OLEH:
KELOMPOK IV
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul
"Risk Assessment" Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Indah Ade Prianti, SKM., M.PH selaku Dosen Mata Kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang telah membantu kami dalam mengerjakan Makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan pasti
masih ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik
senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Kami juga berharap
semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang Risk Assessment
lebih dalam lagi dalam pembelajaran dan kehidupan.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.4 Manfaat.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
3.1 Kesimpulan.........................................................................................20
3.2 Saran...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai
peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor
formal lebih dari Rp 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia
usaha (DK3N,2007).
Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang
membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha
dan kita semua untuk bersama-sama mencegah dan mengendalikannya.Upaya
pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.
Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi
tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek
hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Melalui peraturan yang
jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu
diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan
ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang
mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti
ILO, WHO, maupun tingkat regional.Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan
menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi
terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang.
Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian
dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum
merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat
dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga
kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi
pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya
perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,
2
sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat
besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan,
terutama dapat mencegah korban manusia.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan
perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya
terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek
perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang
diperoleh.
Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen
tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait. Pada konsep
ini, bahaya sebagai sumber kecelakaan kerja harus harus teridentifikasi,
kemudian diadakan perhitungan dan prioritas terhadap risiko dari bahaya
tersebut dan terakhir adalah pengontrolan risiko. Ditahap pengontrolan risiko,
peran manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko membutuhkan
ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki , karena pihak manajemen yang
sanggup memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut
semakin menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk
manajemen yang sistematis dan mendasar. Integrasi ini diawali dengan kebijakan
untuk mengelola K3 menerapkan suatu sistem manajemen kesehatan dan
keselamatam kerja. Sesuai dengan isi dalam makalah ini, maka kami mengambil
judul “Konsep Dasar K3, Hazard dan pengendaliannya” untuk makalah ini.
3
1.2 Tujuan
1. Untuk memaparkan definisi hazard
2. Untuk memaparkan definisi resiko
3. Untuk memaparkan Hubungan Bahaya dan Resiko
4. Dapat mengetahui Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC)
5. Memaparkan identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
6. Dapat memaparkan Penilaian Risiko (Risk Assessment)
1.3 Manfaat
Dengan mempelajari Risk Assessment (penilaian resiko) dapat
memberikan banyak manfaat bagi kita semua sebagai mahasiswa dan masyarakat
pada umumnya. Manfaat- manfaat yang diharapkan dapat diperoleh antara lain:
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat pada
umumnya tentang bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan yang ada dalam masyarakat.
2. Memberikan kesadaran kepada mahasiswa dan masyarakat pada
umumnya akan pentingnya Risk Assesment dalam kesehatan dan
keselamatan kerja.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Bahaya yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia antara lain :
Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti cuka
airaki, asam keras, dan lainnya.
Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat toxic.
Kebakaran dan peledakan oleh bahan kimia yang bersifat mudah
terbakar dan mudah meledak seperti golongan senyawa hidrokarbon
yaitu minyak tanah, premium, LPG dan lainnya. Polusi dan
pencemaran lingkungan
Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi), seperti desain tempat kerja yang
tidak sesuai, material handling, pencahayaan yang kurang, gerakan
tubuh terbatas, desain pekerjaan yang dilakukan, dan pergerakan
yangberulang-ulang.
Physical Hazard (bahaya fisika), seperti radiasi, suhu panas, kebisingan,
getaran, dan tekanan.
Bahaya fisis ialah bahaya yang berasal dari faktor fisis seperti bising
yang dapat mengakibatkan ketulian atau kerusakan pada indera
pendengaran, tekanan, getaran, suhu panas atau dingin, sinar ultra violet
maupun infra merah, cahaya atau penerangan dan radiasi dari bahan
radioaktif,
Psychological Hazard (bahaya psikososial), seperti jam kerja panjang,
trauma, lingkungan kerja tidak nyaman, dansebagainya.
Mechanical Hazard (bahaya mekanis), merupakan bahaya yang
disebabkan benda- benda bergerak, yang dapat menimbulkan dampak
seperti terpotong, tergores,tersayat. Electrical Hazard (bahaya listrik),
bahaya yang ditimbulkan oleh arus listrik pendek, listrikstatis. Bahaya
listrik adalah bahaya yang bersumber dari energi listrik. Bahaya yang
didapatkan dari energi listrik seperti kebakaran, sengatan listrik, dan
hubungan singkat. Hampir semua lingkungan kerja banyak ditemukan
bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau
mesin yang menggunakan energi listrik.
6
Bahaya dan risiko yang tidak dikendalikan akan menimbulkan
kecelakaan. World Health Organization mendefinisikan kecelakaan sebagai
kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga
menghasilkan cidera .Sedangkan definisi kecelakaan kerja menurut Peraturan
Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998 adalah suatu kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban jiwa dan harta benda.Bahaya kerja dapat dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu bahaya kesehatan, bahaya keselamatan dan bahaya lingkungan. Bahaya
kesehatan adalah segala aktivitas yang menyebabkan timbulnya penyakit pada
setiap pekerja. Bahaya keselamatan ialah aktivitas yang dapat mengakibatkan
kecelakaan atau kerusakan terhadap barang. Bahaya lingkungan ialah bahaya
yang dilepaskan ke lingkungan yang dapat menyebabkan efek yang bisa
merusak (Halim, 2016:280).
7
o Safety risk (risiko keselamatan) , berkaitan dengan keselamatan
manusiadan menimbulkan efek langsung (kecelakaan).
o Health risk (risiko kesehatan) , berkaitan dengan kesehatan manusia,
menimbulkan efek tidak langsung, dan bersifat kronis.
o Environmental risk (risiko lingkungan) , berkaitan dengan dampak yang
timbul pada habitan dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
Melibatkan interaksi antara populasi, komunitas, dan ekosistem pada
tingkat makro dan mikro.
o Public welfare goodwill risk (risiko kesejahteraan masyarakat),
berkaitan dengan nilai dari suatu sistem yang didalamnya terdapat
persepsi masyarakat terhadap nilai properti dan estetik.
o Financial risk (risiko keuangan) ,berkaitan dengan risiko jangka panjang
dan jangka pendek dari kerugian properti, perhitungan asuransi,
pengembalian pada lingkungan, kesehatan dan keselamatan investasi.
8
3. Risiko Alam
Risiko alam berkaitan dengan bencana alam yang terjadi seperti angin
topan, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dan letusan gunung
berapi. Kerugian yang sangat besar yang diakibatkan dari risiko alam
menjadi salah satu ancaman bisnis global.
4. Risiko Operasional
Risiko operasional bersumber dari kegiatan operasional yang berkaitan
dengan bagaimana cara mengelola perusahaan dengan baik dan benar.
Risiko operasional suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya
sesuai dengan jenis, bentuk, dan skala bisnisnya masing-masing. Risiko
yang termasuk dalam risiko operasional adalah sebagai berikut :
i. Ketenagakerjaan Tenaga kerja sebagai aset perusahaan juga
memiliki risiko yang harus diperhitungkan karena tenaga kerja yang
dapat memicu kecelakaan atau kegagalan dalam proses produksi.
ii. Teknologi Selain memiliki manfaat dalam peningkatan
produktivitas aspek pengembangan teknologi juga memiliki
berbagai risiko yang berbahaya seperti kecelakaan dan pengurangan
tenaga kerja.
5. Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang
timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia,
peralatan, material, dan lingkungan kerja. Menurut OHSAS 18001:2007
risiko K3 adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian
berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. Risiko
K3 dikonotasikan sebagai hal yang bersifat negatif (negative impact)
seperti kecelakaan kerja, kebakaran dan peledakan, penyakit akibat
kerja, kerusakan sarana produksi atau gangguan operasi.
6. Risiko Keamanan
Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam kelangsungan usaha
adalah keamanan. Risiko keamanan juga berkaitan dengan rahasia
9
perusahaan seperti formula produk, data informasi, data keuangan dan
lainnya. Data perusahaan ini memiliki risiko untuk ditembus pihak lain
atau dibajak orang lain yang bisa mengakibatkan kerugian dalam
perusahaan.
7. Risiko Sosial
Risiko sosial adalah risiko yang berkaitan dengan lingkungan sosial
dimana organisasi atau perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya
seperti latar belakang budaya, tingkat kesejahteraan, dan pendidikan
dapat menimbulkan risiko baik risiko positif maupun risiko negatif.
10
sebuah risiko. Sehingga risiko digambarkan sebagai peluang dan kemungkinan
(probability) suatu bahaya untuk menghasilkan suatu kecelakaan serta tingkat
keparahan yang dapat ditimbulkan jika kecelakaan terjadi (severity).
Mengendalikan atau menghilangkan bahaya sehingga secaraotomatis risikonya
juga dapat dikurangi atau dihilangkan adalah sasaran utama dalam konsep
keselamatan kerja.
Bahaya dan risiko yang tidak dikendalikan akan menimbulkan
kecelakaan. World Health Organization mendefinisikan kecelakaan sebagai
kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga
menghasilkan cidera riil.Sedangkan definisi kecelakaan kerja menurut Peraturan
Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998 adalah suatu kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban jiwa dan harta benda. Ada beberapa teori tentang kecelakaan kerja
menurut para ahli, antaralain:
Teori Henrich
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian. Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut,
yaitu: lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi tidak aman,
kecelakaan, dan cedera atau kerugian (Ridley, 1986).
Teori Multiple Causation
Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan dapat terjadi karena lebih dari
satu penyebab.Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi tidak aman
(unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe action).
Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan
salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih
memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka
karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan
lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.
11
Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat
terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan.Sistem pertahanan ini dapat
berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan
kerja.
12
kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. Tarwaka (2008)
mengatakan bahwa potensi bahaya merupakan sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau
bahkan menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem
kerja. Hasil dari identifikasi bahaya akan dianalisa dan dilakukan penilaian
risiko.
Ada 4 faktor penyebab utama terjadinya potensi/risiko bahaya, yaitu
manusia (man), material, lingkungan (environment), dan mesin (machine).
Bahaya yang telah diidentifikasikan akan dibagi kedalam 4 faktor tersebut.
Banyak metode/teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya,
antara lain dengan metode inspeksi, pengamatan/survey, kuesioner, audit, dan
data-data statistik. Soehatman Ramli (2009) mengatakan bahwa teknik
identifikasi bahaya dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
Teknik Pasif
Identifikasi bahaya dengan teknik pasif mengenali bahaya dengan
mengalaminya secara langsung. Teknik ini sangat rawan, karena tidak
semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat
dengan mudah. Identifikasi bahaya dengan teknik pasif diibaratkan
seperti menyimpan bom waktu yang dapat meledak setiap saat.Sebagai
contoh, dalam suatu pabrik kimia terdapat berbagai jenis bahan dan
peralatan.Selama bertahun-tahun tidak pernah terjadi kecelakaan atau
kejadian lainnya di pabrik tersebut, tapi hal ini tidak menjadi pabrik
tersebut aman dan tidak mengandung bahaya. Apabila dilakukan
identifikasi bahaya, mungkin dapat ditemukan sumber bahaya yang
dapat menimbulkan kecelakaan sewaktu-waktu seperti kebakaran.
Teknik Semi Proaktif
Identifikasi dengan teknik semi proaktif mengenali bahaya dengan
mempelajari pengalaman orang lain. Teknik ini kurang efektif karena
tidak semua bahaya dapat diketahui (hanya yang terjadi saja), tidak
semua bahaya dilaporkan oleh korban, dan kecelakaan telah terjadi
dimana kecelakaan tersebut pasti menimbulkan kerugian.
13
Teknik Proaktif
Identifikasi dengan teknik proaktif merupakan cara yang paling efektif.
Teknik proaktif mengenali bahaya sebelum bahaya tersebut terjadi dan
menimbulkan dampak yang merugikan. Kelebihan dari teknik proaktif
yaitu bersifat continues improvement karena mengenal bahaya secara
dini sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan serta mencegah biaya
(cost) yang tidak diinginkan.
14
Sedangkan metode kuantitatif merupakan penilaian risiko dengan
menggunakan data- data penting dari perusahaan, yang mempertimbangkan faktor
kemungkinan estimasi waktu dan biaya. Penggunaan metode untuk penilaian
risiko disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.Hasil dari penilaian
risikoakan diolah dan dianalisa untuk menentukan tingkat risiko bahaya yang
terjadi dari yang terendah hingga risiko bahaya yang tidak dapat diterima
perusahaan. Hasil dari penilaian risiko akan sangat mempengaruhi tahap
pengendalian risiko, dimana pengendalian risiko akan mengutamakan perbaikan /
pengendalian risiko dari kegiatan yang memiliki risiko paling tinggi.
15
Tabel 2.1 Skala “ likelihood”pada standar AS/NSZ 4360
Tingkat Deskripsi Keterangan
5 AlmostCertain Terdapat ≥ 1 kejadiandalam sehari
16
diterima atau tidak sesuai dengan skala prioritas yang telah didapat pada
proses analisis risiko, dengan membandingkan terhadap standar yang
berlaku ataupun kemampuan perusahaan dalam menghadapi suatu risiko.
1. Eliminasi
Pengendalian risiko dengan memindahkan/menghilangkan
sumber/aktifitas bahaya. Cara ini merupakan cara pengendalian risiko
17
yang paling baik karena risiko terjadinya kecelakaan telah
dihilangkan.Contohnya, memberikan penutup gergaji pada mesin
potong yang ada di lingkungan kerja.
2. Substitusi
Pengendalian risiko dengan melakukan penggantian mesin, material,
aktifitas, atau instruksi kerja guna mengurangi potensi bahaya yang
terjadi.Contohnya, mengganti lantai yang rusak dengan yang baru untuk
mengurangi potensi bahaya pekerja terjatuh.
3. Rekayasa Teknik (Engineering)
Pengendalian risikodengan cara rekayasa teknik dilakukan dengan
memodifikasi/ instalasi alat/mesin/aktifitas/area supaya menjadi lebih
aman. Pengendalian risiko secara teknis memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya yaitu menghilangkan potensi bahaya yang
ada dengan tidak tergantung pada perubahaan kebiasaan
operator/pekerja. Kekurangannya yaitu pengendalian risiko ini memiliki
kemungkinan tidak dapat dilakukan karena biaya yang tinggi dan waktu
yang relatif lama.Contohnya, menambahkan hydrant pada area yang
memiliki potensi kebakaran.
4. Administratif
Pengendalian risiko secara administratif dengan melakukan penerapan
prosedur/aturan kerja, pelatihan, serta pengendalian visual di tempat
kerja guna mengurangi potensi bahaya yang mungkin
terjadi.Keberhasilan pengendalian risiko dengan metode administratif
bergantung pada sistem pengawasan pelaksaaan pengendalian dan
tingkat laku dari pekerja. Contohnya, rotasi kerja dengan tujuan
mengurangi kejenuhan dan penerapan prosedur kerja (SOP).
5. Alat Pelindung Diri (APD)
Pengendalian risiko dengan memberikan alat pelindung
diri.Pengendalian risiko ini merupakan pengendalian risiko dengan
hierarki paling bawah/terakhir.APD hanya berfungsi sebagai penghalang
antara pekerja dan hazard.Keberhasilan dari penggunaan APD
18
bergantung pada sistem pengawasan pengendalian dan tingkah laku/
kesadaran dari pekerja. Contohnya, mewajibkan untuk menggunakan
safety helm dan safety shoes selama berada di area pabrik.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga
kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi
pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya
perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,
sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. K3 sangat besar peranannya
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah
korban manusia.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan
perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya
terletak pada peran serta pekerja ataupun perusahaan sendiri baik sebagai subyek
maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko
yang diperoleh.
3.2 Saran
Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman dan patuhilah pada
peraturan agar tidak terjadi kecelakaan dan mengurangi risiko kecelakaan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat
Rijanto, B. Budi., 2010. Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan (K3L), Mitra Wacana Media, Indonesia.
Soehatman Ramli, 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Tarwaka. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja. Surakarta : HARAPAN PRESS.
22