Disusun Oleh:
Kelompok 12
Dosen Pengampu:
Dr.Farhan Yadi,S.T.,M.Pd
Dewi Puspita Sari,S.Pd.,M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah Keselamatan dan Kesehatan kerja ini. Makalah ini sebagai
salah satu tugas yang diberikan dosen pada matakuliah keselamatan dan Kesehatan
kerja.
Pada kesempatan kali ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman
– teman, dosen , serta kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu guna
penyelesaian makalah ini. Kami sangat menyadari makalah ini masih belum
menemukan kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun guna hasil yang lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan bagi semua nya,
semoga apa yang kami bahas disini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan teman
– teman semua. Terima kasih.
Indralaya ,11September2023
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................11
3.3 Refrensi.......................................................................................................1 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan apapun yang kita lakukan
pasti memiliki potensi risiko termasuk didunia konstruksi. Dalam semua kegiatan konstruksi, risiko
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian dari seluruh kegiatan. Pendekatan
profesional terhadap risiko adalah dengan proses penilaian risiko yang mencakup, memahami,
mengidentifikasi, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang berhubungan dengan metode konstruksi
suatu proyek. Pada tahap pelaksanaan proyek pengendalian risiko kecelakaan kerja yang telah ditetapkan
sebelum pekerjaan proyek dirasakan sangat penting untuk mengurangi kerugian yang dapat
ditimbulkannya dengan kata lain tujuan utama dari pengendalian risiko kecelakaan kerja ini adalah
untuk mencegah kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja yang terjadi serta ketidakdisiplinan merupakan beberapa faktor yang akan
berdampak pada penurunan produktifitas tenaga kerja. Kecelakaan kerja akan menyebabkan
keterlambatan kerja, pengeluaran, serta mengganggu konsentrasi para pekerja lainnya sehingga dapat
mengurangi semangat kerja. Sedangkan ketidakdisiplinan merupakan faktor dari dalam diri para pekerja
yang dapat menggangu kelancaran proyek. Dan hal-hal tersebut dapat terjadi jika dalam pelaksanaan
konstruksi terdapat permasalahan didalam pengendalian risiko kecelakaan kerja. Untuk itu perlu
dilakukan suatu tidakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan pengendalian risiko
kecelakaan kerja secara serius.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan kerja?
2.Apa saja faktor-faktor pengendalian K3?
3.Apa saja Hirarki Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
b.Harold Koontz
control is the measurement and correction of the performance of subordinates in order to make
sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are accomplished. Artinya
:Pengendalian adalah pengukuran dan koreksi kinerja bawahan,agar rencana-rencana yang telah dibuat
untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.
c.Arief Suadi
Arief Suadi berpendapat bahwa pengendalian manajemen adalah sebuah usaha untuk menjamin
bahwa sumber daya perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Efektif berbeda dengan efisien, efektif diartikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan yang benar,
sedangkan efsien diartikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan dengan benar.
3
d.Siswanto
Siswanto mengemukakan pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk mendapatkan
standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terhadap penyimpangan dan
mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih
efektif dan efisien guna mencapai sasaran perusahaan.
b.Kuswara SW
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya atau pemikiran seta penerapannya yang
ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja (Kuswara SW, 2013:59).
4
instrument yang sangat penting yang dijamin oleh suatu perusahaan, industri atau institusi seperti sekolah
untuk melindungi pekerja, karyawan atau siswa yang sedang bekerja di bengkel dan yang berkaitan dengannya
untuk keselamatan dan kesejahteraan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja.
lingkungan kerja yang sehat dan aman ,sehingga dapat mengurangi probalitas kecelakaan kerja atau
2. Substitusi
Substitusi adalah cara untuk mengganti metode atau alat/mesin/bahan yang lebih aman dan tingkat
bahayanya lebih rendah.
Contoh: penggunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil untuk bekerja di ketinggian.
3. Rekayasa Teknik
Rekayasa Teknik adalah cara untuk memodifikasi atau perancangan alat/mesin/tempat kerja yang lebih aman.
5
Contoh: menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya untuk menghindari terjatuh pada saat
bekerja di ketinggian.
4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi adalah cara meniadakan risiko dengan membuat prosedur, aturan, pelatihan,
tanda bahaya, rambu, poster, label, atau merubah durasi kerja.
Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi tempat kerja) untuk mengurangi terpaparnya/ tereksposnya
pekerja terhadap sumber bahaya, larangan menggunakan telepon seluler di tempat tertentu, pemasangan
rambu-rambu keselamatan.
Pengendalian risiko juga dapat dilakukan dengan cara inspeksi. Inspeksi K3 adalah suatu upaya
melakukan pemeriksaan atau mendeteksi berbagai faktor (peralatan, proses kerja, material, area kerja,
prosedur) yang berpotensi menimbulkan cedera, sehingga kecelakaan kerja ataupun kerugian dapat dicegah
atau diminimalkan. Ruang lingkup inspeksi K3 menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2014 meliputi:
Tempat kerja,
Peralatan kerja,
Cara kerja,
Alat Pelindung Kerja,
Alat Pelindung Diri,
Rambu-rambu, dan
Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.
Kecelakaan merupakan risiko yang melekat pada setiap proses atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan selalu ada risiko kegagalan (risk
6
of failures). Saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan
kerugian (loss). Oleh karena itu, kecelakaan atau potensi kecelakaan kerja harus dicegah sedini mungkin.
1. Faktor Fisika
Faktor Fisika terbagi lagi menjadi beberapa faktor turunan di bawah ini:
1. Iklim Kerja.
2. Kebisingan.
3. Getaran.
4. Gelombang radio atau gelombang mikro.
5. Sinar Ultra Violet.
6. Medan Magnet Statis.
7. Tekanan udara.
8. Pencahayaan.
Penanganan faktor fisika ini cukup kompleks karena setiap faktor turunan memiliki cara yang spesifik.
Secara umum cara penanganan yang dilakukan adalah mengendalikan pemicu yang membuat pekerja tidak
nyaman. Informasi lengkap terkait penanganan bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 8-19.
7
2. Faktor Kimia
Faktor Kimia ini berhubungan dengan hal-hal berbau kimia dan perlindungan pada pekerja atau masyarakat
umum di sekitar perusahaan. Beberapa bahan kimia yang dianggap berbahaya biasanya akan diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis yang terdiri dari:
Mudah terbakar
Mudah meledak
Beracun
Korosif
Oksidator
Reaktif
Radioaktif
Selain itu bentuk dari zat kimia mulai dari padat, cair, dan gas di lingkungan juga harus diperhatikan
dengan baik. Apabila zat kimia berbahaya mengenai seseorang, kemungkinan terjadi masalah akan besar
mulai dari melepuh di kulit hingga memicu masalah yang lebih kronis lainnya.
Pengendalian faktor kimia ini bisa dilakukan dengan membuat ventilasi udara, mengisolasi, penggunaan
bahan yang lebih aman, dan lainnya. Informasi lengkap terkait pengendalian faktor kimia bisa dilihat pada
Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 21 angka 2.
3. Faktor Biologi
Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor Biologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Biologi. Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:
8
5. Binatang berbisa.
6. Binatang buas.
7. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya
Pengendalian Faktor Biologi bisa dilakukan sesuai dengan Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 22 angka 7.
Beberapa cara yang bisa dilakukan meliputi.
1. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi.
2. Menggunakan baju kerja yang sesuai.
3. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
4. Memasang rambu-rambu yang sesuai.
5. Memberikan vaksinasi apabila memungkinkan.
6. Meningkatkan Higiene perorangan.
4. Faktor Ergonomi
Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Ergonomi. Potensi bahaya Faktor Ergonomi meliputi:
1. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat melakukan pekerjaan.
2. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan antropometri Tenaga Kerja.
3. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja
Potensi bahaya di atas bisa dikendalikan dengan beberapa cara sesuai dengan Pasal 23 angka 4, Permenaker No. 5
Tahun 2018 di bawah ini.
9
5. Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat.
6. Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik.
5. Faktor Psikologi
Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi
bahaya Faktor Psikologi. Potensi bahaya Faktor Psikologi meliputi.
1. Ketidakjelasan/ketaksaan peran.
2. Konflik peran.
3. Beban kerja berlebih secara kualitatif.
4. Beban kerja berlebih secara kuantitatif.
5. Pengembangan karir.
6. Tanggung jawab terhadap orang lain.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pengendalian K3 adalah proses yang dilakukan perusahaan atau organisasi untuk
mengelola dan mengurangi risiko terhadap kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan karyawan
serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pengendalian K3 harus dilakukan secara sistematis
dan terus-menerus, melibatkan kerjasama antara manajemen dan karyawan, serta mengikuti
peraturan dan standar yang berlaku. Dengan pengendalian K3 yang efektif, perusahaan atau
organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, melindungi karyawan dari
cedera dan penyakit akibat kerja, meningkatkan produktivitas, dan meminimalkan potensi
kerugian finansial yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit yang terkait dengan pekerjaan.
Selain itu, pengendalian K3 juga dapat meningkatkan reputasi perusahaan dan memenuhi
persyaratan hukum yang berlaku.
3.2 Saran
1. Melakukan identifikasi dan evaluasi risiko secara teratur: Lakukan audit K3 di tempat kerja
untuk mengidentifikasi potensi risiko dan bahaya. Evaluasi risiko harus dilakukan secara
menyeluruh dan melibatkan analisis pekerjaan, identifikasi bahaya fisik, kimia, ergonomi,
biologis, dan psikososial.
2. Mengembangkan kebijakan dan prosedur K3 yang jelas: Buat dan terapkan kebijakan K3 yang
jelas dan komprehensif sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Pastikan semua karyawan
memahami dan mematuhi kebijakan tersebut melalui pelatihan rutin.
4. Menerapkan tindakan pencegahan dan perlindungan: Pastikan bahwa prosedur yang tepat
telah diadopsi untuk mencegah kecelaka.
11
Sesi Petanyaan
Sesi pertama
Penanya :Avif Sahifullah Kel.7
1.apakah dengan penerapan k3 dapat mengurangi angka resiko kecelakaan dilingkungan
kerja?
Amika Debi Selva kel.12
Iya, penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dapat mengurangi angka risiko kecelakaan
di lingkungan kerja secara signifikan. K3 melibatkan serangkaian tindakan dan praktik untuk
mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengurangi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja. Ini
termasuk pelatihan karyawan, pemeliharaan peralatan, penggunaan alat pelindung diri,
pengawasan proses kerja, dan pematuhan terhadap peraturan keselamatan.
Dengan penerapan K3 yang efektif, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih
aman, yang pada gilirannya akan mengurangi kecelakaan dan cedera yang dapat terjadi. Selain itu,
ini juga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja karena karyawan akan merasa lebih
aman dan nyaman dalam menjalankan tugas mereka.
2. Kebijakan dan budaya perusahaan: Jika perusahaan tidak memiliki kebijakan K3 yang kuat atau
budaya keselamatan yang mendorong karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam upaya
pengendalian K3, ini dapat menghambat upaya pencegahan kecelakaan.
3. Kurangnya pelatihan: Kurangnya pelatihan yang memadai dalam K3 bisa menjadi hambatan.
Karyawan perlu dilatih untuk mengenali bahaya, menggunakan peralatan pelindung diri, dan
mengikuti prosedur keselamatan.
5. Faktor manusia: Kesalahan manusia, seperti kelalaian, kelelahan, atau ketidakhati-hatian, dapat
mengakibatkan pelanggaran keselamatan dan kecelakaan.
12
6. Tekanan produktivitas: Ketika perusahaan menekankan produktivitas di atas segalanya,
karyawan mungkin merasa terdorong untuk mengabaikan prosedur keselamatan untuk memenuhi
target produksi, yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan.
7. Perubahan dalam lingkungan kerja: Perubahan dalam lingkungan kerja, seperti perubahan dalam
proses produksi atau pengenalan teknologi baru, dapat menghasilkan bahaya baru yang mungkin
tidak diidentifikasi dengan cepat.
8. Kurangnya inspeksi dan pemantauan: Tidak adanya inspeksi rutin dan pemantauan keselamatan
dapat mengakibatkan bahaya yang terabaikan atau tidak ditangani dengan segera.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, penting bagi perusahaan untuk memiliki komitmen kuat
terhadap K3, memberikan pelatihan yang memadai, mendorong budaya keselamatan yang positif,
dan mengawasi secara ketat penerapan kebijakan keselamatan.
Sesi Dua
Penanya:Pauzan Juliansyah Kel.11
1.kenapa masih banyak terjadinya kegagalan penerapan k3
Masih banyak terjadinya kegagalan penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam
lingkungan kerja dapat disebabkan oleh sejumlah faktor kompleks, antara lain:
Dinda Khairani Mariza Hasan Kel.12
1. Ketidakpedulian Terhadap K3: Karyawan dan manajemen mungkin kurang memahami atau
menganggap remeh pentingnya K3. Mereka mungkin tidak merasa bahwa risiko kecelakaan atau
penyakit akibat kerja berdampak besar pada mereka secara pribadi.
3. Kebijakan dan Budaya Perusahaan: Jika perusahaan tidak memiliki kebijakan K3 yang kuat atau
tidak mendorong budaya keselamatan yang positif, maka penerapan K3 mungkin tidak menjadi
prioritas.
4. Ketidakpatuhan: Karyawan atau manajemen mungkin tidak mematuhi peraturan dan prosedur
K3, baik karena kurangnya pemahaman, tekanan untuk memotong sudut, atau ketidakpedulian.
5. Kurangnya Pelatihan: Karyawan yang tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam K3
mungkin tidak tahu cara mengidentifikasi bahaya atau tindakan keselamatan yang tepat.
6. Budaya yang Tidak Melaporkan: Jika ada ketakutan untuk melaporkan insiden atau bahaya
karena takut mendapat hukuman atau sanksi, maka kegagalan penerapan K3 bisa terjadi.
13
7. Kurangnya Sumber Daya: Perusahaan mungkin tidak menyediakan peralatan pelindung diri
yang memadai atau tidak melakukan pemeliharaan yang tepat pada peralatan kerja.
8. Kompleksitas Lingkungan Kerja: Beberapa lingkungan kerja memiliki bahaya alami yang
sangat kompleks, seperti dalam industri konstruksi atau kimia, yang membuat penerapan K3
menjadi lebih sulit.
9. Perubahan dalam Lingkungan Kerja: Perubahan dalam proses produksi, teknologi, atau personil
dapat menghasilkan bahaya baru yang mungkin tidak diidentifikasi dengan cepat.
10. Pengawasan yang Lemah: Jika tidak ada sistem pengawasan yang efektif untuk memastikan
penerapan K3, maka pelanggaran atau ketidakpatuhan mungkin tidak terdeteksi.
Untuk mengatasi kegagalan penerapan K3, perusahaan perlu melakukan pendekatan yang
komprehensif, termasuk pelatihan yang baik, budaya keselamatan yang positif, pengawasan yang
ketat, dan komitmen yang kuat terhadap keselamatan oleh manajemen dan karyawan.
2. Prioritas yang Berbeda: Prioritas produksi atau hasil finansial yang tinggi mungkin mendapatkan
perhatian lebih besar dibandingkan dengan keselamatan karyawan. Ini dapat mengakibatkan
pengabaian terhadap praktik K3.
3. Tekanan Waktu: Ketika tenggat waktu produksi sangat ketat, karyawan mungkin merasa
terdorong untuk mengambil risiko atau melanggar prosedur keselamatan demi memenuhi target
waktu.
5. Budaya Perusahaan yang Tidak Mendukung: Jika budaya perusahaan tidak mendorong
keselamatan atau memperlakukan kecelakaan sebagai bagian dari pekerjaan, ini dapat
menghambat pengendalian K3.
14
6. Kurangnya Pelatihan: Karyawan yang tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam K3
mungkin tidak tahu cara mengidentifikasi bahaya atau mengambil tindakan yang benar untuk
menghindari kecelakaan.
7. Kurangnya Sumber Daya: Kurangnya peralatan pelindung diri yang memadai atau pemeliharaan
yang tepat dapat membuat pekerjaan menjadi lebih berisiko.
8. Ketidakcukupan Pengawasan: Jika tidak ada pemantauan atau inspeksi rutin untuk memastikan
penerapan K3, maka kesalahan atau pelanggaran mungkin tidak terdeteksi.
10. Kultur Ketidakpedulian: Budaya di mana karyawan merasa bahwa keselamatan adalah
tanggung jawab individu mereka sendiri dan bukan prioritas bersama dapat menghambat
penerapan K3.
Untuk mengatasi faktor-faktor ini, perusahaan perlu memiliki komitmen tinggi terhadap
keselamatan, memberikan pelatihan yang tepat, mempromosikan budaya keselamatan positif, dan
menerapkan sistem pengawasan yang efektif untuk memastikan K3 dijalankan dengan baik.
15
3.3 DAFTAR PUSTAKA
https://www.formasitraining.com/blog/syarat-dan-5-faktor-utama-k3-lingkungan-
kerja#:~:text=Sebuah%20perusahaan%20atau%20pengelola%20suatu,%2C%20keaman
an%2C%20dan%20keselamatan%20kerja
https://www.staffany.id/blog/faktor-yang-mempengaruhi-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/
https://depobeta.com/magazine/artikel/pengendalian-risiko-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja-k3-konstruksi/
https://www.staffany.id/blog/faktor-yang-mempengaruhi-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/
16