Anda di halaman 1dari 17

PAPER

TEORI KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA


(ACCCIDENT, DOMINO, DAN KECELAKAAN KERJA)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


SITTI SARMILA J1A121079
SITTY QARYANI TAROS BIKUTOB J1A121070
SRI MARLIANTY AKBAR J1A121081
SRI NOVA ALVANI J1A121082
SRI RAHAYU JULIASTUTI J1A121083
SRI WAHYUNI J1A121084
SYAFFIKKA J1A121085
ULFA HARDIANTI J1A121086
VINA AURANINGTIAS J1A121087
WA ODE EKA APRIANA SARI J1A121088

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul
“Teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Accident, Domino, dan Kecelakaan
kerja) tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari paper ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Dosen Indah Ade Prianti, S.KM., M.PH dalam mata kuliah DASAR
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA. Selain itu, paper ini pula
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Accident, Domino, dan Kecelakaan kerja) bagi para pembaca dan bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen selaku dosen yang
telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada seluruh pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper ini.

Kami menyadari paper yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan paper ini.

Penulis,

Kelompok 3

Kendari, 14 Mei 2022

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
1.4 Manfaat...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Teori Keselamatan Kerja................................................................................6
2.2 Teori Kecelakaan Kerja..................................................................................7
2.3 Accident..........................................................................................................8
2.3.1 Teori Zero Accident.................................................................................9
2.4 Teori Domino...............................................................................................11
2.4.1 Ide dan Implementasi Teori Domino Dalam K3...................................12
2.4.2 Komponen Penyebab Kecelakaan dalam Teori Domino.......................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................15


3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan
terlepas dari sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan
kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan
kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja yang berdampak positif terhadap


pekerjaan. Maka dari itu, keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu
kewajiban yang harus di perhatikan oleh para pekerja, akan tetapi suatu kebutuhan
yang harus di penuhi oleh sistem pekerjaannya. Dengan kata lain keselamatan dan
kesehatan kerja bukan suatu kewajiban melainkan suatu kebutuhan bagi para
pekerja dan bagi bentuk kegiatan pekerjaan.

Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan


kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja.
Berbagai faktor yang menyebabkan kecelakan di tempat kerja diantaranya:
kurangnya perawatan terhadap perlengkapan kerja, peralatan kerja dan
perlengkapan kerja yang tidak tersedia ataupun tak layak pakai (Buntarto, 2015)
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO) 2,78 juta tenaga kerja
meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar
86,3% dari kematian ini diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan 13, 7% di
akibatkan oleh kecelakaan kerja (Hämäläinen, P. ., Takala, J. ., & Boon Kiat,
2017). Data dari BPJS ketenagakerjaan pada tahun 2017 jumlah angka kecelakaan
kerja di tempat kerja sebanyak 123.041 kasus, dan pada tahun 2018 mencapai
173.105 kasus. Angka ini menunjukan peningkatan kecelakaan di tempat kerja
(BPJS Ketenagakerjaan, 2019). Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor
dengan proporsi kecelakaan kerja yang tinggi. Sektor manufaktur mencakup
beberapa industri seperti industri tekstil, industri elektrik, industri konsumsi dan

1
industri kimia. Industri – industri tersebut menimbulkan berbagai bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja selama melakukan kegiatan atau
proses pekerjaan.

Jumlah kecelakaan yang terjadi secara umum 80-85% disebabkan oleh


faktor manusia, yaitu (Unsafe Action). Unsafe Action, yaitu tindakan yang salah
dalam bekerja atau tidak sesuai dengan yang telah ditentukan (Human Eror),
biasanya terjadi karena ketidak seimbangan fisik tenaga kerja dan kurangnya
pendidikan. Serta 20% disebabkan oleh Unsafe condition. Oleh karena itu,
penting bagi perusahaan untuk melaksanakan program keselamatan dan kesehatan
kerja serta meningkatkan kualitas tenaga kerja (Tarwaka, 2015)

Menurut Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003, menyatakan bahwa


mempekerjakan tenaga kerja berarti wajib memberikan perlindungan yang
mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik
tenaga kerja. Berbagai upaya dilakukan perusahaan untuk melindungi pekerjanya
dari bahaya kecelaakan kerja. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu
upaya untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009).

Perusahaan yang menyediakan APD tidak menjamin setiap pekerja akan


menggunakan APD yang diberikan. Penggunaan APD tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor lain yang menjadi alasan pekerja untuk tidak memakainya.
Adapun faktor pendorong menurut Lewrence Green, 1980 dalam(Notoadmojo,
2007), yang dapat mempengaruhi penggunaan APD antara lain pengetahuan,
sikap, kepercayaan, nilai – nilai dan tradisi atau budaya.

2
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari paper ini yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana teori keselamatan kerja?


2. Bagaimana teori kecelakaan kerja?
3. Bagaimana teori accident?
4. Bagaimana teori domino?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana teori keselamatan kerja


2. Untuk mengetahui bagaimana teori kecelakaan kerja
3. Untuk mengetahui bagaimana teori accident
4. Untuk mengetahui bagaimana teori domino

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan paper ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi penulis, paper ini dapat dijadikan pembelajaran dalam menulis


makalah yang baik dan menambah pengetahuan tentang materi yang
ditulis.
2. Bagi pembaca, paper ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk
menambah pengetahuan serta wawasan mengenai teori dan konsep
manajemen.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Keselamatan Kerja

Menurut CoVan (1995) keselamatan kerja dalam konteks yang lebih luas,
mencakup baik aspek keselamatan maupun kesehatan kerja. Pendapat yang sama
dikemukakan oleh Hendley (1997) bahwa keselamatan dan kesehatan merupakan
suatu gabungan pengertian. Sehingga sebenarnya penggunaan istilah kecelakaan
kerja adalah mengacu kepada masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Menurut (Sucipto, 2014) keselamatan dan kesehatan kerja merupakan


suatu pemeliharaan dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur pada umumnya.(Sucipto, 2014) juga
menyatakan keselamatan kerja adalah sebuah upaya rangkaian usaha yang
bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi karyawan
yang bekerja di perusahaan bersangkutan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 menurut keilmuan adalah ilmu dan


penerapannya secara teknis dan teknologi untuk melakukan pencegahan terhadap
munculnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang
dilakukan (Tarwaka, 2014). Sedangkan menurut (Widayana, I.G., 2014) K3 dapat
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera.

Hakikat dari kesehatan dan keselamatan kerja meliputi dua hal, yaitu yang
pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal
mungkin pada pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha, manajer
atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan formal dan informal, sehingga

4
tercapai kesejahteraan tenaga kerja, dan yang kedua sebagai alat untuk
meningkatkan produktivitas yang berlandaskan kepada perbaikan daya kerja dan
produktivitas faktor manusia dalam produksi (Almansyah dan Muliawati, 2013).

Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pekerja dalam suatu
perusahaan meliputi ketentuan dan persyaratan K3. Sebagaimana tercantum dalam
UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang merupakan ketentuan pokok
di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang dikemukakan oleh Barthos
(Barthos, 2012), bahwa ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja antara
lain:

a. Ketentuan K3 berlaku disetiap tempat kerja yang mencakup tiga unsur


pokok yaitu tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha baik bersifat ekonomis
maupun sosial.
b. Ketentuan K3 berkaitan dengan perlindungan, yaitu:
1. Tenaga Kerja
2. Alat, bahan, dan Mesin
3. Lingkungan
4. Proses Produksi
5. Sifat Pekerjaan
c. Persyaratan K3 ditetapkan sejak perencanaan, pembuatan, pemakaian
barang ataupun produk teknis dan seterusnya.
d. K3 merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya pihak yang terkait
dengan proses penyelenggaraan suatu usaha.

2.2 Teori Kecelakaan Kerja

Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak


diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau
kerugian waktu. Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya
kecelakaan kerja menurut H.W. Heinrich yang dikenal sebagai teori Domino
Heinrich.

5
Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas lima faktor yang
saling berhubungan, yaitu:

1. Kondisi kerja,
2. Kelalaian manusia,
3. Tindakan tidak aman,
4. Kecelakaan, dan
5. Cedera.

Kelima faktor ini tersusun seperti kartu domino yang diberdirikan. Jika satu
kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh
secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino, jika satu bangunan roboh,
kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya
bangunan lain.

Teori Frank E. Bird Petersen, mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu


kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta
kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur. Teori ini
memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen
yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan, antara lain:

1. Manajemen kurang control


2. Sumber penyebab utama
3. Gejala penyebab langsung
4. Kontak peristiwa
5. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 03 Tahun 1998.


kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas
(Suma’mur, 2013) Bahaya kecelakan menurut (Suma’mur, 2013) diantaranya
adalah sebagai berikut :

1. Bahaya kebakaran yang diakibatkan karena penggunaan bahan kapas,


minyak, solar, bensin, dan gas karbit.
2. Bahaya akibat sengatan arus listrik.

6
3. Bahaya peledakan yang diakibatkan karena penggunaan pesawat
uap dan pemakaian bejana bertekanan tinggi, misalkan tabung zat
asam dan pesawat karbit.
4. Bahaya yang terjadi akibat bagian mesin yang berputar.
5. Bahaya yang terjadi akibat sambaran petir.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998). Kecelakaan kerja
menurut OHSAS (Occupational Health and Safety Assessement Series) adalah
kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan dan menyebabkan cidera atau
kesakitan, dan kejadian yang dapat menyebabkan kematian (Syarif, 2007).

2.3 Accident

Teori ini memfokuskan kepada faktor personal yang berhubungan dengan


penyebab kecelakaan. Ini berdasar pada asumsi bahwa beberapa individu yang
ditempatkan padakondisi yang serupa, beberapa orang akan melebihi dari orang
yang lain untuk cenderung celaka. Menurut teori ini, beberapa orang mempunyai
karakteristik permanen yang memungkinkan terlibat di dalam kecelakaan. Hinze
menyebutkan, bahwa Vernon pada tahun 1918 telah menyatakan bahwa
kecenderungan kecelakaan bisa diusut ke ciri kepribadian. Farmer dan Chambers
pada tahun 1929 mendifinisikan bahwa kecenderungan kecelakaan sebagai
keistimewaan pribadi seseorang/individu yang memilikinya di dalam
derajat/tingkat suatu kecelakaan. Shaw dan Sichel pada tahun 1971 menyatakan
dasar asumsi dari teori ini adalah bahwa sebagian orang lebih mungkin terlibat
dalam kecelakaan oleh karena kecenderungan bawaan mereka untuk kecelakaan
(Hinze,1997).

7
2.3.1 Teori Zero Accident

Konsep Zero Accident merupakan suatu visi yang berasaskan tidak boleh
ada seorang karyawan pun yang mengalami cidera karena kecelakaan. Konsep ini
mengedepankan cara berpikir selamat dibandingkan harus menargetkan jumlah
kecelakaan pada setiap tahunnya dengan berpegang teguh bahwa kecelakaan dapat
dicegah. Dalam beberapa dekade terakhir sudah banyak negara-negara di Eropa
yang sudah menerapkan visi zero accident yang tergabung di dalam Zero Accident
Vission. Bahkan untuk di Norwegia dan Swedia sudah menerapkan zero accident
untuk kecelakaan lalu lintas. Berawal dari industri minyak & gas ada berbagai
insiden yang menyebabkan industri tersebut mencari paradigma baru untuk
meningkatkan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Misalnya, rig
pengeboran lepas pantai Ocean Ranger 1982 yang tenggelam dalam cuaca buruk
yang mengakibatkan hilangnya 84 jiwa, bencana pengeboran lepas pantai Piper
Alpha 1988 yang mengakibatkan hilangnya 167 jiwa, ledakan anjungan
pengeboran lepas pantai Petrobras P-36 di 2001 mengakibatkan hilangnya 11
nyawa, pengeboran lepas pantai West Columbia 2009 dan bencana kebakaran
yang mengakibatkan produk rig bocor selama 74 hari sebelum dihentika, rig
pengeboran lepas pantai Horizon Deepwater Horizon 2010 yang melibatkan 11
korban jiwa dan mengakibatkan tumpahan laut terbesar dalam sejarah (Park,
2012).

Kecelakaan telah menuntut industry minyak dan gas untuk


mengembangkan program yang inovatif termasuk diantarnya penerapan Zero
Accident. Program ini terdengar sangat tidak masuk akal dan sulit untuk dicapai
mengingat kejadian kecelakaan di dunia pertambangan atau sektor indutri lainnya
termasuk lalu lintas yang terus terjadi. Kecelakaan kerja selain mengakibatkan
kerugian pada pekerja yang mengalami cidera juga akan mengakibatkan kerugian
secara materil pada perusahaan yang tidak sedikit jumlahnya karena harus
melakukan pengobatan pada pekerja. Selain itu, biaya tidak langsung akibat
terjadinya kecelakaan seperti berhentinya kegiatan, perekrutan karyawan baru dan
lain sebagainya juga tidak kalah banyak jika dibanding dengan biaya pengobatan

8
(biaya langsung). Hal inilah yang menjadi perhatian manajemen perusahaan untuk
menekan terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan cidera pada pekerja,
termasuk di dalamnya adalah rusaknya reputasi perusahaan.

Zero accident mindset mengajak seluruh pekerja untuk berpartisipasi


dalam mewujudkan zero kecelakaan dengan berpikir selamat sebelum melakukan
pekerjaan. Pada dasarnya semua orang tidak ada yang menginginkan celaka
karena hal ini sudah menjadi sifat bawaan manusia (fitrah). Sebagai contoh,
sebaian besar orang ketika memiliki kendaraan baru, maka orang tersebut akan
berusaha mengendarai kendaraannya dengan sangat hati-hati untuk menjaga agar
tidak tergores atau mengalami kecelakaan.

2.4 Teori Domino

Domino teori dari Heinrich tentang model penyebab, di mana suatu


kecelakaan digambarkan salah satu dari lima faktor dalam suatu urutan yang
mengakibatkan suatu luka-luka/kerugian. Perilaku tentang faktor-faktor yang
terlibat adalah serupa dengan robohnya kartu domino ketika diganggu. Jika yang
satu jatuh, yang lainnya akan jatuh juga. Heinrich mempunyai lima kartu domino
di dalam modelnya yaitu: jalur keluarga dan lingkungan sosial, kesalahan orang,
tindakan tidak aman dan/atau mekanik atau resiko fisik, kecelakaan, dan luka-
luka/kerugian. Model domino ini mengusulkan bahwa melalui pembawaan atau
sifat buruk yang diperoleh, orang-orang dapat melaku-kan tindakan tak aman atau
menyebabkan timbulnya resiko phisik atau mekanik, yang mana pada gilirannya
menyebabkan kecelakaan yang berbahaya.

Teori Heinrich dapat diringkas di dalam dua poin yaitu: orang-orang yang
menjadi pokok kecelakaan, dan manajemen yang mempunyai kemampuan dan
yang bertanggungjawab untuk pencegahan kecelakaan (Petersen, 1982). Sebagian
pandangan Heinrich ini dikritik karena sangat menyederhanakan kendali tingkah
laku manusia di dalam menyebabkan kecelakaan, dan karena beberapa statistik
yang memberi kontribusi tentang tindakan tak aman (Zeller,1986 dalam

9
Abdulhamed, 2000). Meskipun begitu, teorinya menjadi pondasi untuk banyak
orang yang lain.

Teori domino ini kemudian diperbaharui dengan suatu penekanan pada


manajemen sebagai suatu penyebab utama dalam kecelakaan, dan menghasilkan
model yang diberi label sebagai model-manajemen atau model domino yang
dibaharui. Dalam model manajemen, manajemen bertanggungjawab terhadap
penyebab kecelakaan, dan model berusaha untuk mengidentifikasi kegagalan di
(dalam) sistem manajemen. Contoh: model diperbaharui oleh Bird (1974), urutan
diperbaharui oleh Adam (1976), dan Weaver memperbarui kartu domino.
(Weaver, 1971 dalam Abdulhamed, 2000).

2.4.1 Ide dan Implementasi Teori Domino Dalam K3

Domino theory Heinrich sebagai teori yang memvisualisasikan terjadinya


kecelakaan kerja sebagai akibatnya karena jatuhnya domino-domino pemicu
kecelakaan. Konsepnya, bila satu domino jatuh, karena itu seterusnya akan
menjatuhkan 4 domino di depannya. Untuk menahan kesemua domino jatuh,
karena itu salah satunya domino harus ditarik. Umumnya langkah paling mudah
dan dipandang paling efisien ialah hilangkan sisi tengah yang mempunyai cap
“unsafe act or condition”. Teori ini dipandang cukup terang dan dianggap dapat
diterapkan di atas lapangan.

Teori ini biasa digunakan pada rutinitas peninjauan dan investigasi


kejadian. Pada investigasi kejadian, teori ini dipakai untuk memandang 5
komponen yang dipandang jadi pemicu terjadinya insiden. Sedangkan pada
rutinitas peninjauan, komponen elemen pada domino dideteksi bila diketemukan
ada kelemahan pada 5 komponen itu bisa menjadi penemuan yang hasilkan
rekomendasi-rekomendasi perbaikan.

10
2.4.2 Komponen Penyebab Kecelakaan dalam Teori Domino

Dalam Teori Domino ini, ada 5 komponen yang bisa mengakibatkan


kecelakaan secara berurutan:

1. Social Environmental Ancestry (Warisan Lingkungan Sosial)


Posisi pertama domino berada di sekitar personalitas dari karyawan.
Heinrich menerangkan jika personalitas yang tidak diharapkan seperti
keras kepala, rakus, dan asal-asalan bisa diturunkan dari nenek moyang
atau berkembang dari lingkungan sosial manusia, dan faktor personalitas
keturunan dan lingkungan ini berperan pada keselahan dari manusia.
2. Fault of Individu (Kesalahan Manusia)
Posisi ke-2 domino ada di sekitar persoalan personalitas. Heinrich
menerangkan jika ciri-ciri watak yang diturunkan atau yang dibuat seperti
temperamen, ketidakpatuhan dan kelalaian bermanifestasi pada keputusan
yang diambil oleh seseoarang apakah dia mengambil tindakan aman atau
mungkin tidak aman.
3. Unsafe Act/ Unsafe Condition ( Perlakuan Tidak Aman/Kondisi Tidak
Aman)
Posisi ke-3 domino berkaitan dengan pemicu langsung kecelakaan versi
Heinrich. Seperti sudah disebut sebelumnya, Heinrich menerangkan factor
pemicu langsung seperti “jalankan mesin tanpa peringatan dan tiadanya
pelindung mesin”. Heinrich menganalisis jika sikap dan keadaan tidak
aman sebagai faktor kunci untuk mencegah kecelakaaan, dalam masalah
ini, domino yang paling mungkin untuk diangkat hingga tidak muncul
kecelakaan. Heinrcih menerangkan 4 argumen kenapa orang lakukan
tindak tidak aman yaitu, sikap yang tidak pantas, pengetahuan dan
kekuatan yang kurang, fisik yang tidak mencukupi, lingkungan fisik dan
mekanik. Heinrich selanjutnya membagikan kembali kelompok ini jadi
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Misalkan, ada seorang
karyawan yang selalu bekerja secara tidak aman karena minimnya
pengawasan dari supervisor. Bekerja tidak aman digolongkan sebagai

11
penyebab langsung sementara kurangnya pengawasan dari supervisor
sebagai penyabab tidak langsung.
4. Accident (Kecelakaan)
Heinrich memvisualisasikan kecelakaan sebagai “peristiwa seperti
jatuhnya orang, tertimpanya orang dari objek jatuh sebagai contoh umum
kecelakaan yang bisa mengakibatkan cedera.
5. Injury (Luka)
Cedera ada dari kecelakaan dan beberapa macam kecelakaan yang sudah
Heinrich terangkan dalam “Explanation of Factors” ialah seperti
terpenggal dan patahnya tulang.

Dari ke-5 komponen ini, banyak beberapa praktisi mengembangkan root


cause analysis dalam menerangkan penyebab-penyebab kecelakaan yang terjadi.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Teori
Accident memfokuskan kepada faktor personal yang berhubungan dengan
penyebab kecelakaan. Ini berdasar pada asumsi bahwa beberapa individu yang
ditempatkan padakondisi yang serupa, beberapa orang akan melebihi dari orang
yang lain untuk cenderung celaka.

Konsep Zero Accident merupakan suatu visi yang berasaskan tidak boleh
ada seorang karyawan pun yang mengalami cidera karena kecelakaan. Konsep ini
mengedepankan cara berpikir selamat dibandingkan harus menargetkan jumlah
kecelakaan pada setiap tahunnya dengan berpegang teguh bahwa kecelakaan dapat
dicegah.

Teori Domino dari Heinrich tentang model penyebab, di mana suatu


kecelakaan digambarkan salah satu dari lima faktor dalam suatu urutan yang
mengakibatkan suatu luka-luka/kerugian. Dalam Teori Domino ini, ada 5
komponen yang bisa mengakibatkan kecelakaan secara berurutan yaitu: Social
Environmental Ancestry (Warisan Lingkungan Sosial), Fault of Individu
(Kesalahan Manusia), Unsafe Act/ Unsafe Condition ( Perlakuan Tidak
Aman/Kondisi Tidak Aman), Accident (Kecelakaan), dan Injury (Luka).

3.2 Saran

Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih


merasa aman dan nyaman. Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi
mensosialisasi- kan program K3 untuk meningkatkan dukungan pekerja terhadap
program K3 yang nantinya juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap
perusahaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakan Kerja Di PT Wijaya
Karya Beton Tahun 2008.

Suma’mur, 1992. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.


Toko Gunung Agung

Suma’mur. 2001. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : CV


Haji Masagung.

Winarsunu, T. (2008). Psikologi keselamatan kerja. UMMPress.

14

Anda mungkin juga menyukai