Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Pengendalian Kesehatan dan keselamatan kerja

Disusun Oleh:
Kelompok 12

Ketua kelompok :Rafli Eka Musyary (06121282328034)


Anggota :1.Rosidah Adila (06121282328013)
2.Dinda Khairani MH (06121282328027)
3.Amika Debi Selva (06121282328035)
4.Putri Dera Andesta (06121382328071)
V

Dosen Pengampu:
Dr.Farhan Yadi,S.T.,M.Pd
Dewi Puspita Sari,S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN (S1)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Tahun Akademik 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah Keselamatan dan Kesehatan kerja ini. Makalah ini sebagai
salah satu tugas yang diberikan dosen pada matakuliah keselamatan dan Kesehatan
kerja.

Pada kesempatan kali ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman

– teman, dosen , serta kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu guna
penyelesaian makalah ini. Kami sangat menyadari makalah ini masih belum
menemukan kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun guna hasil yang lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan bagi semua nya,
semoga apa yang kami bahas disini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan teman
– teman semua. Terima kasih.

Indralaya ,11September2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulis ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3

2.1 Pengertian pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............... 3

2.2 Hirarki Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................... 5

2.3 Faktor-faktor Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............ 7

BAB III PENUTUPAN ....................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan..................................................................................................11

3.2 Saran...........................................................................................................11

3.3 Refrensi.......................................................................................................1 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengendalian keselamtan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan Upaya kita untuk menciptakan
lingkungan kerja yang sehat dan aman ,sehingga dapat mengurangi probalitas kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas.

Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan apapun yang kita lakukan
pasti memiliki potensi risiko termasuk didunia konstruksi. Dalam semua kegiatan konstruksi, risiko
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian dari seluruh kegiatan. Pendekatan
profesional terhadap risiko adalah dengan proses penilaian risiko yang mencakup, memahami,
mengidentifikasi, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang berhubungan dengan metode konstruksi
suatu proyek. Pada tahap pelaksanaan proyek pengendalian risiko kecelakaan kerja yang telah ditetapkan
sebelum pekerjaan proyek dirasakan sangat penting untuk mengurangi kerugian yang dapat
ditimbulkannya dengan kata lain tujuan utama dari pengendalian risiko kecelakaan kerja ini adalah
untuk mencegah kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja yang terjadi serta ketidakdisiplinan merupakan beberapa faktor yang akan
berdampak pada penurunan produktifitas tenaga kerja. Kecelakaan kerja akan menyebabkan
keterlambatan kerja, pengeluaran, serta mengganggu konsentrasi para pekerja lainnya sehingga dapat
mengurangi semangat kerja. Sedangkan ketidakdisiplinan merupakan faktor dari dalam diri para pekerja
yang dapat menggangu kelancaran proyek. Dan hal-hal tersebut dapat terjadi jika dalam pelaksanaan
konstruksi terdapat permasalahan didalam pengendalian risiko kecelakaan kerja. Untuk itu perlu
dilakukan suatu tidakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan pengendalian risiko
kecelakaan kerja secara serius.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan kerja?
2.Apa saja faktor-faktor pengendalian K3?
3.Apa saja Hirarki Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?

1.3 Tujuan penulis


1.Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengendalian K3
2.Menjabarkan factor-faktor K3
3.Menjelaskan Hirarki Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


A.Pengendalian
pengendalian adalah pengukuran dan perbaikkan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana –
rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan – tujuan perusahaan dapat diselenggarakan. Pengendalian
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a.Earl P.Strong
controlling is the process of regulating the variousfactors in an enterprise according to the
requirement of its plans. Artinya : pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalamsuatu
perusahaan,agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapandalam rencana.

b.Harold Koontz
control is the measurement and correction of the performance of subordinates in order to make
sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are accomplished. Artinya
:Pengendalian adalah pengukuran dan koreksi kinerja bawahan,agar rencana-rencana yang telah dibuat
untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.

c.Arief Suadi

Arief Suadi berpendapat bahwa pengendalian manajemen adalah sebuah usaha untuk menjamin
bahwa sumber daya perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Efektif berbeda dengan efisien, efektif diartikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan yang benar,
sedangkan efsien diartikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan dengan benar.

3
d.Siswanto
Siswanto mengemukakan pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk mendapatkan
standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terhadap penyimpangan dan
mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih
efektif dan efisien guna mencapai sasaran perusahaan.

B.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


a.Wowo Sunaryo
Menurut Wowo Sunaryo Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3
bertujuan untuk mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja.

b.Kuswara SW
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya atau pemikiran seta penerapannya yang
ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja (Kuswara SW, 2013:59).

c.Suwardi dan Daryanto


Menurut Suwardi dan Daryanto (2018:3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah bidang yang
terkait dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan manusia yang bekerja disebuah institusi maupun
lokasi proyek.Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang mungkin terpengaruh
kondisilingkungan kerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja meupakan sebuah

4
instrument yang sangat penting yang dijamin oleh suatu perusahaan, industri atau institusi seperti sekolah
untuk melindungi pekerja, karyawan atau siswa yang sedang bekerja di bengkel dan yang berkaitan dengannya
untuk keselamatan dan kesejahteraan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja.

C.Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pengendalian keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan Upaya kita untuk menciptakan

lingkungan kerja yang sehat dan aman ,sehingga dapat mengurangi probalitas kecelakaan kerja atau

penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas.

2.2 Hirarki Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk
diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi adalah cara untuk menghilangkan sumber bahaya.
Contoh: seorang pekerja harus menghindari bekerja di ketinggian namun pekerjaan tetap dilakukan
dengan menggunakan alat bantu.

2. Substitusi
Substitusi adalah cara untuk mengganti metode atau alat/mesin/bahan yang lebih aman dan tingkat
bahayanya lebih rendah.
Contoh: penggunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil untuk bekerja di ketinggian.

3. Rekayasa Teknik
Rekayasa Teknik adalah cara untuk memodifikasi atau perancangan alat/mesin/tempat kerja yang lebih aman.

5
Contoh: menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya untuk menghindari terjatuh pada saat
bekerja di ketinggian.

4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi adalah cara meniadakan risiko dengan membuat prosedur, aturan, pelatihan,
tanda bahaya, rambu, poster, label, atau merubah durasi kerja.
Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi tempat kerja) untuk mengurangi terpaparnya/ tereksposnya
pekerja terhadap sumber bahaya, larangan menggunakan telepon seluler di tempat tertentu, pemasangan
rambu-rambu keselamatan.

5. Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri yang dimaksud adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindugan diri agar
meniadakan risiko.
Contoh: Pemakaian kacamata las dan sarung tangan kulit pada pekerjaan pengelasan.

Pengendalian risiko juga dapat dilakukan dengan cara inspeksi. Inspeksi K3 adalah suatu upaya
melakukan pemeriksaan atau mendeteksi berbagai faktor (peralatan, proses kerja, material, area kerja,
prosedur) yang berpotensi menimbulkan cedera, sehingga kecelakaan kerja ataupun kerugian dapat dicegah
atau diminimalkan. Ruang lingkup inspeksi K3 menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2014 meliputi:
 Tempat kerja,
 Peralatan kerja,
 Cara kerja,
 Alat Pelindung Kerja,
 Alat Pelindung Diri,
 Rambu-rambu, dan
 Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.
Kecelakaan merupakan risiko yang melekat pada setiap proses atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan selalu ada risiko kegagalan (risk

6
of failures). Saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan
kerugian (loss). Oleh karena itu, kecelakaan atau potensi kecelakaan kerja harus dicegah sedini mungkin.

2.3 Faktor-Faktor Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja
meliputi faktor fisika, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi. Berikut ulasan
lengkap tentang faktor utama dalam K3 Lingkungan Kerja dan turunannya.

1. Faktor Fisika

Faktor Fisika terbagi lagi menjadi beberapa faktor turunan di bawah ini:

1. Iklim Kerja.
2. Kebisingan.
3. Getaran.
4. Gelombang radio atau gelombang mikro.
5. Sinar Ultra Violet.
6. Medan Magnet Statis.
7. Tekanan udara.
8. Pencahayaan.

Penanganan faktor fisika ini cukup kompleks karena setiap faktor turunan memiliki cara yang spesifik.
Secara umum cara penanganan yang dilakukan adalah mengendalikan pemicu yang membuat pekerja tidak
nyaman. Informasi lengkap terkait penanganan bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 8-19.

7
2. Faktor Kimia

Faktor Kimia ini berhubungan dengan hal-hal berbau kimia dan perlindungan pada pekerja atau masyarakat
umum di sekitar perusahaan. Beberapa bahan kimia yang dianggap berbahaya biasanya akan diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis yang terdiri dari:

 Mudah terbakar
 Mudah meledak
 Beracun
 Korosif
 Oksidator
 Reaktif
 Radioaktif

Selain itu bentuk dari zat kimia mulai dari padat, cair, dan gas di lingkungan juga harus diperhatikan
dengan baik. Apabila zat kimia berbahaya mengenai seseorang, kemungkinan terjadi masalah akan besar
mulai dari melepuh di kulit hingga memicu masalah yang lebih kronis lainnya.

Pengendalian faktor kimia ini bisa dilakukan dengan membuat ventilasi udara, mengisolasi, penggunaan
bahan yang lebih aman, dan lainnya. Informasi lengkap terkait pengendalian faktor kimia bisa dilihat pada
Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 21 angka 2.

3. Faktor Biologi

Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor Biologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Biologi. Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:

1. Mikroorganisme dan/atau toksinnya.


2. Arthropoda dan/atau toksinnya.
3. Hewan invertebrata dan/atau toksinnya.
4. Alergen dan toksin dari tumbuhan.

8
5. Binatang berbisa.
6. Binatang buas.
7. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya

Pengendalian Faktor Biologi bisa dilakukan sesuai dengan Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 22 angka 7.
Beberapa cara yang bisa dilakukan meliputi.

1. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi.
2. Menggunakan baju kerja yang sesuai.
3. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
4. Memasang rambu-rambu yang sesuai.
5. Memberikan vaksinasi apabila memungkinkan.
6. Meningkatkan Higiene perorangan.

4. Faktor Ergonomi

Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Ergonomi. Potensi bahaya Faktor Ergonomi meliputi:

1. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat melakukan pekerjaan.
2. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan antropometri Tenaga Kerja.
3. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja

Potensi bahaya di atas bisa dikendalikan dengan beberapa cara sesuai dengan Pasal 23 angka 4, Permenaker No. 5
Tahun 2018 di bawah ini.

1. Menghindari posisi kerja yang janggal.


2. Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja.
3. Mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja,
dan peralatan kerja.
4. Memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja.

9
5. Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat.
6. Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik.

5. Faktor Psikologi

Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi
bahaya Faktor Psikologi. Potensi bahaya Faktor Psikologi meliputi.

1. Ketidakjelasan/ketaksaan peran.
2. Konflik peran.
3. Beban kerja berlebih secara kualitatif.
4. Beban kerja berlebih secara kuantitatif.
5. Pengembangan karir.
6. Tanggung jawab terhadap orang lain.

Pengendalian faktor psikologi bisa dilakukan melalui manajemen stress dengan:

1. Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja.


2. Mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja.
3. Mengadakan program konseling.
4. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai.
5. Mmberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam proses
pengambilan keputusan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan pengendalian K3 adalah proses yang dilakukan perusahaan atau organisasi untuk
mengelola dan mengurangi risiko terhadap kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan karyawan
serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pengendalian K3 harus dilakukan secara sistematis
dan terus-menerus, melibatkan kerjasama antara manajemen dan karyawan, serta mengikuti
peraturan dan standar yang berlaku. Dengan pengendalian K3 yang efektif, perusahaan atau
organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, melindungi karyawan dari
cedera dan penyakit akibat kerja, meningkatkan produktivitas, dan meminimalkan potensi
kerugian finansial yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit yang terkait dengan pekerjaan.
Selain itu, pengendalian K3 juga dapat meningkatkan reputasi perusahaan dan memenuhi
persyaratan hukum yang berlaku.

3.2 Saran

Berikut adalah beberapa saran untuk pengendalian K3:

1. Melakukan identifikasi dan evaluasi risiko secara teratur: Lakukan audit K3 di tempat kerja
untuk mengidentifikasi potensi risiko dan bahaya. Evaluasi risiko harus dilakukan secara
menyeluruh dan melibatkan analisis pekerjaan, identifikasi bahaya fisik, kimia, ergonomi,
biologis, dan psikososial.

2. Mengembangkan kebijakan dan prosedur K3 yang jelas: Buat dan terapkan kebijakan K3 yang
jelas dan komprehensif sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Pastikan semua karyawan
memahami dan mematuhi kebijakan tersebut melalui pelatihan rutin.

3. Memberikan pelatihan dan pendidikan K3 kepada karyawan: Perusahaan harus menyediakan


pelatihan K3 yang efektif kepada semua karyawan, termasuk pelatihan keselamatan, penggunaan
alat pelindung diri, bahaya dan bahaya khusus yang terkait dengan pekerjaan mereka.

4. Menerapkan tindakan pencegahan dan perlindungan: Pastikan bahwa prosedur yang tepat
telah diadopsi untuk mencegah kecelaka.

11
Sesi Petanyaan

Sesi pertama
 Penanya :Avif Sahifullah Kel.7
1.apakah dengan penerapan k3 dapat mengurangi angka resiko kecelakaan dilingkungan
kerja?
 Amika Debi Selva kel.12
Iya, penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dapat mengurangi angka risiko kecelakaan
di lingkungan kerja secara signifikan. K3 melibatkan serangkaian tindakan dan praktik untuk
mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengurangi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja. Ini
termasuk pelatihan karyawan, pemeliharaan peralatan, penggunaan alat pelindung diri,
pengawasan proses kerja, dan pematuhan terhadap peraturan keselamatan.

Dengan penerapan K3 yang efektif, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih
aman, yang pada gilirannya akan mengurangi kecelakaan dan cedera yang dapat terjadi. Selain itu,
ini juga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja karena karyawan akan merasa lebih
aman dan nyaman dalam menjalankan tugas mereka.

 Penanya :Hidayat Perdana Putra Kel.10


2.apa faktor yg paling menghambat dalam pengendalian k3?
Beberapa faktor yang dapat menghambat pengendalian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di
lingkungan kerja antara lain:
 Rosidah Adila Kel 12
1. Ketidakpatuhan: Karyawan atau manajemen yang tidak mematuhi peraturan dan prosedur
keselamatan dapat menjadi hambatan utama. Ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan
pentingnya K3, tekanan untuk memenuhi tenggat waktu, atau ketidaktahuan.

2. Kebijakan dan budaya perusahaan: Jika perusahaan tidak memiliki kebijakan K3 yang kuat atau
budaya keselamatan yang mendorong karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam upaya
pengendalian K3, ini dapat menghambat upaya pencegahan kecelakaan.

3. Kurangnya pelatihan: Kurangnya pelatihan yang memadai dalam K3 bisa menjadi hambatan.
Karyawan perlu dilatih untuk mengenali bahaya, menggunakan peralatan pelindung diri, dan
mengikuti prosedur keselamatan.

4. Ketidakcukupan sumber daya: Terkadang, perusahaan mungkin tidak menyediakan sumber


daya yang cukup, seperti peralatan pelindung diri yang memadai atau pemeliharaan yang tepat
untuk mesin dan peralatan, yang dapat menghambat upaya K3.

5. Faktor manusia: Kesalahan manusia, seperti kelalaian, kelelahan, atau ketidakhati-hatian, dapat
mengakibatkan pelanggaran keselamatan dan kecelakaan.

12
6. Tekanan produktivitas: Ketika perusahaan menekankan produktivitas di atas segalanya,
karyawan mungkin merasa terdorong untuk mengabaikan prosedur keselamatan untuk memenuhi
target produksi, yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan.

7. Perubahan dalam lingkungan kerja: Perubahan dalam lingkungan kerja, seperti perubahan dalam
proses produksi atau pengenalan teknologi baru, dapat menghasilkan bahaya baru yang mungkin
tidak diidentifikasi dengan cepat.

8. Kurangnya inspeksi dan pemantauan: Tidak adanya inspeksi rutin dan pemantauan keselamatan
dapat mengakibatkan bahaya yang terabaikan atau tidak ditangani dengan segera.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, penting bagi perusahaan untuk memiliki komitmen kuat
terhadap K3, memberikan pelatihan yang memadai, mendorong budaya keselamatan yang positif,
dan mengawasi secara ketat penerapan kebijakan keselamatan.

Sesi Dua
 Penanya:Pauzan Juliansyah Kel.11
1.kenapa masih banyak terjadinya kegagalan penerapan k3
Masih banyak terjadinya kegagalan penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam
lingkungan kerja dapat disebabkan oleh sejumlah faktor kompleks, antara lain:
 Dinda Khairani Mariza Hasan Kel.12
1. Ketidakpedulian Terhadap K3: Karyawan dan manajemen mungkin kurang memahami atau
menganggap remeh pentingnya K3. Mereka mungkin tidak merasa bahwa risiko kecelakaan atau
penyakit akibat kerja berdampak besar pada mereka secara pribadi.

2. Tekanan Produktivitas: Ketika perusahaan menekankan produktivitas di atas segalanya,


karyawan dapat merasa terdorong untuk mengabaikan prosedur keselamatan demi mencapai target
produksi. Ini dapat mengarah pada tindakan yang berisiko.

3. Kebijakan dan Budaya Perusahaan: Jika perusahaan tidak memiliki kebijakan K3 yang kuat atau
tidak mendorong budaya keselamatan yang positif, maka penerapan K3 mungkin tidak menjadi
prioritas.

4. Ketidakpatuhan: Karyawan atau manajemen mungkin tidak mematuhi peraturan dan prosedur
K3, baik karena kurangnya pemahaman, tekanan untuk memotong sudut, atau ketidakpedulian.

5. Kurangnya Pelatihan: Karyawan yang tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam K3
mungkin tidak tahu cara mengidentifikasi bahaya atau tindakan keselamatan yang tepat.

6. Budaya yang Tidak Melaporkan: Jika ada ketakutan untuk melaporkan insiden atau bahaya
karena takut mendapat hukuman atau sanksi, maka kegagalan penerapan K3 bisa terjadi.

13
7. Kurangnya Sumber Daya: Perusahaan mungkin tidak menyediakan peralatan pelindung diri
yang memadai atau tidak melakukan pemeliharaan yang tepat pada peralatan kerja.

8. Kompleksitas Lingkungan Kerja: Beberapa lingkungan kerja memiliki bahaya alami yang
sangat kompleks, seperti dalam industri konstruksi atau kimia, yang membuat penerapan K3
menjadi lebih sulit.

9. Perubahan dalam Lingkungan Kerja: Perubahan dalam proses produksi, teknologi, atau personil
dapat menghasilkan bahaya baru yang mungkin tidak diidentifikasi dengan cepat.

10. Pengawasan yang Lemah: Jika tidak ada sistem pengawasan yang efektif untuk memastikan
penerapan K3, maka pelanggaran atau ketidakpatuhan mungkin tidak terdeteksi.

Untuk mengatasi kegagalan penerapan K3, perusahaan perlu melakukan pendekatan yang
komprehensif, termasuk pelatihan yang baik, budaya keselamatan yang positif, pengawasan yang
ketat, dan komitmen yang kuat terhadap keselamatan oleh manajemen dan karyawan.

 Penanya:Riski Ilahi Kel.13


2.Apa saja faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya pengendalian K3?
 Rice Revalina Kel.8
faktor teknik dan faktor non teknik dan ada juga contoh kedisiplinan etika dalam k3
 Rosidah adila Kel.12
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tidak terlaksananya pengendalian K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) di lingkungan kerja meliputi:

1. Kurangnya Kesadaran: Karyawan dan manajemen mungkin tidak sepenuhnya menyadari


bahaya potensial di lingkungan kerja atau tidak memahami konsekuensi serius dari ketidakpatuhan
terhadap aturan keselamatan.

2. Prioritas yang Berbeda: Prioritas produksi atau hasil finansial yang tinggi mungkin mendapatkan
perhatian lebih besar dibandingkan dengan keselamatan karyawan. Ini dapat mengakibatkan
pengabaian terhadap praktik K3.

3. Tekanan Waktu: Ketika tenggat waktu produksi sangat ketat, karyawan mungkin merasa
terdorong untuk mengambil risiko atau melanggar prosedur keselamatan demi memenuhi target
waktu.

4. Ketidaksesuaian Regulasi: Kurangnya pemahaman atau kesesuaian dengan peraturan K3 yang


berlaku dapat mengakibatkan pelanggaran yang berkelanjutan.

5. Budaya Perusahaan yang Tidak Mendukung: Jika budaya perusahaan tidak mendorong
keselamatan atau memperlakukan kecelakaan sebagai bagian dari pekerjaan, ini dapat
menghambat pengendalian K3.

14
6. Kurangnya Pelatihan: Karyawan yang tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam K3
mungkin tidak tahu cara mengidentifikasi bahaya atau mengambil tindakan yang benar untuk
menghindari kecelakaan.

7. Kurangnya Sumber Daya: Kurangnya peralatan pelindung diri yang memadai atau pemeliharaan
yang tepat dapat membuat pekerjaan menjadi lebih berisiko.

8. Ketidakcukupan Pengawasan: Jika tidak ada pemantauan atau inspeksi rutin untuk memastikan
penerapan K3, maka kesalahan atau pelanggaran mungkin tidak terdeteksi.

9. Komitmen yang Lemah: Manajemen yang tidak berkomitmen untuk memprioritaskan


keselamatan dapat menghambat pengendalian K3.

10. Kultur Ketidakpedulian: Budaya di mana karyawan merasa bahwa keselamatan adalah
tanggung jawab individu mereka sendiri dan bukan prioritas bersama dapat menghambat
penerapan K3.

Untuk mengatasi faktor-faktor ini, perusahaan perlu memiliki komitmen tinggi terhadap
keselamatan, memberikan pelatihan yang tepat, mempromosikan budaya keselamatan positif, dan
menerapkan sistem pengawasan yang efektif untuk memastikan K3 dijalankan dengan baik.

15
3.3 DAFTAR PUSTAKA

 https://www.formasitraining.com/blog/syarat-dan-5-faktor-utama-k3-lingkungan-
kerja#:~:text=Sebuah%20perusahaan%20atau%20pengelola%20suatu,%2C%20keaman
an%2C%20dan%20keselamatan%20kerja
 https://www.staffany.id/blog/faktor-yang-mempengaruhi-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/
 https://depobeta.com/magazine/artikel/pengendalian-risiko-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja-k3-konstruksi/
 https://www.staffany.id/blog/faktor-yang-mempengaruhi-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/

16

Anda mungkin juga menyukai