Anda di halaman 1dari 14

DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN PENYAKIT

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

KELOMPOK 2
1. ANANDA HANDAYANI (18.12.010)
2. JUNITA RUMONDANG (18.12.020)
3. MAY NURLIANA (18.12.034)
4. RINCE L PAKPAHAN (18.12.042)
5. SARI DEVI (18.12.045)
6. SITI NUR RAHMAH R (18.12.060)
7. JEAMY GINTING (17.12.022)

DOSEN PEMBIMBING : RIAN FEDRIKO GINTING, SKM

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA
T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, kami akan
membahas mengenai “Diagnosis dan Pengobatan Penyakit”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rian Fedriko Ginting,
SKM selaku dosen mata kuliah Program Kesehatan Kerja yang telah memberikan
tugas ini dan membimbing kami sehingga tugas ini dapat selesai pada waktunya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan guna penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kelompok kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Medan, 08 Juni 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB IPENDAHULUAN..............................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................5
BAB IIPEMBAHASAN................................................................................................6
2.1 Definisi Program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)............................6
2.2 Definisi Diagnosis dan Pengobatan Penyakit.................................................7
2.3 Undang yang mengatur program K3 pada setiap perusahaan.......................12
2.4 Program-program K3 yang diterapkan di Perusahaan..................................12
BAB IIIPENUTUP......................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu masalah serius yang harus
diperhatikaan oleh pengusaha, pekerja dan pemerintah. Menurut perkiraan
International Labour Organization (ILO) pada tahun 2004 setiap tahunnya ada sekitar
2.000.000 kasus kematian di seluruh dunia yang menyangkut tentang pekerjaan
dengan rincian sekitar 354.000 adalah kejadian yang fatal, lebih dari 270 juta kasus
kecelakaan kerja dan 160 juta kasus menyangkut pekerjaan yang mempengaruhi
pekerja setiap tahunnya. Kesehatan dan keselamatan kerja juga mempengaruhi
keuangan dan menjadi cacatan penting bagi perusahaan atau industri. Pada 2004 ILO
mencatat lebih dari Rp. 16907.37 trilliun. Hal ini setara dengan 4% Gross Domestic
Product (GDP) atau total nilai barang yang diproduksi dan pelayanan yang diberikan
disuatu negara selama satu tahun. Akibatnya negara berpotensi kehilangan 4% GDP
tersebut karena kecelakaan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja di Indonesia sendiri juga masih sangat
menghawatirkan. Wirawan (2015:520), dalam bukunya mengungkapkan bahwa
kecelakaan kerja di Indonesia cenderung meningkat. Wirawan menunjukan
peningkatan kecelakaan kerja di Indonesia antara tahun 2007-2011 dan jumlah klaim
kecelakaan kerja kepada Jamsostek. Angka itu belum termasuk angka kecelakaan
kerja di sektor lalu lintas yang biayanya ditanggung oleh PT. Asuransi Jasa Raharja
(Persero).
Program Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu
langkah untuk melindungi peserta diklat, perusahaan, lingkungan hidup, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh lembaga. Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan
Kerja (K3) bertujuan untuk mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta menjamin agar semua alat teknologi
dan sarana prasarana dapat dipakai secara aman dan efisien, sehingga menjamin
kelancaran proses pelatihan kerja para peserta diklat. Pelaksanaan konsep ini tidak

4
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang menghabiskan banyak biaya lembaga. Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan
Kerja (K3) memiliki visi dan misi jauh kedepan yaitu mewujudkan peserta diklat
yang sehat, selamat, produktif serta sejahtera dan juga menciptkan perlindungan
kepada lembaga/tempat kerja. Maka demi menciptakan kondisi tersebut maka semua
pihak yang berkaitan dengan kerja harus membudayakan Kesehatan, Keamanan dan
Keselamatan Kerja (K3).
Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang
memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di sektor formal
maupun yang berada di sektor informal (Depkes RI, 2007). Kesehatan kerja bertujuan
agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental,
maupun sosial. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif,
dan rehabilitatif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja, serta penyakit umum. Kesehatan
kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga komponen kerja berupa kapasitas pekerja,
beban kerja, dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi
(Suma’mur, 1996).
Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur,
dan merata baik material maupun spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan
untuk peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas
dan produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan
ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja (Budiono,2003).
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat dan moral bangsa. Perlindungan tersebut bertujuan untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja.
Tujuan dari kesehatan kerja yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Tujuan kesehatan kerja dapat tercapai apabila di dukung oleh lingkungan

5
kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan
kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan
meningkatkan kegairahan serta nikmat kerja (Suma’mur,2009).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa defenisi program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)?
1.2.2 Apa defenisi Diagnosis dan Pengobatan Penyakit?
1.2.3 Apa Undang-Undang yang mengatur program K3 disetiap Instansi?
1.2.4 Apa saja program-program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang
diterapkan di suatu perusahaan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi pada
mata kuliah Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Selain itu
tugas ini bermaksud untuk menambah wawasan bagi para pembaca
tentang program-program K3.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahuai tentang program K3.
1.3.2.2 Untuk mengetahui Undang-Undang yang mengatur program K3
pada setiap perusahaan.
1.3.2.3 Untuk mengetahui berbagai program K3 yang diterapkan di
PT.Pertamina.
1.3.2.4 Untuk mengetahui program Diagnosis dan pengobatan yang
diterapkan pada suatu Instansi.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Program K3 merupakan akar dari implementasi K3 untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan sehat. Safety program berisi perencanaan
mencakup unsur-unsur K3 yang dirancang untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program K3 ini berisi rencana
kegiatan sesuai yang dipersyaratkan oleh UU No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi
ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan
manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan
tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran,
keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi program (DK3N, 1993). Program
K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi
pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan bahaya
termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3.
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat
pelindung diri, standar keselamatan yang baru.

7
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan
semaunya. Suatu program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dibuat berdasarkan
kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat
kegiatan, kultur, kemampuan finansial, dan lainnya. Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga
tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli,
2010). Efektifitas program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat tergantung
kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan
meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja antara
lain (Nasution, 2005) :
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting adalah
pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja
untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis penyebab
kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan
(Nasution, 2005).
2.2 Diagnosis dan Pengobatan Penyakit

Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah suatu penyakit atau keadaan kesehatan yang
diakibatkan oleh rutinitas pekerjaan atau lingkungan kerja. PAK dapat ditimbulkan
dari berbagai factor contohnya dari factor pekerjaa itu sendiri, proses kerja, alat kerja
yang dipakai untuk bekerja.

Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa)


gejala-gejalanya.

8
Dalam mendiagnosa PAK harus dilakukan 7 langkah diagnosis yang menjadi
pedoman. Langkah-langkahnya adalah :

1 Menentukan diagnosis klinis


a) Anamnesis, yang terdiri dari keluhan utama, riwayat perjalanan
penyakit saat ini, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu,
dan riwayat reproduksi wanita ditanyakan kepada pasien secara
lengkap dan mendetail. Suatu Anamnesis dapat dilakukan secara
autoanamnesis (secara langsung pada pasien) atau paa keluarga, teman
kerja dan lain-lain.
b) Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk menentukan kelainan suatu system
atau organ tubuh dengan menggunakan 4 cara yaitu inspeksi (melihat),
palpasi (meraba), perkusi (mengetuk) dan auskultasi (mendengar
menggunakan stetoskop). Pemeriksaan fisik khusus dilakukan
pemeriksaan tanda vital seperti nadi, pernafasan, tekanan darah, suhu
tubuh, status gizi dan tingkat kesadaran juga diperiksa secara detail.
c) Pemeriksaan penunjang, juga dilakukan untuk memperkuat iagnosis
yang dihasilkan dari pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan dapat berup[a pemeriksaan laboratorium (darah, urin, feses,
dll) spirometry, audiometri, rontgen, USG, EKG, dan lain-lain.
2. Menentukan Pajanan
Merupakan faktor risiko atau bahaya yang ada di tempat kerja. Bahaya
potensial yang dapat menyebabkan PAK
a) Faktor Fisik
 Kebisingan (>85 db)
 Suhu panas
 Suhu dingin
 Radiasi ukan pengion yang termasuk didalamnya adalah
gelombang mikro, infra red, medan listrik, dan lain-lai.
 Getaran local

9
 Getaran seluruh tubuh
 Ketinggian
b) Faktor Kimia
 Debu anorganik (contoh debu silika,debu semen, dll)
 Debu organic seperti kapas.textil,gandum
 Asap
 Bahan kimia bebahaya seperti logam berta, pelarut organik,
iritan asam / basa, pestisida, uap logam, dan cairan pembersih
seperti amonia, klor, kaporit dll
c) Faktor Biologi
 Bakteri / virus / jamur / parasite
 Darah dan cairan tubuh lain
 Nyamuk / serangga lainnya
 Limbah / kotoran manusia atau hewan
d) Faktor Ergonomi
 Gerakan berulang dengan tangan
 Angkat / angkut berat
 Duduk lama > 4 jam terus menerus
 Berdiri lama > 4 jam terus menerus
 Posisi tubuh tidak ergonomis
 Pencahayaan tidak sesuai
 Bekerja dengan layar / monitor 4 jam / lebih dalam sehari
e) Faktor Psikososial
 Beban kerja yang tidak sesuai dengan waktudan jumlah
pekerjaan
 Pekerjaan tidak sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
 Ketidakjelasan tugas
 Hambatan jenajang karir
 Bekerja gilir (shift)

10
 Konflik dengan teman kerja
 Konflik dalam keluarga
3. Menentukan hubungan antara pajanan dengan penyakit
Hal ini dapat dilakukan berdasarkan evidence based dan ditunjang dengan
bukti yang ada.
4. Menentukan besarnya pajanan
Hal ini dapat dilakukan secara kuantitatiif dengan melihat data pengkuruan
lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif dengan mengamati cara kerja
pekerja.
5. Menentukan factor peranan individu
Peranan individu yang dimaskud adalah factor yang mempercepat terjadinya
penyakit akibat kerja atau juga menurunkan kemungkinan penyakit akibat
hubungan kerja yang seperti genetic atau juga kurang tertib dalam
menggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
6. Menentukan Faktor Lain Diluar Pekerjaan
Faktor lain yang dimaksud adalah pajanan selain ditempat kerja, factor gaya
hidup yang dapat menunjang terjadinya penyakit dan ,ain-lain.
7. Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Melalui beberapa tahapan diatas dapat dibuktikan bahwa minimal ada satu
factor pekerjaan yang berperan sebagai penyebab penyakit yang termasuk
kategori PAK.
Tanpa 7 langkah diagnosis diatas, PAK tidak dapat ditegakkan. Sehingga
pemeriksaan dari segala aspek lingkungan, penderita dan pajanan dapat saling
berhubungan hingga dapat didiagnosis sebagai Penyakit Akibat Kerja (PAK).

11
2.3 Undang-Undang yang mengatur program K3 disetiap Instansi
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai
dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun
1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
2.4 Program yang Diterapkan di Perusahaan
Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan dan keselamatan kerja, peningkatan
produktivitas dan pemenuhan regulasi, PT. Inalum tbk membuat program :

1. Pengadaan MCU (Medical check Up) untuk para pekerjanya per 6 bulan
sekali

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program K3 merupakan akar dari implementasi K3 untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan sehat. Safety program berisi perencanaan mencakup
unsur-unsur K3 yang dirancang untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Program K3 ini berisi rencana kegiatan sesuai yang
dipersyaratkan oleh UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang
memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan
paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman. Salah satu
progam K3 yang diterapka ialah jaminan kesehatan, yang dimana jaminan kesehatan
merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran jaminan
kesehatan atau iuran jaminan kesehatannya dibayar oleh pemerintah pusat/pemerintah
daerah.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah suatu penyakit atau keadaan kesehatan yang
diakibatkan oleh rutinitas pekerjaan atau lingkungan kerja. PAK dapat ditimbulkan
dari berbagai factor contohnya dari factor pekerjaa itu sendiri, proses kerja, alat kerja
yang dipakai untuk bekerja.
Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa)
gejala-gejalanya. Dalam mendiagnosa PAK harus dilakukan 7 langkah diagnosis
yang menjadi pedoman

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak luput dari ketidaksempurnaan, untuk itu
saran dan kritik dari teman-teman sangat di butuhkan demi kesempurnaan pembuatan
makalah kami.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://safetysign.co.id/news/202/6-Elemen-Kunci-Keberhasilan-Membangun-Safety-
Program-Manakah-yang-Sudah-Anda-Terapkan
http://repository.unimus.ac.id/2421/4/13.%20BAB%20II%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf
DIAGNOSIS OF OCCUPATIONAL DISEASES – Prodia OHI

14

Anda mungkin juga menyukai