Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekosistem adalah suatu proses yang berbentuuk karena adanya hubungan

timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jjadi ada komponen

biotik (hidup) dan komponen abiotik (tidak hidup) yan terlibat dalam suatu

ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi. Contohnya

hubungan hewan denggan air.1

Interaksi antar makhluk hidup ini akan membentuk sutu kasatuan dan

keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-masing

dan selama tidak ada fungsi yang terganggu maka keseimbangan dari ekosistem

ini akan terus terjaga. Ekosistem meliputi semua organisme dalam suatu daerah

tertentu dan faktorfaktor abiotik yang berinteraksi dengannya, atau suatu

komunitas dengan lingkungan fisiknya (Campbell, 2004). Ekosistem dapat

dipahami dan dipelajari dalam berbagai ukuran, asalkan ada komponen pokok

(biotik dan abiotik) yang bekerja bersamaan untuk mencapai semacam

kemantapan fungsional. Memang kebanyakan ekosistem tidak pernah dapat

ditentukan benar batasan-batasannya. Reiners (1986), dalam Stilling (1992),

berpendapat bahwa untuk alasan ini dan yang lainnya ekosistem hendaknya paling

sedikit merupakan suatu tingkat organisasi ekologi. Ia menyarankan tentang

kekurangan suatu sistem yang logis dari prinsip-prinsip yang berhubungan dan

suatu pemahaman yang baik serta keluasan fokus yang diterima. Keuntungan yang

paling besar dari ekologi ekosistem adalah aliran energi dan siklus nutrien, dimana

1
Widjaja Parjatmo, 1987, Biologi Umum I, Bandung: Angkasa, Hal: 16.

1
komunitas dan populasi dapat diperbandingkan satu sama lain dan di dalam

tingkatan trofik tertentu.

Makhluk hidup akan selalu membutuhkan makhluk hidup lain dan

lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan

lingkungannya bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal

balik antara unsur-unsur biotik (produsen, konsumen, dan pengurai) dengan

abiotik (cahaya, udara, air, tanah, suhu, dan mineral) membentuk sistem ekologi

yang disebut ekosistem. Untuk menjaga keseimbangan ekosisitem rantai makanan

sangat berperan penting. Rantai makanan adalah pengalihan energi dari

sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang

dimakan. Rantai makanan yang tidak terputus dapat menandai keseimbangannya

ekosistem. Secara alami, alamlah yang mengatur keseimbangan ekosistem dengan

mengontrol hubungan antara komponen biotik dan abiotik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ekosistem?

2. Apa saja Komponen Penyusun Ekosistem?

3. Apa itu Hubungan Saling Ketergantungan?

4. Apa itu jenis Interaksi Antarorganisasi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Ekosistem

2. Untuk Mengetahui Komponen Penyusun

3. Untuk Mengetahui Saling Ketergantungan

4. Untuk Mengetahui Jenis Interaksi Antarorganisasi

2
D. Manfaat

Manfaat penulisan makalah yang berjudul “Ekosistem“ adalah :

1. Mempermudah dalam mengetahui ekosistem yang ada di lingkungan, supaya

Mahasiswa/i mudah memahami tentang ekosistem. Karena ekosistem adalah

lingkungan peserta didik juga.

2. Mempermudah Mahasiswa dalam pembelajaran proses kehidupan di alam.

Karena proses kehidupan di alam tidak terlepas dari semua unsur yang ada di

alam termasuk makhluk hidup.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem

Ekosistem adalah hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara

makhluk hidup dengan lingkungannya dipelajari dalam cabang ilmu yang disebut

ekologis (aikos = rumah, logos = ilmu). Hubungan timbal balik atau interaksi

berlangsung antar sesama makhluk hidup maupun antara makhluk hidup dengan

lingkungan tak hidup. Lingkungan beserta makhluk hidup yang saling berinteraksi itu

disebut ekosistem.

Ekosistem terdiri dari benda hidup, yang disebut faktor biotik, benda tak hidup,

yang disebut faktor abiotik. Interaksi antara faktor biotik dan abiotik mengakibatkan

ekosistem tumbuh, berkembang, dan mengalami perubahan. Ekosistem merupakan

suatu energi Sumber energi yang utama dalam ekosistem adalah matahari. Ekosistem

terbagi atas 2 bentuk ekosistem, yaitu:

1. Ekosistem alami

4
Ekosistem alami merupakan ekosistem yang terbentuk secara alami (tanpa

campur tangan manusia), Contohnya sungai, danau, hutan hujan tropis, gurun, dan

laut. Sebagai mana Allah SWT berfirman pada Al -Qur’an surah Thaha Ayat 53 yg

berbunyi:

‫اَّلِذ ْي َجَعَل َلُك ُم اَاْلْر َض َم ْهًدا َّوَس َلَك َلُك ْم ِفْيَها ُس ُباًل َّو َاْنَز َل ِم َن الَّس َم ۤا ِء َم ۤا ًۗء َفَاْخ َر ْج َنا ِبٖٓه َاْز َو اًجا ِّم ْن‬

‫َّنَباٍت َش ّٰت ى‬

Artinya: (Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan
menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air
(hujan) dari langit.” Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan
itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan.

Gambar berikut adalah gambar ekosistem alami

2. Ekosistem buatan

Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang terbentuk sebagai hasil kerja

manusia. Contohnya waduk, sawah, aquarium, kolam, dan hutan wisata.2

B. Komponen Penyusun Ekosistem

5
Ekosistem tersusun dari komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik).

Antara kedua komponen tersebut saling berinteraksi. Komponen penyusun ekosistem

dibedakan berdasarkan sifat serta fungsinya.

1. Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya, ekosistem tersusun atas faktor biotik dan abiotik.
a. Faktor Biotik

Faktor biotik adalah faktor yang meliputi semua makhluk di lingkungan.

Faktor biotik juga meliputi tingkatan organisasi didalam ekologi yang meliputi

individu, populasi, dan lain lain . Tingkatan organisasi tersebut dalam ekosistem

akan berinteraksi, saling mempengaruhi dan membentuk suatu sistem yang

menunjukkan kesatuan.

Komponen biotik di bedakan juga menjadi 3 macam yaitu, produsen

konsumen dan decomposer ( pengurai ). Masing masing mempunyai fungsi

yang berbeda beda. Produsen berfungsi sebagai penghasil makanan, konsumen

sebagai pemakan, dan decomposer menjadi pengurainya.

Berikut penjelasan tingkatan organisasi dodalam ekologi yang meliputi :

1) Individu

6
Individu merupakan organisasi tunggal, misalnya seekor tikus, seekor

kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia.

Makhluk hidup beradaptasi terhadap lingkungannya melalui adaptasi

morfologi adaptasi fisiologi atau adaptasi perilaku.

2) Populasi

Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu

daerah dan waktu tertentu. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu.

Perubahan ukura dalam populasi ini disebut dinamika populasi.

Dinamika populasi dapat disebabkan oleh manusia atau karena

kejadian alam, misalnya bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, atau

penebangan hutan. Karakteristik populasi antara lain:

Kepadatan (Densitas),Laju kelahiran (Natalitas),Laju kematian

(Mortalitas),Potensi biotik,Sebaran umur,Pertumbuhan,Komunitas

Komunitas ialah kumpulan berbagai populasi yang hidup pada suatu

waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu

sama lain.

b. Faktor Aboitik

Semua makhluk hidup memerlukan energi dan materi untuk kelangsungan

hidupnya. Energi tersebut diperoleh dari lingkungannya. Contohnya produsen

7
yaitu pada tumbuhan, tumbuhan memerlukan cahaya, air, oksigen, dan karbon

dioksida untuk membentuk nutrisi sebagai sumber energinya. Adapun pada

hewan contohnya serangga, membutuhkan produsen sebagai sumber energinya.

Serangga pun nantinya akan dimakan oleh konsumen yang lebih tinggi. Hal ini

akan berlangsung terus sehingga akan terjadi aliran energi dan materi. Hal ini

akan membentuk suatu siklus atau daur di suatu lingkungan yang sistematis.

Semua proses tersebut disebut juga ekosistem.

Komponen abiotik (komponen penyusun ekosistem) merupakan segala

sesuatu di luar makhluk hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Komponen

abiotik terdiri atas suhu, air, cahaya matahari, udara, bebatuan dan tanah,

kelembapan, Altitude dan latitude. Komponen abiotik dapat memengaruhi

komponen biotik, begitu pula sebaliknya. Berikut ini akan dijelaskan masing-

masing dari komponen abiotik dalam ekosistem tersebut.

1. Suhu

Suhu lingkungan merupakan faktor yang sangat penting bagi distribusi

atau penyebaran suatu organisme. Hal tersebut karena suhu dapat

memengaruhi proses biologis dan kemampuan suatu organisme dalam

mengatur (regulasi) suhu tubuhnya secara tepat. Setiap makhluk hidup

membutuhkan suhu tertentu yang sesuai untuk melakukan aktivitas

hidupnya dengan optimum (suhu optimum). Tumbuhan dapat melakukan

fotosintesis dengan hasil optimum pada suhu yang tidak terlalu panas, tetapi

juga tidak terlalu dingin (antara 26-30 °C) meskipun di luar kisaran suhu

tersebut fotosintesis tetap dapat dilakukan, namun hasilnya kurang

optimum. Sel dari suatu makhluk hidup dapat pecah apabila suhu

lingkungannya sangat jauh dari suhu optimum (di bawah 0 °C), hal ini

8
terjadi karena cairan di dalam sel membeku. Begitu pun apabila suhu

lingkungan berada di atas 45 °C, protein yang terdapat di sebagian besar

organisme dapat terdenaturasi atau rusak. Hanya sedikit jumlah organisme

yang dapat melakukan metabolisme pada suhu yang sangat rendah ataupun

suhu yang tinggi, contohnya burung pinguin. Burung ini dapat beradaptasi

terhadap suhu lingkungan yang sangat ekstrim di bawah nol. Suatu

ekosistem dapat memiliki suhu yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti angin dan cahaya matahari.

Beberapa makhluk hidup dapat beradaptasi apabila suhu lingkungan

tidak sesuai, seperti pada pohon jati. Pohon ini saat suhu lingkungannya

tinggi akan beradaptasi dengan mengugurkan daunnya yang bertujuan

mengurangi penguapan. Pada makhluk hidup yang motil (dapat bergerak),

jika suhu lingkungan tidak sesuai, ia dapat berpindah tempat. Contohnya

pada burung alapalap nippon (Accipiter gularis) yang melakukan migrasi

pada saat musim dingin dari daerah Jepang menuju daerah Sumatra,

Kalimantan, Jawa, dan Bali.

2. Cahaya Matahari

Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi seluruh makhluk hidup.

Cahaya matahari menyediakan energi yang memengaruhi suatu ekosistem.

Tumbuhan yang ada di darat menggunakan cahaya matahari untuk

melangsungkan proses fotosintesis begitu juga dengan alga dan

Cyanobacteria yang ada di laut. Tumbuhan hijau mampu mengubah zat

anorganik menjadi zat organik (melalui proses fotosintesis) apabila ada

bantuan energi sinar matahari. Energi kimia yang tersimpan dalam senyawa

organik hasil fotosintesis tumbuhan hijau sangat diperlukan sebagai energi

9
kehidupan bagi makhluk hidup lain. Manusia juga dapat memanfaatkan

energi sinar matahari untuk membangun pembangkit listrik yang digunakan

untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam kehidupan sehari-hari.

Cahaya juga sangat penting bagi perkembangan dan tingkah laku

beberapa spesies tumbuhan dan hewan yang sensitif terhadap cahaya,

terutama terhadap lamanya waktu siang (day time) dan lamanya waktu

malam (night time). Misalnya, waktu berbunga pada tumbuhan dan saat

beraktivitas pada hewan. Hewan yang beraktivitas pada malam hari atau

nokturnal contohnya burung hantu. Adapun pada tumbuhan, ada jenis

tumbuhan yang berbunga apabila waktu malam lebih lama dari waktu siang,

begitu juga sebaliknya.

3. Air

Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

hidup. Sebagian besar tubuh makhluk hidup (90%) tersusun oleh air,

sehingga begitu pentingnya air bagi metabolisme makhluk hidup. Air

berfungsi sebagai zat pelarut di dalam tubuh serta membantu proses

metabolisme di dalam tubuh. Bagi tumbuhan, air merupakan komponen

penting dalam fotosintesis, sarana transportasi zat, membantu proses

pertumbuhan sel-sel, serta menjaga tekanan osmotik sel. Bahkan

mikroorganisme seperti bakteri serta jamur mempersyaratkan kondisi yang

lembap agar dapat hidup dengan baik.

4. Tanah dan Bebatuan

Tanah merupakan habitat sebagian besar makhluk hidup. Tumbuhan

membutuhkan tanah sebagai sumber unsur hara maupun air. Akar tumbuhan

masuk kedalam tanah untuk mendapatkan air dari tanah serta mineral yang

10
diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hewan yang

menggunakan tanah sebagai tempat tinggal dan melakukan aktivitasnya.

Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral dari tanah dan bebatuan dapat

mengaruh ke jenis dan distribusi makhluk hidup yang menghuninya.

Beberapa tumbuhan memiliki rentang hidup pada factor kimia yang berbeda

dan beberapa spesies tumbuhan dapat digunakan sebagai bioindiktor.

5. Kelembapan

Kelembaban udara menyatakan persentase jumlah uap air di udara. Uap air

tersebut berasal dari penguapan air laut, sungai, danau, waduk dan sumber

lain, maupun dari pelepasan uap air dari tubuh makhluk hidup. Makin tinggi

kadar uap air di udara makin tinggi tingkat kelembapan udaranya. Daerah

yang berhawa dingin seperti pegunungan lebih lembap daripada daerah

yang berhawa panas seperti pantai. Tumbuhan yang hidup di dua daerah

tersebut juga berbeda Pada daerah lembap, lebih banyak terdapat tumbuhan

yang memerlukan sedikit sinar matahari seperti paku-pakuan, lumut, dan

anggrek-anggrekan yang biasanya hidup secara epifit pada batu-batu

lembap, batang kayu basah, dan lainnya. Pada daerah panas misalnya

pantai, lebih banyak ditumbuhi tumbuhan,

seperti bakau dan pohon kelapa. Udara yang lembap juga sangat membantu

pertumbuhan jamur dan bakteri. Bahkan udara yang kelembabannya tinggi

sangat berpeluang mendatangkan hujan, yang berarti mengembalikan air

kembali lagi ke asalnya.

6. Altitude dan latitude

Altitude merupakan ketinggian tempat dari permukaan laut, sedangkan

latitude merupakan perbedaan letak karena perbedaan jarak dari garis

11
lintang. Topografi atau ketinggian tempat berpengaruh langsung terhadap

kadar oksigen dan tekanan udara. Semakin tinggi suatu tempat, tekanan

udara dan kadar oksigen akan semakin berkurang. Altitude dan latitude

sangat memengaruhi sebaran/distribusi makhluk hidup baik tumbuhan,

hewan, maupun mikroorganisme. Seekor beruang kutub tidak akan

ditemukan di daerah tropis, atau sebaliknya pohon kelapa tidak mungkin

tumbuh di daerah kutub. Perbedaan faktor fisik yang sangat tajam antara

daerah kutub dan daerah tropis menyebabkan perbedaan sebaran

tumbuhan. Spesies tumbuhan dan hewan pada dua daerah yang secara

fisik berbeda akan berbeda pula

C. Hubungan Saling Ketergantungan


Dalam ekosistem terjadi pula saling ketergantungan antara makhluk hidup satu

dengan makhluk hidup lainnya. Saling ketergantungan itu dibedakan menjadi saling

ketergantungan antara individu satu spesies (jenis) dan saling ketergantungan antara

individu berbeda spesies.

Sebagaimana Allah SWT berfirman didalam (QS.Al-Hujarat ayat 13)

‫ٰٓي َاُّي َه ا الَّن اُس ِاَّن ا َخ َلْق ٰن ُك ْم ِّمْن َذ َك ٍر َّو ُاْن ٰث ى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشُعْو ًبا َّو َق َب ۤا ِٕىَل ِلَت َع اَر ُفْو اۚ ِاَّن‬

‫َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْت ٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْي ٌم َخ ِبْيٌر‬

Artinya: Wahai manusia sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal sungguh yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa sungguh Allah
Maha Mengetahui Maha teliti. (QS. Al-Hujarat ayat 13).

12
1. Saling ketergantungan antar individu satu spesies

Antar individu satu spesies (jenis) terdapat saling ketergantungan, antara

lain dalam memperoleh makanan, membuat sarang, dan berkembang biak.

a. Memperoleh makanan

Pada hewan yang hidup berkelompok terlihat jelas adanya saling

ketergantungan dalam memperoleh makanan. Misalnya seekor semut yang

menemukan makanan membawa sebagian makanan itu dan menginformasikan

adanya makanan tersebut kepada sesamanya. Semut yang lain akan mencari

makanan berdasarkan contoh makanan tersebut.

b. Berkembang biak

Untuk melakukan perkawinan, hewan jantan memerlukan hewan

betina. Demikian pula sebaliknya hewan betina memerlukan hewan jantan.

Umumnya hewan jantan memiliki warna yang lebih menarik, suara yang khas,

atau tingkah laku tertentu untuk menarik hewan betina. Sebaliknya, hewan

betina mengeluarkan zat kimia (fromon) yang dapat dibaui oleh hewan jantan

sehingga hewan jantan mendatanginya.

2. Saling ketergantungan antar individu berbeda spesies

Saling ketergantungan antar individu berbeda spesies terjadi antara lain

dalam peristiwa makan dimakan. Peristiwa makan dimakan mengakibatkan

terbentuknya rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi

(piramida makanan).

a. Rantai Makanan

13
Dilingkungan kita dapat dijumpai proses makan dimakan. Sebagai

contoh, rumput dimakan belalang, kemudian belalang dimakan oleh burung.

Selanjutnya, burung dimakan ular dan ular dimakan burung elang. Peristiwa

makan dimakan itu dapat dituliskan secara skematis membentuk rantai

makanan.

b. Jaring-jaring Makanan

Jarring jaring makanan adalah semua rantai makanan dalam suatu ekosistem.

Setiap organisnme dalam suatu ekosistem menempati tingkat atau posisi teofik

terntentu dalam rantai makanan atau jaring jaring makanan . produsen yang

membuat makanannya sendiri menggunakan fotosintesis atau kemosintesis,

membentuk bagian bawah piramida teofik. Konsumen primer, kebanyakan

herbivora, ada di tingkat berikutnya, dan konsumen sekunder dan tersier,

omnivora, dan karnivora, mengikuti di bagian atas system adalah predator

puncak.

Perbedaan rantai makanan dan jarring jaring makanan

14
Perbedaan mendasar antara jaring-jaring makanan dan rantai makanan

terletak pada cara mereka menggambarkan interaksi pemakan dalam

ekosistem. Jaring-jaring makanan adalah suatu pola yang lebih kompleks,

terdiri dari sejumlah rantai makanan yang saling terhubung dan tumpang

tindih di dalamnya. Ini mencerminkan hubungan pemberian makan yang lebih

luas antara berbagai spesies dalam komunitas ekosistem.

Sebaliknya, rantai makanan menggambarkan aliran energi dan materi dalam

ekosistem secara lebih linear. Rantai makanan berfokus pada urutan proses

pemakanan antara satu organisme dan organisme lainnya.

Dalam konteks jaring-jaring makanan, hubungan pemberian makan menjadi

lebih kompleks karena berbagai organisme dalam ekosistem dapat berperan

sebagai konsumen atau produsen bagi banyak spesies lain. Hal ini

menunjukkan bahwa interaksi dalam ekosistem tidak terbatas pada jalur

pemakanan tunggal, melainkan melibatkan banyak pola interaksi yang

beragam.

Sementara itu, rantai makanan cenderung lebih sederhana dan menjelaskan

aliran energi dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya dalam garis

lurus.Dengan demikian, konsep jaring-jaring makanan membantu untuk

memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang interaksi

antarmakhluk hidup dalam suatu ekosistem, sementara rantai makanan lebih

fokus pada mekanisme aliran energi dan materi dalam suatu jalur pemakanan

yang lebih sederhana.

c. Piramida Makanan

15
Piramida makanan merupakan gambaran piramida yang menunjukan

perbandingan makanan antara produsen, konsumen 1, konsumen II sampai

dengan konsumen puncak. Didalam piramida makanan produsen selalu

menempati dasar piramida. Konsumen puncak (Kamivora Besar), seperti singa

dan elang, selalu menempati puncak piramida.

3. Bentuk interaksi antarorganisme


Interaksi antarorganisme terjadi dengan berbagai macam cara. Interaksi

tersebut ada yang saling menguntungkan, tetapi ada yang merugikan. Berbagai

bentuk interaksi antar organisme, yaitu:

a. Netralisme dan Antibiosis

Netralisme adalah hubungan yang tidak saling mempengaruhi,

meskipun berbagai organisme hidup pada habitat yang sama. Sedangkan

Antiboisis adalah interaksi antar organisme dimana salah satu organisme

menghasilkan zat antibiotik atau racun yang berbahaya bagi organisme

lainnya. Misalnya interaksi antara jamur Penicillium dengan spesies

mikroorganisme lain Sistem antibiosis juga terdapat pada tumbuhan yang

mengeluarkan racun yang disebut aelopati.

b. Predatorisme

16
Predatorisme adalah pola interaksi dimana hewan yang satu memangsa

hewan yang lainnya. Contohnya ular memangsa tikus, dan sebagainya. Hewan

pemangsa disebut predator.

c. Simbiosis

Simbiosis adalah hubungan yang erat antara dua organisme berbeda

spesies yang hidup bersama. Simbiosis dibedakan menjadi:

d. Simbiosis Mutualisme

Simbiosis mutualisme adalah hubungan yang saling menguntungkan

antara dua spesies organisme yang hidup bersama.

e. Simbiosis Parasitisme

Simbiosis parasitisme adalah hubungan antara dua organisme yang

berbeda spesies dimana salah satu pihak mendapatkan keuntungan, sedangkan

pihak lain dirugikan. Pihak yang keuntungan dinamakan parasit, sedangkan

yang dirugikan disebut inang.

Parasit ada yang hidup di luar tubuh inang dan ada juga yang hidup di

dalam tubuh inang. Parasit yang hidup di luar tubuh inang disebut ektoparasit.

Sedangkan yang hidup di dalam tubuh inang disebut endopasit.

f. Simbiosis Komensalisme

Hidup bersama antara dua spesies organisme yang menguntungkan satu

pihak, sedangkan pihak yang hain tidak diuntungkan dan juga tidak dirugikan

disebut simbiosis komensalisme.Organisme yang mendapat keuntungan

disebut komensal.

D. Jenis Interaksi Antarorganisasi


Di antara tiap komponen penyusun ekosistem terjadi interaksi.
1. Interaksi Antarorganisme

17
Pada hakikatnya setiap organisme akan senantiasa bergantung pada

organisme lain yang ada disekitamya. Pola interaksi organismemelibatkan dua

atau lebih organisme. Jenis, sifat, dan tingkah laku organisme di Bumi sangat

beragam Olh karena itu, pola interaksi antar organisme juga beragam

a. Netralisme

Netralisme merupakan hubungan yang tidak saling mempengaruhi,

meskipun organisme-organisme hidup pada habitat yang sama.

b. Kompetisi

Kompetisi merupakan bentuk interaksi antar individu sejenis atau antar

populasi dimana individu atau populasi tersebut bersaing mendapatkan sarana

untuk tumbuh dan berkembang. Kompetisi terjadi jika kedua individu

mempunyai kebutuhan yang sama, sedangkan lingkungan tidak menyediakan

kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup.

c. Predasi

Predasi merupakan interaksi antara pemangsa dan mangsa. Pemangsa

(predator) adalah hewan yang memangsa atau memakan. Mangsa (prey)

adalah hewan yang dimangsa atau dimakan.

d. Parasitisme

Parasitisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis

dimana salah satu pihak mendapatkan keuntungan, sedangkan pihak lain

mendapatkan kerugian.

e. Mutualisme

Interaksi ini saling menguntungkan kedua belah pihak. Pasangan kedua

organisme ini disebut inang dan simbion.

f. Komensalisme

18
Interaksi ini hanya menguntungkan satu pihak, sedangkan pihak lain tidak

diuntungkan maupun dirugikan.

g. Amensalisme

Amensalisme atau antibiosis adalah interaksi organisme dimana salah satu

organisme menghambat pertumbuhan organisme lain.

2. Interaksi Antarpopulasi

Kompetisi interspesifik merupakan interaksi antarpopulasi. Kompetisi ini

terjadi jika antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama schingga terjadi

persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.

3. Interaksi Antarkomunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi yang berada disuatu daerah yang sama

dan saling berinteraksi. Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak

hanya melibatkan organisme, tetapi juga aliran energi dan makanan.

4. Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik

Interaksi antara komponen biotik dan abiotik menyebabkan terjadinya aliran

energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, didalam ekosistem juga struktur atau

tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.3

BAB III

PENUTUP
3

19
A. Kesimpulan

Jadi dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Ekosistem adalah hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara

makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem terbagi menjadi 2 yaitu

ckosistem alami dan ekosistem buatan. Komponen utama penyusun ekosistem

yaitu ada faktor biotik, faktor abiotik.

Komponen biotik adalah komponen ckosistem yang terdiri dari makhluk

tak hidup atau benda mati. Sedangkan komponen abiotik adalah komponen

ckosistem yang terdiri dari makhluk hidup yang meliputi hewan, tumbuhan dan

manusia. Hubungan saling ketergantungan ada mencari makanan, berkembang

biak, rantai makanan, jaringjaring makanan, piramida makanan. Jenis interaksi ada

netralisme, kompetisi, predasi, parasitisme, mutualisme,dan lain sebagainya.

B. Saran

Setiap makhluk hidup membutuhkan lingkungan yang sehat sebagai tempat

tinggal Oleh karena itu, kita harus menjaga kebersihan tempat lingkungan terutama

disekitar tempat tinggal kita.

Jagalah kelestarian dan keberlangsungan hidup makhluk hidup, karena

makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lainnya saling

ketergantungan dan tidak dapat hidup sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri, Istamar, 2007, IPA Biologi, Jakarta; Erlangga.

20
Pratiwi dkk, 2006, Biologi, Jakarta: Erlangga.

TIM Abdi Guru, 2013, IPA Biologi , Jakarta: Erlangga.

Aryulina, DiaHH dkk, 200, Biologi I, Jakarta: Esis

Parjatmo,Widjaja, 1987, Biologi Umum I, Bandung: Angkasa.

21

Anda mungkin juga menyukai