Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH EKOLOGI TANAMAN

“Aliran energi, siklus (nutrisi, air, udara, massa) dan


Faktor perubahan struktur Agroekosistem”

Disusun oleh:

Kelompok 7

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan yang maha Esa. yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan

makalah tentang "Aliran energi, siklus (nutrisi, air, udara, massa) dan Faktor

perubahan struktur Agroekosistem ".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,

tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik

dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh

karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan

manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Palu, ... Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Aliran Energi Dalam Agroekosistem.................................................... 3
B. Siklus Nutrisi Dalam Agroekosistem................................................... 4
C. Siklus Air Dalam Agroekosistem......................................................... 7
D. Siklus Udara Dalam Agroekosistem..................................................... 8
E. Siklus Massa Dalam Agroekosistem.................................................... 9
F. Faktor Perubahan Struktur Agroekosistem........................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang

dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri

atau sumber energi, serta mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian dibagi

menjadi 2 yaitu, pertanian dalam arti luas yaitu kegiatan manusia untuk

memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan

(Anasfisia, 2015). Pertanian dalam arti sempit yaitu segala aspek biofisik

yang berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman. Salah satu

contoh bagian pertanian dalam arti sempit yaitu agroekosistem.

Agroekosistem merupakan sistem ekologi dalam suatu lahan pertanian

yang didalamnya terdapat hubungan antara komponen biotik dan

lingkungannya. Menurut Fellica (2018), agroekosistem merupakan sebuah

sistem lingkungan yang telah dibina yang dikelola secara langsung oleh

manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat dan berbagai produk

pertanian. Agroekosistem merupakan bagian dari etnoekologi. Definisi

etnoekologi yaitu ilmu yang membahas mengenai hubungan yang erat antar

manusia, ruang hidup, dan semua aktivitas di bumi.

Agroekosistem tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga

memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan

keanekaragaman hayati. Agroekosistem yang berkelanjutan dapat

1
mendukung ketahanan pangan global, menjaga kualitas tanah dan air, serta

mengurangi dampak negatif terhadap iklim.

Namun, agroekosistem juga rentan terhadap perubahan, baik yang

disebabkan oleh aktivitas manusia seperti perubahan tata guna lahan dan

penggunaan pestisida, maupun oleh perubahan iklim global. Mempelajari

bagaimana aliran energi, siklus nutrisi, air, udara, dan massa berperan dalam

agroekosistem adalah kunci untuk memahami cara menjaga dan

meningkatkan keberlanjutan sistem pertanian.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan konsep

agroekosistem dengan sederhana, menyoroti pentingnya ekosistem pertanian

dalam menyediakan makanan dan menjaga lingkungan, mengidentifikasi

masalah seperti perubahan iklim dan praktik pertanian yang dapat

merusaknya, menganalisis dampak dari perubahan ini, dan menawarkan

solusi serta panduan bagi pembuat kebijakan dan petani dalam menjaga

keberlanjutan agroekosistem.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Energi Dalam Agroekosistem

Energi merupakan kemampuan untuk dapat melakukan suatu

pekerjaan serta menyebabkan perubahan-perubahan pada beberapa hal.

Makhluk hidup, baik itu manusia, tumbuhan maupun hewan membutuhkan

energi untuk dapat mempertahankan fungsi dari tubuh atau anatominya dan

menjalani kehidupan.

Aliran energi adalah rangkaian dari urutan pemindahan bentuk energi

dari satu bentuk ke bentuk energi lainnya yang dimulai dengan sinar

matahari, lalu berpindah ke produsen, berpindah lagi ke konsumen primer

atau herbivora, berpindah lagi konsumber tingkat tinggi atau karnivora

hingga sampai ke saproba.

Aliran energi juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan energi dari

satu tingkatan trofik ke tingkatan-tingkatan berikutnya. Pada proses

perpindahan energi tersebut, selalu terjadi pengurangan pada jumlah energi

di setiap urutan pemindahannya melalui tingkat trofik makan memakan.

Sumber energi dalam agroekosistem berasal dari dua sumber utama:

energi matahari dan energi kimia. Energi matahari diubah menjadi energi

kimia melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan dan tanaman hijau, yang

kemudian diserap oleh konsumen primer (hewan herbivora) yang

memprosesnya menjadi energi yang dapat digunakan oleh konsumen

sekunder (hewan karnivora). Selain itu, energi kimia juga berasal dari bahan

3
organik yang terdekomposisi oleh mikroorganisme dalam tanah,

menghasilkan sumber energi bagi komponen biotik lain dalam

agroekosistem. Kedua sumber energi ini memainkan peran penting dalam

menjaga produktivitas dan keseimbangan agroekosistem serta mendukung

pertanian dan kehidupan manusia.

B. Siklus Nutrisi Dalam Agroekosistem

Siklus nutrisi dalam agroekosistem mengacu pada perjalanan dan

perputaran unsur-unsur nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan karbon di antara

komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (non-hidup) agroekosistem.

Siklus nutrisi adalah proses di mana unsur-unsur tersebut diambil oleh

tumbuhan dari lingkungan sekitarnya, kemudian ditransfer melalui rantai

makanan saat hewan herbivora memakan tumbuhan, dan akhirnya kembali

ke lingkungan melalui dekomposisi bahan organik. Dengan cara ini, siklus

nutrisi memastikan ketersediaan nutrisi esensial bagi tanaman dan hewan

dalam agroekosistem, berkontribusi pada produktivitas pertanian, serta

menjaga keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Berikut perjalanan dan perputaran siklus -unsur nutrisi seperti

nitrogen, fosfor, dan karbon di antara komponen biotik dan abiotik

agroekosistem.

4
1. Siklus Nitrogen (N)

a. Fiksasi Nitrogen

Proses di mana nitrogen gas (N2) diubah menjadi senyawa

nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman oleh bakteri fiksasi

nitrogen.

b. Assimilasi Nitrogen

Tanaman menyerap senyawa nitrogen yang ada dalam tanah

dan menggunakannya untuk pertumbuhan.

c. Transfer Melalui Rantai Makanan

Nitrogen disalurkan melalui rantai makanan saat hewan

herbivora memakan tumbuhan dan hewan karnivora memakan

hewan herbivora.

d. Dekomposisi

Mikroorganisme mengurai bahan organik dan

mengembalikan nitrogen ke tanah dalam bentuk senyawa amonium

atau nitrat.

e. Denitrifikasi

Bakteri denitrifikasi mengubah nitrat kembali menjadi

nitrogen gas, mengembalikannya ke atmosfer.

2. Siklus Fosfor (P)

a. Erosi

Fosfor dilepaskan dari batuan oleh erosi alami dan masuk ke

dalam ekosistem air.

5
b. Assimilasi Fosfor

Tanaman menyerap fosfor dari tanah melalui akar dan

menggunakannya dalam pertumbuhan.

c. Transfer Melalui Rantai Makanan

Fosfor berpindah melalui rantai makanan saat hewan

memakan tumbuhan atau hewan lain.

d. Sedimentasi

Fosfor mengendap di dasar perairan dan kembali ke tanah

atau dasar sungai melalui proses geologi dan hidrologi.

3. Siklus Karbon (C)

a. Fotosintesis

Tumbuhan menangkap karbon dioksida (CO2) dari udara dan

mengubahnya menjadi senyawa organik melalui fotosintesis.

b. Respirasi

Organisme, termasuk tumbuhan dan hewan, melepaskan

karbon kembali ke atmosfer melalui proses respirasi.

c. Decomposition

Mikroorganisme menguraikan bahan organik yang

mengandung karbon, mengembalikan karbon ke tanah atau air.

d. Fosilisasi

Beberapa karbon organik terperangkap dalam fosil dan

batuan, membentuk sumber karbon jangka panjang.

6
C. Siklus Air Dalam Agroekosistem

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah

berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui proses

kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Hidrologi merupakan

bidang ilmu yang berkaitan dengan siklus air, berkaitan dengan asal,

distribusi, dan sifat air. Dalam konteks yang luas, ilmu meteorologi dan

oseanografi menggambarkan bagian dari rangkaian proses fisik global yang

melibatkan air. Hingga ilmu hidrologi berkaitan erat dengan teknik-teknik

ilmiah yang bersumber dari matematika, fisika, kimia, teknik, geologi dan

biologi.

Siklus air atau siklus hidrologi menggambarkan pergerakan molekul

air dari permukaan bumi ke atmosfer dan kembali lagi. Dalam sistem ini

energi matahari memliki peran besar dalam siklus yang terjadi secara terus

menerus. Pada saat terjadi penguapan yaitu ketika air berubah dari cair

menjadi gas (dari samudera, lautan, dan badan air lainnya) sekitar 90%

kelembaban terbentuk di atmosfer.

Siklus air dalam agroekosistem memiliki peran yang sangat penting

dalam mendukung produktivitas pertanian dan menjaga keseimbangan

ekosistem. Terdapat beberapa peran utama siklus air dalam agroekosistem:

 Penyusun tubuh tanaman (70%-90%).

 Pelarut dan medium reaksi biokimia.

 Medium transpor senyawa.

7
 Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan

pembesaran sel).

 Bahan baku fotosintesis.

 Menjaga suhu tanaman supaya konstan.

D. Siklus Udara Dalam Agroekosistem

Siklus udara disebut juga daur karbon / daur biogeokimia artinya

adalah Biologi (Makhluk Hidup), Geografi (Lingkungan), dan

kimia/senyawa (CO2 dan O2). Karbon dioksida di bumi sekitar 0,0030 %

didapat dari : respirasi napas manusia, pembakaran hutan, asap pabrik dan

erupsi gunung, jasad makhluk hidup yang diurai oleh dekomposer menjadi

batu kapur, arang, dan minyak bumi yang akan digunakan untuk bahan

industri/pabrik.

Proses Biogeokimia berawal dari tumbuhan yang akan dimanfaatkan

oleh lingkungan lalu kembali lagi diserap tumbuhan dalam bentuk

senyawa/zat ( CO2 dan O2). Dalam tumbuhan ada zat bernama clorofil yang

bekerja untuk melangsungkan proses memasak pada tumbuhan dan ada

bagian daun yang bernama cloroplast.

Siklus udara berawal dari asap pabrik, asap mobil, dan napas yang

dikeluarkan oleh makhluk hidup mengandung CO2 dan diserap oleh

tumbuhan melalui klorofil tumbuhan. Lalu tumbuhan mengeluarkan O2

yang nanti akan dihirup oleh manusia, dan manusia mengeluarkan CO2

yang akan diserap lagi oleh tumbuhan.

8
Polusi di bumi kita ini semakin banyak dan juga kita harus menjaga

bumi kita dari penebang sembarangan. Maka dari itu kita harus menjaga

bumi kita agar tidak gundul. Manfaat oksigen yaitu untuk bernapas manusia.

Maka dari itu, kita harus menanam pohon yang banyak agar banyak oksigen

dan bumi semakin sejuk serta tidak ada polusi.

E. Siklus Massa Dalam Agroekosistem

Siklus massa dalam agroekosistem mengacu pada pergerakan dan

aliran materi organik dan anorganik di dalam ekosistem pertanian atau

agrikultur. Siklus massa ini sangat penting karena memengaruhi

produktivitas lahan pertanian, keseimbangan nutrisi tanah, dan lingkungan

sekitar. Siklus massa dapat dibagi menjadi dua jenis utama: siklus massa

organik dan siklus massa anorganik.

1. Siklus massa organik

Siklus massa organik mengacu pada pergerakan dan aliran bahan

organik di dalam ekosistem. Bahan organik adalah materi yang berasal

dari organisme hidup, seperti sisa tanaman, hewan mati, dan ekskreta

organisme. Ini juga mencakup senyawa organik seperti karbon (C),

oksigen (O), dan hidrogen (H). Siklus massa organik melibatkan

beberapa tahap:

a. Tanaman dan organisme produsen menghasilkan bahan organik

melalui fotosintesis dan proses biokimia lainnya.

9
b. Konsumen, seperti hewan herbivora dan omnivora, mengonsumsi

tanaman dan organisme produsen untuk mendapatkan energi dan

nutrisi.

c. Organisme dekomposer, seperti bakteri dan jamur, menguraikan

sisa-sisa organik, hewan mati, dan limbah organik menjadi

senyawa lebih sederhana.

d. Hasil dekomposisi organik, seperti humus dan mineral, digunakan

oleh tanaman untuk pertumbuhan dan diambil dari tanah. Siklus ini

mencakup siklus karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus

nutrisi lainnya.

e. Bahan organik yang stabil dapat terakumulasi dalam tanah dalam

bentuk humus, yang meningkatkan kesuburan tanah dan

kemampuan tanah untuk menyimpan air.

2. Siklus massa anorganik

Siklus massa anorganik berfokus pada pergerakan dan aliran

materi anorganik seperti unsur hara dan mineral dalam ekosistem. Ini

termasuk unsur seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium

(Ca), dan lainnya. Siklus massa anorganik melibatkan proses-

proses seperti:

a. Unsur hara diambil dari sumber-sumber seperti tanah atau pupuk

dan disediakan untuk tanaman.

b. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah melalui akar mereka.

10
c. Unsur hara berpindah melalui rantai makanan ketika hewan

pemakan tumbuhan atau hewan lain mengonsumsi tanaman atau

hewan yang mengandung unsur hara.

d. Unsur hara kembali ke tanah melalui proses seperti dekomposisi

sisa-sisa organik, ekskreta hewan, dan proses geologi.

e. Unsur hara dapat mengalami perubahan kimia dalam lingkungan

tanah, seperti nitrifikasi (pengubahan nitrogen amonium menjadi

nitrat) atau mineralisasi (penguraian bahan organik menjadi unsur

hara anorganik).

F. Faktor Perubah Struktur Agroekosistem

Perubahan agroekosistem merupakan kegiatan untuk kepentingan

manusia dengan berbagai tindakan perubahan ekosistem yang menuju

kepada penyederhanaan struktur komunitas. Seperti banyak dikemukakan

dalam teori ekologi bahwa struktur komunitas yang sederhana dan

cenderung monokultur pada agroekosistem, mengakibatkan seringnya

terjadi ledakan OPT.

Perubahan struktur agroekosistem adalah modifikasi dalam komposisi

dan susunan unsur-unsur biotik dan abiotik dalam konteks sistem pertanian,

mencakup perubahan dalam keragaman hayati, tata guna lahan, praktik

pertanian, pengaruh perubahan iklim, serta dampak pencemaran lingkungan.

Perubahan semacam ini memiliki potensi untuk memengaruhi produktivitas

pertanian, ketahanan terhadap penyakit, keberlanjutan ekologis, dan

kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, pemahaman dan manajemen

11
perubahan struktur agroekosistem menjadi kunci dalam menjaga

keberlanjutan pertanian dan lingkungan sekaligus meminimalkan dampak

negatifnya.

Terdapat faktor yang mempengaruhi perubahan struktur

agroekosistem

1. Perubahan dalam pola cuaca, peningkatan suhu, dan perubahan hujan

dapat mempengaruhi jenis tanaman yang dapat ditanam dan musim

tanam, memengaruhi perubahan dalam struktur agroekosistem

2. Perkembangan teknologi pertanian, seperti varietas tanaman yang lebih

unggul, sistem irigasi modern, dan teknik pemuliaan genetik, dapat

merangsang perubahan dalam struktur agroekosistem.

3. Pencemaran tanah atau air oleh bahan kimia berbahaya dapat

mempengaruhi produktivitas dan keberlanjutan agroekosistem

4. Urbanisasi, Pertumbuhan populasi kota dan perkembangan urbanisasi

dapat menyebabkan konversi lahan pertanian menjadi pemukiman atau

infrastruktur perkotaan.

5. Kebijakan pemerintah, seperti insentif fiskal atau aturan lingkungan,

dapat memengaruhi bagaimana tanah digunakan dan pertanian diatur.

Perubahan struktur agroekosistem dapat memiliki dampak signifikan

terhadap produktivitas pertanian. Misalnya, konversi lahan pertanian

menjadi pemukiman atau industri dapat mengurangi luas lahan yang tersedia

untuk pertanian, menghambat pertumbuhan tanaman, dan mempersempit

akses ke sumber daya alam yang diperlukan. Perubahan cuaca dan iklim

12
juga dapat menyebabkan ketidakpastian dalam musim tanam dan panen,

memengaruhi ketersediaan air, dan mengganggu pola pertumbuhan

tanaman. Selain itu, perubahan dalam tata guna lahan dan teknologi

pertanian dapat memengaruhi jenis tanaman yang ditanam, varietas yang

digunakan, dan praktik pertanian. Dalam beberapa kasus, perubahan ini

dapat meningkatkan produktivitas dengan memungkinkan penggunaan

teknologi yang lebih efisien, sementara dalam kasus lain, perubahan tersebut

dapat mengurangi produktivitas jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena

itu, manajemen perubahan struktur agroekosistem perlu mempertimbangkan

dampaknya terhadap produktivitas pertanian dan upaya untuk menjaga

keberlanjutan dan produktivitas pertanian yang stabil dalam jangka panjang.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam makalah ini, kita telah mengeksplorasi konsep-konsep kunci

terkait aliran energi, siklus nutrisi, air, udara, dan massa dalam konteks

agroekosistem, serta mempertimbangkan faktor-faktor perubahan struktur

agroekosistem. Aliran energi dari matahari, bersama dengan siklus nutrisi

yang menghubungkan tanaman, hewan, dan mikroorganisme, adalah dasar

bagi produktivitas pertanian dan kelangsungan hidup makhluk hidup dalam

agroekosistem. Siklus air dan udara juga memiliki peran penting dalam

menjaga ketersediaan sumber daya dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Namun, perubahan struktur agroekosistem, yang dapat dipicu oleh faktor

seperti perubahan iklim, urbanisasi, atau praktik pertanian yang tidak

berkelanjutan, dapat memiliki dampak yang signifikan pada produktivitas

dan keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, pemahaman mendalam

tentang elemen-elemen ini adalah kunci untuk mendukung pertanian

berkelanjutan, melindungi lingkungan, dan memastikan ketersediaan

sumber daya yang diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam upaya

mempertahankan agroekosistem yang seimbang dan produktif, perlu ada

perhatian khusus terhadap faktor-faktor perubahan dan upaya untuk

mengintegrasikan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam praktik pertanian dan

pengelolaan ekosistem.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anasfisia V. 2015. Analisis Jaringan Perdagangan Padi Dan Beras Di Kecamatan


Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatra Barat. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Budi, S., Djazuli, R. A., & Prihatiningrum, A. E. (2018). Agroekosistem.

Fellica. 2018. Pengelolaan Agroekosistem Dengan Pendekatan Etnoekologi Di


Kecamatan Namang, Bangka Tengah. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi,
Botani, Zoologi Dan Mikrobiologi, 3(2): 70-76.

Harianto, J., & Aziz, A. (2018). Analisis Pompa Kalor Siklus Udara Tertutup
untuk Pengeringan Pisang. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik
dan Sains, 5, 1-5.

Haryanta. D., Thohiron. M., Gunawan. B.. 2018. Sistem Pertanian Terpadu. Uwks
Press: Surabaya.

Hutan, A. P. Indikator Agroekosistem Tidak Sehat.

Mafiroh. D. Y. 2022. Siklus Materi Dan Aliran Energi Dalam Ilmu Ekologi.
Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Riyantara, D. 2023. Analisis Neraca Air DAS Batang Tebo.

Ruth Stella Petrunella Thei, R. S. P. T. (2021). Arthopoda Pada Ekosistem Padi


dan Tembakau di Pulau Lombok.

15

Anda mungkin juga menyukai