Anda di halaman 1dari 34

MENGKAJI EKOLOGI BESERTA KOMPONEN DAN PROSES DI DALAMNYA

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Biologi Umum yang dibina oleh Bapak Dr. Sueb, M.Kes
Disajikan Pada Hari Rabu Tanggal, 30 Agustus 2017

Disusun oleh :
Kelompok 13 OFFERING B 2017

1. BINAZIR TUZA QIYAH MA’RUFAH 170341615065


2. YAYUK SARI AGUS TINA 170341615117

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Agustus 2017

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini dengan tepat
pada waktunya yang berjudul “Mengkaji Ekologi Beserta Komponen dan Proses di
Dalamnya”

Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak yang membantu penulis baik secara moril, materil dan doa kepada penulis agar makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih yang tak terhingga khususnya penulis
sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Sueb, M. Kes selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Biologi
Umum.
2. Orang tua penulis yang banyak memberikan dorongan, masukan, dan saran untuk
makalah ini.
3. Semua teman yang telah berpartisipasi dalam memberikan kritik dan saran
terhadap makalah ini.

Dengan harapan semoga semua amal baik tersebut, akan mendapat imbalan yang baik
pula. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Kurang lebihnya penulis mohon maaf jika ada kekurangan.

Malang, 1 September 2017

Penulis

iii
Mengkaji Ekologi Beserta Komponen dan Proses di Dalamnya

Binazir Tuza Qiyah M, Yayuk Sari A.T dan Dr. Sueb, M.Kes.

Jurusa Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Email : binatuza@ymail.com, sueb.fmipa@um.ac.id

Abstrak :

Penulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang ekologi
baik komponen maupun proses di dalamnya, serta menambah pemahaman tentang konsep
ekologi yang selayaknya diterapkan dalam mengelola lingkungan hidup. Kami menggunakan
beberapa metode untuk memperoleh data penelitian ini mengkaji dari berbagai buku ajar dan
artikel seperti Ekologi Hutan karya Ir. Indriyanto, buku Pengantar Ekologi karya Prof. Dr. R.
Soedjiran Resosoedarmo dkk, dan Campbell jilid 3. Hasilnya, pemahaman mengenai ekologi
serta komponen dan proses di dalamnya sebagai konsep dasar harus dikembangkan demi
mencari dan menerapkan pola hidup yang berkualitas, dan untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan keseimbangan ekologi.

Kata kunci : ekologi, komponen ekologi, peran manusia

Abstract :

This paper aims to broaden the knowledge about ecological components and processes
in it, as well as add to the understanding of the concept of ecology should be applied in
managing the environment. We use several methods to obtain the data this study examines
from a variety of textbooks and articles such as Forest Ecology works Ir. Indriyanto and study
Guide Biology. As a result, understanding of the ecological as well as components and
processes in it as the basic concept should be developed for the sake of finding and
implementing a lifestyle quality, and to resolve problems related to ecological balance.

Keywords : ecology, components of ecology, the role of human

iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................... iii
Abstrak ..................................................................................................................... iv
Pendahuluan .............................................................................................................
Kajian Pustaka ..........................................................................................................
Pembahasan ..............................................................................................................
Simpulan ...................................................................................................................
Daftar Rujukan .........................................................................................................
Lampiran ...................................................................................................................

v
PENDAHULUAN

Dewasa ini marak sekali berita mengenai musibah bencana alam seperti
kebakaran hutan, banjir, tanah longsor dan punahnya berbagai kehidupan di muka
bumi ini disebabkan oleh ulah tangan manusia. Bencana-bencana tersebut
merupakan masalah yang berkaitan dengan keseimbangan ekologi. Hal tersebut
disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan kesadaran manusia dalam menjaga
dan melestarikan keseimbangan ekologi. Eksploitasi sumber daya alam besar-
besaran yang tidak diimbangi oleh pelestarianya, perkembangan pola hidup
manusia yang cenderung merusak alam serta dibarengidengan kemajuan IPTEK
yang sangat pesat membuat manusia cenderung melakukan hal-hal yang merusak
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kehidupan sebagai dinamika yang mengandung pergeseran dan perubahan
secara terus-menerus. Oleh karena itu setiap manusia harus mampu menyesuaikan
dirinya dengan alam dan lingkungannya, serta sesama makhluk hidup yang
merupakan bagian dari alam. Atas dasar hal-hal tersebut manusia perlu sekali
mengenali alamnya sendiri dengan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
ekologi komponenya serta prosesnya.
Ekologi mencoba memahami hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkunganya, interaksi antara tumbuh-tumbuhan, binatang,
manusiadengan alam lingkunganya. Ilmu ekologi juga tidak terlepas dari
pembahasan mengenai ekosistem dan berbagai komponen penyusun yaitu faktor
biotik dan abiotik

1.1 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari ekologi, populasi, komunitas, dan ekosistem?
2. Apa saja jenis-jenis ekologi?
3. Apa saja komponen penyusun ekologi?
4. Bagaimanakah susunan ekosistem?
5. Apa saja jenis-jenis ekosistem?
6. Bagaimana daur biogeokimiawi global?
7. Bagaimana menghitung produktivitas?
8. Bagaimana peran manusia dalam biosfer?

1.2 Tujuan Penulisan

6
1. Untuk mengetahui definisi dari ekologi, populasi, komunitas dan ekosistem
2. Untuk mengetahui komponen-komponen ekologi
3. Untuk mengetahui daur biogeokimia.
4. Untuk mengetahui produktivitas dalam ekosistem.
5. Untuk mengetahui peran manusia dalam biosfer.

1.3 Manfaat penulisan


1. Manfaat teoritik, untuk menambah wawasan mengenai ilmu ekologi.
2. Menambah kesadaran dan pemahaman manusia mengenai pentingnya
keseimbangan ekologi.
3. Menerapkan konsep ekologi dalam mencari pola hidup berkualitas dalam
mengelola lingkungan hidup.

7
PEMBAHASAN

Definisi Ekologi

Ekologi pertama kali dikenalkan oleh Ernest Haeckel, yaiitu seorang ahli biologi
berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang
berati ilmu, telaah, studi, atau kajian (Soemarwoto,1983;Irwan,1992;Resosoedarmo dkk,
1986). Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam
rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal makhluk hidup.

Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi
ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu
keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk densitas organisme,
biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya
yang menciptakan keadaan sistem tersebut. Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab
akibat yang terjadi secara keseluruhan antarkomponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan
bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik
antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lainnya, serta dengan semua
komponen yang ada di sekitarnya.

Pembagian Ekologi

Berdasarkan atas komposisi jenis organisme yang dikaji, maka ekologi dibedakan menjadi 2
sebagai berikut:

1. Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organismes
secara individu yang berinteraksi dengan lingkunganya. Contoh autekologi misalnya
mempelajari sejarah hidup suatu organisme (baik tumbuhan maupun binatang),
perilaku, adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan
antara pohon Pinus merkusii dengan lingkunganya, maka itu termasuk autekologi.
Contoh lain adalah mempelajari perilaku hidup siamang (Hylobates syndactylus) di
suatu taman nasional Pulau Sumatra
2. Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung
dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya
mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut,
atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan
wisata , suaka margasatwa,atau ditaman nasional danlain sebagainya.
8
Berdasarkan atas habitat suatu spesies organisme, maka ekologi dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Ekologi daratan (terestrial), yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dengan organisme lainya serta dengan semua komponen lingkungan
yang ada di wilayah daratan. Contoh wilayah daratan adalah tegalan, kebun,
ladang, hutan lahan kering, padang rumput, atau gurun.
2. Ekologi air tawar (freshwater), yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dengan organisme lainya serta dengan semua komponen lingkungan
yang ada di wilayah perairan tawar. Contoh wilayah peraiarn tawar adalah danau,
sungai, kolam,sumur, rawa, atau sawah.
3. Ekologi bahari, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dengan
oganisme lainya serta dengan semua komponen lingkungan yang ada di wilayah
perairan asin atau lautan.
4. Ekologi estuarin, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme
lainya serta dengan semua komponen lingkungan yang ada di wilayah perairan
payau. Contoh wilayah perairan payau adalah muara sungai, daerah perairan
pantai, teluk, laguna.
5. Ekologi hutan, yaitu hubungan timbal balik antara morganisme dengan organisme
lainya serta dengan semua komponen lingkungan yang ada di ekosistem hutan.
6. Ekologi padang rumput, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dengan organisme lainya serta dengan semua komponen lingkungan
yang ada di ekosistem padang rumput .

Berdasarkan taksonomi atau sistematika mahkluk hidup, maka cabang-cabang


ekologi dapat berkembang diantaranya sebagai berikut.
1. Ekologi tumbuhan, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara
tetumbuhan dengan semua komponen lingkungan yang ditempati.
2. Ekologi serangga, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara serangga
dengan semua komponen lingkungan yang ditempati.
3. Ekologi burung, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara burung
dengan semua komponen lingkungan yang ditempati.
4. Ekologi vertebrata, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara hewan
vertebrata dengan semua komponen yang ditempatin.
5. Ekologi mikroba, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara hewan jasad
renik dengan semua komponen lingkungan yang ditempati.
9
Komponen Penyusun Ekologi
1. Faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Faktor
biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup
tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk
suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
2. Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor abiotik
adalah sebagai berikut:
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran
suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu.
Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan
penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana
hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur
abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur
penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena
ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran
10
biji tumbuhan tertentu
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis
lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan
bumi

Tingkatan Organisme dalam Ekologi

Makhluk hidup atau organisme memiliki tingkat organisasi yang berkisar dari tingkat
yang paling sederhana ke tingkat organisasi paling kompleks.
a. Protoplasma adalah zat hidup alam sel dan terdiri atas senyawa organik zat yang
kompleks seperti lemak, protein, dan sebangsanya.
b. Sel adalah satuan dasar suatu organisme dan terdiri atas protoplasma dan inti yang
terkandung dalam membran.
c. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya
jaringan otot.
d. Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai
fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, daun atau akar pada
tumbuhan.
e. Sistem organ adalah kerjasama antara struktur dan fungsional yang harmonis,
umpama kerjasama antara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan lain
sebangainya dalam suatu tubuh.
f. Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup atu makhluk hidup.
g. Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan berbiak pada
suatu daerah tertentu. Umpamanya populasi manusia di Jakarta, populasi banteng
di Baluran, populasi badak di Ujung Kulon.
h. Komunitas adalah semua populasi dan berbagai jenis yang menempati suatu
daerah tertentu. Di daerah itu setiap populasi berinteraksi antar satu dengan yang
lainya. Umpamanya harimau berinteraksi dengan populasi gajah di hutan
Sumatera Selatan.
i. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan
timbal balik yang kompleks antara organisme dengan lingkunganya baik yang
hidup maupun tak hidup(tanah, air, udara ; atau kimia-fisik) yang secara bersama-
sama membentuk suatu sitem ekologi.

11
j. Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer tipis
sekali, yaitu sampai 9000 meter diatas permukaan bumi, beberapa meter di bawah
permukaan tanah dan beberapa ribu meter di bawah permukaan laut, padahal
diameter bumi kira-kira 12.000 kilometer. Biosfer merupakan organisasi hayati
paling kompleks. Menurut hasil penelitian antariksa mutakhir, dalam tatasurya
matahari kita yang memiliki 9 planet, hanya bumi yang satu-satunya memiliki
biosfer. Planet yang lebih dekat ke matahari terlalu panas, sedangkan planaet yang
lebih jauh terlalu dingin untuk mengemban kehidupan.

Pengertian Ekosistem

Istilah ekosistem pertama kali dipakai oleh Tansley pada 1935.


Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati
yang membentuk sistem ekologi atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup
organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling
mempengaruhi dan berinteraksi. Pada ekosistem, setiap organisme mempunyai suatu
peranan, ada yang berperan sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer..
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang
beragam. Suatu ekosistemberdasarkan susunan dan fungsinya tersusun dari beberapa
komponen sebagai berikut :

1) Komponen autotrof
Autotrof berasaldari kata Auto yang berarti sendiri, dan trophikos yang berarti
“menyediakan makan” pengertian dari Autotrof adalah organisme yang mampu
menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan
anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen
autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
2) Komponen heterotrof
Heterotrof berasal dari kata “Heteros” yang berarti berbeda, dan trophikos yang
berarti makanan).Pengertian dari Heterotrof merupakan organisme yang
memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut
disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan,
jamur, dan mikroba.
3) Bahan tak hidup (abiotik)

12
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara,
sinar matahari.Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat
tempat berlangsungnya kehidupan, ataulingkungan tempat hidup.
4) Pengurai (dekomposer)
Pengertian dari Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme
pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan
yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen.
Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
1) Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma,
yaitu sebagaiberikut.
· Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan
dengan padang rumput.Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25
cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi,
sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang
dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain
itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau
tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.
Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
· Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya
adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas
(peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas
tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya
antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga,
tikusdanular.
· Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak,
13
jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi
pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga
membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang
langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari.
Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan
basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai
epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
· Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah hujan merata
sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan
gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa,
beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsaluwak).
· Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-
cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun
atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit
sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi
ke selatan pada musim gugur.
· Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan
kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan
keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang
pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau
bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub,
dan insekta terutama nyamuk danlalat hitam.
2) Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang,
dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi
organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan

14
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti
beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan
berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai
akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan
osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif
dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar,
misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan
pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme
dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
3) Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
· Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas
antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di
bagian bawah disebut daerahtermoklin.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan
laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan
terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan
berdasarkankedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.

a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.


b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari
sampai bagiandasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakandaerah yang dalamnyaberkisarantara 200-2500 m.
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-
10.000 m).

4) Ekosistem pantai
15
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut.Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan
burung pantai.

Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh
ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting,
landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang
maupun surut. Daerah ini dihuni olehberagaman vertebrata dan ikan serta rumput laut.

Produktivitas
Pengertian produktivitas primer
Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organic yang kaya
energy dari senyawa-senyawa anorganik. Jumlah seluruh bahan organic (biomassa) yang
terbentuk dalam proses produktivitas dinamakan produktivitas primer kotor atau produksi
kotor.
Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses produksivitas dinamakan
produksi primer kotor, atau produksi total. Karena sebagian dari produksi total ini digunakan
tumbuhan untuk kelangsungan proses-proses hidup, respirasi. Produksi primer bersih adalah
istilah yang digunakan bagi jumlah sisa produksi primer kotor setelah sebagian digunakan
untuk respirasi. Produksi primer inilah yang tersedia bagi tingkatan-tingkatan trofik lain
(Amstrong, 1994).
Produksi primer kotor maupun bersih pada umumnya dinyatakan dalam jumlah gram
karbon (C) yang terikat per satuan luas atau volume air laut per interval waktu. Jadi, produksi
dapat dilaporkan sebagai jumlah gram karbon per m2 per hari (gC/m2/hari), atau satuan-
satuan lain yang lebih tepat. Hasil tetap (Standing crop) yang diterapkan pada tumbuhan ialah
jumlah biomassa tumbuhan yang terdapat dalam suatu volume air tertentu pada suatu saat
tertentu. Di laut khususnya laut terbuka, fitoplankton merupakan organisme autotrof utama
yang menentukan produktivitas primer perairan. Produktivitas jumlah karbon yang terdapat di
dalam matenal hidup dan secara umum dinyatakan sebagai jumlah gram karbon yang
dihasilkan dalam satu meter kuadrat kolom air per hari (g C/m2/hari) atau jumlah gram
karbon yang dihasilkan dalam satu meter kubik per hari (g C/m3/hari). Selain jumlah karbon
yang dihasilkan tinggi rendahnya produktivitas primer perairan dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran terhadap biomassa fitoplankton dan konsentrasi klorofil-a. dimana
kedua metode ini dapat diukur secara langsung di lapangan (Wardoyo, 1978).

16
Di lingkungan perairan Indonesia Produksi bagi ekosistem merupakan proses
pemasukan dan penyimpanan energy dalam ekosistem. Pemasukan energy dalam ekosistem
yang dimaksud adalah pemindahan energy cahaya menjadi energy kimia oleh produsen.
Sedangkan penyimpanan energy yang dimaksudkan adalah penggunaan energy oleh
konsumen dan mikroorganisme. Laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut
sebagai produktivitas.

Produktivitas primer merupakan laju penambatan energy yang dilakukan oleh produsen.
Menurut Campbell (2002), Produktivitas primer menunjukkan Jumlah energy cahaya yang
diubah menjadi energy kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu
tertentu.

produktivitas primer dikenal sebagai produktivitas primer kotor (gross primary


productivity, GPP). Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai bahan organic pada
tubuh organisme produsen atau pada tumbuhan yang sedang tumbuh, karena organisme
tersebut menggunakan sebagian molekul tersebut sebagai bahan bakar organic dalam
respirasinya. Dengan demikian, Produktivitas primer bersih (net primary productivity, NPP)
sama dengan produktivitas primer kotor dikurangi energy yang digunakan oleh produsen
untuk respirasi (Rs):
NPP = GPP – Rs
Dalam sebuah ekosistem, produktivitas primer menunjukkan simpanan energy kimia
yang tersedia bagi konsumen. Pada sebagian besar produsen primer, produktivitas primer
bersih dapat mencapai 50% – 90% dari produktivitas primer kotor. Menurut Campbell et al
(2002), Rasio NPP terhadap GPP umumnya lebih kecil bagi produsen besar dengan struktur
nonfotosintetik yang rumit, seperti pohon yang mendukung sistem batang dan akar yang besar
dan secara metabolik aktif. Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energy persatuan
luas persatuan waktu (J/m2/tahun), atau sebagai biomassa (berat kering organik) vegetasi
yang ditambahkan ke ekosistem persatuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Namun
demikian, produktivitas primer suatu ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total
biomassa dari autotrof fotosintetik yang terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut
biomassa tanaman tegakan (standing crop biomass). Produktivitas primer menunjukkan laju
di mana organisme-organisme mensintesis biomassa baru. Meskipun sebuah hutan memiliki
biomassa tanaman tegakan yang sangat besar, produktivitas primernya mungkin
sesungguhnya kurang dari produktivitas primer beberapa padang rumput yang tidak
mengakumulasi vegetasi (Campbell et al., 2002).
17
B. Metode Pengukuran Produktivitas Primer
Berikut ini adalah beberapa metode pengukuran produktivitas primer suatu perairan, antara
lain:
1. Metode Panen
Cara ini di tentukan berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan. Dapat dinyatakan
secara langsung berat keringnya atau kalori yang terkandung, tetapi keduanya dinyatakan
dalam luas dan priode waktu tertentu. Metode ini mengukur produksi komunitas bersih.
Metode penuaian ini sangat cocok dan baik pada ekosistem daratan, dan biasanya untuk
vegetasi yang sederhana.
2. Metode Pengukuran Oksigen
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis, sehingga ada hubungan erat
antara produktifvitas dengan oksigan yang dihasilkan oleh tumbuhan. Tetapi harus diingat
sebagian oksigen dimanfaatkan oleh tumbuhan tersebut dalam proses respirasi, dan harus
diperhitungkan dalam penentuan produktivitas. Metode ini sangat cocok dalam menentukan
produktivitas primer ekosistem perairan, dengan fitoplankton sebagai produsennya.
3. Metode Karbon dioksida
Karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis oleh tumbuhan dapat dipergunakan
sebagai indikasi untuk produktivitas primer. Dalam hal ini seperti juga pada metode
penentuan oksigen proses respirasi harus diperhitungkan. Metode ini cocok untuk tumbuhan
darat dan dapat dipakai pada suatu organ daun, seluruh bagian tumbuhan dan bahkan satu
komunitas tumbuhan. Ada dua teknik atau metode utama yaitu : metode ruang tutup dan
ruang aerodinamika.

4. Metode pH
Metode ini digunakan pada ekosistem perairan. Pada ekosistem perairan pH air
merupakan fungsi dari kadar karbon dioksida terlarut. Metode ini baik dilakukan di
laboratorium karena mudah dikontrol.
5. Pengukuran berkurangnya bahan mentah
Berkurangnya kandungan bahan-bahan mentah yang tersedia menggambarkan tinggak
produktivitas. Metode ini baik dilakukan pada ekosistem perairan. Metode ini mengukur
produksi bersih komunitas.
6. Metode Radioaktivitas
Materi aktif yang dapat diidentifikasi radiasinya dimasukkan dalam sistem. Misalnya
karbon aktif (C14) dapat diintroduksi melalui suplai karbondioksida yang nantinya
18
diasimilasikan oleh tumbuhan dan dipantau untuk mendapatkan perkiraan produktivitas.
Teknik ini sangat mahal dan memerlukan peralatan yang canggih, tetapi memiliki kelebihan
dari metode lainya, yaitu dapat dipakai dalam berbagai tipe ekosistem tanpa melakukan
penghancuran terhadap ekosistem.
7. Metode Klorofil
Produktivitas berhubungan erat dengan jumlah klorofil yang ada. Rasio asimilasi untuk
tumbuhan atau ekosistem adalah laju dari produktivitas pergram klorofil. Konsentrasi klorofil
dapat ditentukan berdasarkan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengekstraksi pigmen
tumbuhan (Campbell, 2002).
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Primer
Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan produktivitas pada berbagai
ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam setiap ekosistem.
Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas bergantung pada jenis ekosistem
dan perubahan musim dalam lingkungan.
Produktivitas pada ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Suhu atau Temperatur

Dalam setiap penelitian pada ekosistem akuatik, pengukuran suhu air merupakan
mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di air serta semua
aktifitas biologis fisiologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur.
Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur sebesar 10 oC (hanya pada kisaran yang
masih dapat ditolerir) akan meningkatkan aktivitas fisiologis (misalnya respirasi) dari
organisme sebesar 2-3 kali lipat. Pola temperatur suatu ekosistem akuatik dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang
tumbuh di tepi.
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari
wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu bukanlah menjadi faktor
dominan yang menentukan produktivitas, tapi lamanya musim tumbuh. Adanya suhu yang
tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan
akan berlangsung lama, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas.
Suhu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara
langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis,
sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara

19
tidak langsung, misalnya suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang
akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
Menurut Soetjipta, bahwa temperatur yang masih dapat ditolerir oleh organisme pada
suatu perairan berkisar antara 20-30, dan temperatur yang sesuai dengan fitoplankton berkisar
antara 25-30oC, sedangkan temperatur yang optimal untuk pertumbuhan dari zooplankton
berkisar antara 15-35oC.
2. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energy primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran
yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan energy cahaya
tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini
berarti bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya
matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga
mendukung peningkatan produktivitas primer.
Pada ekosistem terrestrial seperti hutan hujan tropis memilik produktivitas primer
yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari
tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan iklim sedang. Sedangkan pada
eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan
cahaya dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami
penurunan jika perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
3. Intensitas Cahaya Matahari
Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis
dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan
dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air
intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kulitatif
maupun kuantitatif. Cahaya gelombang pendek merupakan yang paling kuat yang mengalami
pembiasan yang menyebabkan kolom air yang jernih akan terlihat berwarna biru dari
permukaan.
Pada lapisan dasar, warna air akan berubah menjadi hijau kekuningan, karena
intensitas dari warna ini paling baik ditransmisi dalam air sampai ke lapisan dasar. Kondisi
optik dalam air selain dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari , juga dipengaruhi oleh
berbagai substrat dan benda yang lain yang terdapat di dalam air, misalnya oleh plankton dan
humin yang terlarut dalam air. Vegetasi yang ada disepanjang aliran air juga dapat
mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke dalam air, karena tumbuh-tumbuhan tersebut
juga mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari
4. Air, curah hujan dan kelembaban
20
Produktivitas pada ekosistem terrestrial berkorelasi dengan ketersediaan air. Air
merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air merupakan faktor
pembatas terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiwi air berperan sebagai pelarut
universal, keberadaan air memungkinkan membawa serta nutrient yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam
bentuk air tanah, air sungai/perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di atmosfer
dapat mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara suhu dan air hujan
yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembaban yang
sangat ideal tumbuhan terutama pada hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas.
Tingginya kelembaban pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas
mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi proses ini adalah pelapukan
tanah yang berlangsung cepat yang menyebabkan lepasnya unsure hara yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Terjadinya petir dan badai selama hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang
terfiksasi di udara, dan turun ke bumi bersama air hujan. Namun demikian, air yang jatuh
sebagai hujan akan menyebabkan tanah-tanah yang tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami
pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah. Pencucian adalah penyebab utama
hilangnya zat hara dalam ekosistem.
5. Nutrien
Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa dalam jumlah
yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi semuanya penting. Pada
beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic merupakan faktor pembatas yang penting bagi
produktivitas. Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau
nutrient tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang
demikian disebut nutrient pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan
fosfor merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2
kadang-kadang membatasi produktivitas.
Produktivitas di laut umumnya terdapat paling besar diperairan dangkal dekat benua
dan disepanjang terumbu karang, di mana cahaya dan nutrient melimpah. Produktivitas primer
persatuan luas laut terbuka relative rendah karena nutrient anorganic khusunya nitrogen dan
fosfor terbatas ketersediaannya dipermukaan. Di tempat yang dalam di mana nutrient
melimpah, namun cahaya tidak mencukupi untuk fotosintesis. Sehingga fitoplankton, berada
pada kondisi paling produktif ketika arus yang naik ke atas membawa nitrogen dan fosfor
kepermukaan.
6. Tanah

21
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh
diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilangsungkan oleh
mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan basah, maka
karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat
(H2CO3 ) yang kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah
ion hidrogen bermuatan positif (H+).
Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation hara yang ada pada koloid tanah,
kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini
dapat tercuci ke bawah melalui profil tanah. Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil
aktivitas biologi, akan bereaksi dengan liat silikat dan membebaskan aluminium. Karena
aluminium merupakan unsur yang terdapat dimana-mana di daerah hutan hujan tropis, maka
alminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah asam di daerah ini. Sulfat juga
dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini dapat masuk ke ekosistem melalui
hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas organisme mikro yang melepaskan
senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas penguraian serasah.
7. Herbivora
Sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora biofag.
Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem darat. Namun demikian, akibat yang
ditimbulkan oleh herbivore pada produktivitas primer sangat sedikit sekali diketahui. Bahkan
hubunga antar herbivore dan produktivitas primer bersih kemungkinan bersifat kompleks, di
mana konsumsi sering menstimulasi produktivitas tumbuhan sehingga meningkat mencapai
tingkat tertentu yang kemudian dapat menurun jika intensitasnya optimum. walaupun
defoliasi pada individu pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi, hal ini disebabkan oleh
tingginya keanekaragaman di daerah hutan hujan tropis. Selain itu, banyak pohon
mengembangkan alat pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu
yang jika dikonsumsi oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora.
8. DO (Dissolved Oxygen).
Disolved oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan.
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan,
terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebahagian besar organisme air.
Kelarutan oksigen sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum
oksigen di dalam air terdapat pada suhu yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini akan
menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air. Dengan peningkatan suhu akan
menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah
akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut semakin tinggi.
22
Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara
melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Pengaruh
oksigen terlarut terhadap fisiologi organisme air terutama adalah dalam proses respirasi. Nilai
oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini
selain dipengaruhi oleh perubahan temperatur juga dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis dari
tumbuhan yang menghasilkan oksigen. nilai DO yang berkisar antara 5,45-7,00 mg/l cukup
baik bagi proses kehidupan biota perairan. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya
berkisar antara 6-8 mg/l.
9. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) menyatakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik, yang
diukur pada suhu 200 C Dari hasil penelitian misalnya diketahui bahwa untuk menguraikan
senyawa organik yang terdapat di dalam limbah rumah tangga secara sempurna,
mikroorganisme membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu
selama 20 hari dianggap terlalu lama dalam proses pengukuran ini, sementara dari hasil
penelitian diketahui bahwa setelah pengukuran dilakukan selama 5 hari jumlah senyawa
organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih 70% maka pengukuran yang umum
dilakukan adalah pengukuran selama 5 hari (BOD5).
Nilai konsentrasi BOD menunjukan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik
dimana apabila konsumsi oksigen selama 5 hari berkisar sampai 5 mg/l oksigen maka perairan
tersebut tergolong baik dan apabila konsumsi oksigen berkisar antara 10 mg/l -20 mg/l
oksigen akan menunjukkan tingakat pencemaran oleh materi organik yang tinggi dan untuk
air limbah BOD umumnya lebih dari 100 mg/l. Pengukuran BOD didasarkan pada
kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, artinya hanya terdapat
substansi yang mudah diuraikan secara biologis seperti senyawa yang umumnya yang terdapat
dalam limbah rumah tangga.

Aliran energi

Berdasarkan perananya, komponen biotik dibedakan menjadi tiga golongan yaitu,


produsen, konsumen, dan pengurai. Produsen merupakan organisme autotrof. Produsen
merupakan ernegi utama bagi organisme lain. Konsumen merupakan organisme heterotrof
(herbivora, karnivora, dan omnivora). Pengurai berperan merombak sisa produk organisme
atau organisme yang mati. Contoh pengurai yaitu jamur dan bakteri. Antara produsen dan
konsumen akan terjadi proses makan dan dimakan yang desebut rantai makanan. Beberapa

23
rantai makanan akan membentuk jaring-jaring makanan. Susunan jaring-jaring makanan lebih
kompleks dibandingkan rantai makanan.

Organisme yang terlibat dalam rantai makanan akan digolongkan ke dalam tingkat-
tingkat trofik. Tingkatan trofik dalam rantai makanan dapat digambarkan sebagai piramida
makanan. Tumbuhan atau produsen menempati tingkat trofik I, konsumen 1 menempati
tingkat trofik II, konsumen 2 menmpati tingkat trofik III, dan seterusnya.

Selain dimulai dari produsen, rantai makanan dapat dimulai dari detritus. Detritus
adalah partikel-partikel organik hasil penguraian organisme yang telah mati dan sisa
organisme. Cotoh detrivor adalah cacing, luing, dan rayap. Detrivor dapat membentuk rantai
makanan yang disebut detritus.

Dalam suatu rantai makanan terjadi aliran energi. Herbivora (konsumen primer)
memperoleh energi dari produsen, sedangkan karnivora (konsumen sekunder) memperoleh
energi dari konsumen primer. Demikian seterusnya sampai konsumen terakhir. Jadi dalam
hubungan makan dan dimakan terjadi aliran energi dari lingkungan abiotik
(matahari)→produsen→konsumen→kembali ke alam.

Piramida makanan :

Daur Biogeokimia

1. Daur nitrogen

Gas nitrogen ikatannya stabil dan sulit bereaksi, sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara
langsung oleh makhluk hidup. Nitrogen dalam tubuh makhluk hidup merupakan
komponen penyusun asam amino yang akan membentuk protein. Nitrogen bebas juga
dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat atau petir membentuk
nitrat (NO). Tumbuhan menyerap nitrogen dalam bentuk nitrit ataupun nitrat dari dalam
24
tanah untuk menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika tumbuhan dimakan oleh herbivora,
nitrogen yang ada akan berpindah ke tubuh hewan tersebut bersama makanan. Ketika
tumbuhan dan hewan mati ataupun sisa hasil ekskresi hewan (urine) akan diuraikan oleh
dekomposer menjadi amonium dan amonia. Oleh bakteri nitrit (contohnya Nitrosomonas),
amonia akan diubah menjadi nitrit, proses ini disebut sebagai nitritasi. Kemudian, nitrit
dengan bantuan bakteri nitrat (contohnya Nitrobacter) akan diubah menjadi nitrat, proses
ini disebut sebagai proses nitratasi. Peristiwa proses perubahan amonia menjadi nitrit dan
nitrat dengan bantuan bakteri disebut sebagai proses nitrifikasi. Adapula bakteri yang
mampu mengubah nitrit atau nitrat menjadi nitrogen bebas di udara, proses ini disebut
sebagai denitrifikasi. Di negara-negara maju, nitrogen bebas dikumpulkan untuk
keperluan industri. Selain karena proses secara alami melalui proses nitrifikasi,
penambahan unsur nitrogen di alam dapat juga melalui proses buatan melalui pemupukan.
Reaksi kimia pada proses nitrifikasi adalah sebagai berikut.

2. Daur fosfor

Unsur fosfor merupakan unsur yang penting bagi kehidupan, tetapi persediaannya sangat
terbatas. Dengan kemampuannya untuk membentuk ikatan kimia berenergi tinggi, fosfor
sangat penting dalam transformasi energi pada semua organisme. Sumber fosfor terbesar
dari batuan dan endapan-endapan yang berasal dari sisa makhluk hidup. Sumber ini
lambat laun akan mengalami pelapukan dan erosis, bersamaan dengan itu fosfor akan
dilepaskan ke dalam ekosistem. Tetapi sebagian besar senyawa fosfor akan hilang ke

25
perairan dan diendapkan. Fosfor dalam tubuh merupakan unsur penyusun tulang, gigi,
DNA atau RNA, dan protein. Daur fosfor dimulai dari adanya fosfat anorganik yang
berada di tanah yang diserap oleh tumbuhan. Hewan yang memakan tumbuhan akan
memperoleh fosfor dari tumbuhan yang dimakannya. Tumbuhan atau hewan yang mati
ataupun sisa ekskresi hewan (urine dan feses) yang berada di tanah, oleh bakteri pengurai
akan menguraikan fosfat organik menjadi fosfat anorganik yang akan dilepaskan ke
ekosistem.

3. Daur sulfur

Belerang dalam tubuh organisme merupakan unsur penyusun protein. Di alam, sulfur
(belerang) terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan di udara dalam bentuk
SO atau gas sulfur dioksida. Ketika gas sulfur dioksida yang berada di udara bersenyawa
dengan oksigen dan air, akan membentuk asam sulfat yang ketika jatuh ke tanah akan
menjadi bentuk ion-ion sulfat (SO4 2- ). Kemudian ion-ion sulfat tadi akan diserap oleh
tumbuhan untuk menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika manusia atau hewan
memakan tumbuhan, maka akan terjadi perpindahan unsur belerang dari tumbuhan ke
tubuh hewan atau manusia. Ketika hewan atau tumbuhan mati, jasadnya akan diuraikan
oleh bakteri dan jamur pengurai dan menghasilkan bau busuk, yaitu gas hidrogen sulfida
(H2S) yang akan dilepas ke udara dan sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas hidrogen
sulfida yang ada di udara akan bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur oksida, dan
yang di tanah oleh bakteri tanah akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida
yang nanti akan diserap kembali oleh tumbuhan.

26
4. Daur karbon

Sumber-sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik,
pembakaran batu bara, dan asap pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh
tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen. Hewan dan tumbuhan yang
mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batu bara di dalam tanah. Batu bara akan
dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara. Di
ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon
dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion
bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan
untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air
berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air
adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air. Lintasan arus utama siklus karbon adalah dari
atmosfer atau hidrosfer ke dalam jasad hidup, kemudian kembali lagi ke atmosfer atau
hidrosfer

5. Daur hidrologi (air)

Pemanasan air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es, hujan gerimis, atau kabut. Pada perjalanan
menuju bumi, beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas, atau langsung jatuh
yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai
tanah siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda.

27
a. Evaporasi (transpirasi)
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya, kemudian akan
menguap ke angkasa (atmosfer) dan akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh, uap air (awan)
itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk
hujan, salju, es, dan kabut.

b. Infiltrasi (perkolasi)

Ke dalam tanah air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan
batuan menuju permukaan air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler, atau air dapat
bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut
memasuki kembali sistem air permukaan.

c. Air permukaan
Air bergerak di atas permukaan tanah, dekat dengan aliran utama dan danau, makin landai
lahan maka makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran
permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu
sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar
daerah aliran sungai menuju laut.

6. Daur oksigen

oksigen (O2) dalam keadaan bebas terdapat di atmosfer dan di dalam air. Oksigen tersebut
diambil atau digunakan oleh makhluk hidup seperti tumbuhan, hewa, dan manusia untuk
pernapasan (respirasi). Oksigen yang diambil itu kemudian diganti oleh tumbuhan hijau yang
melepas oksigen ke atmosfer pada saat berlangsungnya proses fotosintesis.

28
Peran Manusia dalam Biosfer

1. Manusia sebagai organisme yang dominan secara ekologi

Terdapat 2 alasan mengapa manusia disebut dominan secara ekologi, yakni :

a. Manusia dapat berkompetensi secara lebih baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
terutama dalam hal makanan, jika dibandingkan dengan makhluk lain yang ada di
ekosistem.

b. Manusia mampu memberikan pengaruh yang besar tehadap lingkungan tempat


hidupnya atau terhadap organisme lain.

2. Manusia sebagai makhluk pembuat alat

Kemampuan membuat alat, erat hubunganya dengan sikap tegak manusia yang
memungkinkan ia dapat bebas menggunakan tanganya. Disamping itu kemampuan itu erat
hubunganya dengan kemampuan penglihatan, kecekatan dan kemampuan penalaran dari
otaknya yang lebih tinggi. Jadi manusia menjadi dominan dalam ekosistem berkat
kemampuan membuat dan menggunakan alat.

3. Manusia sebagai penyebab evolusi

Evolusi alamiah berlangsung sangat lambat, tetapi perusakan alam oleh manusia baik yang
disengaja ataupun tidak akan mempercepat evolusi organik. Akibatnya adalah menurunya

29
jumlah organisme tertentu bahkan ada beberapa yang punah, tetapi di lain pihak terdapat
organisme jens tertentu yang jumlahnya meningkat dengan pesat terutama varietasnya.

4. Manusia sebagai makhluk perampok sumber daya alam.

Manusia dikenal sebagai makhluk yang paling hebat dalam mengeksploitasi ekosistem. Hal
ini terjadi karena sifatnya yang omnivora dan kebutuhanya yang beraneka ragam. Sejak
semula manusia mengeksploitasi ekosistem tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan
saja, tetapi juga untuk keperluan lain. Di lain pihak, manusia cenderung untuk menanam dan
mengambil tumbuhan secara berlebihan. Manusia menanam tumbuhan kemudian memanen
hasi pertanianya dengan mengangkut biomassa yang terdapat di permukaan dan dibawah
tanah. Zat-zat hara yang ada di dalam biomassa ini akan menghilang dari ekosistem. Dan
harus diganti dengan melakuakan pemupukan baik pupuk organik maupun anorganik untuk
mengembalikan ketersediaanya di dalam tanah sehingga dapat diperoleh hasil pertanian yang
memadai.

30
PENUTUP

a. Kesimpulan

1. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Adapun jenis-jenis ekologi diantaranya : ekologi hutan, ekologi laut, ekologi air tawar,
ekologi tanaman, dan ekologi serangga.
2. Suatu organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya suatu
organisme akan sangat bergantung pada organisme lain dan berbagai komponen
lingkungan yang ada di sekitarnya.
3. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati
yang membentuk sistem ekologi atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup
organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling
mempengaruhi dan berinteraksi.
4. Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem
perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
5. Produktivitas primer merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh
produsen. Produktivitas primer dibedakan atas produktivitas primer kasar (bruto)
yang merupakan hasil asimilasi total, dan produktivitas primer bersih (neto) yang
merupakan penyimpanan energi di dalam jaringan tubuh tumbuhan.
6. Produktivitas primer bersih ekosistem dapat dijabarkan sebagai berikut:

NPP = GPP – Rs
Di mana NPP adalah net primary productivity, GPP adalah gorss primary productivity,
dan Rs adalah laju Respirasi.
7. Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu ekosistem.
Proses aliran energi antar organisme dapat terjadi karena adanya proses makan dan di
makan. Proses makan dan dimakan terjadi antara satu kelompok organisme dengan
kelompok organisme lainnya.
8. Aliran energi di ekosistem dpat dalam bentuk rantai makanan, jaring-jaring makanan
dan piramida ekologi yang didalamnya terjadi proses pertukaran energi dari satu
organisme ke organisme lainnya
9. Siklus biogeokimia atau siklus organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa
kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen

31
abiotik. Daur biogekimia terbagi atas daur sulfur, daur air, daur nitrogen, daur oksigen
dan karbondioksida dan daur fosfor.
10. Peran manusia dalam biosfer :
1. Manusia sebagai organisme yang dominan secara ekologi.

2. Manusia sebagai makhluk pembuat alat

3. Manusia sebagai penyebab evolusi

4. Manusia sebagai makhluk perampok sumber daya alam.

11.

b. Saran

Dalam suatu kehidupan, suatu organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan
hidupnya suatu organisme akan sangat bergatung pada organisme lain
dan berbagai komponen lingkungan yang ada di sekitarnya.

32
Daftar Pustaka

Heddy, Suwasono, dkk. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta: Rajawali.


Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi Kelima Jilid
3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Resosoedarmo, Soedjiran, dkk. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung ; Remaja Karya

Heddy, Suwasono, dkk. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali


Indriyanto,2006, Ekologi Hutan.Jakarta : Bumi Aksara

33
LAMPIRAN

34
35

Anda mungkin juga menyukai