Anda di halaman 1dari 16

Teologi islam

QISM AL-ILAHIYAT
(RUBUBIYAH DAN ULUHIYAH)

Dosen pengampu:
Syukur Madani Siregar, M.Pd

OLEH:
Kelompok 3
Tadris Biologi 4 2019

Deni Puspita Sari (0310193143)


Ika Julpia Harahap (0310193119)
Pooja Hujaibah (0310193115)
Wulan Purnama Sari Vinia (0310193140)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmat dan hidayah-Nya yang mengiringi kami. Serta terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini berjudul “Qism Al-Ilahiyat (Rububiyah dan Uluhiyah)”sebagai tugas
dari mata kuliah “Teologi Islam”. Materi yang terkandung dalam makalah ini
mencakup dari bagian mata kuliah itu sendiri. Adapun sumber penulisan makalah
ini adalah buku referensi dan website-website resmi yang telah berhasil saya
kumpulkan.
Namun saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat relevan dan
bersifat membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Akhirnya,
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, 29 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i


Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3. Tujuan................................................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN
2.1.Pengertian ilmu Tauhid ...................................................................... 2
2.2.pengertian Qism Al-Ilahiyat ............................................................... 2
2.3.pembagian Tauhid ............................................................................. 4
A. Tauhid Rububiyah ........................................................................ 4
1) Syahada Rububiyah ................................................................ 6
2) Pengamalan Tauhid Rububiyah ............................................ 7
B. Tauhid Uluhiyah /Ubudiyah ......................................................... 8
1) Syahada Uluhiyah .................................................................. 9
2) Pengamalan Tauhid Uluhiyah ................................................ 10
2.4. kaitan antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah .................................. 11

BAB III:PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 12

Daftar Pustaka ................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembahasan mengenai teologi atau Tauhid merupakan hal yang paling
urgen dalam agama islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam
membentuk pribadi pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar
dari pada aqidah islamiyah.
Ada tiga macam Tauhid dalam islam, yakni: Tauhid Rububiyah,
Uluhiyah, Asmawa sifat. Ketiga Tauhid tersebut harus dimilikin oleh manusia
sebagai hamba-Nya. Sebagai umat muslim kita tidak boleh hanya memiliki
salah satu dari ketiga tauhid tersebut, karna ketiga Tauhid tersebut merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan.
Jadi tiga jenis Tauhid di tasa, wajib di ketahui oleh setiap muslim
karna Tauhid adalah pondasi keimanan seseorang kepada Allah ta‟ala,
sehingga hendaklah kita senantiasa menjaga kemurnian Tauhid kita di dalam
beribadah kepada Allah ta‟ala dari apa saja yang Dapat merusak Tauhid kita.

1.2 Rumusan Masalah


a) apa yang di maksud dengan Tauhid Rububiyah?
b) Apa yang di maksud dengan Tauhid Uluhiyah?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah juga agar
mengetahui pentingnya Tauhid bagi umat islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Tauhid


Ilmu Tauhid disebut juga dengan “Theologi Islam” Karena ilmu ini
membahas dan membicarakan tentang Tuhan menurut ajaran Islam. Perkataan
“tauhid” berasal dari bahasa Arab yaitu “wahhada-yuwahhidu” menjadi
“tauhidan”.Secara etimologi, tauhid berarti “keesaan”. Pengertian ini sejalan
dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia yaitu:
“Keesaan Allah; mentauhidkan berarti “mengakui keesaan Allah”.1
Sekalipun Theologi itu dinyatakan sebagai ilmu, tapi jangan disamakan
dengan ilmu alam lainnya, seperti ilmu Biologi, Zoologi dll.Pada ilmu alam,
pembuktiannya adalah berdasarkan observasi (pengamatan), bahkan ada yang
melakukan percobaan dan pengujiaan di laboratorium.Sedangkan pembuktian
pada Ilmu Tauhid bukan berdasarkan observasi tetapi pembuktian partisipasi,
yakni keikutsertaan seluruh jiwa dan perasaan untuk percaya sepenuhnya terhadap
Allah Yang Maha Kuasa.
Ilmu Tauhid pada masa Rasulullah SAW belumlah ada, sebab pada masa itu
problem teologis dalam umat Islam belumlah muncul. Problem teologis dalam
umat Islam baru muncul pada zaman pemerintahan Ali bin Abi Thalib (656-661
H) yaitu dengan munnculnya kelompok khawarij dan juga berbagai aliran lainnya.

2.2 pengertian Qism Al-Ilahiyat


Secara terminologi dan yang dipahami secara „urf dalam filsafat dan teologi,
ilahiyat adalah bahasan-bahasan yang berkenaan dengan makrifatullah dan
pembuktian eksistensi Tuhan, sifat-sifat jalal dan jamal-Nya, dan sifat-sifat zat
serta sifat-sifat fi‟il-Nya. Dan bahkan pendefinisian seperti ini dapat diperluas
lagi, sehingga fungsinya menjadi lebih sempurna dan universal. Yakni ilahiyah
mencakup seluruh bahasan dari pembuktian eksistensi Tuhan dan argumen-
argumen yang mendasarinya, dan juga sifat-sifat kesempurnaan dan perbuatan-
perbuatan dalam bentuk takwini dan tasyri‟I yang muncul dari Allah SWT sesuai

1
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, 1989), hal 907

2
dengan kehendak dan ikhtiar yang didasari oleh hikmah dan lutf (taufik). Dan
juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan sunnatullah di alam penciptaan
takwini dan tasyri‟I, hasil dan tujuan dari perbuatan-perbuatan Ilahi, dan
perbuatan-perbuatan yang bukan bersumber dari-Nya serta inayah dan
pertolongan, baik itu secara khusus maupun secara umum, kepada hamba-hamba-
Nya.

Ilahiyat dalam kitab Nahjul Balaghah


Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan ajaran-ajaran Tauhid dan
penyembahan pada tuhan yang satu. Seperti yang diketahui bahwa seluruh ayat-
ayat Alquran dalam berbagai aspek pengetahuan memiliki ciri khas tersendiri dan
materi Ilahiyah merupakan salah satu bentuk jawaban dari ayat-ayat tersebut.
Kalimat Islam adalah kalimat tauhid dan seruan Islam dimulai dengan
kalimat ini. Seluruh aturan-aturan yang ada dalam Alquran dan Islam ditujukan
untuk supaya manusia mengenal Allah SWT dan hanya menyembah Dia semata-
mata dan tidak menyembah selain Dia serta tidak tunduk dan menyerah kepada
pemerintahan yang bukan berdasar pada aturan Ilahi dan hanya tunduk dan patuh
kepada agama, ajaran, aturan dan syari‟at Ilahi. Salah satu bentuk tauhid adalah
pengakuan bahwa hanya Allah SWT yang berhak membuat aturan dan syari‟at
dan –selain Dia– tidak ada seorang pun yang berhak dan layak membuat aturan.
Dan barang siapa meyakini dan mengakui bahwa selain Allah SWT ada orang
yang layak dan berhak membuat aturan dan hukum, maka orang tersebut telah
dengan transparan menyatakan kemusyrikannya.
Ali bin Abi Thalib As. adalah orang pertama yang memiliki ketauhidan sejati
dalam maktab Islam. Hubungannya dengan Rasulullah saw –guru dan
pembimbing spiritual tertinggi– sedemikian erat dan dekat sehingga tak diragukan
lagi bahwa Imam Ali As adalah bentuk tajalli (manifestasi) dari pribadi
Rasulullah dan inkarnasi sempurna ajaran-ajaran Islam.
Pada dasarnya maktab tarbiyah dan taklim yang diperoleh Rasulullah saw
adalah sama sumbernya dengan tarbiyah dan taklim yang diperoleh Imam Ali As.
Dalam maktab itulah, yang mana sang Mahaguru (Allah SWT) mengajar dan
mendidik Rasulullah saw, Imam Ali As hadir dan mendengar langsung
pengajaran-pengajaran yang disampaikan kepada Nabi saw sehingga makna-
makna wahyu pun tersingkap bagi Imam Ali As., bedanya hanya saja Nabi saw

3
sebagai lawan bicara dan utusan yang ditugaskan menyampaikan risalah
sedangkan Imam Ali As. hanya sebagai audiens dan Nabi saw dengan sengaja
menyampaikan ajaran-ajaran yang diterimanya langsung dari Allah SWT kepada
Imam Ali As. supaya naskah yang didengarnya Ali As. sesuai dengan aslinya.
Dengan melihat dan menyaksikan bagaimana hubungan erat dan dekat Imam
Ali As. dan Rasulullah saw, maka bukanlah sesuatu yang aneh jika metode
interpretasi dan penafsiran Imam Ali As. ihwal Ilahiyah dalam Alquran sangat
menakjubkan, spektakuler dan bahkan tidak pernah terdengar dari salah seorang
sahabat pun dan tidak heran kalau dalam Ilahiyah beliau As. memiliki maqam
yang sangat tinggi dan tak pernah terlintas di benak dan pikiran seorang pun.
Setiap orang memiliki potensi untuk mencapai suatu maqam dan Ilahiyah, namun
tidak akan pernah sampai kepada maqam yang diketahui dan didiskripsikan Imam
Ali As.

2.3 Pembagian Tauhid


A. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah tauhid ketuhanan berupa keyakinan dan
pengakuan sepenuhnya bahwa hanya AllahSWT lah satu-satunya zat yang
menciptakan dan mengatur alam semesta ini tanpa bantuan dari kekuatan
lain. Baik dari alam nyata atau alam gaib, diciptakan oleh satu Tuhan, Tuhan
yang satu itulah yang menciptakan bumi, langit, bulan, matahari, dan
bintang-bintang. Tuhan yang satu itu pula yang menciptakan malaikat, jin,
dan iblis.2 Seperti dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Anbiya ayat 22 yang
artinya :

“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-Tuhan selain Allah, tentulah


keduanya itu telah rusak binasa.Maka Maha Suci Allah yang mempunyai
Arasy dari pada apa yang mereka sifatkan”.

Tauhid Rububiyah ini sudah ada dan dimiliki oleh manusia sejak masih
berada dalam ruh al-mahfuzh, telah terjadi perjanjian antara Allah dan

2
Dra.Hj. Musdalifah daulay, ilmu Tauhid / ilmu Kalam, (medan : UINSU, 1999) hal 22

4
manusia itu sendiri. Hal ini diinformasikan dalam Al-Qur‟an surat Al-
A‟raf,bahwa Allah telah berkata kepada manusia :
“Alasta Birabbikum “ (Bukankah Aku ini Tuhan kalian?)“
“Balas Syahdinaa” ( Betul, kami telah menyaksikannya)”.

Sesungguhnya kaum musyrikin Arab mengetahui bahwa hanya Allah


semata pencipta segala sesuatu, namun demikian mereka tetap musyrik.
Sebagaimana diterangkan dalam beberapa ayat Al-Qur‟an berikut:

- Surat Al-Ankabut ayat 61.


“Dan sesungguhnyajika kamu tanyakan kepada mereka “Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan ?” tentu
mereka akan menjawab “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat)
dipalingkan (dari jalan yang benar)”.

- Surat Al-Mukminun ayat 84-89


“Tanyakanlah: kepunyaan siapakah bumi dan siapapun yang ada di
dalamnya, jika kamu tahu? (84) niscaya mereka akan menjawab:
kepunyaan Allah. Tanyalah (kembali): (kalau demikian) apakah kam tidak
juga ingat? (85) tanyakan (kembali): siapakah Tuhan pengasuh langit tujuh
dan tuhan yang mempunyai „Arasy yang besar? (86) niscaya mereka akan
menjawab: kepunyaan Allah! Tanyakan (kembali): apakah kamu tidak juga
mau bertakwa? (87) tanyakan (pula): di tangan siapakah kekuasaan tiap tiap
sesuatu, sedang dia yang melindungi (dari murka-Nya), jika kamu
mengetahui? (88) niscaya mereka akan menjawab: kepunyaan Allah.
Katakanlah: kalau demikian apakah agaknya yang menyebabkan kamu
tertipu (89)”

- Surat Az-Zukhruf ayat 9


“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?” niscaya mereka akan menjawab “Semuanya
diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.

5
1). Syahadah Rububiyah
Syahadah Rububiyah maksudnya adalah pengakuan, pembenaran, dan
kesaksian hati secara terus menerus bahwa hanya Allah semata yang
menjadi Rabb, Pencipta, Pengatur, Pemelihara dan Penentu perjalanan
alam semesta beserta segala isinya. Untuk menumbuhkan syahadah
Rububiyah ini,proses yang perlu dan harus dilakukan adalah penghayatan
secara mendalam di dalam hati dari pengetahuan tentang ke-Esaan Allah
tersebut. Untuk tumbuhnya kesadaran hati, manusia harus menyadari
sesungguhnya ada 7 sifat/asma Allah yang diberikan Nya kepada manusia
sebagai makhluk sempurna yaitu:
a) Kehidupan
b). Ilmu/mengetahui
c). Kekuasaan
d). Kehendak
e). Mendengar
f). Melihat
g). Berkata-kata
Ketujuh sifat tersebut apabila tidak diakui sebagai pemberian Allah,
akan membuat manusia menjadi kufur dan angkuh bahkan akan membuat
manusia menjadi takabur dan menjadikan dirinya Tuhan seperti yang
terjadi pada Fir”aun.
Karena itu, yang paling utama dan mendasar harus diakui dan
dibenarkan oleh manusia dalam hatinya adalah bahwa ketujuh sifat/asma
Allah diatas hanyalah milik Allah yang diberikan kepada manusia.
Pengakuan hati tersebut selanjutnya harus dilafalkan dengan kalimat:

ِ‫اَل اح ْولا او اَل ُق َّوةاإ ََّل اِبللهاال اع الياال اع اظ ْ اي‬


ِ
“Tiada daya dan kekuatan kecuali bersama Allah”

Kemudian dilanjutkan dengan pengakuan bahwa Allah itu Esa.

ُ ‫ لَه ُ ال ُم ْل‬، ُ‫ك لَه‬


‫ك َولَهُ ال َح ْم ُد ؛ َوه ُ َو َعلَى ُك ِّل َش ْيء‬ َ ‫ال إلهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َده ُ الَ َشري‬
‫قَ ِدير‬

6
“Tiada Tuhan yang harus disembah kecuali Allah, yang Maha Esa iada
sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan pujian, Dia yang Maha
Menghidupkan dan Mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segalanya”.

2). Pengamalan Tauhid Rububiyah


a. Mencintai Allah melebihi cinta kepada yang lain, takut hanya
kepada-Nya dan berjuang hanya di jalan-Nya.
b. Lahirnya perilaku terpuji, seperti ridho, rendah hati, syukur, dan
sabar
c.Berlindung dan berdoa hanya kepada Allah
- Surat Al-Falaq ayat 1-5
“aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (1). Dari
kejahatan makhluk-Nya (2).Dan dari kejahatan malam apabila
telah gelap gulita (3).Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang
sihir yang menghembus pada bhul-buhul (4).Dan dari kejahatan
pendengki bila ia dengki (5)”.

- Surat An-Naas ayat 1-6


“aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia (1). Raja manusia (2).Sembahan manusia (3).Dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi (4).Yang
membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia (5). Dari
(golongan) jin dan manusia (6)”.

d.Berbakti kepada kedua orangtua


e.Berbuat baik terhadap sesama makhluk
- Surat Al-Qashash ayat 77
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrakan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbat kerusakan”.

7
f. Tawakal hanya kepada Allah
Tawakal adalah menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha
yang dilakukan kepada Allah SWT serta berserah diri sepenuhnya
kepada-Nya untuk mendapatkan manfaat atau menolak yang
mudharat.

B. Tauhid Uluhiyah/Ubudiyah
Tauhid Uluhiyah/Ubudiyah yaitu suatu keyakinan yang penuh yangmesti
tertanam secara kokoh dalam jiwa seorang muslim bahwa tidak ada Tuhan
yang wajib disembah, tempat meminta pertolongan dan tujuan beribadah
selain daripada Allah SWT.3
Tauhid Uluhiyah/Ubudiyah ini sudah menjadi ketentun Allah Swt dalam
menciptakan manusia, sebagaimana ditegaskan dalam surat Az-Zariyat ayat
56 yang artinya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepadaku”.

Menyembah/beribadah kepada Allah, menurut ajaran Islam memiliki


dua pengertian, yaitu:4
1. Ibadah Mahdhah, yaitu pengabdian yang menyangkut hubungan vertikal
kepada Allah SWt yang cara dan waktu pelaksanannya telah ditentukan
jelas.
2. Ibadah Ammah, yaitu pengabdian kepada Allah dalam bentuk aktivitas
hidup sehari-hari yang ketentuan mengenai cara dan
waktu.pelaksanaanya tidak diatur secara tegas dalam Al-Qur‟an dan
hadits dengan syarat tujuannya baik, tidak bertentangan dengan syaruat
Islam, dan niatnya ikhlas karena Allah semata.

3
Dra.Hj. Musdalifah daulay, ilmu Tauhid / ilmu Kalam, (medan : UINSU, 1999) hal 23
4
Hanafi.Teologi Islam (ilmu kalam), (Jakarta: pustaka Al-Husna, 1980) hal 38-40
8
1). Syahadah Uluhiyah/Ubudiyah
SyahadahUluhiyah/Ubudiyah maksudnya adalah pengakuan,
pembenaran, dan kesaksian hati secara terus menrerus baha hanya Allah
semata yang harus dan boleh dijadikan sembahan dan tujuan pengabdian,
hanya Allah semata yang harus dan boleh dijadikan dasar dan tujuan
dalam segenap perilaku dan aktivitas hidup. Hal ini sesuai dengan firman
Nya dalam Al-Qur‟an:
- Surat Al-An‟am ayat 162-163
Katakanlah (Muhammad): “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku hanyalah untukmu Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada
seutu bagi-Nya dan demikianlah yang di perintahlkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)”.

- Surat An-Nisa ayat 36


“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib
kerabat, anak-anak yatim, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membangga
banggakan diri”.
Cara syahdah uluhiyah/ubudiyah adalah mengakui dan
membenarkan dalam hati bahwa hanya Allah yang harus dijadikan
sembahan dan tempat mengabdi dalam hidup ini, pengakuan hati ini
diikrarkan oleh lidah dengan lafadz:

ُ ‫ َل ُه الم ُْل‬، ‫ريك َل ُه‬


َ ‫ك َو َل ُه‬
‫الح ْم ُد ؛ َوه َُو‬ َ ‫ال إل َه إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش‬
‫قَ ِدير َع َلى ُك ِّل َشيْ ء‬
“Tiada Tuhan yang harus disembah kecuali Allah, yang Maha Esa iada
sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan pujian, Dia yang Maha
Menghidupkan dan Mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segalanya”.

Untuk menumbuhkan secara lebih kokoh dan mantap didalam hati


syahadah uluhiyah/ubudiyah ini adalah membiasakan aktivitas tasbih
dan dzikir.

9
2). Pengamalan Tauhid Uluhiyah/Ubudiyah
a.Menjadikan totalitas hidup sebagai ibadah
Agar sebuah perbuatan dipandang sebagai ibadah harus
memenuhi syarat-syarat berikut ini:
1. Diniatkan hanya kepada Allah, dimulai dengan mengingat dan
membaca basmalah.
2. Sesuai dengan syariat Islam
3. Menggunakan alat yang dihalalkan oleh Allah.
4. Aktivitas tersebut bertujuan untuk kebaikan
5. Aktivitas tersebut dilakukan dengan ikhlas.
b. Menjadikan indra jasmani sebagai alat untuk mengabdi kepada
Allah.
c. Menjadikan kehidupan dunia sebagai sarana menuju kehidupan
Akhirat
d.Menjadikan kenikmatan dunia sebagai ujian dala beribadah.5

2.4 Kaitan antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah6


Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah mempunyai hubungan yang
tidakdapatdipisahkan.Tauhid Rububiyah mengkonsekuensikan Tauhid Uluhiyah.
Maksudnya pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah mengharuskan
pengakuannya terhadap Tauhid Uluhiyah. Barangsiapa yang telah mengetahui
bahwa Allah adalah Tuhannya yang menciptakannya dan mengatur segala
urusannya, maka dia harus beribadah hanya kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya. Sedangkan Tauhid Uluhiyah terkandung di dalamnya
Tauhid Rububiyah. Maksudnya, Tauhid Rububiyah termasuk bagian dari
Tauhid Uluhiyah. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak
menyekutukan-Nya, pasti dia meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan
penciptanya. Hal ini sebagaimana perkatan Nabi Ibrahim „alaihis salamyang
artinya:
“Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu
dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa yang kamu

5
Al-jazairi. Abu Bakar, Akidah mukmin, (Jakarta : pustaka Al Kautsar, 2002) hal :33
6
Drs. Hadis purba, MA.Tauhid (Ilmu, Syahadat, dan Amal). ( Medan : perdana Mulya Saerana)
hal: 74-76
10
sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (yaitu Tuhan) Yang
telah menciptakan aku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku, dan
Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku
sakit, Dialah Yang menyembuhkanku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian
akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat aku inginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat” (Asy- Syu‟araa‟: 75-82).
Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah terkadang disebutkan bersamaan, maka
ketika itu maknanya berbeda, karena pada asalnya ketika ada dua kalimat yang
disebutkan secara bersamaan dengan kata sambung menunjukkan dua hal yang
berbeda. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah yang artinya:
“Katakanlah;” Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai)
manusia. Raja manusia. Sesembahan manusia” (An-Naas: 1-3).
Makna Rabb dalam ayat ini adalah raja yang mengatur manusia, sedangkan
makna Ilaah adalah sesembahan satu-satunya yang berhak untuk disembah.
Terkadang tauhid Uluhiyah atau Rububiyah disebut sendiri tanpa
bergandengan. Maka ketika disebutkan salah satunya mencakup makna
keduanya. Contohnya pada ucapan malaikat maut kepada mayit di kubur: “Siapa
Rabbmu?”, yang maknanya adalah: “Siapakah penciptamu dan sesembahanmu?”
Hal ini juga sebagaimanan firman Allah:
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa
alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: ”Tuhan (Rabb) kami
hanyalah Allah” (Al-Hajj: 40).
“Katakanlah:”Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah” (Al-An‟am: 164).
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah”
kemudian mereka istiqamah” (Fushshilat:30). Penyebutan Rububiyah dalam
ayat-ayat di atas mengandung makna Uluhiyah.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah merupakan salah satu
implemenntasi dan kosekuensi keimanan kita kepada Allah Ta‟ala.Karena di antar
kewajiban kita sebagai seorang manusia adalah meyakini bahwa Allah lah
pencipta segala yang ada di langit dan di bumi.Dan kita juga di haruskan untuk
beribadah hanya kepada-Nya.
Tauhid Rububuyah adalah keyakinan bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah,
dan Allah lah satu satunya yang mencipta, mengatur, menghidupkan, mematikan,
memberikan rezki kepada makhluk makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi.
Jadi, tatkala seseorang mengaku beriman kepada Allah, berarti dia harus meyakini
bahwa hanya Allah sajalaj satu-satu-Nya yang menciptakan, mengatur, dan
memberikan rezki di alam ini.
Sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah meyakini seyakin yakinnya bahwa Allah
yang pantas untuk mendapatkan ibadah atau lebih tepatnya adalah keyakinan
bahwa Allah lah satu satunya yang berhak untuk di ibadahi.Tauhid uluhiyah ini
lah yang merupakan tugas utama dan prioritas paling utama yang di lakukan oleh
para Rasul.Dan karena Tauhid Uluhiyah inilah Allah menurunkan kita-kitab-Nya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dra.Hj. Musdalifah Daulay, 1999. Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam. Medan:UINSU.

Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Hanafi. 1980. Teologi Islam (ilmu Kalam), Jakarta : Pustaka Al-Husna.

Al-jazairi, Abu Bakar. 2002. Akidah Mukmin, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.

Drs.Hadis Purba, MA. 2013. Tauhid (Ilmu,Syahadat, danAmal). Medan: Perdana


Mulya Saerana.

13

Anda mungkin juga menyukai