PERAWAT
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Yang dibina oleh Ibu Paramita , S.kep.,Ns, M.kes
Oleh :
1. Hanan Agustin (10217033) 9. Soffia Nurfadilla (10217057)
2. Ilham Dading Mahandi (10217034) 10. Suci Agustina (10217058)
3. Kristianty Eka A. (10217037) 11. Sukma Putri S. (10217059)
4. Lia Hayu Ratnasari (10217038) 12. Timing Dwi N.S (10217060)
5. Prita Rizkita (10217048) 13. Yona Oktavia I. (10217065)
6. Putri Ramadhani Vira (10217049) 14. Yudhanto N. (10217066)
7. Reda Ayu Saraswati (10217051) 15. Yuni Sulistyorini (10217067)
8. Rokhimatul Fayyadhah (10217052) 16. Ratna S. (10218063)
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penyakit Atau Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat” dengan
baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keselamatan
pasien dan keselamatan kesehatan kerja dalam keperawatan . Selain itu, makalah
ini disusun untuk memperluas ilmu tentang “Penyakit Atau Cidera Akibat
Kecelakaan Kerja Pada Perawat”.
Kami mengakui masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini
karena pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki masih kurang. Oleh karena
itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan tentang penyakit atau cidera akibat
kecelakaan kerja pada perawat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari kesehatan dan keselamatan kerja
1.2.2 Apa masalah dari kesehatan dan keselamatan kerja?
1.2.3 Bagaimana identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi
tenaga kesehatan dan pencegahannya?
1.2.4 Bagian tubuh mana saja yang mengalami cedera akibat kecelakaan
kerja?
1.2.5 Apa saja jenis cedera akibat kecelakaan kerja?
1.2.6 Apa saja factor akibat kerja di tempat kerja kesehatan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Kapasitas kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya
belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat
gambaran bahwa 30-40 % masyarakat pekerja kurang kalori
protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi
tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan
bagi pekerja untuk bekerja untuk bekerja dengan produktivitas
yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa
angkatan kerja yang ada sebagian besar masih diisi oleh petugas
kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin
sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja.
2. Beban kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang
bersifat teknis beroperasi 8-24 jam sehari, dengan demikian
kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratarium menuntut adanya
pola kerja bergiliran tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-
ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat
terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain
yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan
jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi peryaratan dapat
mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan
Kerja (Occuptional Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit
Akibat Hubungan Kerja (Occupatinonal Disease & Work Related
Disease).
4
2.3 Identifikasi Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga
Kesehatan dan Pencegahannya
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan
penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unfuse condition) yaitu yang tidak aman,
dari :
Peralatan / media elektronik
Lingkungan kerja
Proses kerja
Sifat pekerjaan
Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unfuse act) yaitu perbuatan berbahaya
dari manusia, yang dapat terjadi karena :
Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan pelaksana
Cacat tubuh yang tidak ketara (bodily defect)
Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di tempat
kerja kesehatan :
1. Terpeleset, biasanya terjadi karena lantai licin
2. Mengangkat beban, merupakan pekerjaan yang cukup
berat terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Beban jangan terlalu berat
2) Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
3) Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
4) Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan
terhambat.
5
2.4 Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah,
retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of
Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian
tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:
Kepala, mata
Leher
Batang tubuh, bahu, punggung
Alat gerak atas seperti lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain
jari-jari tangan
Alat gerak bawah seperti lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, dan
jari kaki
Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian
tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program
untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera
mata dengan penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan
untuk menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.
6
kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari
kerja.
Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa
masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi
kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh
dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada
saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung
sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat
kejadian tersebut terjadi.
Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk
mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain
sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk
perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja,
tetapi kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang
yang memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada
kecelakaan.
Cidera ringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh
luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.
Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan
dan bahaya pembuangan limbah.
7
kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber
dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus
yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya
HIV dan Hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat
kecelakaan kecil di pekerjaan, misalnya tergores atau tertusuk
jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi
nosokomia di unit pelayanan kesehatan cukup tinggi. Secara
teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar,
sebagai contoh perawat di RS mempunyai resiko terkena infeksi 2
sampai 3 kali lebih besar daripada perawat yang praktek pribadi.
2) Faktor kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan
bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula
dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui
kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
3) Faktor ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu teknologi dan seni berupaya menyerasikan
alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan
lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi
yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual
dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job.
8
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya
tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang
digunakan pada umumnya barang impor yang desainnya tidak
sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah
dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja
menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyari pinggang kerja (low back
pain).
4) Faktor fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja meliputi :
Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat
menyebabkan stress dan ketulian
Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium,
ruang perawatan dan kantor administrasi dapat
menyebabkan gangguan panglihatan dan kecelakaan kerja
Suhu dan kelembapan yang tinggi di tempat kerja
Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar
Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan
jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang
menangani.
5) Faktor psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang
pat menyebabkan stress :
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di
tempat kerja kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan
dan keramah-tamahan
9
Pekerja pada unit-unit tertentu yang sangat monoton
Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan
bawahan atau sesama teman kerja. Beban mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien dan keselamatan kerja dalam keperawatan itu sangat
penting dilakukan karena ini akan menjadi upaya preventif terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja.peran tenaga kesehatan disini dalam menangani korban
kecelakaan kerja adalah dengan melalui pencegahan sekunder, pencegahan ini
bisa dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi
pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus.
11
DAFTAR PUSTAKA
12