Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ADKL DAN ARKL

“Karakterisasi Risiko dalam ARKL”

Disusun oleh :

Kelompok 4

Tesya Mulia Saver 1711211009


Sri Wahyuni 1711212009
Ulfah Winanda Putri 1711212035
Tiya Irnawati 1711213004
Nur Intan Rahmi Andafia 1711213011
Sulthan Alvin Faiz B.M. 1711213025
Tata Reziana 1811216017

K3KL
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah ADKL dan
ARKL tentang “Karakterisasi Risiko dalam ARKL”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kelompok mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Padang, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Seputar Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)..................................6
2.2 Definisi Karakterisasi Resiko.............................................................................7
2.3 Pendalaman Karakterisasi Resiko.......................................................................9
2.4 Karakterisasi Resiko pada Efek Non Karsinogenik..........................................10
2.4.1 Perhitungan Tingkat Resiko Non Karsinogenik........................................10
2.4.2 Interpretasi Tingkat Resiko Non Karsinogenik.........................................12
2.5 Karakterisasi Resiko Pada Efek Karsinogenik..................................................13
2.5.1 Perhitungan tingkat resiko karsinogenik...................................................13
2.5.2 Interpretasi tingkat resiko karsinogenik....................................................13
2.6 Contoh Karakterisasi Resiko Pada Suatu Penelitian ARKL.............................14
2.6.1 Jurnal “Analisis Risiko Pajanan Debu (Total Suspended Particulate) di
Unit Packer Pt. X”....................................................................................................14
2.6.2 Jurnal “Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kadar Timbal dalam
Kerang Darah Di Wilayah Pesisir Kota Makasar”....................................................16
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................17
3.2 Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia tidak akan terlepas dari lingkungan untuk melangsungkan


kehidupannya. Lingkungan senantiasa menyediakan kebutuhan demi mendukung
kesejahteraan makhluk hidup didalamnya khususnya manusia. Dalam praktiknya,
interaksi antara manusia dengan lingkungan menimbulkan suatu dampak dibalik
manfaat yang didapatkan. Tiga aspek lingkungan yang dapat menimbulkan
bahaya pada manusia adalah lingkungan fisik, kimia, dan biologi. Interaksi
manusia dengan bahaya lingkungan menimbulkan suatu risiko.

Risiko dimaknai sebagai kebolehjadian atau probabilitas efek merugikan


pada organisme, populasi maupun sub populasi akibat terpapar suatu agent
lingkungan tertentu. Analisis risiko merupakan suatu proses memperkirakan risiko
pada suatu organisme beserta segala ketidakpastiannya setelah terpajan oleh suatu
agent lingkungan dengan memperhatikan karakteristik agent dan organisme
terpapar. Analisis risiko dapat dilakukan untuk pemajanan yang telah
lampau dengan efek yang telah atau belum terlihat maupun untuk memperkirakan
risiko pemajanan yang akan datang (Basri et al., 2014).

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisis risiko adalah
metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). ARKL dapat dilakukan
untuk memantau efek karsinogenik maupun non karsinogenik. Langkah
ARKL yang terakhir adalah karakterisasi resiko yang dilakukan untuk
menetapkan tingkat resiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen resiko
pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL beresiko menimbulkan
gangguan kesehatan pada masyarakat atau tidak.

Karakterisasi risiko dinyatakan dalam RQ (Risk Quotient) untuk


nonkarsinogenik dan ECR (Excess Cancer Risk) untuk karsinogenik. Jika nilai
RQ sedikitnya 1, maka risiko perlu dikendalikan, tetapi jika RQ kurang dari 1,
risiko tidak perlu dikendalikan melainkan dipertahankan agar RQ tidak melebihi 1
(Basri et al., 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah diuraikan dalam latar belakang, maka
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa definisi Karakterisasi Risiko dalam ARKL?


2. Bagaimana Karakterisasi Resiko pada Efek Non Karsinogenik?
3. Bagaimana Karakterisasi Resiko pada Efek Karsinogenik?
4. Bagaimana contoh Karakterisasi Resiko Pada Suatu Penelitian ARKL?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi Karakterisasi Risiko dalam ARKL.
2. Untuk mengetahui Karakterisasi Resiko pada Efek Non Karsinogenik.
3. Untuk mengetahui Karakterisasi Resiko pada Efek Karsinogenik.
4. Untuk mengetahui contoh Karakterisasi Resiko Pada Suatu Penelitian
ARKL.
BAB II
PEMBAHASAN

1.4 Seputar Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Di Indonesia Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) masih belum


banyak dikenal dan digunakan se-bagai metoda kajian dampak lingkungan
terhadap kesehatan. Padahal, di beberapa negara Uni Eropa, Amerika dan
Australia ARKL telah menjadi proses central idea legislasi dan regulasi
pengendalian dampak lingkungan. Dalam konteks AMDAL, efek lingkungan
terhadap kesehatan umumnya masih dikaji secara epidemiologis.Analisis risiko
adalah padanan istilah untuk risk assessment, yaitu karakterisasi efek-efek yang
potensial merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan (Aldrich
dan Griffith 1993).
Analisis risiko merupakan suatu alat pengelolaan risiko, proses penilaian
bersama para ilmuwan dan birokrat untuk memprakirakan peningkatan risiko
kesehatan pada manusia yang terpajan (NRC 1983).WHO (2004) mendefinisikan
analisis risiko sebagai proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau
memprakirakan risko pada suatu organisme sasaran, sistem atau sub populasi,
termasuk identifikasi ketidakpastian-ketidakpastian yang me-nyertainya, setelah
terpajan oleh agent ter-tentu, dengan memerhatikan karakteristik yang melekat
pada penyebab (agent) yang menjadi perhatian dan karakteristik sistem sasaran
yang spesifik.
Risiko itu sendiri didefiniskan sebagai kebolehjadian (probabilitas)suatu
efek merugikan pada suatu organisme, sistem atau (sub)populasi yang disebabkan
oleh pemajanan suatu agent dalam keadaan tertentu. Definisi lain menyebutkan
risiko kesehatan manusia sebagai kebolehjadian kerusakan kesehatan seseorang
yang disebabkan oleh pemajanan atau serangkaian pemajanan bahaya lingkungan
(WHO 2004).Saat ini analisis risiko digunakan untuk menilai atau menaksir risko
kesehatan manusia yang disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan. Bahaya
adalah sifat yang melekat pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi
menimbulkan efek merugikan jika suatu organisme, sistem atau sub populasi
terpajan oleh risk agent tersebut (WHO 2004). Bahaya lingkungan terdiri atas tiga
risk agent yaitu chemical agents (bahan-bahan kimia), physical agents (energi
radiasi dan gelombang ektromagnetik berbahaya) dan bi-ological agents (makhluk
hidup atau organisme). Analisis risiko bisa dilakukan untuk pemajanan yang telah
lampau (past expo-sure), dengan efek yang merugikan sudah atau belum terjadi,
bisa juga untuk studi prediksi risiko pemajanan yang akan datang (future ex-
posure).
Studi-studi Amdal masuk dalam kategori yang kedua. Jelas bahwa bahaya
tidak sama dengan risiko. Bahaya adalah suatu potensi risiko,dan risiko tidak akan
terjadi kecuali syarat-syarat tertentu terpenuhi. Syarat-syarat dimaksud adalah
toksisitas risk agent yang bersangkutan dan pola-pola pajanannya. Suatu risk
agent, sekalipun toksik, tidak akan berisiko bagi kesehatan jika tidak memajani
dengan do-sis dan waktu tertentu.
Langkah-langkah ARKL, baik ARKL Meja maupun ARKL Lengkap.
1. Identifikasi Bahaya
2. Analisis Pajanan
3. Karakterisasi Risiko
4. Manajemen Risiko

1.5 Definisi Karakterisasi Resiko

Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi resiko yang dilakukan


untuk menetapkan tingkat resiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen
resiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL beresiko
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti
berat badan, laju inhalasi/konsumsi, waktu, frekuensi, durasi pajanan yang
tertentu) atau tidak.

Karakterisasi resiko dilakukan dengan membandingkan/membagi intake


dengan dosis/konsentrasi agen resiko tersebut. Variabel yang digunakan untuk
menghitung tingkat resiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis
pemajanan) dan dosis referensi (RfD)/ konsentrasi referensi (RfC) yang didapat
dari literature yang ada.

Karakteristik risiko dinyatakan dengan tingkat risiko (Risk Quotient)


merupakan pembagian antara asupan inhalasi (I) dan reference concentration
(RfC) (persamaan 1). Selain itu untuk menentukan asupan inhalasi dibutuhkan
juga parameter antropometri (berat badan dan laju inhalasi), pola aktivitas (waktu,
frekuensi dan durasi pemajanan) dan sebagainya. Tingkat risiko dihitung dengan
persamaan 1 dan asupan inhalasi (I) dihitung dengan menggunakan persamaan 2

Karakterisasi risiko dinyatakan dalam RQ (Risk Quotient) untuk


nonkarsinogenik dan ECR (Excess Cancer Risk) untuk karsinogenik. RQ dihitung
dengan membagi asupan nonkarsinogenik dengan RfD atau RfCnya. Nilai
RfD atau RfC maupun asupan harus spesifik pada agen kimia tertentu. Jika nilai
RQ>1 maka risiko dinyatakan ada dan butuh pengendalian. Jika nilai RQ≤1 maka
risiko perlu dipertahankan agar tidak membahayakan. ECR dihitung dengan
mengalikan CSF dengan asupan karsinogenik. Asupan karsinogenik dan
nonkarsinogenik tidak sama nilainya karena bobot waktu rata-ratanya (tavg)
berbeda. Nilai CSF dan ECR harus spesifik pada bahan kimia tertentu.
Karsinogenitas bersifat tidak memiliki ambang atau non treshold (Rahman,
2007).

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ,


tingkat risiko) untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Excess Cancer Risk (ECR)
untuk efek-efek karsinogenik . RQ dihitung dengan membagi asupan
nonkarsinogenik (Ink) risk agent dengan RfD atau RfC-nya
menurut persamaan (ATSDR 2005).

Baik Ink maupun RfD atau RfC harus spesifik untuk bentuk spesi kimia risk
agent dan jalur pajanannya. Risiko kesehatan dinyatakan ada dan perlu
dikendalikan jika RQ > 1. Jika RQ ≤ 1, risiko tidak perlu dikendalikan tetapi perlu
dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak melebihi 1 (Rahman 2007).
ECR dihitung dengan mengalikan CSF dengan asupan karsinogenik risk
agent (Ink) menurut persamaan. Harap diperhatikan, asupan karsinogenik dan
non-karsinogenik tidak sama karena perbedaan bobot waktu rata-ratanya (tavg)
seperti dijelaskan dalam keterangan rumus asupan (ATSDR 2005).

1.6 Pendalaman Karakterisasi Resiko

Tahap ketiga dan terakhir dari proses penilaian risiko adalah karakterisasi
risiko. Ini melibatkan integrasi dan evaluasi pemaparan dan efek informasi. Proses
keseluruhan adalah menggabungkan efek ekologi dengan konsentrasi lingkungan
untuk memberikan kemungkinan efek pada adanya stressor di dalam sistem.
Penting untuk ditunjukkan bahwa stressor tidak menimbulkan risiko terhadap
lingkungan kecuali jika melibatkan paparan. Hampir semua bahan memiliki
beberapa efek biologis yang khas; namun, kecuali sejumlah besar zat stressor
berinteraksi dengan sistem biologis, tidak ada efek yang bisa terjadi. Resiko
adalah kombinasi antara exposure dan efek resultan dinyatakan sebagai
probabilitas. Mengintegrasikan paparan dan efek informasi mengarah untuk
memperkirakan risiko, kemungkinan efek samping akan terjadi eksposur.

Pendekatan untuk mengevaluasi paparan dan dampak meliputi, misalnya,


mengukur pelepasan bahan kimia, memprediksi nasib dan dampak lingkungan
bahan kimia (bahkan mungkin sebelum diproduksi), dan menguji efeknya bahan
kimia ini di laboratorium. Paparan dan efek harus diperhatikan bersama karena
keduanya penting dalam menilai risiko. Bila potensinya untuk eksposur dan
efeknya rendah, risikonya akan rendah. Saat keduanya tinggi, risiko akan tinggi.
Apapun pendekatannya, tujuannya adalah untuk menggunakan semua informasi
yang tersedia untuk menandai keterpaparan dan efek dan mengintegrasikannya ke
dalam pemahaman tentang risiko ekologis.
Integrasi paparan dengan toksisitas perlu dilakukan dengan hati-hati.
Seperti disebutkan dalam bab-bab sebelumnya, toksikologi lingkungan
berhubungan dengan berbagai efek pada berbagai tingkat organisasi biologis.
Metode yang digunakan secara luas untuk memperkirakan risiko adalah metode
quotient. Metode ini didasarkan pada pembagian sederhana dari konsentrasi
lingkungan yang diharapkan dengan konsentrasi yang menghasilkan efek yang
tidak dapat diterima, yaitu bahaya.

Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, karena kompleksitas sistem alam,


penilaian risiko akan mencakup beberapa tingkat ketidakpastian. Meskipun
mungkin untuk mengurangi beberapa komponen ketidakpastian dengan
mengumpulkan data tambahan, mungkin saja untuk memperkirakan komponen
lain karena variabilitas inherennya, mis. variasi cuaca.

Meskipun penting bagi manajer risiko untuk memahami dampak


variabilitas dan ketidakpastian alam terhadap kesimpulan dari penilaian risiko,
membuat keputusan manajemen risiko tidak memerlukan adanya ketidakpastian.
Sebenarnya, usaha biasanya dilakukan untuk mengukur dan mengkomunikasikan
ketidakpastian saat melakukan dan melaporkan penilaian risiko ekologis sehingga
keputusan terbaik bisa diberikan mengingat pengetahuan yang ada.

Meskipun analisis dan karakterisasi risiko ditunjukkan sebagai fase


terpisah, beberapa model dapat menggabungkan analisis paparan dan efek data
dengan Integrasi data ini yang terjadi pada karakterisasi risiko.

1.7 Karakterisasi Resiko pada Efek Non Karsinogenik

1.7.1 Perhitungan Tingkat Resiko Non Karsinogenik

Tingkat resiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk
Quotien (RQ) untuk melakukan karakterisasi resiko untuk efek non karsinogenik
dilakukan perhitungan dengan membandingkan/ membagi intake dengan RfC atau
RfD. Rumus untuk menentukan RQ adalah sebagai berikut :

Katerangan :

Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalansi (terhirup)

I (Intake) : Intake yang telah dihitung

RfC (reference concentration) : Nilai referensi agen resiko pada pemajanan


inhalansi

Keterangan

Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur ingesti (tertelan)

I (Intake) : Intake yang telah dihitung

RfD : Nilai referensi agen resiko pada pemajanan Ingesti


1.7.2 Interpretasi Tingkat Resiko Non Karsinogenik

Tingkat resiko yang diperoleh pada ARKL merupakan konsumsi pakar


ataupun praktisi, sehingga perlu disederhanakan atau dipilihkan bahasa yang lebih
sederhana agar dapat diterima oleh khalayak atau publik. Tingkat risiko
dinyatakan dalam angka atau bilangan desimal tanpa satuan. Tingkat risiko
dikatakan AMAN bilamana intake ≤ RfD atau RfC nya atau dinyatakan dengan
RQ ≤ 1. Tingkat risiko dikatakan TIDAK AMAN bilamana intake > RfD atau
RfC nya atau dinyatakan dengan RQ > 1.

Narasi yang digunakan dalam penyederhanaan interpretasi risiko agar


dapat diterima oleh khalayak atau publik harus memuat sebagai berikut:

- Pernyataan risiko = ‘aman’ atau ‘tidak aman’


- Jalur pajanan (dasar perhitungan) =‘inhalasi’ atau‘ingesti’
- Konsentrasi agen risiko (dasar perhitungan) = mis.‘0,00008 µg/m3’,‘0,02
mg/l’, dll
- Populasi yang berisiko = mis.‘pekerja tambang’,‘masyarakat di sekitar
jalan tol’, dll
- Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) =‘dewasa’ atau‘anak –
anak'
- Berat badan populasi (dasar perhitungan) = mis. ’15 kg’, ’55 kg’, ’65 kg’, ’70
kg’, dll.
- Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) = mis. ‘350 hari/tahun’, ‘250
hari/tahun’, dll.
- Durasi Pajanan (dasar perhitungan) = mis. … yang terpajan selama ’10
tahun’, ’30 tahun’, dll.

Contoh : Tingkat Resiko

RQ untuk pajanan Pb (inhalasi) sebesar 0,00008 µg/m3 pada masyarakat


dewasa yangtinggal di sekitar jalan tol dengan berat badan rata - rata 55 kg dan
telah terpajan 350hari/tahun selama 20 tahun diketahui sebesar 0,098

Maka Interpretasi risiko, pajanan Pb sebesar 0,00008 µg/m3 secara


inhalasi pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar jalan tol dengan berat
badan 55 kg, masih aman untuk frekuensi pajanan 350 hari/tahun hingga 20 tahun
mendatang.

1.8 Karakterisasi Resiko Pada Efek Karsinogenik

1.8.1 Perhitungan tingkat resiko karsinogenik

Tingkat resiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess


Cancer Risk (ECR). Untuk melakukan karakterisasi risiko untuk efek
karsinogenik dilakukan perhitungan dengan mengalikan intake dengan SF. Rumus
untuk menentukan ECR adalah sebagai berikut :

ECR = I x SF

Keterangan :

Digunakan untuk menghitung tingkat resiko pada agen resiko dengan efek
karsinogenik

I (intake) : Intake yang telah dihitung

SF (Slope Factor) : Nilai referensi agen resiko dengan efek karsinogenik

1.8.2 Interpretasi tingkat resiko karsinogenik

Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan exponen tanpa satuan (cth. 1,3E-
4). Tingkat risiko dikatakan acceptable atau aman bilamana ECR ≤ E-4 (10-4)
atau dinyatakan dengan ECR ≤ 1/10.000. Tingkat risiko dikatakan unacceptable
atau tidak aman bilamana ECR > E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR >
1/10.000.

Contoh : ECR = 1,3E-5 (1,3 x 10-5) dapat diinterpretasikan sebagai


berikut : “ terdapat 1,3 kasus dalam 100.000 orang yang dapat berkembang
menjadi kasus kanker ” atau “ terdapat 1,3 orang yang berisiko terkena kanker
pada 100.000 orang populasi ”.

Narasi yang digunakan dalam resiko karsinogenik harus memuat sebagai berikut :
- Pernyataan resiko = ‘acceptable’ atau ‘unacceptable’ (‘aman’ atau ‘tidak
aman’)
- Jalur Pajanan (dasar perhitungan) = ‘inhalasi’ atau ‘ingesti’
- Populasi yang beresiko = mis. ‘pekerja tambang’, ‘masyarakat di sekitar
jalan tol’, dll.
- Kelompok umur populasi (dasar perhitungan) = ‘dewasa’ atau ‘anak-anak’
- Berat badan populasi (dasar perhitungan) = ’15 kg’, ’55 kg’, ’65 kg’, ’70 kg’,
dll.
- Frekuensi pajanan (dasar perhitungan) = mis. ‘350 hari/tahun’, ‘250
hari/tahun’, dll.
- Durasi Pajanan (dasar perhitungan) = mis. …yang terpajan selama ’10
tahun’, ’30 tahun’, dll
- Resiko kanker = mis. “terdapat 1,3 kasus dalam 100.000 orang yang dapat
berkembang menjadi kasus kanker’ atau ‘terdapat 1,3 orang yang
beresiko terkena kanker pada 100.000 orang populasi”.

Contoh : Tingkat Resiko

ECR untuk pajanan benzene (inhalasi) sebesar 0,3 µg/m3 pada pekerja
depo penampungan BBM di Jakarta dengan berat badan rata-rata 60 kg dan telah
terpajan 250 hari/tahun selama 10 tahun diketahui sebesar 4,56 E-4.

1.9 Contoh Karakterisasi Resiko Pada Suatu Penelitian ARKL

1.9.1 Jurnal “Analisis Risiko Pajanan Debu (Total Suspended Particulate)

di Unit Packer Pt. X”

Karakterisasi risiko merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk


mengetahui apakah populasi yang terpajan berisiko terhadap agen risiko yang
masuk ke dalam tubuh yang dinyatakan dengan RQ (Risk Quotient). Perhitungan
RQ dilakukan dengan cara menggabungkan nilai yang didapatkan pada analisis
pajanan atau intake dan dosis respons. Tingkat risiko non karsinogenik didapat
melalui hasil pembagian asupan harian melalui inhalasi dengan nilai dosis respons
yang dikenal dengan istilah Reference Concentration (RfC). Adapun perhitungan
RQ (Risk Quotient) adalah berikut:
.

Tabel 3, menunjukkan bahwa agen risiko debu (Total Suspended


Particulate) yang terdapat di udara pada semua lokasi pengukuran di Unit Packer
PT X mempunyai nilai RQ>1 yang berarti bahwa pajanan debu (TSP) yang
terhirup oleh pekerja di Unit Packer PT X dengan berat badan 55 kg, waktu
pajanan 8 jam/hari selama 250 hari/ tahun tidak aman atau berisiko terhadap efek
non karsinogenik dalam 30 tahun mendatang selama masih bekerja di Unit Packer
PT X
1.9.2 Jurnal “Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kadar Timbal dalam

Kerang Darah Di Wilayah Pesisir Kota Makasar”

Timbal merupakan logam berat yang non karsinogenik, sehingga dalam


penghitungan risiki timbal pada kerang darah menggunaka RQ (Risk Quotient).
Perhitungan risiko timbal pada kerang darah:

RQ menunjukkan nilai >1 yang artinya kerang darah yang megandung Pb


0,979 mg/kg tidak aman untuk dikonsumsi dengan asupan 0,02119 kg per hari
selama 52 hari dalam jangka waktu 20 tahun oleh orang dengan berat badan 59
kg.
BAB III
PENUTUP

1.10 Kesimpulan
Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi resiko yang dilakukan
untuk menetapkan tingkat resiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen
resiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis pada ARKL beresiko
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan karakteristik seperti
berat badan, laju inhalasi/konsumsi, waktu, frekuensi, durasi pajanan yang
tertentu) atau tidak.

Karakterisasi resiko dilakukan dengan membandingkan/membagi intake


dengan dosis/konsentrasi agen resiko tersebut. Variabel yang digunakan untuk
menghitung tingkat resiko adalah intake (yang didapatkan dari analisis
pemajanan) dan dosis referensi (RfD)/ konsentrasi referensi (RfC) yang didapat
dari literatur yang ada.

1.11 Saran

Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan
sebagai referensi bagi pembaca terutama terkait dengan materi Karakterisasi
Resiko. Selain itu penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, demi sempurnanya penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ardyanto, D. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) dalam Darah


Masyarakat yang Terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan
Lingkungan, VOL. 2, NO.68 1, JULI 2005 : 67 – 76.

Isa Ma’rufi. 2017. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (SO2 , H2 S, NO2 dan
TSP) Akibat Transportasi Kendaraan Bermotor di Kota Surabaya. Jurnal
Media Pharmaceutica Indonesiana. 1(4):189-196.

Kemenkes. 2012. Pedoman Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).


Jakarta : Direktorat Jenderal PP dan PL.

Siswati. 2017. Analisis Risiko Pajanan Debu (Total Suspended Particulate) Di


Unit Packer Pt. X. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 9(1):100-110.

Anda mungkin juga menyukai