Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Analisis Risiko Lingkungan Lahan Basah

 “Karakterisasi Risiko Pencemaran Lingkungan”

Dosen : Prof. Dr. Husaini, S.K.M., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 3:


Ayu Azhari 2220930320020
M. Syabriannur 2220930310020
Nusni 2220930320058

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM MAGISTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Analisis Risiko Pencemaran
Lingkungan” untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan sesuai
pada waktunya.
Adapun makalah ini kami buat dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh dan
menambah wawasan tentang analisis risiko Kesehatan lingkungan. Terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun agar gagasan
ini tertulis lebih baik lagi.

Banjarbaru,……… Maret 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

 Halaman

COVER.....................................................................................................................   i
KATA PENGANTAR..............................................................................................   ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Karakterisasi risiko...........................................................................
B. Perhitungan risiko pajanan.............................................................................
C. Karakterisasi Pencemar..................................................................................
D. Karakterisasi Nitrogen dan Sulfur..................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) adalah salah satu alat
pengelolaan risiko yang digunakan untuk melindungi kesehatan pada masyarakat
akibat efek dari lingkungan yang buruk. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL) merupakan suatu pendekatan untuk menghitung atau memprakirakan risiko
pada kesehatan manusia, termasuk identifikasi terhadap adanya faktor ketidakpastian,
penelusuran pada pajanan tertentu, memperhitungkan karakteristik yang melekat pada
agen yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang spesifik. Dalam
peraturan perundang-undangan Indonesia ARKL merupakan pendekatan ADKL.
Landasan hukum ARKL untuk ADKL antara lain yaitu PerMenLH No 08/2006
tentang Pedoman Penyusunan Amdal, dan KepMenKes No 876/Menkes/SK/
VIII/2001 tentang Pedoman Teknis ADKL. ARKL yang digunakan sebagai
pendekatan ADKL merupakan alat untuk mengenal, memahami, dan meramalkan
kondisi dan karakteristik lingkungan yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan
sebagai dasar untuk menyusun atau mengembangkan pengelolaan dan pemantauan
risiko kesehatan lingkungan. ARKL juga merupakan suatu metode yang adequate
untuk melakukan kajian dampak kesehatan kasuskasus pencemaran secara umum.
ARKL merupakan sebuah proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau
memperkirakan risiko pada kesehatan manusia, termasuk diantaranya identifikasi
terhadap keberadaan faktor ketidakpastian, penelusuran pada pajanan tertentu,
memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan
karakteristik dari sasaran yang spesifik (Dirjen P2PL Kementrian Kesehatan RI,
2012).
Menurut (Kuhn, 1962), paradigma merupakan suatu landasan berpikir
maupun konsep dasar yang digunakan sebagai model ataupun pola yang dimaksud
oleh para ilmuwan dalam usahanya dengan mengadalkan studi-studi keilmuan yang
2

dilakukannya. Paradigma Analisis risiko ini, mengacu pada Risk Assesment and
Management Handbook tahun 1996, analisis risiko terbagi menjadi dua istilah yaitu
risk analysis dan risk assessment. Risk analysis meliputi 3 komponen yaitu penelitian,
asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dan pengelolaan risiko.
Karakterisasi risiko (risk characterization) merupakan langkah akhir dalam
melakukan ARKL, dimana pada tahapan ini ditetapkannya tingkat risiko, dengan kata
lain tahapan ini menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang
dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat
atau tidak. Karakterisasi dinyatakan dalam Risk Quotient (RQ) untuk efek-efek non-
karsinogenik. Dari hasil perhitungan tersebut dapat menentukan ambang batas
toleransi bagi manusia yang terpajan dalam lingkungan dimana manusia berada yang
nantinya hasil dari perhitungan dapat di informasikan kepada masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan penulisan makalah ini adalah “Bagaimana Konsep tentang Analisis
Risiko Pencemaran Lingkungan menurut perfektif Kesehatan Masyarakat
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penilisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
tentang konsep teori yang diaplikasikan dalam melakukan analisis risiko
pencemaran lingkunangan serta manfaatnya sebagai sarana informasi untuk
pencegahan dampak pajanan zat cemar terhadap masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui secara konsep mengenai karakterisasi risiko pencemaran
lingkungan.
b. Untuk menambah wawasan terkait nilai standar ambang batas pencemar.
c. Untuk menjadikan bahan referensi mahasiswa Kesehatan masyarakat dalam
mempelajari analisis risiko pencemaran lingkungan
d. Untuk meningkatkan pengetahuan yang spesifik mengenai analisis risiko
pencemaran lingkungan terutama pembahasan karakterisasi pencemar.
3

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat menjadi bahan bacaan
bagi pembaca dalam meningkatkan pengetahuan dan memahami bagaimana suatu
analisis risiko pencemaran lingkungan di kaji secara keilmuan kesehatan masyarakat.
Adanya standar nilai ambang batas dalam monitoring zat pencemar yang ada
dilingkungan dapat dijadikan informasi bahaya atau tidaknya bagi kesehatan manusia
yang berada di sekitar wilayah tersebut. Diharapkan informasi yang diolah
berdasarkan teori yang dijabarkan dalam makalah ini dapat membantu mahasiswa
dalam mengolah data zat pencemar dimasa akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Karakterisasi Risiko

Karakterisasi risiko adalah proses memperkirakan kejadian kesehatan akibat


berbagai pajanan zat pencemar. Karakteristik tersebut menghasilkan perkiraan atau
ringkasan masalah kesehatan masyarakat, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif. Tahapan ARKL termasuk kedalam tahapannya yaitu karakterisasi risiko,
yang dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau dengan kata lain tahap
penentuan, apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL
berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dengan karakteristik,
seperti berat badan, laju inhalasi/konsumsi, waktu, frekuensi, durasi pajanan yang
tertentu atau tidak (Dirjen P2PL Kementrian Kesehatan RI, 2012). 
Karakterisasi risiko bertujuan mengevaluasi besaran (magnitude) risiko
kesehatan pada manusia atau lingkungan. Dalam hal ini mengenai perpaduan
keparahan gangguan kesehatan yang mungkin timbul, misalnya daya toksisitas
apabila ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik
yang dapat terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko
dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi
( gangguan/toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau pengukuran intensitas/
konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan pekerja. 
Karakterisasi risiko (risk characterization) merupakan langkah akhir dalam
melakukan ARKL, dimana pada tahapan ini ditetapkannya tingkat risiko, dengan kata
lain tahapan ini menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang
dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat
atau tidak. (dengan karakteristik seperti berat badan, laju inhalasi/konsumsi, waktu,
frekuensi, durasi pajanan yang tertentu) atau tidak. 
5

B. Perhitungan Risiko Pajanan


Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan/membagi intake
dengan dosis /konsentrasi agen risiko tersebut. Variabel yang digunakan untuk
menghitung tingkat risiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan)
dan dosis referensi (RfD) / konsentrasi referensi (RfC) Karakterisasi dinyatakan
dalam Risk Quotient (RQ) untuk efek-efek non-karsinogenik. Penghitungan RQ
dilakukan dengan cara melakukan pembagian antara asupan inhalasi (I) dengan
reference concentration (RfC) menggunakan rumus :

I
Risk Quotien (RQ) ¿
RfC

RQ = Tingkat risiko pajanan non-karsinogenik.Dalam melakukan karakterisasi


risiko untuk efek non karsinogenik melalui perhitungan dengan
membandingkan / membagi intake dengan RfC atau RfD
I = Asupan (intake) (mg/kg/hari) 
RfC = Konsentrasi referensi (mg/m3 ) 
(reference concentration) adalah Nilai referensi agen risiko pada pemajanan
inhalasi. Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan.
Risiko kesehatan dinyatakan ada dan perlu dikendalikan jika RQ > 1. Jika RQ≤1,
risiko tidak perlu dikendalikan tetapi perlu dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak
melebihi ambang batas nilai.
Interpretasi tingkat risiko non karsinogenik Tingkat risiko yang diperoleh pada
ARKL merupakan konsumsi pakar ataupun praktisi, sehingga perlu disederhanakan
atau dipilihkan bahasa yang lebih sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau
publik. Tingkat risiko dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan.
Tingkat risiko dikatakan AMAN bilamana intake ≤ RfD atau RfCnya atau dinyatakan
dengan RQ ≤ 1. Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake > RfD atau
RfCnya atau dinyatakan dengan RQ>1.
6

Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar dapat


diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut : 
a. Pernyataan risiko ‘aman’ atau ‘tidak aman’ Jalur pajanan (dasar perhitungan)
‘inhalasi’ atau ‘ingesti’ Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) [ mis.
‘0,00008 µg/m3 ’, ‘0,02 mg/l’, dan lainnya.
b. Populasi yang berisiko sebagai contoh pekerja tambang, masyarakat di sekitar
jalan tol, Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) dewasa’ atau ‘anak-
anak' Berat badan populasi (dasar perhitungan) misal. 15 kg, 55 kg, 65 kg, 70
kg, Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) [ mis. ‘350 hari/tahun’, ‘250
hari/tahun’. Durasi pajanan (dasar perhitungan) [ mis. yang terpajan selama ‘10
tahun’, ‘30 tahun’, dll Contoh : Tingkat risiko RQ untuk pajanan Pb (inhalasi)
sebesar 0,00008 µg/m3 pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan
tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan telah terpajan 350 hari/tahun selama
20 tahun diketahui sebesar 0,098 maka Interpretasi risiko Pajanan Pb sebesar
0,00008 µg/m3 secara inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar
jalan tol dengan berat badan 55 Kg, masih aman untuk frekuensi pajanan 350
hari/tahun hingga 20 tahun mendatang. Perhitungan tingkat risiko karsinogenik
Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer
Risk (ECR). 
Untuk estimasi target tingkat bahaya (THQ) yang berpotensi terjadi jika seseorang
menghirup udara yang terkontaminasi oleh bahan kimia/kontaminan toksik tertentu
yang bersifat non karsinogenik menggunakan persamaan 3 yaitu : 

EFxEDxRxC −3
THQ= x 10
RFC xW xAT

Manajemen risiko merupakan langkah lanjutan dari ARKL apabila nilai


karakterisasi risiko menunjukkan tingkat yang tidak aman, yakni jika nilai RQ>1.
Dalam melakukan manajemen risiko terdiri dari strategi manajemen risiko dengan
7

cara pengelolaan risiko, strategi pengelolaan risiko meliputi penentuan ambang batas
aman yang terdiri dari konsentrasi agen risiko (C), jumlah konsumsi (R), waktu
pajanan (tE), frekuensi pajanan (fE) dan durasi pajanan (Dt). Dalam penentuan
konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan sama dengan variabel dan
nilai pada perhitungan intake. Untuk menghitung konsentrasi aman inhalasi non-
karsinogenik adalah sebagai berikut :

RfCxWBx t avg
C nk (aman)=
R x tE x f E x Dt

Waktu pajanan aman dapat dikelola jika pemajanan terjadi pada orang yang
berada pada lingkungan kerja atau lingkungan pendidikan yang tidak permanen.
Pengelolaan waktu dapat dilakukan dengan mengurangi jam terpapar setiap harinya.
Penerapannya hanya dilakukan untuk pemajanan inhalasi, sedangkan untuk
pemajanan ingesti cukup dilakukan dengan pembatasan jumlah konsumsi. Untuk
menghitung waktu pajanan aman non-karsinogenik menggunakan rumus berikut :

RfCxWBx t avg
t nk (aman)=
R x tE x f E x Dt

Frekuensi pajanan aman hampir sama dengan waktu pajanan aman, oleh karena
itu yang dapat dihitung menggunakan rumus adalah pajanan yang melalui inhalasi.
Untuk menghitung frekuensi pajanan aman non-karsinogenik menggunakan rumus
berikut :

RfCxWBx t avg
f nk(aman)=
R x tE x f E x Dt

Durasi pajanan aman hampir sama dengan waktu pajanan aman dan frekuensi
pajanan aman, oleh karena itu yang dapat dihitung menggunakan rumus adalah
pajanan yang melalui inhalasi. Untuk menghitung durasi pajanan aman
nonkarsinogenik menggunakan rumus berikut :
8

RfCxWBx t avg
D nk (aman)=
R x t E x f E x Dt

Dalam komunikasi risiko harus menggunakan bahasa yang umum dan mudah
dipahami serta menjelaskan semua informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang
dirahasiakan. Komunikasi risiko dapat dilakukan menggunakan metode ceramah
ataupun diskusi interaktif, menggunakan media komunikasi seperti media massa,
televisi dan radio ataupun penyajian dalam format pemetaan menggunakan
geographical information system (GIS).

C. Karakterisasi Pencemar
Kuantitas risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik digunakan untuk merumuskan
pengolalaan dan komunikasi risiko secara lebih spesifik. ARKL menawarkan
pengolaan resiko secara kuantitatif seperti penetapan baku mutu dan komunikasi
risiko bukan bagian integral studi EKL dan jika ada hanya relevan untuk populasi
yang dipelajari.
Beberapa kelompok zat berbahaya dapat menimbulkan bahaya pada lingkungan
diantaranya :
1. Bahan buangan padat. 
Bahan buangan padat yang dimaksud adalah bahan yang berbentuk padat,
baikyangkasar (butiran besar) maupun yang halus butiran kecil. Apabila
bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekatan air atau berat jenis
cairan akan burukdandisertai perubahan warna. Bahan buangan padat yang
berbentuk halus Sebagian ada yang larut dan sebagian lagi tidak dapat larut
akan terbentuk koloidal yang melayang dalam air. 
2. Bahan buangan organik 
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Menurut Proowse (1996) bahan
9

buanganorganik akan dapat meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam


air sehingga memungkinkan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen. 
3. Bahan Buangan Anorganik. 
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat
membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Bahan buanganan
organik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-
unsur logam seperti Timbal (Pb) Arsen (Ar), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg),
Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium(Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co).
Kandungan ion Kalsium(Ca) danionMagnesium (Mg) dalam air menyebabkan
air bersifat sadah dan akan menghambat proses degradasi. Kesadahan air yang
tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari
besi.. 
4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan. 
Air lingkungan yang mengandung bahan buangan olahan bahan makanan
akan banyak mengandung mikroorganisme, termasuk di dalamnya bakteri
pathogen. Bahan buangan olahan bahan makanan mengandung protein gugus
amino yang apabila di degradasi olehmikroorganisme akan terurai menjadi
senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk. 
5. Bahan Buangan Cairan Berminyak 
Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas
permukaanair. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air
lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Ada 2 jenis penyusutan
luas permukaan tergantung pada jenis minyaknya dan waktu. Lapisan
minyakdi permukaan akan menghalangi difusi oksigen, menghalangi sinar
matahari sehingga kandunganoksigen dalam air jadi semakin menurun. 
6. Bahan Buangan Zat Kimia 
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksud adalah
bahan pencemar air yang berupa sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih
lainnya), zat warnakimia dan bahan pemberantas hama (insektisida). Adanya
10

bahan buangan zat kimia yangberupasabun (deterjen, sampo dan bahan


pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air.
7. Pencemaran air terdiri dari bermacam-macam jenis, dan pengaruhnya
terhadap lingkungan serta makhluk hidup juga bermacam-macam. Jenis
pencemaran air yang walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas
manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-
macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Menurut tujuan
penggunaannya, kriterianya berbeda beda. Air yang sangat kotor untuk
diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga
listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk
berenang ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing ikan dan
sebagainya. Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun
lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta
penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke
bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis
bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air
kedaerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang
bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan
erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Dengan
demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang
akhirnya akan bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut
sekitarnya. Karakteristik Pencemaran oleh Mikroorganisme Berbagai kuman
penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoadan
parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air tersebut
berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri
peternakan, rumah sakit, tanah pertaniandanlain sebagainya. Pencemaran dari
kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinyapenyakit pada
11

orang yang terinfeksi. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini
disebut Water-borne disease dan sering ditemukan pada penyakit tifus,
kolera, dan disentri.
8. Karakteristik Pencemar Bahan Kimia Inorganik 
Bahan kimia inorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti
Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk
diminum. Di samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan
dan organisme lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan
produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut
(karena bersifat korosif). 
9. Karakteristik Pencemar Bahan Kimia Organik 
Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih,
detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh
manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme air
lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia organic sintesis ditemukan dalam jumlah
relatif. sedikit pada permukaan air tanah untuk minum di Amerika, dan dapat
menyebabkan gangguan pada ginjal, gangguan kelahiran, dan beberapa
macambentukkanker pada hewan percobaan di laboratorium. Tetapi sampai
sekarang belum diketahui apa akibatnya pada orang yang mengkonsumsi air
tersebut sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis.

D. Karakterisisasi Nitrogen dan Sulfur


Nitrogen Dioksida (NO2) merupakan kandungan udara terbanyak di atmosfer
yakni sebesar 78%. Nitrogen memiliki beberapa bentuk oksida, yaitu: Nitrus Oxide
(NO) merupakan sebagai gas normal yang berada di udara, dengan kadar sekitar 940
mg/m3 (500 ppb) dan Nitrogen Pentoksida (N2H5) sebagai gas yang secara alamiah
ada di udara dan terlibat pada siklus nitrat serta penting dalam pertumbuhan organik.
Aktivitas manusia yang menghasilkan Nitrogen Oksida (NO) dan Nitrogen Dioksida
(NO2) diantaranya adalah penggunaan bahan bakar minyak. Gas NO di atmosfer
12

bereaksi dengan Oksigen menghasilkan gas NO2. Kadar NO2 di udara dinyatakan
dalam satuan part per million (ppm), part per billion (ppb) atau µg/m3 (1 ppb = 1,88
µg/m3.
Kadar NO2 yang rendah jika terhirup oleh manusia dapat merangsang timbulnya
gejala sesak napas. Pajanan NO2 tidak boleh lebih dari 400 µg/m3 selama 24 jam.
Pembentukan Nitrogen Dioksida yang diperoleh dari proses pembakaran merupakan
berbentuk Oksida Nitrat (NO). pembentukan NO dan NO 2 meliputi reaksi enters
Nitrogen dan Oksigen di udara lalu membentuk NO, kemudian reaksi berikutnya
antara NO dengan Oksigen yang lebih banyak dapat membentuk NO2.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :

N2 + O2 → 2NO

2NO + O2 → 2NO2 NO2

Lebih berat dari pada udara dan dapat larut dalam air, NO 2 dapat kembali
menjadi NO atau teroksidasi lebih lanjut yang dapat membentuk HNO 2 dan HNO3
dengan reaksi berikut :

3NO2 + H2O → 2HNO2 + NO + O2

2NO2 + H2O → HNO3 + HNO2

Selanjutnya apabila NO2 bereaksi dengan senyawa organik dapat menghasilkan


Peroksiasetil Nitrat (PAN) atau Hidrokarbon (HC) melalui bantuan cahaya matahari
kemudian dapat menghasilkan asap.

HC + NOX + cahaya matahari → asap photochemical.

Toksikologi NO2 berwarna merah kecokelatan dan memiliki bau khas. Mayoritas
penelitian toksikologi NO2 dilakukan pada industri. Pada binatang percobaan yang
mengalami pajanan gas NO2 mengalami kekurangan dalam mekanisme pertahanan
13

paru-paru dan fungsi imun. Umumnya pajanan NO2 pada waktu yang pendek dan
kadar yang rendah tidak dapat menyebabkan kelainan pada binatang percobaan .
NO2 memiliki toksisitas yang lebih kuat 4 kali dibandingkan dengan. Organ
tubuh yang memiliki kepekaan tinggi yaitu paru-paru. NO2 yang mengkontaminasi
paru-paru dapat menyebabkan pembengkakan, sehingga penderita yang terpapar akan
sulit bernapas yang dapat mengakibatkan kematian. Akibat pajanan NO2 dapat
menimbulkan batuk, iritasi mata (mata merah, rasa pedih pada mata), pusing dan
sesak napas. Apabila NO2 bereaksi dengan uap air yang membentuk senyawa HNO3
maka senyawa tersebut sangat merusak tubuh manusia. NO2 yang berhasil masuk ke
dalam saluran pernapasan akan merusak lapisan mukosa pada saluran pernapasan
sehingga menjadi iritasi (Suyono, 2014).
Pengaruh NO2 terhadap kesehatan (dalam ukuran kadar ppm) Kadar (ppm)
pengaruh 1-3ppm mengiritasi saluran pernapasan 5ppm mengakibatkan kesulitan
bernapas 50-100ppm Menyebabkan inflamasi jaringan paru-paru 150 – 200ppm
menyebabkan Bronchiolities fibrosa obliterons 500ppm menyebabkan kematian.
Pembentukkan SO2 SO2 merupakan produk dari pembakaran bahan bakar fosil
(minyak dan batubara). Emisi Sulfur dari sumber gas mayoritas dari SO2, sementara
Sulfur trioksida terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit (Agista, 2020).
Pembentukan SO2 juga dipengaruhi akibat adanya reaksi dengan Oksigen di udara,
persamaan reaksinya adalah sebagai berikut (Saduddin,2018).
S + O2 → SO2
2SO2 + O2 → 2SO3
Lebih lanjut, Sulfur Dioksida dapat menjadi senyawa lain, senyawa lanjutan
akibat reaksi dari SO2 dengan Oksigen dan uap air adalah pembentukan asam sulfat
yang menyebabkan hujan asam di udara, reaksi pembentukkannya adalah sebagai
berikut :
½ O2 + SO2 + H2O → H2SO4
Toksikologi SO2 mudah larut dalam air. Pada kadar 26.600 µg/m3 SO 2 sangat
rentan dan dapat mengiritasi mata hidung dan tenggorokan. Pada pajanan terus-
14

menerus, SO2 dengan kadar 53.200 µg/m3 (20 ppm) dapat mengakibatkan bronkitis
kronis.
Sumber Pencemaran SO2 Pencemaran SO2 di udara berasal dari pemakaian
batubara di kegiatan industri, transportasi dan lain sebagainya, namun sumber
utamanya berasal dari pembakaran stasioner yang memakai bahan bakar batubara dan
bahan bakar minyak (Nugroho, 2022).
Sumber Antropogenik (kegiatan manusia) yakni sumber tidak bergerak Sulfur
dioksida dihasilkan dari sumber yang tidak bergerak, mayoritas sumbernya adalah
cerobong asap atau tangki penyimpanan yang memancarkan emisi gas buang, selain
itu terdapat sumber lain yaitu pembakaran bahan bakar rumah tangga. Sumber ini
menyumbang pencemaran sebesar 72,5%.
Sumber bergerak Transportasi kendaraan bermotor dapat menyumbang
pencemaran SO2, namun kadar yang dihasilkan jauh lebih sedikit jika dibandingkan
dengan sumber tidak bergerak. Sumber ini menyumbang pencemaran sebesar 2,4%.
Efek terhadap kesehatan Pajanan SO2 di dalam dan luar ruangan dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan. Kelarutan SO2 yang tinggi akan
mengakibatkan iritasi yang parah pada saluran pernapasan dan mata. Efek pajanan
SO2 timbul dari pajanan industri, pajanan SO2 dari industri dapat menyebabkan
penurunan fungsi paru-paru. Selain itu efek asap batu bara dari industri dapat
mengakibatkan efek mutagenik pada makhluk hidup (Nugroho, 2022). SO2 dapat
merusak fungsi paru-paru dalam kadar 25 mg/m3 di lingkungan hanya dalam waktu
10 menit (Nugroho, 2022).
Penyakit yang timbul diakibatkan karena SO2 adalah ISPA, SO2 akan
mempengaruhi keutuhan lapisan mukosa, penambahan sekresi mukus dan
mengganggu pergerakan silia, hal ini memicu mudahnya mikrobiologi dalam
menginfeksi saluran pernapasan (Sundari, 2019).
Pengaruh SO2 terhadap kesehatan (dalam ukuran kadar ppm) Kadar (ppm)
pengaruh 3 – 5 Jumlah terkecil yang mampu terdeteksi dari baunya 8 – 12 jumlah
terkecil yang dapat menyebabkan iritasi tenggorokan 20 Jumlah terkecil yang dapat
15

menyebabkan iritasi mata Jumlah terkecil yang dapat menyebabkan batuk dan
maskimum yang diperbolehkan untuk kontak dengan waktu yang lama,50 – 100
maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dengan waktu yang singkat (30 menit)
5 400 – 500 Berbahaya meskipun kontak dengan waktu yang singkat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Karakterisasi risiko pencemaran lingkungan merupakan suatu proses penting
untuk mengevaluasi risiko kesehatan dan lingkungan yang terkait dengan paparan zat
pencemar. Tahap identifikasi bahaya, penilaian paparan, penilaian toksisitas dan
karakterisasi risiko harus dilakukan secara terperinci dan terstruktur untuk
memastikan hasil yang akurat dan dapat dipercaya. Hasil karakterisasi risiko dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang pengelolaan risiko dan
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dari
pencemaran lingkungan. Meskipun kadar zat pencemar tertentu dalam kadar rendah,
tetapi dapat memberikan gangguan kesehatan diantaranya gangguan fungsi alat
pernapasan dan penurunan fungsi serta dapat memicu asma. karakterisasi risiko
pencemaran lingkungan, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti jenis
zat pencemar, dosis, durasi paparan, dan sensitivitas individu terhadap zat pencemar.
Metode karakterisasi risiko yang digunakan dapat berbeda-beda tergantung pada
tujuan penilaian risiko, tingkat paparan, dan sumber data yang tersedia.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa solusi yang diterapkan adalah
dengan menggalakkan program langit biru, menggalakkan penanaman tumbuhan,
melarang penduduk untuk bertempat tinggal di sepanjang jalan utama, dan penduduk
bisa pindah ke tempat yang lebih aman dari paparan risk agent karena manajemen
risiko yang dilakukan terkait pengurangan konsentrasi dan waktu pajanan dapat juga
dengan penyampainan infromasi penggunaan masker bagi masyarakat. Karakterisasi
resiko bersifat hanya untuk monitoring terhadap sumber polutan emisi pada industri-
industri, serta batas ambang nilai yang dapat ditoleransi oleh manusia sehingga tidak
menimbulkan dampak negative.
DAFTAR PUSTAKA

Agista, P. I., Gusdini, N., & Maharani, M. D. D. (2020). Analisis Kualitas Udara dengan Indeks
Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Sebaran Kadar Polutannya Di Provinsi DKI
Jakarta. Sustainable Environmental and Optimizing Industry Journal, 2(2), 39-57.
http://jurnal.usahid.ac.id/index.php/tekno/article/download/491/386
Chalvatzaki, E., Chatoutsidou, S. E., Lehtomäki, H., Almeida, S. M., Eleftheriadis, K.,
Hänninen, O., & Lazaridis, M. (2019). Characterization of human health risks from
particulate air pollution in selected European cities. Atmosphere, 10(2), 96.
https://www.mdpi.com/2073-4433/10/2/96/pdf
Hamidi, F. (2023). Analisis Kualitas Udara Dan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Pemulung
Di Tempat Pembuangan Akhir (Tpa). Jurnal Insan Cendekia, 10(1), 66-80.
https://digilib.itskesicme.ac.id/ojs/index.php/jic/article/download/1158/785
Kementrian Kesehatan RI. 2001. Kepmenkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).
https://ocw.ui.ac.id/mod/resource/view.php?id=251
Mgbenu, C. N., & Egbueri, J. C. (2019). The hydrogeochemical signatures, quality indices and
health risk assessment of water resources in Umunya district, southeast Nigeria. Applied
water science, 9(1), 22. https://link.springer.com/article/10.1007/s13201-019-0900-5
Nugroho, P. A. (2022). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Nitrogen Dioksida (No2)
Dan Sulfur Dioksida (So2) Pada Pedagang Kaki Lima (PKL)(Studi pada beberapa jalan di
Kota Tasikmalaya) (Doctoral dissertation, Universitas Siliwangi).
Putrakoranto, Lutfi, et al. Analisis Sulfur Dioksida (SO2) Pada Udara Ambien Dan Risiko
Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2021.
Saduddin, S., Dewanti, D., Prabowo, J. H., & Hadi, M. P. (2018, December). Pengaruh
Komposisi Kendaraan Bermotor Terhadap Besaran Emisi Di Kota Yogyakarta.
In Prosiding Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi.
https://ojs.fstpt.info/index.php/ProsFSTPT/article/download/262/254
Sari, G. L., Hadining, A. F., & Sudarjat, H. (2020). Analisis Karakteristik Fisik-Kimiawi Air
Daerah Aliran Sungai Citarum Di Waduk Jatiluhur. Jukung (Jurnal Teknik
Lingkungan), 6(1).
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jukung/article/viewFile/8232/6083
Sundari, Sri Neneng. "Polusi udara kendaraan bermotor tidak berpengaruh terhadap penyakit
ispa." Jurnal Kesehatan Lingkungan: Jurnal dan Aplikasi Teknik Kesehatan
Lingkungan 16.1 (2019): 697-706.
http://ejournal.kesling-poltekkesbjm.com/index.php/JKL/article/download/157/78
Suyono. (2014). Pencemaran Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Yuliana, Y., Langsa, M. H., & Sirampun, A. D. (2020). Air Limbah Laundry: Karakteristik Dan
Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air. Jurnal Natural, 16(1), 25-33.
https://jurnalnatural.unipa.ac.id/index.php/jn/article/download/48/37

Anda mungkin juga menyukai