Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Dosen Pengampu:
Dra. Etika, M.Par
Dr. Syofia Achnes, M.Si
Prof. Dr. Rd. Siti Sofro Sidiq, M.Si

Oleh:

Angga Ramadhan (2201125555)


Muhammad Farid (2201125556)
Bayu Rahmadany (2201125553)
Erisa Putri (2201125554)
Tabhina Fatimah Nara Putri (2201125557)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI DAN PRODI USAHA PERJALANAN


WISATA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah untuk memenuhi tugas dosen. Selain itu,
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja” bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi ini yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.

                                                                                  Pekanbaru , 01 Maret 2023

                                                                                    Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
1.2 Tujuan.............................................................................................................7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1 Defenisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja..................................................8
2.2 Tujuan dan Manfaat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja............................11
2.2.1 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................................11
2.2.2 Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja..........................................12
BAB III
PEMBAHASAN....................................................................................................14
3.1 Materi Safety Data Sheet..............................................................................14
3.2 Prosedur Penyimpanan Bahan Kimia...........................................................18
3.3 keselamatan segi mekanik dan elektrik........................................................19
3.3.1 Keselamatan Mekanik...........................................................................19
3.3.2 Keselamatan Elektrik (Listrik)..............................................................21
BAB IV
PENUTUP..............................................................................................................23
4.1 Kesimpulan...................................................................................................23
4.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1
Gambar 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus
dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha’, tidak bisa secara
parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam’ perusahaan.
Urusan K3 bukan hanya urusan EHS Officer saja, mandor saja atau direktur saja,
tetapi harus menjadi bagian dan urusan semua orang yang ada di lingkungan
pekerjaan. Urusan K3 tidak hanya sekedar pemasangan spanduk’, poster dan
semboyan, lebih jauh dari itu K3 harus menjadi’ nafas setiap pekerja yang berada
di tempat kerja. Kuncinya adalah kesadaran akan adanya risiko bahaya dan
perilaku yang merupakan kebiasaan untuk bekerja secara sehat dan selamat’
(Ismara et al., 2014).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - Menurut International Labour
Organization (ILO) kesehatan keselamatan kerja atau Occupational Safety and
Health’ adalah meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik
secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah
terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan’, melindungi
pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat
mengganggu kesehatan’, menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan
kerja “yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk
menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan
tugasnya’(Rahayu, L and Juliani, 2019).
Secara umum pemikiran kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan
suatu upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan
manusia pada ’umumnya, baik jasmani maupun rohani, menuju masyarakat adil,
makmur, dan sejahtera, dan ’penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan
akibat kerja. Buku ini ditujukan bagi pemerhati atau mahasiswa yang
berkeinginan mendalami tentang kesehatan dan keselamatan di lingkungan kerja.
Buku ini menjelaskan tentang perkembangan dan manfaat kesehatan dan
keselamatan kerja, kecetakaan kerja K3’, sebab dan akibatnya serta pencegahan
dan penang-gulangan tentang kecelakaan kerja,”dampak bahaya yang terjadi di
lingkungan kerjafaktor yang memengaruhi bahaya terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja, “baik terhadap manusia maupun lingkungan sekitarnya,
“sistem manajemen keselamatan dan kesehatan para pekerja maupun perusahaan,
“jaminan sosial tenaga kerja, dan sebagainya“
Menurut Kurniawidjaja (2015) dalam Ashari (2015), tingkat kecelakaan kerja
di Indonesia masih tergolong tinggi dan cenderung meningkat setiap tahunnya,
bahkan data dari lembaga internasional maupun nasional menunjukkan
kecelakaan kerja masih tinggi. Peningkatan keselamatan kerja dan kesehatan kerja
perlu di upayakan untuk melindungi aset human capital dan menunjang
keunggulan kompetitif bangsa.
Tingginya kasus Kecelakaan kerja dapat menimbulkan dampak yang sangat
besar, baik kerugian secara langsung maupun kerugian secara tidak langsung, baik
bagi tenaga kerja maupun bagi perusahaan. Tingginya kasus kecelakaan kerja
menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran tenaga kerja maupun perusahaan
dalam penanganan masalah keselamatan kerja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
pengukuran risiko kecelakaan kerja dengan metode identifikasi bahaya yang bisa
menganalisis dan mengidentifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proses pelaksanaan proyek
konstruksi sangat di utamakan oleh perusahaan-perusahaan konstruksi. Jika terjadi
hal-hal yang merugikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama bagi
pekerja. Otomatis merugikan perusahaan konstruksi dalam segi biaya dan waktu.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekarang ini telah menduduki tempat
yang penting dalam perusahaan konstruksi. Karena jika keselamatan dan
kesehatan kerja tidak diutamakan, pekerja pun akan merasa tidak aman untuk
melakukan pekerjaan mereka dan perusahaan bisa rugi dalam segi biaya dan
waktu. Oleh karena itu rasa aman dan nyaman dalam bekerja merupakan tuntutan
bagi perusahaan. Rasa aman dan nyaman dalam bekerja tersebut diwujudkan
dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berupa jaminan kerja
bagi pekerja konstruksi di setiap perusahaan kontruksi.
Mewujudkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang sesuai
dengan yang diharapkan, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
pekerja. Salah satunya faktor karakteristik kesehatan pekerja. Untuk mengurangi
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja bisa dimulai dengan tahapan
yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan kerja dengan
menggunakan Alat Pelindung Diri saat bekerja dan menjaga kesehatan dengan
istirahat yang cukup serta mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang. Jika
hal ini selalu diterapkan oleh pekerja maka produktivitas pekerja akan semakin
meningkat. Kesehatan pekerja dapat terpelihara dan terjaga dengan baik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan materi safety data sheet
2. Untuk mengetahui prosedur penyimpanan bahan kimia
3. Untuk mengetahui keselamatan segi mekanik dan elektrik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani
tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan K3
diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Gambar 1. Logo Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan


seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam
hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting
dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur, 1992).
Menurut (Sucipto, 2014) keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu
pemeliharaan dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur pada umumnya.(Sucipto, 2014) juga
menyatakan keselamatan kerja adalah sebuah upaya rangkaian usaha yang
bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi karyawan
yang bekerja di perusahaan bersangkutan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 menurut keilmuan adalah ilmu dan
penerapannya secara teknis dan teknologi untuk melakukan pencegahan terhadap
munculnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang
dilakukan (Tarwaka, 2014). Sedangkan menurut (Widayana, I.G., 2014) K3 dapat
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera.
Menurut Edwin B. Flippo (1995), keselamatan dan kesehatan kerja adalah
pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik),
penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-
tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-
hukuman lain.
Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Mathis dan Jakson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dalam pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Robert L. Mathis& John H. Jackson (2002) menyatakan bahwa
keselamatan dalam K3 berarti perlindungan bagi karyawan dari kemungkinan
cedera fisik akibat aktivitas pekerjaan. Sementara istilah kesehatan adalah
keadaan fisik, psikologis, dan emosional secara umum.
Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara(2002), K3 merupakan suatu
gagasan dan usaha menjamin keutuhan dan menyempurnakan kondisi jasmani dan
rohani tenaga kerja. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa keberhasilannya
juga berdampak positif pada masyarakat umum, dalam hal ini untuk mencapai
keadilan dan kemakmuran.
Pengertian K3 menurut Kunliestiowati Hadiningrum adalah pengawasan
terhadap sumber daya manusia, material, mesin, serta metode yang mencakup
lingkungan kerja supaya pekerja tidak mengalami kecelakaan.
Pada awal perkembangannya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
“mengalami beberapa perubahan konsep. Konsep K3 pertama kali dimulai di
Amerika Tahun 1911 dimana K3 sama sekali tidak memperhatikan“keselamatan
dan kesehatan para pekerjanya. Kegagalan terjadi pada saat terdapat pekerjaan
yang mengakibatkan“kecelakaan bagi pekerja dan perusahaan. Kecelakaan
tersebut dianggap sebagi nasib yang harus diterima oleh perusahaan dan tenaga
kerja. “Bahkan, tidak jarang, tenaga kerja yang menjadi“korban tidak mendapat
perhatian baik moril maupun materiil dari perusahaan. Perusahaan“berargumen
bahwa kecelakaan yang terjadi karena kesalahan tenaga kerja sendiri untuk
menghindari kewajiban membayar kompensasi kepada tenaga kerja.
Pada“awal pengelolaan K3, konsep yang dikembangkan masih bersifat kuratif
terhadap kecelakaan kerja yang terjadi. Bersifat kuratif berarti K3 dilaksanakan
setelah terjadi kecelakaan kerja. “Pengelolaan K3 yang seharusnya adalah bersifat
pencegahan (preventif) terhadap adanya kecelakaan. “Pengelolaan K3 secara
preventif bermakna bahwa kecelakaan yang terjadi merupakan kegagalan dalam
pengelolaan K3 yang berakibat pada kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan
dan tenaga kerja.
Pengelolaan K3 dalam pendekatan modern mulai lebih maju dengan
diperhatikannya dan diikutkannya K3 sebagai bagian dari manajemen perusahaan.
“Hal ini mulai disadari dari data bahwa kecelakaan yang terjadi juga
mengakibatkan kerugian yang cukup besar. “Dengan memperhatikan banyaknya
resiko yang diperoleh perusahaan, maka mulailah diterapkan Manajemen Resiko,
sebagai inti dan cikal bakal Sistem Manajemen K3. “Melalui konsep ini sudah
mulai menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan yang akan terjadi.
Dari perjalanan pengelolaan K3 diatas semakin menyadarkan“akan
pentingnya K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasarkan agar
dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali
dengan kebijakan dari perusahaan untuk menerapkan suatu Sistem Manajemen K3
untuk mengelola K3.
Sistem Manajemen K3 mempunyai pola Pengendalian Kerugian secara
Terintegrasi (Total Loss Control) yaitu sebuah kebijakan untuk mengindarkan
kerugian bagi perusahaan, property, personel di perusahaan dan lingkungan
melalui penerapan Sistem Manajemen K3 yang mengintegrasikan“sumber daya
manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola
penerapan prinsip manajemen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do),
pemeriksaan (check), peningkatan (action).

2.2 Tujuan dan Manfaat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


2.2.1 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan K3 adalah menciptakan suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja
di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen , tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegerasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang nyaman
dan efisien.
Tujuan keselamatan kerja terdiri dari tiga, yaitu:
1. Melindungi keselamatan karyawan dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Memelihara sumber produksi dan mengatur penggunaannya secara aman
dan efisien.
Tujuan kesehatan kerja terdiri dari empat, antara lain:
1. Menjaga serta meningkatkan kesehatan masyarakat pekerja di segala jenis
lapangan pekerjaan setinggi mungkin, baik dalam hal fisik maupun
mental, serta kesejahteraan sosial.
2. Mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja akibat
keadaan atau kondisi di lingkungan kerjanya, misalnya kecelakaan akibat
kerja.
3. Memberikan perlindungan kepada para pekerja ketika melaksanakan
pekerjaan dan kemungkinan terjadinya bahaya karena faktor yang
membahayakan kesehatan di tempat kerja.
4. Menempatkan pekerja di suatu lingkungan pekerjaan berdasarkan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya serta keterampilannya.
Penerapan K3 menurut PP No. 50 Tahun 2012 dilakukan melalui Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Penerapan Sistem
Manajemen K3 bertujuan untuk:
1. Meningkatkan efektivitas kegiatan perlindungan K3, secara terstruktur,
terencana, dan terintegrasi.
2. Mengurangi dan menghindarkan risiko kecelakaan dan penyakit
sehubungan dengan aktivitas pekerjaan, dengan melibatkan seluruh unsur
di tempat kerja.
3. Menciptakan keamanan dan kenyamanan lingkungan kerja, mewujudkan
efisiensi, serta meningkatkan produktivitas.
2.2.2 Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerapan K3 tidak hanya
berlaku bagi para pekerja di internal perusahaan, tetapi juga terkait dengan
pengaruhnya terhadap lingkungan eksternal. Cakupannya pun cukup luas,
meliputi kesehatan fisik dan mental, serta sosial.
1. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Pekerja
Di lingkungan internal perusahaan, karyawan dapat memahami bahaya dan
risiko pekerjaannya, mencegah terjadinya kecelakaan kerja, bertindak dalam
situasi darurat, serta melaksanakan hak dan kewajibannya berkaitan dengan
peraturan K3.
Tentunya, penerapan tersebut juga akan bermanfaat secara personal. Mereka dapat
tetap memiliki penghasilan dan berkontribusi terhadap ekonomi keluarga. Selain
itu, penerapan K3 juga dapat menghindarkan dirinya dari penyakit yang mungkin
terbawa dari lingkungan kerja.
2. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Perusahaan
Bagi perusahaan, penerapan K3 memungkinkan produktivitas tetap optimal
dalam berbagai keadaan. Secara finansial, K3 membantu mengurangi
pengeluaran, terutama untuk biaya kesehatan dan asuransi karyawan.
Di samping itu, perusahaan juga akan mendapatkan citra positif dari masyarakat.
Dari pemerintah, karena penerapan K3 merupakan kewajiban yang telah
diregulasi secara khusus. Atau dari masyarakat umum yang akan memberikan
kepercayaan lebih, bahkan penghargaan bagi perusahaan yang menerapkan SMK3
dengan baik.
3. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Masyarakat dan
Negara
K3 juga bermanfaat luas bagi masyarakat dan negara. Perusahaan menjaga
aktivitasnya, sehingga turut memberikan keamanan dan kenyamanan bagi
lingkungan sekitarnya. Para karyawan pun dapat terus berkontribusi dengan baik
di masyarakat. Perekonomian keluarga tetap terjaga, wawasan tentang K3 pun
dapat diterapkan di masyarakat.
Kesehatan dan keamanan lingkungan berdampak positif keberlangsungan
hidup masyarakat suatu negara. Perusahaan-perusahaan yang menerapkan SMK3
dengan baik dapat berkontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional.
Tentu itu akan berdampak besar bagi kemajuan, serta citra positif  negara di mata
internasional.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Materi Safety Data Sheet


Material safety data sheet (MSDS) atau dalam SK Menteri Perindustrian No
87/M-IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika,
kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakkan khusus dalam
keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang diperlukan.

Gambar 2. Materi Safety Data Sheet


Sebuah Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) adalah dokumen yang berisi informasi mengenai
potensi bahaya (kesehatan, kebakaran, reaktifitas dan lingkungan) dan cara
bekerja yang aman dengan produk kimia. Ini adalah titik awal yang penting untuk
pengembangan program keselamatan dan kesehatan yang lengkap. MSDS juga
berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan, penanganan dan prosedur
darurat semua yang terkait dengan material. MSDS berisi lebih banyak informasi
tentang materi daripada label. MSDS dipersiapkan oleh pemasok atau produsen
bahan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tahu apa bahaya dari produk, cara
menggunakan produk dengan aman, apa yang akan terjadi jika rekomendasi tidak
diikuti, apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan, bagaimana mengenali
gejala overexposure, dan apa yang harus dilakukan jika insiden terjadi.
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) dimaksudkan untuk dibaca oleh hygienists dan profesional K3.
Sekarang MSDS dibaca juga oleh pengusaha, pekerja, supervisor, perawat, dokter,
petugas darurat. Untuk memastikan bahwa pengguna MSDS dapat dengan cepat
menemukan informasi yang mereka butuhkan, informasi dalam MSDS harus
mudah dibaca dan ditulis dalamformat yang jelas, tepat dan dapat dimengerti.
Isi dari sebuah MSDS menurut Kepmenaker No.187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja yaitu:
1. Identitas bahan dan nama perusahaan
2. Komposisi bahan
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan P3K
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan mengatasi tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabiliatas dan reaktifitas bahan
11. Informasi toksikologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Pengangkutan bahan
15. Informasi peraturan perundangan yang berlaku
16. Informasi lain yang diperlukan

Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS, hal ini diatur
dalam berbagai peraturan seperti keputusan menteri Kesehatan nomor 472 tahun
1996, keputusan menteri tenaga kerja nomor 187 tahun 1999, PP 74 tahun 2001
tentang B3 dan keputusan menteri perindustrian no 87 tahun 2009 tentang global
harmonize system (GHS).
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) merupakan sumber informasi yang sangat penting mengenai sifat-
sifat bahaya bahan kimia yang diggunakan, misalnya sifat mudah terbakar,
beracun, korosive, mudah meledak, bersifat reaktif, bahan sensitive dan lain-lain.
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) juga merupakan sumber informasi cara penanganan jika terjadi
kecelakaan dengan bahan kimia tersebut seperti tumpah, keracunan, terkena pada
tubuh pekerja dan terhisap serta informasi alat pelindung diri (APD) yang
diperlukan saat penanganan atau penggunaan bahan kimia tersebut seperti
kacamata safety, respirator dan sarung tangan (glove). Semua informasi tersebut
sangatlah penting bagi pengguna untuk menghindari terjadi kecelakaan bahan
kimia yang bisa berakibat fatal bagi pengguna.
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) harus mengandung informasi semua sifat bahaya yang terkandung
didalam bahan kimia tersebut, tidak boleh menyembunyikan dengan sengaja salah
satu atau lebih sifat bahaya yang terkandung didalamnya. Bahkan Material Safety
Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) juga
harus mencantumkan ingredient pembentuk produk tersebut, meskipun diijinkan
untuk menyembunyikan salah satu atau lebih ingredient (trade secret) yang
dianggap penting untuk melindungi kepentingan bisnis perusahaan. Namun pihak
perusahaan harus membuka trade secret tersebut kepada pihak pengguna jika
dalam keadaan emergency, seperti ada pekerja yang kerancunan dan perlu
diketahui bahan apa yang merancuninya berdasarkan permintaan dari dokter yang
menanganinya.
Format Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) sebaiknya mengikuti format global harmonize
system (GHS) yang sudah ditetapkan oleh peraturan menteri perindustrian nomor
87 tahun 2009. Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa MSDS harus terdiri dari 16
section dengan urutan sebagai berikut:
 Indentifikasi Senyawa (Tunggal atau Campuran)
 Identifikasi Bahaya
 Komposisi / Informasi tentang Bahan Penyusun Senyawa Tunggal
 Tindakan Pertolongan Pertama
 Tindakan Pemadaman Kebakaran
 Tindakan Penanggulangan jika terjadi Kebocoran
 Penanganan dan Penyimpanan
 Kontrol Paparan / Perlindungan Diri
 Sifat Fisika dan Kimia
 Stabilitas dan Reaktifitas
 Informasi Teknologi
 Informasi Ekologi
 Pertimbangan Pembuangan / Pemusnahan
 Informasi Transportasi
 Informasi yang berkaitan dengan Regulasi
 Informasi lain termasuk informasi yang diperlukan dalam pembuatan dan
revisi SDS.

Para pekerja atau pengguna Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut
Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) juga harus diberi training bagaimana
menggunakan, membaca, memahami dan menginterpretasikan kandungan MSDS
tersebut agar tidak terjadi kesalahan dalam tindakan karena ketidak pahaman
terhadap isi Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB). Tidak semua pekerja memilki latar belakang
pendidikan Kimia atau sejenisnya, sehingga banyak sekali pekerja yang tidak
memahami istilah-istilah kimia seperti titik didih (boiling point), titik nyala
(ignition point), LD50, pH, dan lain-lain.
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) juga harus ditempatkan ditempat yang mudah dijangkau atau
diketahui oleh semua pekerja, dan sebaiknya dekat dengan tempat penggunaan
bahan kimia tersebut, misalnya di gudang penyimpanan, area produksi dan
laboratorium. Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) yang digunakan juga harus dipastikan mutakhir,
maka sebaiknya ditanyakan secara berkala kepada pemasok untuk memastikan
tidak ada perubahan, dan jika ada perubahan MSDS tersebut maka harap segera
diminta yang mutakhir (revisi terakhir).
Selama transportasi atau pengiriman bahan kimia juga harus disertai dengan
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB), misalnya pada saat bahan kimia tersebut dikirim dengan
menggunakan truk container maka Material Safety Data Sheet (MSDS) atau
disebut Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) bahan kimia harus dibawa oleh
sopir truk bersamaan dengan dokumen pengiriman lainnya. Jangan sekali-kali
menyimpan MSDS didalamcontainer atau packaging bahan kimia yang dikirim
karena akan sulit untuk diambil jika terjadi kecelakaan.
3.2 Prosedur Penyimpanan Bahan Kimia

Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan
kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya
(multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities),
wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti
api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya
yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat
dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya
karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada
cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet
bahan toxic.
Bahan kirnia yang disimpan dalam lemari sebaiknya diurutkan berdasarkan
abjad dan gunakan nama yang seragam, misalnya natrium klorida, natrium sulfat,
natrium tiosulfat atau sodium chloride. sodium phosfat. Jadi jangan sampai ada
dua istilah untuk bahan yang sama hal ini dapat menyulitkan pengguna untuk
mengambil bahan kimia tersebut. Sebaiknya untuk bahan yang sama dibuat urut
ke dalarn lernari. Bahan yang sudah dibuka segelnya diletakkan di bagian depan
agar penggunaan atau pengambilan bahan terkontrol. Jadi kemasan yang terbuka
untuk bahan yang sama cukup satu.
Untuk menata dalam lemari, label diletakan dibagian depan agar mudah
terbaca Untuk memudahkan pengambilan scbaiknya lemari dilengkapi dengan
daftar atau skema tempat bahan diletakkan. Pintu lemari harus dapat dibuka
dengan mudah.
3.3 keselamatan segi mekanik dan elektrik
3.3.1 Keselamatan Mekanik
Pekerjaan selalu erat dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai
konsekuensi, suatu pekerjaan selalu mempunyai resiko dan bahaya. Kecelakaan
dapat terjadi secara sengaja dan tidak sengaja, terutama pekerjaan yang
berhubungan dengan kerja otot, seperti konstruksi bangunan. Selama pekerjaan
fisik, kesehatan mekanik dan elektrik merupakan kesehatan penting yang wajib
dicapai setiap individu. Hal tersebut berkaitan dengan keberlanjutan,
kesejahteraan, dan kelancaran penyelesaian pekerjaan.
Keselamatan kerja mekanik ialah kumpulan dari berbagai kegiatan untuk
pengawasan dan juga semua tindakan yang dikerjakan oleh pekerja dan juga
pengawas.
Keselamatan kerja mekanik juga memiliki sebutan lain yakni sebagai
keselamatan kerja mesin. Hal ini dikarenakan keselamatan kerja mekanik
berkaitan dengan mesin. Saat melakukan kegiatan untuk keselamatan kerja
mekanik, kegiatan yang dilakukan salah satunya ialah pengawasan. Dan untuk
dapat melakukan pengawasan terdapat beberapa syarat yang harus dijalankan.

1. Jenis bahaya keselamatan mekanik


Bahaya kecelakaan dari peralatan mekanik, di antaranya sebagai berikut:
 Ujung operasi
 Ujung penjepit
 Ujung pemotong
 Ujung penggunting
 Benda berputar
 Benda bergerak maju Benda bergerak maju-mundur
 Benda bergerak keluar
 Sisi tajam
 Serpihan yang beterbangan
 Bunga api
 Kabel listrik yang terbuka dan bermuatan Listrik.

Mesin dapat melukai pekerja karena adanya kegiatan, seperti: crushing


(benturan), cutting (pemotongan), shearing (penggeseran), punctuaring abrading
(penusukan), burning (pembakaran), tearing (penyobekan), dan stretching
(peregangan). Cedera yang umum dialami pekerti, seperti: amputation (anggota
tubuh terpotong), electric shock (tersengat listrik), hearing loss (gangguan
pendengaran), ill health from hazardous chemical or lack of oxygen (sakit karena
zat kimia berbahaya atau kurang oksigen).
2. Teknik proteksi terhadap bahaya mekanik
Keamanan dari peralatan mekanik perlu diperhatikan, sehingga suatu
persyaratan diperlukan. Persyaratan Pelindung mesin:
 Dapat mencegah kontak lamgsung antara pekerja dengan bagian dari
mesin yang berbahaya
 Tidak menimbulkan bahaya baru bagi operator atau bagian perawatan
 Tidak mempengaruhi operasi mesin
 Dapat memberi tempat untuk pelumasan yang aman dan inspeksi
 Aman dan cukup kuat untuk menahan beban pada operasi normal

Pekerjaan dengan mesin perlu memanfaatkan sistem kendali pengaman, salah


satunya adalah sistem kendali dua tangan. Sistem tersebut merupakan jenis
perlindungan yang memerlukan penggunaan kedua tangan secara bersamaan
untuk mengaktifkan mesin. Adapun keuntungan dari sistem tersebut adalah:
menghindarkan tangan operator dari daerah bahaya, dan dapat diadaptasikan
dengan berbagai operasi.
Adapun batasan dari sistem tersebut adalah hanya melindungi si operator saja,
sehingga membutuhkan siklus terputus atau jeda pada operasi, dan wajib didesain
untuk mencegah manipulasi dari operator. Penerangan di tempat kerja juga
merupakan suatu perhatian khusus, karena itu berkaitan dengan pencegahan
kecelakaan. Pekerja bisa melihat lingkungan kerjanya dan jalan evakuasi jika ada
kondisi darurat. Kemudian, penerangan dapat mengurangi kelelahan mata dan
bahaya kesehatan yang lain. Untuk antisipasi, kita perlu adanya penerangan
darurat yang sumber dayanya dapat berasal dari generator atau batere, dan itu
diperlukan di semua lokasi kerja yang berada di dalam gedung. Selain itu,
penerangan darurat ini wajib dirawat setidaknya sekali dalam sebulan.
3.3.2 Keselamatan Elektrik (Listrik)
Keselamatan kerja listrik sendiri tidak jauh berbeda dengan keselamatan kerja
mekanik. Keselamatan kerja listrik ialah bentuk-bentuk kegiatan seperti kegiatan
pengawasan serta pencegahan yang berkaitan dengan listrik.
1. Jenis Bahaya Keselamatan Elektrik
Bahaya kecelakaan dari peralatan elektrik, di antaranya sebagai berikut:
 Bahaya primer: sengatan listrik langsung, kebakaran, dan ledakan
 Bahaya sekunder: sentuhan tak langsung, tubuh terbakar, dan jatuh
Tingkat keparahan sengatan listrik tergantung pada: jalur arus melalui tubuh,
jumlah arus yang mengalir melalui tubuh, dan lama waktu tubuh dialiri arus
listrik. Akibat dari kontak listrik di antaranya: tersengat listrik (electric shock),
terbakar akibat loncatan api (Arc flash burn), terbakar akibat panas (Thermal
burn), dan ledakan akibat loncatan api (Arc blast), dan Loncatan api & ledakan api
listrik (Arc Flash & Arc Blast). Dimana, Arc Flash adalah arus listrik pendek yang
terjadi ketika udara berkilat dari konduktor aktif ke konduktor aktif lainnya atau
ke tanah.
2. Teknik proteksi terhadap bahaya elektrik
Keamanan dari peralatan elektrik perlu diperhatikan, sehingga suatu prinsip
yang diperlukan. Prinsip proteksi bahaya listrik, yaitu:
 Mencegah mengalirnya arus listrik melalui tubuh manusia
 Membatasi nilai arus listrik dibawah arus kejut listrik
 Bahaya kejut listrik: langsung dan tidak langsung
 Sentuhan langsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif peralatan
listrik atau isolasi listrik dalam keadaan kerja normal bertegangan
Peralatan elektrik perlu dilengkapi dengan suatu pengendali, yaitu GFCI’s,
Fuses, dan pemutus arus. Dimana, secara otomatis arus listrik akan terputus, jika
arus listrik telah melebihi kapasitas atau ada kesalahan grounding. Fuses dan
pemutus arus adalah perlengkapan pengaman arus-berlebih, jika arus terlalu besar:
fuses meleleh, pemutus arus terbuka.
Pengendalian bahaya kabel PLN, yaitu:
1. berada min. Sejauh 3,5 meter dari kabel PLN
2. memberi rambu-rambu bahaya
3. beranggapan kabel selalu bermuatan listrik
4. menggunakan tangga kayu/fiberglass bukan logam
5. pekerja listrik harus memakai perlengkapan khusus.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan
seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam
hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting
dari perlindungan tenaga kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 menurut
keilmuan adalah ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologi untuk
melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dari setiap pekerjaan yang dilakukan.
Tujuan K3 adalah menciptakan suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja
di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen , tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegerasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang nyaman
dan efisien. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerapan K3 tidak
hanya berlaku bagi para pekerja di internal perusahaan, tetapi juga terkait dengan
pengaruhnya terhadap lingkungan eksternal. Cakupannya pun cukup luas,
meliputi kesehatan fisik dan mental, serta sosial.
Sebuah Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) adalah dokumen yang berisi informasi mengenai
potensi bahaya (kesehatan, kebakaran, reaktifitas dan lingkungan) dan cara
bekerja yang aman dengan produk kimia. Material Safety Data Sheet (MSDS)
atau disebut Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dimaksudkan untuk
dibaca oleh hygienists dan profesional K3. Sekarang MSDS dibaca juga oleh
pengusaha, pekerja, supervisor, perawat, dokter, petugas darurat. Untuk
memastikan bahwa pengguna MSDS dapat dengan cepat menemukan informasi
yang mereka butuhkan, informasi dalam MSDS harus mudah dibaca dan ditulis
dalamformat yang jelas, tepat dan dapat dimengerti.
Keselamatan kerja mekanik ialah kumpulan dari berbagai kegiatan untuk
pengawasan dan juga semua tindakan yang dikerjakan oleh pekerja dan juga
pengawas. Keselamatan kerja listrik sendiri tidak jauh berbeda dengan
keselamatan kerja mekanik. Keselamatan kerja listrik ialah bentuk-bentuk
kegiatan seperti kegiatan pengawasan serta pencegahan yang berkaitan dengan
listrik.
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih
terdapat kesalahan dan kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, H. F. and Fermania, N. R. (2020) ‘FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3)’, Jurnal Kesehatan. Vol 10.Hal.148.

Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. 2 ed.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


KerjaOleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakan Kerja Di PT Wijaya
Karya Beton Tahun 2008. Skripsi FKM USU. Medan.

Drs. Irzal, M. K. (2016) Buku Dasar – Dasar Kesehatan & Keselamatan Kerja,
Kesehatan Masyarakat.

Ismara, K. I. et al. (2014) ‘Buku Ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)’,
Universitas Negeri Yogyakarta.

Sebastianus, B. H. (2015) ‘Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Sebagai Peranan Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Bidang Konstruksi’,
Seminar Nasional teknik Sipil.

Suma’mur, 1992. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.


Toko Gunung Agung.
Suma'mur, 2012. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. 2012 ed.
Yogyakarta: Haji Masagung.

Anda mungkin juga menyukai