasi sel-sel germinal primordial menjadi spermatogonium. Spermatogonium
mempunyai jumlah kromosom diploid (2n). Spermatogonia sebagai cikal bakal spermatozoa,

2
menempati bagian paling dasar di membrana basalis, diikuti dengan spermatosit primer,
spermatosit sekunder dan spermatid yang sudah mengarah ke bagian lumen.
Terdapat tiga jenis spermatogonium yaitu :
a. Tipe A(d)/dark: Dengan inti gelap, sel spermatogonium ini akan menggandakan diri dan
merupakan cadangan spermatogonium yang konstan dalam proses psermatogenesis
b. Tipe A(p)/pale: Inti pucat, sel tipe ini akan mengalami mitosis untuk menghasilkan tipe B
c. Tipe B: spermatogonium ini akan membelah diri menghasilkan spermatosit primer
Dalam pembentukan spermatosit primer, spermatogonia akan bermitosis berkali-kali.
Tahap profase di mitosis pertama ini waktunya cukup lama dan spermatosit primer mempunyai
masa hidup paling lama dibandingkan tipe-tipe sel gamet jantan lainnya.. Satu spermatosit
primer akan menghasilkan dua set anakan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder
merupakan tipe sel gamet jantan yang mempunyai masa hidup terpendek.

2. Tahap Meiosis
Tahap meiosis, merupakan tahapan spermatosit primer bermiosis I membentuk
spermatosis sekunder dan langsung terjadi meiosis II yaitu pembentukan spermatid, dari
spermatosit sekunder. Proses ini terjadi saat spermatosit primer menjauhi lamina basalis, dan
sitoplasma semakin banyak. Spermatosit primer awalnya masih mengandung kromosom
diploid (2n) yang kemudian akan mengalami meiosis. Di dalam proses pembentukan
spermatosit sekunder, spermatosit primer akan menjauh dari lamina basalis, sitoplasma
bertambah banyak, dan terjadi pembelahan meiosis pertama membentuk dua spermatosit
sekunder dengan jumlah kromososm haploid (1n). Pada proses meiosis pertama akan langsung
diikuti dengan pembelahan meiosis kedua yang membentuk empat spermatid masing-masing
dengan kromosom haploid.

3. Tahap Spermiogenesis
Tahapan Spermiogenesis, merupakan tahap transformasi spermatid menajdi
spermatozoa. Tahapan ini terdiri dari empat fase : yaitu fase golgi, fase tutup. fase akrosom,

3
dan fase pematangan. Spermatozoa yang terbentuk terdiri dari tiga bagian: kepala, leher, dan
ekor spermatozoa.
Gambar Jumlah kromosom sel-sel gamet saat spermatogenesis
Setelah melewati tahap spermiogennesis, spermatozoa yang telah masak akan
dibebaskan dari sel sertoli ke lumen tubulus seminiferus untuk selanjutnya menuju epididimis.
Proses pelepasan tersebut dinamakan Spermiasi (Spermiation). Spermatozoa pada dasarnya
belum memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Spermatozoa non motil ini
ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan akan bergerak menuju epididimis
yang disebabkan kontraksi otot peritubuler. Spermatozoa baru mampu bergerak aktif progresif
dalam saluran epidimis, namun pergerakan spermatozoa dalam saluran reproduksi jantan
bukan karena motilitas sperma sendiri melainkan karena adanya kontraksi peristaltik otot
saluran reproduksi tersebut.
Secara umum bagian kepala spermatozoa yang telah amsak, terdapat akrosoma yang
terbentuk dari badan golgi dan mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi
untuk menembus lapisan pelindung ovum. Pada bagian ini juga terdapat inti spermatozoa yang
menyimpan sejumlah informasi genetik yang akan diwariskan kepada keturunannya. Bagian
leher spermatozoa, banyak mengandung mitokondria. Leher spermatozoa merupakan tempat
oksidasi sel untuk membentuk energi, sehingga sperma dapat bergerak aktif. Bagian ekor
spermatozoa, merupakan alat gerak mendorong spermatozoa masuk ke dalam vas deferen dan
duktus ejakulatorius dan menuju ovum untuk proses fertiliasi.

Gambar Bagian-bagian spermatozoa

2.2. Tahapan Proses Oogenesis


Oogenesis terjadi pada ovarium hewan betina tepatnya pada bagian kortek. Oogenesis
dimulai sejak masih di dalam kandungan yaitu dimulai sejak pembentukan bakal telur
(oogonium) yang berasal dari sel germinal primordial menjadi oogonia. Setelah 3 bulan umur
fetus oogonia (2n) tersebut akan membelah secara mitosis menjadi oosit primer (2n) dan
dilanjutkan pembelahan meilosis hingga pada fase profase. Oosit primordial tersebut akan
berhenti membelah atau biasa disebut resting primary oocyte lahir hingga individu masuk masa
pubertas. Setelah pubertas pembelahan meiosis yang sudah sampai pada tahap profase

4
kemudian dilanjutkan dengan anafase, metafase dan telophase hingga menjadi oosit sekunder
haploid (n), dan badan polar I (n). Tahapan selanjutnya yaitu oosit sekunder dan badan polar I
samasama mengalami pembelahan metosis II di mana oosit sekunder akan menjadi satu buah
oosit (sel telur) dan kemudian berhenti pada fase metafase sekitar 3 jam sebelum terjadinya
ovulasi. Selain itu, dihasilkan pula satu buah badan polar II. Sedangkan badan polar I setelah
pembelahan meiosis II akan berubah menjadi dua buah badan polar Il. Sehingga pada setiap
oogonesis akan menghasilkan satu buah sel telur dan 3 badan polar yang akan mengalami
degenerasi.
Bersamaan dengan oogenesis juga terjadi folikulogenesis, yaitu pembentukan folikel.
Oosit yang terbentuk dari proses oogenesis pada setiap tahapnya akan dikelilingi oleh lapisan
sel epitel. Pada saat oosit primer hanya terdapat satu lapis sel epitel (granula) disebut dengan
folikel primer dan sudah terbentuk lapisan zona pelusida. Selanjutnya terus mengalami
perkembangan menjadi folikel sekunder yang ditandai dengan adanya tiga atau lebih lapisan
granula dan terbentuk sel teka interna, folikel tersier dicirikan dengan lapisan granula yang
semakin tebal dan ditemui adanya antrum yang di dalamnya terdapat cairan liguor folikuli, dan
setelah itu folikel terus berkembang menjadi folikel degraf yaitu folikel yang paling matur
terbentuk kumulus ooporus dan siap untuk ovulasi. Folikulogenesis distimullasi oleh hormon
FSH (Fotikel Stimulasing Hormon), dan proses ovulasi distimulasi oleh hormon LH
(Luteinizing Hormon).1
Pada pembahasan oogenesis akan diuraikan tahap demi tahap, karena tahap demi tahap
ini merupakan tahapan perkembangan atau proses yang terjadi pada oogenesis. Oogenesis
adalah proses pembentukan sel telur. Mula-mula dalam ovarium terjadi oosit primer yang
kemudian membelah tidak sama besar dan terbentuk oosit sekunder dan badan polar. Inti kedua
sel tersebut sebenamya sama besar, tetapi berbeda dalam jumlah plasma sel. Oosit sekunder
kemudian membelah kembali menjadi sel ovum sempurna dan badan polar yang kecil. Adapun
badan polar tersebut tidak berkembang lagi. Badan polar tersebut tidak berfungsi dalam
reproduksi. Kedua badan polar yang dihasilkan dalam proses oogenesis ini akan hancur,
sehingga proses oogenesis ini hanya menghasilkan satu ovum, tidak seperti spermatogenesis
yang menghasilkan empat sperma yang fungsional. 2

1 Herlina Pratiwi, Aulia Firmawati, dan Herawati, Embrilogi Hewan, (Malang : UB, Press 2019)

2 Ramadhan Sumarmin, Perkembanagn Hewan, (Jakarta : Kencana, 2016)

5
2.3. Pengendalian Spermatogenesis
Pengendalian spermatogenesis secara hormonal sangat bervariasi di antara spesies.
Pada manusia, mekanisme spermatogenesis masih belum terjawab dengan jelas. Namun telah
diketahui bahwa inisiasi spermatogenesis terjadi pada masa pubertas yang merupakan interaksi
antara kelenjar hypotalamus, pituitary dan sel Leydig. Hormon utama yang berperanan dalam
spermatogenesis adalah Luteinizing Hormone (LH), Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Testosteron. Luteinizing Hormone mengontrol spermatogenesis melalui sekresi testosteron
yang diproduksi oleh Sel Leydig. Sementara itu testosteron akan mempengaruhi sel Sertoli
dengan cara meningkatkan tingkat responsifitasnya terhadap FSH dan secara simultan akan
menghambat sekresi LH dengan cara mekanisme umpan balik negatif melalui poros
hipotalamo-hipofiseos. FSH bertugas mengontrol pematangan epitelium germinal dengan
mempengaruhi langsung sel Sertoli dan menginduksi sel Sertoli untuk memproduksi protein
yang mengikat androgen atau disebut Androgen Binding Protein (ABP). Dalam kondisi tidak
adanya kelenjar pituitary, spermatogenesis dapat diinisiasi oleh FSH dan Testosteron. FSH
diperlukan untuk merangsang produksi ABP oleh sel Sertoli dan membantu fungsi sel Sertoli
sebagai “blood-testis barier” serta fungsi lain sel Sertoli. Ketika sel Sertoli telah berfungsi,
maka testosteron dapat bertindak memelihara spermatogenesis. Dalam kondisi normal, FSH
akan akan memicu terbentuknya spermatogonia dengan cara mencegah atresia Spermatogonia
A yang sedang berdiferensiasi. Spermatogonia A 50% nya dapat dikurangi dengan cara
meningkatkan aktivitas seksual. Kadar FSH di jantan dipengaruhi oleh lingkungan,
ditingkatkan oleh aktivitas seksual dan dihambat oleh adanya inhibin Androgen kemudian
ditransport dari tempat produksinya yaitu sel Leydig untuk merangsang perkembangan sel-sel
benih jantan di tubulus seminiferus. ABP diproduksi oleh sel Sertoli dan di curahkan ke lumen
untuk bergabung dengan androgen menuju ke caput epididimis. Sintesis ABP tergantung
kepada stimulasi FSH tetapi hanya setelah sel sertoli tidka ada dalam pengaruh androgen.
Testosteron berpartisipasi untuk menginduksi dan memelihara spermatogenesis, beraksi

6
melalui reseptor androgen sel sertoli atau melalui reseptor androgen sel spermatogenik. Selain
mekanisme di atas, testes juga menskresikan hormon-hormone lain yang berperanan dalam
regulasi spermatogenesis namun mekanisme yang jelas belum sepenuhnya diketahui. Salah
satu diantaranya adalah estradiol (E2). Saat pertama diteliti, E2 merupakan hormon sex wanita.
Namun reseptor estrogen (ER) juga ditemukan banyak di sel-sel testikular, mengindikasikan
bahwa estrogen juga berperanan di dalam pengaturan kerja testikular. Di testis manusia,
Ermerupakan reseptor utama dari estrogen dan berada di nukleus spermatogonia, spermatosit
dan perkembangan awal spermatid orang dewasa.
Pengendalian hormonal spermatogenesis juga terjadi dengan mekanisme interaksi
autokrin dan parakrin. Inhibin-b (Inh-b) dan Antimullerian Hormone (AMH) berperanan dalam
pengendalian spermatogenesis. Pada manusia, Inh-b dihasilkan oleh sel sertoli dan dikontrol
sekresinya oleh FSH dari kelenjar pituitary dan dikendalikan dengan umpan balik negatif. Dari
jalur tersebut nampak bahwa, apabila kadar Inh-b rendah di dalam peredaran darah, maka
mengindikasikan ada gangguan dalam spermatogenesis. Sementara itu AMH juga disekresikan
oleh sel Sertoli dan produksinya dipengaruhi oleh faktor transkripsi, testosteron, FSH dan
spermatosit saat profase I. 3

2.4. Perkembangan Sel Telur di Ovarium


Pada mamalia, ovarium merupakan gonad betina yang bertanggung jawab terhadap
diferensiasi dan pembebasan sel telur (oosit) yang masak. Sel telur yang masak tersebut
kemudian akan melalui proses fertilisasi. Ovarium juga berperanan sebagai kelenjar endokrin
yang menghasilkan hormon steroid untuk menyokong perkembangan karakteristik dan
sifatsifat sekunder seksual serta mensupport kehamilan. Selain itu, ovarium berfungsi
mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen dan progesteron. Hormon-hormon
tersebut penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri seks sekunder. Estrogen dan
progesteron berperan dalam persiapan dinding uterus untuk implantasi telur yang telah dibuahi.
Peran lain ovarium adalah memberikan sinyal kepada kelenjar hipotalamus dan pituitari dalam
mengatur sikuls menstruasi
Secara anatomi, ovarium (contoh pada sapi) mempunyai bentuk ovoid dan berukuran
sekitar 4 x 2 x 1.5 cm. Ovarium berada di peritoneal dan diikat oleh suatu ligament yang disebut
sebagai mesovarium. Peritoneum yang melapisi permukaan ovarium disebut epitelium

3 Sri Nita dan Lusia Hayati. Mekanisme Anti fertilitas Fraksi Biji Pepaya pada Tikus Jantan.
Sriwijaya Journal Of Medicine

7
germinativum ovarium. Sementara itu, lapisan lebih dalamnya berupa jaringan ikat padat yang
disebut tunika albuginea. Lapisan setelah tunika albuginea adalah kortek yang tersusun atas
folikel-folikel telur yang sedang berkembang yang dilingkupi oleh fibroblast, kolagen dan serat
elastis. Bagian terdalam ovarium adalah medula, yang tersusun atas pembuluh darah, pembuluh
limfatik dan serabut saraf.
Di dalam ovarium terjadi proses perkembangan sel telur (oogenesis). Sel-sel telur yang
sedang berkembang tersebut disertai dengan perkembangan kelompok sel yang disebut sel
folikel. Pada manusia, perkembangan oogenesis dari oogonium menjadi oosit terjadi pada
embrio dalam kandungan dan oosit tidak akan berkembang menjadi ovum sampai dimulainya
masa pubertas.
Pada masa pubertas, ovum yang sudah masak akan dilepaskan dari sel folikel dan
dikeluarkan dari ovarium. Proses pelepasan ovum masak dari ovarium disebut ovulasi. Ketika
folikel telah mengalami ovulasi, maka akan terjadi perubahan pada sel-selnya dibawah
pengaruh luteinizing hormone (LH). Mula nya folikel akan menjadi corpus hemorrhagicum
(ditandai adanya perdarahan di tempat bekas ovulasi), selanjutnya berkembang menjadi corpus
luteum (berwarna kuning) dan aktif menjalankan fungsinya, dan pada akhirnya mengalami
degenerasi menjadi corpus albican (warna menajdi putih). Sel ovum siap untuk dibuahi oleh
sel spermatozoa dari pria, yang apabila berhasil bergabung akan membentuk zigot.

Secara rinci penjelasan perkembangan sel-telur di dalam ovarium adalah sebagai


berikut :
1. Sel-Sel Kelamin Primordial/oogonium
Sel-sel kelamin primordial atau oogonium awalnya nampak di dalam ektoderm
embrional dari saccus vitellinus, dan bermigrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada
8
minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Tiap oogonium dikelilingi oleh sel-sel
pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrisi oogonium dan sekaligus membentuk
folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial yang terbentuk akan bermigrasi ke bagian stroma cortex ovarium
dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya
berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa anak-anak, namun tidak satupun
mencapai maturasi (masak). Saat pubertas, tiap folikel menyelesaikan proses pemasakan dan
disebut folikel de Graaf. Di di folikel de Graff terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) dari oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Tiap satu
pasang kromosom merupakan kromosom menentukan jenis kelamin. Sementara kromosom-
kromosom yang lain disebut autosom. Tiap kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin
membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Pembelahan meiosis terjadi di ovarium pada saat folikel de Graaf mengalami maturasi
dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau sel telur akan membelah sehingga kromosom
terpisah dan membentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Tiap set
tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut
oosit sekunder. Sel yang ukurannya lebih kecil disebut bdan kutubatau badan polar pertama.
Badan polar primer kadang-kadang dapat membelah diri, namun secara normal akan
mengalami degenerasi. Pembelahan meiosis pertama ini menghasilkan kromosom haploid pada
oosit sekunder dan badan polar primer. Pertukaran kromatid dan bahan genetiknya juga terjadi
dalam proses meiosis ini.
5. Oosit Sekunder
Pada saat pembelahan meiosis kedua, umumnya terjadi apabila ada fertilisasi, yaitu saat
kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder kemudian membelah
membentuk ootid yang kemudian berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi
kedua. ampai tahap ini terbentuk tiga badan polar serta satu ovum masak, baik badan polar dan
ovum mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan mengalami degenerasi. Ovum
yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional
menjadi zigot dan pembelahan lebih lanjut. 4

4
Rudi Agung Nugroho, Reproduksi Perkembangan Hewan. (Yogyakarta : Buku Ajar, 2015)

9
2.5 Pengendalian Oogenesis
Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dari sel induk telur (oogonium)
yang bersifat diploid dan mengandung 23 pasang kromosom membelah secara mitosis
menghasilkan oosit primer. Kemudian, oosit primer akan membelah secara meiosis I
menghasilkan dua sel yang ukurannya tidak sama, yang berukuran besar (normal) disebut oosit
sekunder, sedangkan yang berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer (polosit primer).
Selanjutnya, oosit sekunder membelah secara meiosis II menghasilkan ootid dan badan kutub
sekunder (polosit sekunder). Ootid kemudian akan tumbuh menjadi ovum.
Pengendalian hormonal oogenesis berlangsung karena adanya interaksi antara
hipotalamus, pituitary dan ovarium. Beberapa hormon yang berperanan dalam proses
pembentukan oogenesis diantaranya adalah: gonadotropin releasing hormone (GnRH), follicle
stimulating hormone (FSH) dan lutinuezing hormone (LH).Saat usia reproduksi matang terjadi
siklus menstruasi oleh adanya aktivitas aksis hipothalamus-hipofisis-ovarium. Organ
hypothalamus menghasilkan hormon GnRH yang berperanan dalam stimulasi hipofisis untuk
mensekresikan hormon FSH dan LH. Baik hormon FSH dan LH akan menyebabkan
serangkaian proses di ovarium sehingga memicu disekresikannya hormon estrogen serta
progesteron. Hormon LH akan merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon
progesteron dan merangsang terjadinya ovulasi. Pada masa-masa pubertas, hormone
progesteron juga berperanan dalam memacu sifat kelamin sekunder. Sementara itu, hormon
FSH akan merangsang ovulasi dan memicu folikel untuk membentuk estrogen, memacu
perkembangan folikel.
Hormon yang terlibat dalam oogenesis adalah FSH, LTH dan LH yang berasal dari
hipofisa. FSH menstimulasi pertumbuhan sel folikel sehingga menghasilkan estrogen.
Estrogen menstimulasi perkembangan saluran telur. LH menstimulasi perubahan sel folikel
menjadi korpus luteum sehingga menghasilkan progesteron. LTH mempertahankan kehidupan
korpus luteum untuk tetap menghasilkan progesteron, menjaga kehamilan. Kerjasama dari
hormon-hormon tersebut dapat mempertahankan kehidupan sel telur. Ovulasi dipengaruhi oleh
konsentrasi antara FSH dan LH. Hormon dapat mempengaruhi sel target karena adanya protein
reseptor pada sel target. Protein reseptor bereaksi dengan molekul hormon sehingga
menstimulasi adenilsiklase menjadi aktif dalam sitoplasma. Adenil siklase bereaksi dengan
molekul ATP membentuk AMP siklis (cAMP). Molekul ini mengaktivasi kinase, yang
akhirnya dapat mempengaruhi inti sel untuk terjadi transkripsi. Oogenesis berakhir dengan

10
keluarnya telur dari ovarium untuk melanjutkan ke proses fertilisasi. Pada umumnya sel telur
vertebrata mengalami pembelahan meiosis pada waktu ovulasi. Ovulasi pada telur mammalia
terjadi karena LH, tekanan turgor rongga folikel dan kontraksi otot halus pada theka folikel.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni metode khusus
pembelahan sel, terjadi pada maturasi sel kelamin dengan cara setiap inti sel anak
menerima separuh jumlah sifat kromosom sel somatik spesiesnya. Pada hewan jantan proses
gametogenesis disebut spermatogenesis yang terjadi di dalam testis, sedang pada hewan betina
disebut oogenesis yang terjadi di dalam ovarium. Gametogenesis adalah proses pembentukan
gamet atau sel kelamin. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis.

3.2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
masukan dan kritik yang membangun dari pembaca supaya kedepannya bisa lebih baik lagi.
Sekian dan Terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nita, Sri dan Lusia Hayati. Mekanisme Anti fertilitas Fraksi Biji Pepaya pada Tikus Jantan.
Sriwijaya Journal Of Medicine .
Nugroho, Rudi Agung. 2015. Reproduksi Perkembangan Hewan. Yogyakarta : Buku Ajar.
Pratiwi, Herlina, Aulia Firmawati, dan Herawati. 2019. Embrilogi Hewan. Malang : UB
Press.
Sumarmin, Ramadhan. 2016. Perkembanagn Hewan. Jakarta : Kencana.

13

Anda mungkin juga menyukai