Anda di halaman 1dari 37

Bab 10.

Ekosistem ( X )
Apa yang akan dipelajari ?

1. Habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem, faktor biotik dan abiotik


2. Keseimbangan ekosistem
3. Suksesi
4. Hubungan tipe ekosistem dengan lingkungan biotik dan abiotik
KEGIATAN SISWA

PENDAHULUAN

A. Ekologi

Ekologi, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel ( zoologiwan Jerman, 1834-1914),
berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat
hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya, kita
mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya,

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu
pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk pembahasannya.
Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan kontrol
biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas.

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Lingkungan hidup meliputi Komponen
Biotik dan Komponen Abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai
yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat
dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan
kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas
(kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral.

Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup
yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup
maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik
ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem.

B. Lingkungan

Lingkungan suatu organisme adalah segala sesuatu diluar organisme, yang menjadi kondisi atau
persyaratan organisme untuk hidup, lingkungan makhluk hidup ( organisme dibagi menjadi 2) :

1. Lingkungan abiotik ( benda mati / Fisik )


2. Lingkungan Biotik ( Maklhuk Hidup )
A. Lingkungan abiotik ( benda mati / Fisik )
Lingkungan abiotik meliputi segala sesuatu yang tidak secara langsung terkait pada keberadaan
organisme tertentu antara lain :

1. Sinar Matahari: Jika tidak ada, tidak akan ada kehidupan


2. Air: ±70% Struktur penyusun makhluk hidup. fungsi: untuk reaksi kimia pada tubuh yg
disebut juga metabolisme dan juga untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil.
3. Senyawa organik: karbohidrat, lemak dan protein. senyawa organik harus memiliki unsur
C, H, O. khusus untuk protein, harus memiliki C, H, O, N.
4. Udara: ±80% udara bebas adalah Nitrogen (N). fungsi N: membentuk protein bagi
tubuh. N bisa didapat dari atmosfer langsung, tetapi harus dirubah ke dalam bentuk N2 .
Proses pengubahan N menjadi N2 dinamakan Proses Biogeokimia. sisanya, udara bebas
adalah Oksigen (O2). fungsi O2: untuk respirasi. tetapi untuk respirasi yang tidak
menggunakan O2 dinamakanRespirasi anaerob.
5. Tanah: sebagai substrat bagi tumbuhan dan sebagai tempat tinggal bagi hewan.
6. Suhu: mempengaruhi reaksi kimia. jika suhu tinggi, zat/unsur yang direaksikan lebih
cepat bereaksi karena dalam suhu yang tinggi terdapat zat katalis yang berfungsi untuk
mempercepat reaksi kimia. dalam tubuh manusia, terdapat zat katalis yang
disebutbiokatalisator yang berbentuk enzim. suhu yang tinggi juga dapat mengakibatkan
enzim rusak. sedangkan suhu rendah menyebabkan melambatnya kinerja enzim.
7. Mineral: membantu proses reaksi kimia
8. Kelembaban udara: kandungan air di udara
9. PH: derajat keasaman suatu zat. ukuran PH: 0-14. PH 0-7 mengindikasikan zat
tersebut asam. PH 7 mengindikasikan zat tersebut normal. PH 7-14 mengindikasikan zat
tersebut basa.
1. Lingkungan Biotik ( Maklhuk Hidup )

Lingkungan Biotik adalah lingkungan yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai decomposer, juga meliputi
tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan
biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling
berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara
lebih terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut :

a. Individu

Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon
jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis
dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan
makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk
mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap,
kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang
atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian
disebut adaptasi
b. populasi

Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi

c. . Komunitas

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.

d. Ekosistem

Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan
ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan
hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai
(mikroorganisme). Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan
antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.

e. Biosfer

Seluruh ekosistem di dunia disebut biosfer. Dalam biosfer, setiap makhluk hidup menempati
lingkungan yang cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau tempat yang cocok untuk
kehidupannya disebut habitat. Dalam biologi kita sering membedakan istilah habitat untuk
makhluk hidup mikro, seperti jamur dan bakteri, yaitu disebut substrat.

Dua spesies makhluk hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung
(nisia) berbeda. Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam ekosistem. Dalam nisianya,
organisme tersebut dapat berperan aktif, sedangkan organisme lain yang sama habitatnya tidak
dapat berperan aktif. Sebagai contoh marilah kita lihat pembagian nisia di hutan hujan tropis.

A. Komponen dalam Ekosistem

1. Aliran Energi

Aliran energi dalam ekosistem mengalami tahapan proses sebagai berikut :

a. Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Hanya sekitar setengahnya dari rata-rata
sinar matahari yang sampai pada tumbuhan diabsorpsi oleh mekanisme fotosintesis, dan juga
hanya sebagian kecil, sekitar 1-5 %, yang diubah menjadi makanan (energi kimia). Sisanya keluar
dari sistem berupa panas, dan energi yang diubah menjadi makanan oleh tumbuhan dipakai lagi
untuk proses respirasi yang juga sebagai keluaran dari sistem.

b. Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin dilakukan melalui rantai makanan dan
jaring-jaring makanan melalui herbivora dan detrivora. Seperti telah diungkapkan sebelumnya,
terjadinya kehilangan sejumlah energi diantara tingkatan trofik, maka aliran energi berkurang
atau menurun ke arah tahapan berikutnya dari rantai makanan. Biasanya herbivora menyimpan
sekitar 10 % energi yang dikandung tumbuhan, demikian pula karnivora menyimpan sekitar 10 %
energi yang dikandung mangsanya.

1. Apabila materi tumbuhan tidak dikonsumsi, maka akan disimpan dalam sistem,
diteruskan ke pengurai, atau diekspor dari sistem sebagai materi organik.
2. Organisme-organisme pada setiap tingkat konsumen dan juga pada setiap tingkat
pengurai memanfaatkan sebagian energi untuk pernafasannya, sehingga terlepaskan
sejumlah panas keluar dari system
3. Dikarenakan ekosistem adalah suatu sistem terbuka, maka beberapa materi organik
mungkin dikeluarkan menyeberang batas dari sistem. Misalnya akibat pergerakan sejumlah
hewan ke wilayah, ekosistem lain, atau akibat aliran air sejumlah gulma air keluar dari
sistem terbawa arus.

Gambar 10. 1. Aliran energi dalam ekosistem

1, Rantai Makanan dan Jaring Jaring Makanan.

adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang
makan dan yang dimakan

Gambar 10. 2. Rantai Makanan


Apabila antara rantai makanan yang satu dengan yang lainnya terdapat hubungan (ada komponen
yang sama), maka beberapa rantai makanan akan membentuk jaring-jaring makanan.
Berikut ini contoh jaring-jaring makanan :

Gambar 10. 3. jaring-jaring makanan


2. Piramida Ekologi

Struktur trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik yang
secara umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Gambaran susunan antar trofik dapat
disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi
pada tiap trofik yang disebut piramida ekologi. Piramida ekologi ini berfungsi untuk
menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama
ditempati produsen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer, sekunder,
tersier sampai konsumen puncak.

Gambar 10. 4. Piramida Ekologi


Dikenal ada tiga macam piramida ekologi antara lain piramida jumlah, piramida biomassa dan
piramida energi. Gambaran ideal suatu piramida ekologi adalah sebagai berikut.

3. Piramida Energi

Piramida energi adalah piramida yang menggambarkan hilangnya energi pada saat perpindahan
energi makanan di setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem.

Gambar 10. 5. Piramida Energi


Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang
ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang
dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat
tentang aliran energi dalam ekosistem.

Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap
tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal berikut.

1). Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik
selanjutnya.

2). Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan sebagai sampah.

3). Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisme, sedangkan
sisanya digunakan sebagai sumber energi.

4. Piramida Biomassa

Piramida biomassa yaitu suatu piramida yang menggambarkan berkurangnya transfer energi pada
setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Pada piramida biomassa setiap tingkat trofik
menunjukkan berat kering dari seluruh organisme di tingkat trofik yang dinyatakan dalam
gram/m2. Umumnya bentuk piramida biomassa akan mengecil ke arah puncak, karena
perpindahan energi antara tingkat trofik tidak efisien. Tetapi piramida biomassa dapat berbentuk
terbalik.
Gambar 10. 6. Piramida Biomassa

Misalnya di lautan terbuka produsennya adalah fitoplankton mikroskopik, sedangkan


konsumennya adalah makhluk mikroskopik sampai makhluk besar seperti paus biru dimana
biomassa paus biru melebihi produsennya. Puncak piramida biomassa memiliki biomassa
terendah yang berarti jumlah individunya sedikit, dan umumnya individu karnivora pada puncak
piramida bertubuh besar.

5. Piramida Jumlah

Yaitu suatu piramida yang menggambarkan jumlah individu pada setiap tingkat trofik dalam
suatu ekosistem.

Piramida jumlah umumnya berbentuk menyempit ke atas. Organisme piramida jumlah mulai
tingkat trofik terendah sampai puncak adalah sama seperti piramida yang lain yaitu produsen,
konsumen primer dan konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan
dalam taraf trofik pertama lebih banyak dari pada hewan (konsumen primer) di taraf trofik kedua,
jumlah organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen primer, serta jumlah organisme
konsumen tertier lebih sedikit dari organisme konsumen sekunder.

Gambar 10. 7. Piramida Jumlah


D. Interaksi Antar Komponen

Interaksi antar komponen ekologi dapatmerupakan interaksi antar organisme, antar populasi, dan
antar komunitas.

1. Interaksi antar organisme


Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan
selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu
populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di
sekitar kita.Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang
erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Netral

Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak
menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara
capung dan sapi.

b. Predasi

Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab
tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol
populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan
tikus.

c. Parasitisme

Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat
merugikan inangnya.contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan
benalu dengan pohon inang.

d. Komensalisme

Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk
kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies
lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.

e. Mutualisme

Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar
kacang-kacangan.

2. Interaksi Antar populasi


Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak
langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antar populasi adalah sebagai berikut.

Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang
ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada
mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat
menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.

Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama
sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara
populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.

3. Interaksi Antar Komunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling
berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah
disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma.
Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara
komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke
sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut. Interaksi antarkomunitas
cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan.
Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan
ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.

4. Interaksi Antar komponen Biotik dengan Abiotik

Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara


organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain
aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman
biotik, serta siklus materi.

Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan


keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas
suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya
dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.

C. Keseimbangan Ekosistem

Ekosistem terbentuk dari komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang berinteraksi
membentuk suatu kesatuan yang teratur.Keteraturan itu terjadi oleh adanya siklus materi dan
aliran energi yang terkendalikan oleh arus informasi antar komponen dalam ekosistem. Masing-
masing komponen memiliki fungsi yang berbeda- berbeda. Selama masing-masing komponen itu
melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan baik, keteraturan ekosistem itupun terjaga.
Keteraturan itu menunjukkan bahwa ekosistem berada dalam keseimbangan tertentu. Dapatkah
kamu memberi contoh ekosistem yang seimbang ? Untuk lebih memahami ekosistem yang
seimbang perhatikan grafik dinamika populasi dibawah ini !
Jumlah individu
. Waktu
Gambar 10. 8. Dinamika Populasi harimau dengan rusa (mangsanya)

Diskusikan dengan teman sebangkumu, apa makna grafik tersebut ? Jika grafik tersebut adalah
gambaran suatu ekosistem yang seimbang, dapatkah kamu mengidentifikasi, bagaimana
karakteristik suatu ekosistem yang seimbang ?

Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan homeostasis, yaitu
kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Dengan kemampuan seperti ini ekosistem mampu mendukung manusia dan makhluk hidup yang
lainnya untuk hidup secara normal dan wajar. Kemampuan seperti ini akan memberikan
dukungan secara maksimum terhadap populasi dalam habitat tertentu, tanpa berdampak
mengganggu produktivitas habitat tersebut. Kemampuan lingkungan untuk mendukung
manusia dan perikehidupan yang lainnya, bukanlah terfokus pada maksimum populasi, tetapi
maksimum “beban” lingkungan yang dapat terjaga. .

Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar terhadap suatu perubahan, namun
biasanya batas mekanisme homeostasis, dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan manusia.
Misalnya sebuah sungai yang dikotori oleh pembuangan sampah yang terlalu banyak, sungai itu
dapat dijernihkan kembali airnya secara alami, sehingga secara keseluruhan sungai itu dianggap
tidak tercemar. Tetapi apabila sampah yang masuk terlalu banyak, apalagi mengandung bahan
beracun berbahaya, maka batas homeostasis alami sungai itu terlampaui dan bahkan
menyebabkan kerusakan ekosistem. Kemampuan suatu ekosistem untuk pulih kembali seperti
semula (kondisi seimbang), setelah mengalami kerusakan sering dinamakan Daya lenting /
(resiliensi). Sebutkan salah satu contoh gejala kerusakan ekosistem di sekitar tempat tinggalmu
! Kenalilah penyebab terjadinya gejala itu ! Apakah upaya yang dapat kamu lakukan untuk
mengatasinya ? Diskusikan dengan teman sebangkumu!

1. Suksesi Ekologi

Tidak satupun yang bersifat tetap di dunia ini, semuanya berubah seiring dengan perjalanan
waktu. Bagian-bagian kecil suatu komunitas di alam juga berubah, begitu pula komunitas secara
keseluruhan. Perubahan yang terjadi dalam komunitas dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang
terdapat dalam komunitas tadi. Jadi komunitas apa yang akan terbentuk di kemudian hari
dipengaruhi oleh apa yang terjadi sekarang dengan komunitas ini. Pernahkah kamu
memperhatikan perubahan komunitas gulma pada Ekosistem sawah pada fase vegetatif tanaman
padi ? Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati, dan
seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Bila diamati
dalam kurun waktu tertentu akan terlihat bahwa komunitas yang terbentuk pada akhir kurun
waktu tertentu sangat berbeda, baik dalam komposisi jenis maupun strukturnya dengan
komunitas yang terbentuk pada awal pengamatan. Hanya sedikit sekali komunitas yang dapat
bertahan tanpa perubahan untuk jangka waktu yang lama. Semua komunitas memperlihatkan
suatu pola perubahan. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah secara teratur dinamakan suksesi ekologi

Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas klimaks. Sekurang-kurangnya
ada enam gradasi perubahan dalam peristiwa suksesi. Pertama nudasi yang ditandai adanya
pembentuk substrat baru. Diikuti migrasi berupa kehadiran alat-alat pembiakan, yang ditandai
oleh invasi ( serbuan suatu organisme dari luar wilayah). Dilanjutkan dengan exceses yang
ditandai oleh perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi. Kolonisasi (tumbuh dan
berkembangnya sekelompok organisme) merupakan sebagian proses yang terjadi pada tahap
eksesis . Peristiwa selanjutnya adalah terjadinya kompetisi yang akan mengakibatkan
pergantian populasi. Dengan adanya pergantian populasi maka akan terjadi reaksi yang diikuti
perubahan habitat dari spesies yang ada, dan akhirnya terbentuk komunitas klimaks sebagai
final stabilisasi.

Ahli ekologi umumnya membedakan suksesi menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder.
Perbedaan suksesi ini terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi. Suksesi
primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas
asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal tersebut terbentuk habitat baru atau
substrat baru. Pada habitat baru ini tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal
yang tertinggal. Gangguan seperti ini dapat terjadi secara alami ( misalnya tanah longsor,
letusan gunung berapi, endapan Lumpur baru di muara sungai dan endapan pasir di pantai) atau
di buat oleh manusia ( penambangan timah dan batu bara, tepi jalan yang dipapas bersih, dan
sebagainya). Berikut diagram suksesi khas di darat

2. Ekosistem Suksesi

Merupakan ekosistem yang berkembang setelah terjadin perusakan terhadap ekosistem alami.
Ada dua macam ekosistem suksesi, yaitu ekosistem suksesi primer dan ekosistem suksesi
sekunder.

a..Ekosistem suksesi primer

terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal
tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini
dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang
baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan
manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di
Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun
1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak
(liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan.
Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga
terbentuk tanah sederhana.
Gambar 10. 7. Suksesi primer pada Pulau Anak Krakatau
Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk
karena aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang
lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat
tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu
tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi
demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.

b. Ekosistem suksesi sekunder

berkembang setelah ekosistem alami rusak tetapi terbentuk habitat baru. Contoh, misalnya
penebangan pohon di hutan sampai habis.Ekosistem suksesi sekunder dapat pula berkembang
dari ekosistem buatan yang ditinggalkan secara alami. Contohnya sawah atau ladang tegalan-
tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.

Gambar 10. 8. Suksesi sekunder karena penebangan hutan

Gambar 10. 9. Diagram suksesi primer ekosistem darat


Bila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu, baik secara alami atau buatan ( misal oleh
perbuatan manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme
sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada, maka pada substrat
tersebut akan terjadi suksesi sekunder. Banjir, kebakaran secara alami, angin kencang dan
gelombang laut (tsunami) merupakan gangguan alami, sedangkan penebangan hutan secara
selektif (misalnya sistem tebang pilih), dan pembakaran padang rumput secara sengaja
merupakan gangguan buatan.

Contoh klasik suksesi primer adalah pembentukan dan perkembangan komunitas di kepulauan
krakatau setelah gunung krakatau meletus tahun 1883. Selama seratus tahun sejak letusan
tersebut, perubahan komunitas banyak ditelaah oleh para ahli ekologi. Perubahan vegetasi yang
terjadi dapat disarikan pada gambar di bawah ini.

Sampai saat ini belum banyak diketahui penelitian tentang suksesi sekunder yang terperinci dan
dimonitor dalam jangka panjang pada tempat yang sama seperti pada suksesi primer di
Krakatau. Meskipun demikian dari data yang berasal dari berbagai tempat dan diambil pada
waktu yang berbeda mengenai proses suksesi setelah hutan alam tanah rendah di daerah iklim
basah setelah ditebang habis dapat digambarkan sebagai berikut

Proses dan faktor yang berperan pada suksesi sekunder sama dengan yang berlaku pada suksesi
primer. Diantara factor yang mempengaruhi macam komunitas yang terbentuk dan kecepatan
suksesi adalah luasnya komunitas asal yang rusak, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar
komunitas yang terganggu, kehadiran pemencar biji dan benih, iklim (terutama arah dan
kecepatan angina serta curah hujan), macam substrat baru yang terbentuk, dan sifat-sifat jenis
tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.

Berdasarkan pengaruh musim terhadap pembentukan komunitas klimaks, ada dua hipotesis yang
banyak diajukan oleh para ahli ekologi. Hipotesis pertama adalah Hipotesis Monoklimaks yang
menyatakan bahwa pada daerah bermusim tetentu hanya terdapat satu komunitas klimaks.
Hipotesis kedua mengatakan bahwa klimaks dipengaruhi oleh berbagai factor abiotik seperti
keadaan tanah, drainase, dan topografi dengan salah satu factor yang bersifat dominan.
Hipotesis ini dikenal dengan nama Hipotesis Poliklimaks.

Berdasarkan tingkat klimaks yang dicapai karena lingkungan tempat suksesi itu terjadi, maka
dikenal beberapa tipe klimaks, yaitu hidrosere (Klimaks pada lingkungan air), halosera (
klimaks pada lingkungan payau), dan xerosere ( klimaks pada lingkungan kering).

D. Biogeokimia

Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer
yang hidup dengan tak hidup.

Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa unsur-unsur
penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen
biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan
batuan (geofisik) sehingga disebut Daur Biogeokimia.
1. Fungsi
Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-
unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik
maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.
2. Macam-macam Daur Biogeokimia
3. Daur Nitrogen
Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat
atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.

1). Tahap pertama

Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air hujan yang
membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi
nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang
bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang
hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.

2). Tahap kedua

Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi
molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya
menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini
disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium
menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat
ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut
denitrifikasi.

Gambar 10.10. Daur Nitrogen

b. Daur Fosfor

Unsur fosfor merupakan unsur yang penting bagi kehidupan, tetapi persediaannya sangat terbatas.
Dengan kemampuannya untuk membentuk ikatan kimia berenergi tinggi, fosfor sangat penting
dalam transformasi energi pada semua organisme. Sumber fosfor terbesar dari batuan dan
endapan-endapan yang berasal dari sisa makhluk hidup. Sumber ini lambat laun akan mengalami
pelapukan dan erosis, bersamaan dengan itu fosfor akan dilepaskan ke dalam ekosistem. Tetapi
sebagian besar senyawa fosfor akan hilang ke perairan dan diendapkan. Fosfor dalam tubuh
merupakan unsur penyusun tulang, gigi, DNA atau RNA, dan protein. Daur fosfor dimulai dari
adanya fosfat anorganik yang berada di tanah yang diserap oleh tumbuhan. Hewan yang
memakan tumbuhan akan memperoleh fosfor dari tumbuhan yang dimakannya. Tumbuhan atau
hewan yang mati ataupun sisa ekskresi hewan (urine dan feses) yang berada di tanah, oleh bakteri
pengurai akan menguraikan fosfat organik menjadi fosfat anorganik yang akan dilepaskan ke
ekosistem.

Gambar 10.11. Daur Fosfor


c.Daur Karbon dan Oksigen

1). Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas perubahan dan
pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh
penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer
melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui fotosintesis.

Gambar 10.12. Daur Karbon dan Oksigen

2). Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak lagi CO2 ke
atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga
berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu
keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.
c. Daur Belerang (Sulfur)

Belerang dalam tubuh organisme merupakan unsur penyusun protein. Di alam, sulfur (belerang)
terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan di udara dalam bentuk SO atau gas
sulfur dioksida. Ketika gas sulfur dioksida yang berada di udara bersenyawa dengan oksigen dan
air, akan membentuk asam sulfat yang ketika jatuh ke tanah akan menjadi bentuk ion-ion sulfat
(SO4 2- ). Kemudian ion-ion sulfat tadi akan diserap oleh tumbuhan untuk menyusun protein
dalam tubuhnya. Ketika manusia atau hewan memakan tumbuhan, maka akan terjadi perpindahan
unsur belerang dari tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia. Ketika hewan atau tumbuhan mati,
jasadnya akan diuraikan oleh bakteri dan jamur pengurai dan menghasilkan bau busuk, yaitu gas
hidrogen sulfida (H2S) yang akan dilepas ke udara dan sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas
hidrogen sulfida yang ada di udara akan bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur oksida,
dan yang di tanah oleh bakteri tanah akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida
yang nanti akan diserap kembali oleh tumbuhan.

Gambar 10.13. Daur Belerang (Sulfur)


d. Daur Hidrologi (Air)

Sinar matahari akan menguapkan air yang ada di laut, sungai, dan danau. Demikian juga air dari
tanah dan tumbuhan yang berada di darat. Air tersebut akan menjadi uap air dan naik ke angkasa
menjadi awan. Hal itu disebut penguapan. Di angkasa, awan yang mengandung uap air
mengalami pembekuan sehingga membentuk butiran-butiran air. Hal itu terjadi, karena semakin
tinggi tempat di permukaan bumi, maka semakin rendah suhu udaranya. Mengingat butiran air
lebih berat daripada udara, butiran air tersebut akan jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Air
yang jatuh, sebagian akan diserap oleh tanah, sebagian menggenang di permukaan bumi berupa
danau atau kolam. Sebagian lagi, mengalir ke sungai hingga laut.Setelah mencapai tanah siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

1). Evaporasi (transpirasi)

Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya, kemudian akan menguap
ke angkasa (atmosfer) dan akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh, uap air (awan) itu akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju,
es, dan kabut.
2). Infiltrasi (perkolasi)

Ke dalam tanah air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
menuju permukaan air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler, atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.

3). Air permukaan

Air bergerak di atas permukaan tanah, dekat dengan aliran utama dan danau, makin landai lahan
maka makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan
tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar daerah aliran sungai
menuju laut.

Gambar 10.14. Daur Hidrologi (Air)


Habitat dan Relung

Tempat hidup makhluk hidup dinamakan habitat, Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan
persyaratan hidup makhluk yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup disebut nilai
minimum sedangkan batas atasnya dinamakan nilai maksimum. Antara dua kisaran itu
terdapat nilai optimum. Apabila sifat habitat berubah sampai diluar nilai minimum atau
maksimum, makhluk hidup akan mati atau melakukan migrasi. Apabila perubahannya lambat,
terjadi selama beberapa generasi, makhluk hidup umumnya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Melalui proses adaptasi memungkinkan terjadinya perubahan sifat dari suatu
makhluk. Di alam dapat juga ditemukan suatu makhluk yang memiliki habitat yang lebih dari
satu.

Dalam habitatnya suatu makhluk memiliki cara tertentu untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Kedudukan funsional suatu organisme dalam komunitasnya sering dinamakan Relung (Niche =
Nisia). Oleh karena itu relung adalah status suatu organisme dalam suatu komunitas dan atau
ekosistem, sebagai akibat adaptasi struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme
tertentu. Jadi relung suatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat hidup organisme,
tetapi juga ditentukan oleh fungsi yang dikerjakannya. Termasuk disini adalah cara suatu
spesies memanfaatkan sumber daya yang ada untuk bertahan hidup, juga bagaimana keberadaan
suatu species mempengaruhi organisme di sekelilingnya. Berdasarkan pernyataan diatas, kiranya
dapat dimengerti jika habitat dapat disamakan dengan alamat sedangkan Relung identik
dengan profesi.

Beberapa makhluk dapat hidup bersama dalam suatu habitat. Hidup bersama dalam suatu habitat,
barangkali bukan menjadi suatu masalah jika memiliki relung yang berbeda. Namun, apabila
beberapa makhluk memiliki relung yang sama, menempati habitat yang sama dapat
memunculkan interaksi yang antagonis. Makin tumpangtindih relung antara dua jenis makhluk
hidup, semakin tinggi tingkat persaingannya. Dalam keadaan yang demikian maka masing-
masing jenis akan memiliki efisiensi cara hidup atau profesi yang makin tinggi, sehingga
relungnya akan makin menyempit. Ini berarti semakin rentan terhadap suatu gangguan.

Kajian ekosistem merupakan kajian yang luas. Ekosistem dikaji pada suatu rumpun ilmu yang
bernama Ekologi. Berdasarkan bidang kajiannya, ekologi dapat dibedakan menjadi Autekologi,
Sinekologi, Pembagian menurut habitat dan Pembagian menurut taksonomi. Autekologi
mempelajari suatu jenis organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya, biasanya
ditekankan pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasit atau non parasit dan lain-lain. Contoh
seluk beluk ekologi penyu di habitat aslinya. Sinekologi mengkaji berbagai kelompok organisme
sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Dalam hal ini antara
lain melahirkan konsep ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi
ekosistem. Pembagian menurut habitat antara lain melahirkan konsep Ekologi Bahari, Ekologi
Perairan Tawar, Ekologi Darat, Ekologi Estuaria. Sedangkan pembagian menurut taksonomi
adalah pembagian yang didasarkan atas sistematika makhluk hidup. Oleh karena itu dikenal
adanya Ekologi tumbuhan, Ekologi serangga, Ekologi hewan tanah, Ekologi mikroba dan
sebagainya.

Gambar 10.15. Relung-relung

G. Ekosistem
1. Komponen Ekosistem

Berdasarkan fungsinya suatu ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu (1) komponen
autotrophik ( autos = sendiri, trophikhos = menyediakan makanan) artinya organisme yang
mampu menyediakan atau mensintesis makannya sendiri berupa bahan organik dari bahan
anorganik dengan bantuan sinar matahari dan klorofil (2) komponen heterotrophik ( hetero =
berbeda, lain) artinya organisme yang hanya mampu memanfaatkan bahan oraganik sebagai
makannya dan bahan tersebut disintesis dan disediakan oleh organisme lain Berdasarkan
komponen penyusunnya, komponen ekosistem dapat dibedakan menjadi empat (4) komponen
yaitu :

1. Komponen autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).

Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa
bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.

1. Komponen heterotrof
(Heteros = berbeda, trophikos = makanan).

Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya


dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia,
hewan, jamur, dan mikroba.

c. Bahan tak hidup (abiotik)

Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar
matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,
atau lingkungan tempat hidup.

d. Pengurai (dekomposer)

Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali
oleh produsen. Contoh pengurai ini adalah bakteri dan jamur. termasuk dalam kelompok tersebut
adalah perombak dan detritifor. Perombak adalah Organisme yang mampu merombak bahan
organik kompleks, dan menyerap sebagian hasil perombakannya. Organisme ini mampu
menghasilkan enzim pencerna bangkai atau bahan organik buangan lainnya. Detritifor adalah
organisme pemakan detritus (yaitu fragmen, hancuran, remukan, bagian-bagian lembut dari
bahan yang sudah terurai).

Kualitas dan kuantitas komponen dalam suatu ekosistem berbeda-beda. Jika susunan komponen
biotik dan abiotiknya berbeda maka interaksi yang terjadi antar komponen akan berubah, karena
itulah setiap ekosistem mempunyai penampilan yang tidak sama. Perbedaan ini akan terlihat
pada ciri keseutuhan ekosistem, baik menyangkut proses pengambilan dan perpindahan energi,
pendauran materi maupun produktivitasnya. Kombinasi organisme dan unsur lingkungan dalam
sebuah ekosistem selalu menunjukkan penampilan yang khas. Kondisi inilah yang mungkin
melahirkan tipe ekosistem yang beraneka ragam.

2. Macam-macam Ekosistem

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut. Para ahli ekologi
umumnya membagi tipe ekosistem di bumi menjadi tiga ekosistem utama yaitu ekosistem
darat (terrestrial ecosystem), ekosistem perairan (aquatic ecosystem) dan ekosistem buatan.

a. Ekosistem darat

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu
sebagai berikut.

1. Bioma gurun

Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan
padang rumput.

Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari
tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat
rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan
semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan
menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang
serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia,
ular, kadal, katak, dan kalajengking.

Gambar 10.16. Bioma Gurun


2. Bioma padang rumput

Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah
curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan
air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Dibagi menjadi 2 : Sabana dan Stepa

a. Bioma Stepa (Padang Rumput)


Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim
sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia.
Ciri-ciri:

1. Curah hujan antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hajannya
dapat mencapai 100 cm/tahun.
2. Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
3. Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang
baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
Lingkungan biotik:

– Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah dengan porositas dan drainase kurang
baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena
mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama padang rumput
bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan, puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara
dan pampa di Argentina.
– Fauna: bison dan kuda liar (mustang) di Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba dan
kanguru diAustralia. Karnivora : singa, srigala, anjing liar, cheetah.

Gambar 10.17. Bioma Stepa

b. Bioma Sabana
Bioma sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan.
Gambar 10.18. Bioma Sabana
Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan menjadi dua, yaitu sabana
murni dan sabana campuran.
– Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas satu jenis tumbuhan
saja.
– Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari campuran berjenis-jenis
pohon.
3. Bioma Hutan Tropis

Bioma hutan tropis merupakan bioma yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan
yang paling tinggi. Meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco, Amerika Tengah, sebagian
besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini, dan lembah Kongo di Afrika.

Ciri-ciri:

– Curah hajannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 – 225 cm/tahun.
– Matahari bersinar sepanjang tahun.
– Dari bulan satu ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil
– Di bawah kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga tidak ada perubahan suhu
antara siang dan malam hari.
Flora: terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan. pohon-pohon dapat mencapai ketinggian 20 – 40
m, dengan cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung atau
kanopi.tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan epifit. Liana adalah tumbuhan yang
menjalar di permukaan hutan, contoh: rotan.

Epifit adalah tumbuhan yang menempel pada batang-batang pohon, dan tidak merugikan pohon
tersebut, contoh: Anggrek, paku Sarang Burung.

Fauna: di daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari
hidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah
bawah kanopi dan daerah dasar hidup hewan- hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang
aktif pada malam hari, misalnya: burung hantu, babi hutan,kucing hutan, macan tutul.

Gambar 10.19. Bioma Hutan Tropis


4. Bioma hutan gugur

Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,


Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami
empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu
rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa
luwak).

Gambar 10.20. Bioma Hutan Gugur


5. Bioma taiga

Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya
adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu
spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali.
Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan
pada musim gugur.

Gambar 10.21. Bioma Taiga

6. Bioma tundra

Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat
di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh
tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang
pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang
dingin.

Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas,
semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal,
contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.

Gambar 10.22. Bioma Tundra


b. Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang,
dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang,
sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.

Adaptasi tumbuhan

Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa
alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri.
Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar
sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.

Adaptasi hewan

Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan
menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya
ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara
keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.

Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme
dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof
(makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang
hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a). Plankton;
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti
gerak aliran air.

b). Nekton;

hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.

c). Neuston;

organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air,
misalnya serangga air.

d). Perifiton;

merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain,
misalnya keong.

e). Bentos;

hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos
dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.

Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air
tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi hingga ratusan meter persegi.

Gambar 10.23. Berbagai Organisme Air Tawar berdasarkan Cara Hidupnya


Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat
ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak
tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan
temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas
dengan daerah dingin di dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari
tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang
hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan
daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.

Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya
diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air
seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di
danau.

b). Daerah limnetik

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar
matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri.
Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan
musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil
memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan- ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh
ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

c). Daerah profundal

Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain
menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari
daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d). Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme
mati.
Gambar 10.24. Empat Daerah Utama Pada Danau Air Tawar

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut
:

a. Danau Oligotropik

danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif.

Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat
oksigen sepanjang tahun.

b. Danau Eutropik

danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif.

Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di
daerah profundal.

Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik
yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya
dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan
buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan
suplai oksigen di danau tersebut.

Pengkayaan danau seperti ini disebut “eutrofikasi”. Eutrofikasi membuat air tidak dapat
digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
Gambar 10.25. Danau yang mengalami Eutrofikasi

c. Ekosistem Air Laut ( Ekosistem Bahari )

Merupakan bagian terluas (kira-kira 70 %) di muka bumi. Beberapa karakteristik Ekosistem


bahari antara lain, Salinitasnya tinggi terutama di daerah tropika, semakin jauh dari khatulistiwa
salinitas berkurang. Salinitas di permukaan laut dan pada kedalaman yang berbeda bervariasi.
Memiliki kadar mineralnya tinggi, dengan ion clorida merupakan ion yang terbanyak. Pengaruh
faktor iklim dan cuaca kurang begitu nampak dengan suhu permukan air laut di daerah tropic
berkisar antara 25 oc – 30 oc, makin ke arah kutub suhu menurun sampai 0 oc. Adanya aliran air
laut dipengaruhi oleh adanya angin dan perputaran bumi.
Organisme yang ada di dalamnya antara lain berbagai jenis tumbuhan, ikan laut, dan berbagai
organisme pengurai. Karena tekanan osmosis di luar sel lebih kecil daripada tekanan osmosis di
dalam sel, ikan laut menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cara terus menerus minum
melalui mulutnya, dan sedikit mengeluarkan urine. Pengeluaran air dilakukan secara osmosis,
sedangkan garamnya diekskresikan melalui insang. Jika aikan air laut memimiliki cara adaptasi
yang demikian, bagaimana cara adaptasi ikan air tawar ?

Berdasarkan jumlah cahaya yang dapat diterima, ekosistem bahari dapat dibedakan menjadi dua
yaitu daerah fotik dan afotik. Daerah fotik adalah daerah yang cukup mendapat cahaya matahari,
sedangkan daerah afotik adalah daerah yang kurang atau tidak mendapatkan cahaya matahari.
Adakah perbedaan karakteristik organisme yang hidup di daerah fotik dan afotik ? Diskusikan
dengan teman sebangkumu !

Berdasarkan sifat-sifat cara hidupnya, organisme perairan umumnya dapat dikelompokkan antara
lain menjadi :

1. Plankton, organisme yang umumnya sangat kecil, hidup melayang-layang di dalam air,
Gerakan organisme ini sangat dipengaruhi oleh arus air. Dibedakan menjadi
fitoplankton(tumbuhan) dan zooplankton (hewan)
2. Nekton, organisme yang dapat bergerak bebas
3. Neuston, organisme kecil yang bersandar atau berenang di permukaan air
4. Perifiton, organisme yang menempel atau merayap pada organisme atau benda yang lain
yang menyembul ke permukaan air
5. Bentos, organisme yang hidup merayap atau melekat di dasar perairan
Kelompok ekosistem bahari dapat dibedakan menjadi ekosistem laut dalam, ekosistem pantai
pasir dangkal (litoral) dan Ekosistem pasang surut.
1. Ekosistem laut dalam

Bagian lautan terdalam mempunyai suatu lingkungan yang khas dan diperlukan adaptasi yang
luar biasa untuk memungkinkan kehidupan disini. Keadaan di kedalaman ini dingin, gelap dan
sunyi. Disini tidak terdapat produsen. Makanan untuk organisme hidup berasal dari bahan organi
yang mengendap dari bagian atas, sehingga jumlahnya relative sedikit sekli. Adaptasi yang
memungkinkan kehidupan di bawah tekanan di kedalaman mengakibatkan jika terjadi
perpindahan ke lapisan atas maka organisme ini tidak dapat hidup. Keanekaragaman dan
jumlah organisme biasanya kurang dengan bertambah dalamnya lautan. Dalam kegelapan
abadi sebagian besar hewan berwarna hitam atau merah tua dan mempunyai mata yang sangat
peka.

Gambar 10.26. Organisme penghuni ekosistem laut dalam

Di kedalaman lautan kebanyakan hewan dapat membuat cahaya dalam tubuhnya atau serung
dinamakan Bioluminisens( yunani: bios + lumon = cahaya). Apakah manfaat bioluminisense
bagi organisme ? Selain sebagai identitas organisme, kemampuan ini juga menjadikan
organisme laut dalam dapat memikat mangsanya dan membantu organisme dalam
menghindarkan diri dari tanda bahaya. Beberapa contoh organisme penghuni ekosistem laut
dalam dapat dilihat pada gambar 10.26

2. Ekosistem Pantai Pasir Dangkal

Ekosistem ini umumnya terdapat di pantai daerah pesisir yang terbuka dan jauh dari pengaruh
sungai besar, tetapi ada juga yang terletak di antara dua dinding batu terjal. Komunitas di habitat
ini biasanya didominasi oleh beberapa jenis rumput laut dan beberapa macam alga
seperti Enhalus acoroides, Halodule tridentata (rumput laut), Sargassum, dan Gracillaria (alga
laut).

Ekosistem pantai pasir dangkal terdiri dari ekosistem terumbu karang, ekosistem pantai batu dan
ekosistem pantai lumpur
Gambar 10.27. Pantai Pasir
( Wildan Yatin, 1986 : 12 )

a). Ekosistem terumbu karang (coral reef)

Ekosistem ini merupakan hasil kegiatan dan interaksi antara berbagai jenis organisme, di
antaranya Colenterata, cacing laut, siput laut, kerang, dan alga berkapur (Halimeda). Polip
karang merupakan organisme kecil pembentuk cangkang kapur. Cangkang ini terus bertumpuk
menjadi bentuk yang padat dan massif yang disebut terumbu karang. Terumbu karang merupakan
salah satu ekosistem yang produktif di bumi, dengan produktivitas fotosintesis yang besarnya
3000 kali lipat dari produktivits perairan di sekelilingnya. Kekayaan terumbu karang bertumpu
pada hubungan yang khusus antara karang dan batuan. Dalam setiap polip terdapat puluhan ribu
tumbuhan bersel satu yang disebut zooxanthellae, yang menyediakan tambahan energi bagi
karang melalui proses fotosintsis. Tumbuhan ini juga mendaur ulang zat-zat makanan. Karang
menangkap zooplankton dan mangsa lainnya, kotoran yang dikeluarkan karang digunakan
oleh zooxanthellae. Terumbu karang terdapat di perairan yang jernih yang merupakan habitat
bagi berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomi.

Ekosistem jenis ini banyak dijumpai di pantai selatan Jawa, Bali, pulau-pulau sebelah barat
Sumatra, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Gambar 10.28. Terumbu Karang di Pulau Timor


( Sugiyanto, 1986 : 12 )
b). Ekosistem Pantai Batu

Ekosistem jenis ini merupakan batuan cadas yang berasal dari proses konglomerasi (berkumpul
dan menyatu) batu-batu kecil dengan tanah liat dan kapur atau terbentuk dari bongkah-bongkahan
batu granit yang besar-besar. Ekosistem semacam ini terdapat di daerah pesisir yang berbukit dan
berdinding batu di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, Nusa Tenggara, Bali dan sekitar
Maluku. Di dalam ekosistem ini banyak terdapat alga Echeuma spinosum, Gelidium,dan
juga Sargassum.

Gambar 10.29. Pantai Batu Suwanggi, Wakasihu


c). Ekosistem Pantai Lumpur

Terdapat di sekitar muara sungai. Pantai semacam ini banyak dijumpai di Jaawa, Sumatra,
Kalimantan, dan IrianJaya. Di dalam ekosistem ini berkembang komunitas pionir Avicenia (api-
api), Sonneratia (bakau), dan rumput laut Enhalus acorides.

Hewannya yang paling banyak ialah ikan gelodok.

Tipe ekosistem muara sungai disebut juga ekosistem estuarlina.

Gambar 10.30. Pantai Lumpur / Hutan Mangrove di Teluk Jakarta

( Sugiyanto, 1986 : 122 )

3. Ekosistem Pasang Surut ( Ekosistem pantai )

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut,
dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki
adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.

Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh
ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting,
landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.

Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam
invertebrata dan ikan serta rumput laut.

Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai
berikut.

1. Formasi pes caprae karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin;
tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex
littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah
darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan),
dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2. Formasi baringtonia didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang
memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang
oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa,
Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.

Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

1. F. Tipe-Tipe Ekosistem yang ada di Indonesia


Di pulau jawa sangat mudah menemukan pohon kelapa, mangga, kambing, sapi, dan kerbau,
tetapi pohon korma, kangguru dan zebra, sulit ditemukannya. Burung cendrawasih banyak
ditemukan di Pulau Papua, tidak ditemukan di jawa. Pohon bakau tidak akan tumbuh di
pegunungan, hanya tumbuh di pantai berlumpur. Ikan gurami hanya di air tawar, tidak akan hidup
di laut. Mengapa hal itu dapat terjadi ? Apakah yang menentukan keberadaan suatu organisme
dalam daerah tertentu ?

Organisme memiliki karakteristik dalam sifat dan kemampuan adaptasi berbeda dalam
memberikan respon terhadap perubahan lingkungan. Ada yang dapat hidup di tempat yang
lembab dan lainnya hanya dapat hidup pada lingkungan kering. Beberapa organisme dapat
bertahan karena sinar matahari, sementara itu organisme lainnya memerlukan tempat yang teduh
atau bahkan gelap. Faktor-faktor lingkungan yang bekerja melalui toleransi(
latin: tolerare = menahan diri, memikul keadaan), memilih macam-macam organisme yang
dapat hidup dalam suatu tempat tertentu. Kemampuan beradaptasi dan mempertahankan diri
inilah yang melahirkan tipe-tipe ekosistem yang berbeda.

Apapun tipe ekosistemnya, pada dasarnya memiliki struktur yang sama yaitu adanya interaksi
antara sumber energi, produsen, konsumen dan pengurai. Letak perbedaanya hanyalah jenis
organisme yang menempatkan diri pada komponen fungsionalnya. Coba kamu bandingkan jenis
organisme yang berperan sebagai konsumen primer pada ekosistem kolam dan ekosistem sawah
? Untuk mengenali tipe-tipe ekosistem pada umumnya kita menggunakan ciri-ciri komunitas
yang menonjol. Khusus untuk ekosistem daratan yang kita gunakan adalah komunitas
vegetasinya, karena wujud vegetasi merupakan penampakan luarinteraksi antara tumbuhan,
hewan dan lingkungannya.

1. 1. Ekosistem Darat Alami


Berdasarkan komunitas vegetasi yang mendominasi, di Indonesia terdapat tiga bentuk ekosistem
darat alami, yaitu vegetasi pamah, vegetasi pegunundan dan vegetasi monsun

1. a. Vegetasi Pamah
Ekosistem jenis ini merupakan bagian terbesar dari hutan di Indonesia, yaitu di Sumatra,
Kalimantan, dan Irian. Terletak pada ketinggian antara 0 – 1.000 di atas permukaan laut (dpl).

Ditinjau dari segi vegetasinya dapat dibagi lagi menjadi vegetasi hutan rawan dan vegetasi darat,
contohnya hutan bakau, hutan sagu dan hutan rawa gambut. Beberapa contoh vegetasi pamah di
antaranya ialah:

1). Hutan bakau

Di Indonesia luasnya kurang lebih sekitar 4.250.000 hektar dan tersebar di seluruh kepulauan.
Jumlah jenis ntumbuhan dalam hutan bakau tercatat sekitar 95 jenis. Tampaknya hutan bakau
seragam tetapi di tempat yang banyak karangnya tumbuhan ini kurang subur dan ukurannya lebih
pendek dan kecil. Tumbuhan bakau yang subur dengan ukuran besar terdapat di muara sungai.

Fauna hutan bakau umumnya dari jenis moluska, kepiting, dan ular air.

2). Hutan rawa air tawar

Ekosistem jenis ini terdapat di belakang hutan bakau. Populasinya padat dengan kanopi yang
lebat dan pada kondisi yang baik pohon-pohon dapat mencapai ketinggian sekitrar 30 meter dan
merata.

3). Vegetasi terna rawa

Ekosistem jenis ini umumnya didominasi oleh jenis rumput-rumputan. Banyak dijumpai di
Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya.

4). Vegetasi pantai pasir karang

Dapat dibedakan atas begetasi yang berbentuk terna (formasi pescaprae) dan vegetasi yang
berbentuk perdu dan pohon (formasi Barringtonia). Kedua macam vegetasi ini banyak terdapat
di tepi pantai yang berpasir atau berkarang tetapi tidak terlalu jauh dari pantai ke arah darat.

5). Hutan rawa gambut

Vegetasi di daerah ini tinggi-tinggi tetapi kurus dan tidak lebart karena tanahnya mengandung
timbunan gambut yang bersifat asam dengan kandungan zat hara sangat rendah. Dari tepi sampai
ke bagian tengah hutan gambut dapat dibedakan tiga tipe, yaitu hutan rawa gambut campuran,
hutan rawa gambut campuran transisi, dan padang yang terentang. Ketiga tipe hutan ini selalu
lengkap pada setoap lokasi hutan rawa gambut dan banyak terdapat di Kalimantan Barat dan
Kalimantan Timur.

6). Hutan sagu

Ada dua tipe hutan sagu, yaitu hutan sagu murni dan hutan sagu campuran dengan pohon atau
vegetasi lain di mana populasinhya rapat dan berkembang di daerah di mana aliran air tawarnya
teratur. Banyak terdapat di Irian Jaya dan Maluku.

7). Hutan tepi sungai

Ekosistem semacam ini terdapat di sepanjang aliran tepi sungai besar dan terdiri atas tumbuhan
rawa musiman yang berbeda.

Merupakan habitat transisi dengan hutan rawa air tawar. Floranya sebagian besar terdiri atas
tumbuhan berkayu yang hidup di celah-celah batu dengan perakarann yang kuat, daunnya sempit
dan bijinya dapat disebarkan oleh air atau ikan.

8). Komunitas danau

Vegetasi yang ada di perairan danau umumnya adalah fitoplankton. Jenis rumput-rumputan dan
tumbuhan lain yang terapung dapat mendominasi vegetasi di tepian danau.

1. b. Vegetasi Pegunungan
Ekosistem jenis ini sangat beraneka ragam sehingga dapat diklasifikasikan menjadi hutan
pegunungan, padang rumput, vegetasi terbuka pada lereng berbatu, vegetasi rawa gambut, danau
dan vegetasi alpin.

1. 1. Hutan Pegunungan
Dapat dibedakan menjadi :

a). Hutan pegunungan atas dengan ketinggian antara 1.500 – 3.300 m. Hutannya lebat dengan
pohon yang tinggi-tinggi rata-rata sekitar 25 m. jenisnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan
yang ada di hutan pegunungan bawah.

b). Hutan pegunungan bawah dengan ketinggian antara 1000 – 2.500 m. Umumnya pohon-
pohonnya relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan pohon yang ada di hutan pegunungan
atas, diameter batangnya pun relatif lebih kecil.

1. 2. Padang rumput
Dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu :
1. Padang rumput-semak tepi hutan, terdapat di Irian Jaya pada lereng batu kapur dengan
tanah yang dangkal di Dataran Tinggi Kemabu. Daerah ini ketinggiannya antara 3.300 –
3.800 m.
2. Padang rumput merumpun Corporosma brassi – Deschampsinklosii. Pada rumput jenis
ini terdapat di lereng yang basah pada ketinggian 3.300 – 4.100 m di seluruh daerah
pegunungan Irian Jaya. Hampir seluruh komunitasnya berupa hamparan rumput Danthonia
klossii yang tingginya rata-rata 1 meter. Di antaranya kadang-kadang terdapat tumbuhan
perdua jenis Corprosma brassii yang tumbuhnya kerdil.
1. 3. Vegetasi terbuka pada lereng berbatu
Terdapat di bukit-bukit batu kapur yang terjal dan tempat yang sebagian terlindung dari hujan dan
tanahnya lembab.

Vegetasinya terdiri atas jenis rumput, paku-pakuan dan terna tertenu.

1. 4. Vegetasi rawa gambut


Biasanya berbentuk vegetasi perdu rawa gambut dan banyak terdapat di daerah Irian Jaya yang
berada pada ketinggian 3.300 – 4.000 m. di nJawa vegetasi ini terdapat pada ketinggian antara
2.000 – 3.500 m. Komunitasnya berupa padang rumput penutup gambut.

1. 5. Vegetasi Danau
Danau banyak terdapat di pegunungan tinggi dan umumnya danau di daerah ini dangkal serta
banyak mengandung nutrisi. Perairannya terbuka sehingga hampir tertutup oleh tumbuhan.
Contohnya adalah danau di gunung Dieng.

1. 6. Vegetasi Alpin
Contoh vegetasi ini adalah tundra alpin kering dan tundra alpin basah. Tundra alping kering
komunitasnya didominasi oleh Tetramolopium klossii yang terdapat pada ketinggian antara 4.230
– 4.600 m. sedangkan komunitas pada tundra alpin basah umumnya didominasi oleh hamparan
lumut yang terdapat di ketinggian 4.250 m.

1. c. Vegetasi Monsun
Terdapat pada daerah beriklim kering musiman, dengan kelembaban lebih \ tinggi dari 33,3%.
Evapotranpirasi kurang dari 1.500 mm per tahun. Vegetasi terdiri dari tumbuhan bercabang
rendah dengan batang yang jarang-jarang dan lurus.Umumnya vegetasinya tumbuh lebat di
musim penghujan dan menggugurkan daun di musim kemarau. Jenisnya sangat sedikit. Yang
termasuk ekosistem ini meliputi savana dan padang rumput. Banyak terdapat di Jawa Timur,
NTT, Sulsel, Sulteng dan Irian Jaya.

1. 2. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja diadakan dengan maksud menyenangkan
pembuatannya. Hal ini banyak terjadi akibat perkembangan teknologi. Beberapa contoh
diantaranya ialah :

1. a. Ekosistem Danau
Umumnya air danau merupakan air tawar. Sebagai salah satu ekosistem air tawar yang dibuat
oleh manusia, umumnya memiliki karakteristik antara lain. salinitasnya rendah bahkan lebih
rendah dari organisme yang hidup didalamnya, dipengaruhi oleh iklim dan cuaca
Hewan yang ada antara lain berbagai jenis ikan air tawar. Ikan air tawar memiliki cara adaptasi
antara lain dengan cara. Pengambilan air secara terus menerus, melalui insang dengan cara
osmosis. Garam-garam diabsorbsi melalui insang. Mengeluarkan banyak urin. Tekanan osmosis
diluar sel lebih tingg dibandingkan tekanan osmosis di dalam sel. Tumbuhan yang hidup antara
lain, enceng gondok, teratai, dan bermacam-macam alga. Akibat dibentuknya bendungan-
bendungan menyebabkan timbulnya ekosistem baru. Komunitas baru yang terbentuk di sini
umumnya dalam fase suksesi yang berbeda. Selain itu, pada ekosistem danau bendungan ini
diintroduksikan hewan, yaitu beberapa jenis ikan pula macam-macam vegetasi lain yang cocok
dengan ekosistem baru, yaitu ekosistem kolam.

1. b. Ekosistem Hutan Tanaman


Ekosistem yang dimaksud di sini adalah penanaman pohon budi daya seperti jati, pinus dan
akasia.

1. c. Agroekosistem
adalah suatu ekosistem yang sengaja dibuat untuk keperluan pertanian tanaman budi daya.

Macam-macam agroekosistem, diataranya adalah :

1). Sawah Tadah Hujan

Yang dimaksud dengan sawah tadah hujan adalah sawah yang dibuat tanpa ada irigasi tehnis dan
menggantungkan air dari air hujan

2). Sawah surjan

Sawah yang dikembangkan di daerah-daerah yang sering banjir. Sawah ini berwujud selang-
seling antara galengan-galengan yang lebar dengan parit-parit yang lebar ditanami palawija.

3). Sawah pasang surut

Sawah yang mendapat pengairan dari air sungai yang terbendung secara alami karena laut
pasang harian. Umumnya terletak di sekitar sungai-sungai besar dekat muara yang bergambut di
Kalimantan dan Sumatera

4). Sawah rawa

Sawah rawa terdapat di adataran rendah yang terus menerus tergenang air karena drainase tidak
jalan sedang sumber air hujan cukup banyak.

5). Sawah Irigasi

Sawah jenis ini memiliki sistem irigasi, sistem pengairan yang menggunakan teknologi maju
dalam hal pengaturan air, sehingga pada musim kemarau air tetap tersedia.

6). Perkebunan
Perkebunan banyak dibuat oleh manusia, baik secara kecil-kecilan di sekitar rumah atau besar-
besaran yang diusahakan oleh pemerintah. Contohnya adalah perkebunan teh, karet, kelapa
sawit, dan sebagainya.

Disamping beberapa ekosistem di atas, di Indonesia juga terdapat pekarangan, Kolam, Kebun,
dan Ladang berpindah yang merupakan contoh keragaman agroekosistem yang tak ternilai
harganya.

https://biologiklaten.wordpress.com/bab-10-ekosistem-x/

Anda mungkin juga menyukai