DI SUSUN OLEH :
Kelompok 3
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga Makalah “Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard
Dalam Perencanaan Asuhan Keperawatan” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
1.3. Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II ISI..................................................................................................................................... 3
BAB IV PENUTUP................................................................................................................ 13
4.1. KESIMPULAN........................................................................................................13
4.2. SARAN.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kerugian aset, biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya, sangat
mempengaruhi produktivitas. Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian
penerapan peraturan perundang undangan yang tercermin pada segi
kemanusiaan, kesejahteraan dan kepercayaan masyarakat memerlukan
penyelenggaraan manajemen risiko yang dilaksanakan melalui partisipasi pihak
terkait. Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan:
meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan
kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang
aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat
kegagalan produksi yang disebabkan kecelakaan dan sakit, serta pencegahan
kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Menurut International Labour Organization, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah menjaga dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan
sosial seluruh para pekerja dan pada semua sektor pekerjaan, mencegah
pekerja terjangkit penyakit yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi
pekerja dari risiko yang berdampak buruk pada kesehatan, menempatkan dan
menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan
psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta pekerja dengan
pekerjaannya (Tarwaka 2014).
1.3. Tujuan
2
BAB II
ISI
3
keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi
keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan
tingkat kesehatan lain.
Langkah-langkah pada perencanaan:
1. Penentuan prioritas diagnosis Penentuan prioritas diagnosis ini
dilakukan pada tahap perencanaan setelah tahap diagnosis
keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka
dapat diketahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi
pertama kali atau yang segera dilakukan. Dalam menentukan prioritas
terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, di antaranya:
a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan
(mengancam jiwa) yang dilatar belakangi dari prinsip pertolongan
pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas diantaranya
prioritas tinggi, prioritas sedang, dan prioritas rendah.
1) Prioritas tinggi; prioritas yang mencerminkan situasi yang
mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu
dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah
pembersihan jalan nafas.
2) Prioritas sedang; prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak
gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah
personal higiene.
3) Prioritas rendah; prioritas yang menggambarkan situasi yang
tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan dan
lainnya.
b. Berdasarkan kebutuhan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan
direncanakan berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia,
diantaranya : Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi,
sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilisasi,
dan eliminasi. Kebutuhan keselamatan dan keamanan, meliputi
masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan,
pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut. Kebutuhan mencintai
dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi
4
dalam kelompok, dan hubungan antar manusia. Kebutuhan harga
diri, meliputi masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai
diri sendiri. Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi masalah kepuasan
terhadap lingkungan.
1) Penentuan Tujuan Dan Hasil Yang Diharapkan
Tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai
komponen sebagai berikut: S (Subjek), P (Predikat, K (Kriteria),
K (Kondisi, W (Waktu) dengan penjabaran sebagai berikut:
S: Perilaku pasien yang diamati.
P: Kondisi yang melengkapi pasien.
K: Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menetukan
tercapainya tujuan.
K: Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W: Waktu yang ingin di capai.
2) Menentukan Rencana Tindakan
Untuk memudahkan dalam menentukan rencana tindakan,
maka ada beberapa persyaratan dalam menuliskan rencana
tindakan diantaranya harus terdapat unsur tanggal, kata kerja
yang dapat diukur yang dapat dilihat, dirasa dan didengar,
adanya subjek, hasil, target tanggal dan tanda tangan
perawat.
Perawatan dan pengobatan dirancang untuk membantu
pencapaian satu atau lebih dari tujuan perawatan sehingga
dapat mengurangi, mencegah atau menghilangkan dari
masalah pasien.Tipe-tipe dalam perencanaan tindakan askep
Dalam memberikan instruksi keperawatan ada empat tipe
intruksi yang digunakan:
a) Tipe Diagnostik; tipe ini menilai kemungkinan klien ke arah
pencapain kriteria hasil dengan observasi secara langsung.
b) Tipe Terapeutik; mengambarkan tindakan yang dilakukan
oleh perawat secara langsung untuk mengurangi,
memperbaiki dan mencegah kemungkinan masalah.
c) Tipe Penyuluhan; digunakan untuk meningkatkan
perawatan diri pasien dengan membantu klien untuk
5
memperoleh tingkah laku individu yang mempermudah
pemecahan masalah.
d) Tipe Rujukan; menggambarkan peran perawat sebagai
koordinator dan manager dalam perawatan klien dalam
anggota tim kesehatan.
6
5. Penegakan hukum.
7
2.3. Pengertian Hazard Kerja
Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi
menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya
(PERMENAKER N0.05 1996). Bahaya adalah aktifitas, kondisi, kejadian,
gejala, proses, material, dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja atau
berhubungan dengan pekerjaan yang berpotensi menjadi sumber
kecelakaan,cidera,penyakit dan kematian. Bahaya pekerjaan adalah faktor-
faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan
(Suma’mur 2014).
Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai
intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh dari suatu
bahan kimia ada yang akut dan ada yang kronis. Untuk mengetahui setiap
karakteristik suatu bahan dan 52 penanganannya dibuat MSDS (Material
Safety Data Sheet) sebagai alat informasi kepada tenaga kerja agar dapat
mengenali karakteristik dan cara penanganan bahan-bahan kimia tersebut.
Berdasarkan National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah
faktor faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau
kondisi dan mempunyai potensi menimbulkan efek kesehatan maupun
keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan dampak buruk.
Sedangkan menurut Miles Nedved hazard adalah suatu aktivitas atau sifat
alamiah yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Pengertian berdasarkan
Frank Bird Jr, hazard adalah suatu kondisi atau tindakan yang dapat
berpotensial menimbulkan kecelakaan dan kerugian (AS/NZS 4601 1999).
Beberapa komponen yang menyangkut terhadap hazard :
1. Karakteristik material.
2. Bentuk material.
3. Hubungan pemajanan dan efek.
4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5. Tingkah laku pekerja
8
perawatnya juga akan mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya
penyakit dari pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap
perawatnya.Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk
meminimalisirkan resiko/hazard yang akan terjadi, seperti
1. Batasi akses ke tempat isolasi
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD) dengan benar
3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak
tertutup dengan APD
4. Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak
tertutup APD
5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien
6. Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan
7. Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan
8. Melakukan pemeriksaan secara berkala kepada perawat/pekerja
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi
b. Penilaian Faktor Resiko
Penilaian faktor resiko adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko
dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan
risiko kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Pengendalian Faktor Risiko
Pengendalian faktor risiko dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian
risiko yaitu menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada
(engneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).
2. Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan
standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan,
perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini
harus dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta
disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.
3. Tujuan dan sasaran
Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-
undangan, bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur,
satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu
pencapaian (SMART).
4. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3
yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian
SMK3 rumah sakit.
5. Program kerja
Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3
rumah sakit, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan
dicatat serta dilaporkan.
6. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa
tanggung jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban
masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung
jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola
11
pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi atau
satuan pelaksana K3 rumah sakit secara spesifik harus mempersiapkan
data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan
permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama
unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan
mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka
perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Perawat dalam membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan
diharapkan mampu melaksanakan Keselamatan pasien dan keselamatan
kesehatan kerja dalam Keperawatan (K3) untuk mewujudkan perlindungan
terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan
dilaksanakannya perlindungan K3 diharapkan akan tercipta tempat kerja
yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan
meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas rumah sakit atau
pelayanan kesehatan lainnya. K3 sangat besar peranannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas rumah sakit terutama dapat mecegah
medication error. Oleh karena itu untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan
dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat dan salah satu kunci
keberhasilannya terletak pada peran perawat sendiri baik sebagai subyek
maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya
risiko yang diperoleh.
4.2. SARAN
Saran dari kami adalah perawat diharapkan untuk belajar dan
memahami lebih lagi tentang prinsip keselamatan pasien dan keselamatan
kesehatan kerja dalam keperawatan untuk meningkatkan kualitas kinerja
perawat dalam melakukan upaya-upaya mencegah resiko dan hazard.
13
DAFTAR PUSTAKA
14