Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO & AUDIT

“Pengendalian Risiko”

Disusun Oleh:
Kelompok 2 – K3KL

Annisa Nurul Hadi 2011211016


Asa Alvino Wendra 2011212005
Atikah Qurratul Aini 2011211027
Diva Damar Edaza 2011212033
Putri Gloria Armalia 2011211030
Syarifa Ayuni 2011212021

Dosen Pengampu:
Luthfil Hadi Anshari, SKM., MS.C

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pengendalian
Risiko” dari mata kuliah Manajemen Risiko & Audit dengan baik dan tepat waktu. Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar dalam pembuatan makalah kami. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Luthfil Hadi Anshari, SKM., MS.C selaku dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Risiko & Audit yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami,
serta kami ucapkan juga terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah kami. Oleh karena itu,
kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

Padang, 06 Mei 2023

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3

2.1 Definisi dan Tujuan Pengendalian Risiko.................................................................... 3

2.2 Proses Pengendalian Risiko Standar AS/NZS ............................................................. 4

2.3 Strategi Pengendalian Risiko ........................................................................................ 8

2.4 Pemilihan Teknik Pengendalian Risiko ..................................................................... 10

2.5 Jenjang Pengendalian (Hierarchy Of Control) ......................................................... 11

2.6 Studi kasus pengendalian risiko di tempat kerja (industri dan perkantoran) ....... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 14

3.2 Saran.............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Risiko dikenal sebagai suatu keadaan atau potensi terjadinya kerugian atau kerusakan
pada suatu objek, kegiatan, atau proses. Risiko terkait dengan ketidakpastian dan dapat
timbul dari berbagai hal seperti kesalahan manusia, kondisi lingkungan yang tidak
terkontrol, atau situasi yang tidak terduga. Risiko dapat terjadi dimana saja termasuk di
tempat kerja. Manajemen risiko di tempat kerja merupakan hal yang sangat penting dalam
menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan, serta menjaga kelangsungan operasional
perusahaan. Risiko di tempat kerja dapat terjadi dari berbagai faktor seperti kecelakaan
kerja, penyakit akibat lingkungan kerja yang buruk, ketidakpatuhan terhadap peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja, dan lain sebagainya.

Risiko di tempat kerja berdampak pada produktivitas karyawan. Karyawan yang


merasa aman dan sehat di tempat kerja akan cenderung lebih produktif dan memiliki
motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, karyawan yang merasa tidak aman atau terkena
penyakit akibat lingkungan kerja yang buruk akan cenderung kurang produktif dan kurang
memiliki motivasi kerja.Selain itu, tingginya risiko di tempat kerja juga dapat berdampak
pada citra dan reputasi perusahaan. Perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat merusak citra dan reputasi perusahaan di
mata karyawan, konsumen, dan masyarakat umum. Perusahaan harus meningkatkan
kesadaran mengenai risiko di tempat kerja, mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja, serta melakukan tindakan preventif untuk mengurangi risiko tersebut. Hal ini tidak
hanya bermanfaat untuk kesehatan karyawan, tetapi juga untuk kelangsungan operasional
perusahaan, produktivitas karyawan, dan citra perusahaan di mata masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dan tujuan dari pengendalian risiko?
2. Bagaimana proses pengendalian risiko menurut Standar AS/NZS?
3. Bagaimana standar pengendalian risiko?
4. Bagaimana teknik pemilihan teknik pengendalian risiko?
5. Bagaimana jenjang pengendalian (Hierarchy Of Control)?
6. Bagaimana contoh studi kasus pengendalian risiko di tempat kerja (industri dan
perkantoran)?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dan tujuan dari pengendalian risiko
2. Untuk mengetahui dan memahami proses pengendalian risiko menurut Standar
AS/NZS
3. Untuk mengetahui dan memahami standar pengendalian risiko
4. Untuk mengetahui dan memahami teknik pemilihan teknik pengendalian risiko
5. Untuk mengetahui dan memahami jenjang pengendalian (Hierarchy Of Control)
6. Untuk mengetahui dan memahami contoh studi kasus pengendalian risiko di tempat
kerja (industri dan perkantoran)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Tujuan Pengendalian Risiko


Menurut Soehatman Ramli (2010) risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber
bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan,
material, dan lingkungan kerja. Menurut Winda (2012) pengendalian risiko merupakan suatu
langkah yang sangat penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Resiko
yang telah teridentifikasi dan diketahui potensi risikonya harus dikendalikan dengan tepat,
efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan.
Pengendalian risiko merupakan alat bantu bagi pengusaha dalam proses pengambilan
keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang dihadapinya. Pengendalian resiko
adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang terdapat dalam lingkungan kerja. Potensi
bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu
yang kemudian dapat membantu dalam prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat
membantu dalam pemilihan pengendalian resiko yang disebut hirarki pengendalian resiko.

Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:

a. Eliminasi: pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya


(hazard).
b. Substitusi: mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses, mengganti input
dengan yang lebih rendah risikonya.
c. Engineering: mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik pada alat,
mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d. Administratif: mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan pembuatan prosedur,
aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan seleksi terhadap
kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri: mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat
perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall, kacamata
keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.

Dalam proses pengendalian risiko, ketika suatu risiko dikatakan dapat diterima, maka tidak
diperlukan langkah pengendalian terhadap risiko tersebut, melaikan diperlukan pemantauan
berkala terhadap risiko tersebut agar risiko tersebut tetap berada dalam kategori dapat diterima,

3
serta apabila suatu risiko dikatakan tidak dapat diterima, maka diperlukan tindakan atau
pengendalian terhadap risiko tersebut. Tindakan pengendalian risiko harus dikaji dengan
seksama sesuai kemampuan perusahaan, apabila perusahaan tidak mampu dalam melakukan
pengendalian dapat dilakukan pengalihan risiko ke pihak lain.

2.2 Proses Pengendalian Risiko Standar AS/NZS


Komponen utama proses manajemen risiko berdasarkan Standar Manajemen Risiko
Australia / New Zealand AS/NZS 4360 : 2004 terdiri dari:

1. Komunikasi dan konsultasi


Komunikasi dan konsultasi dengan stakeholder internal dan eksternal yang tepat pada
setiap tahapan dari proses manajemen risiko dan proses secara keseluruhan. Menurut
Winda (2012), manajemen risiko harus dikomunikasi dan konsultasikan sehingga dapat
terintegrasi oleh semua pihak. Hal yang dapat digunakan berupa edaran, forum komunikasi,
petunjuk praktik, buku panduan atau pedomoan kerja yang dimana hal tersebut harus
mudah digunakan dan dipahami oleh semua pihak, sehingga perlu didesain dengan
sedemikian rupa agar sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Dalam prosesnya,
manajemen risiko harus melibatkan semua pihak yang dimana keterlibatan semua pihak
tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing dan lingkup kegiatannya
2. Penetapan konteks
Menurut Winda (2012) proses penentuan konteks perlu dilakukan untuk menentukan
parameter dasar dimana risiko harus dikelola dan memberikan pedoman untuk
pengambilan keputusan dalam manajemen risiko yang lebih rinci. Adapun rincian
mengenai proses penetapakan konteks :
a. Menetapkan konteks strategis
Penentuan mengenai hubungan antara organisasi dengan lingkungan, identifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman organisasi terhadap lingkungan. Konteks
disini berupa politik, sosial, budaya, keuangan operasional dan aspek hokum dari fungsi
organisasi. Identifikasi internal dan eksternal oleh pemangku kepentingan dengan
memepertimbangkat persepsi, tujuan serta menetapkan kebijakan komunikasi.
b. Membangun konteks organisasi
Dalam memulai studi manajemen risiko, diperlukan pemahaman mengenai organisasi
dan kemampuannya, seperti tujuan dan strategi dalam mencapai tujuan tersebut.
c. Membangun konteks manajemen risiko

4
Dalam konteks manajemen risiko, organisasi perlu memiliki tujuan, strategi, ruang
lingkup dan parameter dari aktivitas dimana proses manajemen risiko akan
dilaksanakan dan ditetapkan. Dalam penetapan hal-hal tersebut meliputi :
1. Menentukan proyek atau aktifitas dan membangun tujuan.
2. Menentukan waktu dan lokasi proyek
3. Identifikasi studi pelaksanaan, ruang lingkup, sasaran dan sumber daya yang
diperlukan
4. Menentukan luas dan kegiatan manajemen risiko yang komprehensif
d. Pengembangan kriteria evaluasi risiko
Dalam hal ini, akan dilakukan penentuan kriteria yang risikonya akan dievaluasi.
Penentapan keputusan tentang penerimaan dan perbaikan risiko didasarkan pada
operasional, teknis, keuangan, hukum, sosial, kemanusiaan atau kriteria lainnya,
dimana tergantung pada kebijakan internal organisasi, tujuan dan kepentingan
pemangku kepentingan.
3. Identifikasi risiko
Identifikasi dimana, kapan, mengapa dan bagaimana peristiwa dapat mencegah,
menurunkan, menunda atau meningkatkan pencapaian tujuan. Menurut Winda (2012) pada
langkah ini berusaha untuk mengidentifikasi risiko yang akan dikelola, serta harus
mencakup semua risiko baik yang telah terdaftar ataupun yang belum terdaftar. Langkah
ini memerlukan identifikasi yang komprehensif, hal ini sangat penting untuk menghasilkan
daftar komprehensif dari suatu peristiwa yang dapat berpengaruh terhadap setiap elemen
yang ada. Serta dalam proses identifikasi risiko, memiliki daftar identifikasi dari suatu
peristiwa, diperlukan untuk menentukan kemungkinan penyebab dan skenario. Menurut
DiBerardinis (1999) metode dan teknik dalam proses identifikasi risiko dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain seperti Job Safety Analysis, Fault Tree Analysis, What If,
HAZOPS, dll.
4. Analisis risiko
Menurut Winda (2012) analisis risiko adalah suatu langkah dalam manajemen risiko,
dimana analisis risiko ini akan mempertimbangkan sumber dari suatu risiko, konsekuensi
dan kemungkinan dari akibat yang mungkin terjadi, serta risiko akan dianalisis dengan
menggabungkan konsekuensi dan kemungkinan suatu risiko itu terjadi. Analisis risiko
berfungsi untuk memilah suatu risiko kecil dengan risiko besar dan menyediakan data
evaluasi untuk perbaikan risiko.

5
Dalam analisis risiko, terdapat beberapa metode analisis yang dapat digunakan diantaranya
dalah sebagai berikut :
a. Analisis kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar
potensi suatu bahaya yang akan diukur. Dalam pengukuran dengan metode ini tingkat
kemungkinan atau likelihood suatu risiko diberi rentang antara risiko yang jarang terjadi
(rare) sampai dengan risiko mungkin terjadi setiap saat (almost certain), serta untuk
tingkat konsekuensi dikategorikan antara kejadian yang menimbulakn cidera kecil atau
kerugian kecil sampai dampak yang paling parah seperti kerugiaan yang sangat besar
terhadap asset perusahaan atau meninggal dunia. Hasil dari penilaian risiko dengan
analisis kualitatif akan menghasilkan suatu kategori risiko, dimana terdapat kategori
low risk, medium risk, high risk, dan extreme risk (Winda, 2012).
b. Analisis semi-kuantitatif
Menurut Fitriana (2012) dalam analisis risiko dengan analisis semi-kuantitatif, skala
kualitatif diberi nilai tertentu. Dalam penilaian risiko dengan analisis semikuantitatif
salah satu variable (konsekuensi atau probabilitas) nilainya ekstrem sehingga
menyebabkan ketidaktepatan dalam membedakan tiap level risiko.
Kalkulasi risiko dalam analisis semi-kuantitatif berdasarkan AS/NZS 4360:1999
memiliki tiga komponen yang dijadikan kriteria untuk dianalisis yaitu :
1. Tingkat kemungkinanan (probability)
2. Frekuensi terpajan bahaya (exposure)
3. Konsekuensi dari bahaya (consequences)
c. Analisis Kuantitatif
Menurut Cindy (2017) dalam analisis kuantitatif, kualitas analisis tergantung pada
akurasi dan kelengkapan nilai numerik yang digunakan dalam penentuan konsekuensi
dan probabilitas. Dalam penentuan konsekuensi dan probabilitas, tidak seperti dalam
analisis kualitatif dan semi kuantitatif yang menggunakan skala deskriptif pada analisis
kuantitatif menggunakan nilai angka baik untuk konsekuensi maupun untuk
probabilitas, dengan menggunakan data dari berbagai sumber.
5. Evaluasi risiko
Menurut Cindy (2017) evaluasi risiko merupakan kegiatan dalam manajemen risiko,
dimana dalam evaluasi risiko dilakukan perbandingan antara hasil level risiko yang telah
dianalisis dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam melakukan
evaluasi risiko, level risiko dan kriteria risiko harus dibandingkan menggunakan dasar yang
6
sama. Dari evaluasi risiko ini menghasilkan daftar prioritas risiko (risk register) untuk
tindakan lebih lanjut. Keputusan dalam penindakan suatu risiko harus mempertimbangkan
luasnya konteks risiko dan toleransi risiko yang ditanggung oleh perusahaan
6. Pengendalian Risiko
Menurut Winda (2012) pengendalian risiko merupakan suatu langkah yang sangat penting
dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Resiko yang telah teridentifikasi
dan diketahui potensi risikonya harus dikendalikan dengan tepat, efektif dan sesuai dengan
kemampuan dan kondisi perusahaan.
Dalam pengendalian risiko, terdapat opsi-opsi dalam pengendalian risiko berdasarkan
AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai berikut
1. Menghindari risiko
2. Mengurangi kemungkinan terjadi
3. Mengurangi konsekuensi terjadi
4. Pengalihan risiko ke pihak lain
5. Menanggung risiko yang tersisa
7. Monitor dan review
Penting untuk memonitor efektivitas seluruh tahapan proses manajemen risiko. Hal ini
penting untuk perbaikan berkelanjutan. Risiko dan efektivitas perlakuan risiko perlu
dimonitor untuk meyakinkan bahwa perubahan situasi tidak mengubah prioritas risiko.
Dalam proses manajemen risiko, pemantauan secara terus-menerut sangat penting untuk

memastikan bahwa tidak adanya penyimpangan atau kendala dalam penerapan strategi,
agar rencana manajemen tetap relevan. Dari hasil pemantauan diperoleh berbagai informasi
mengenai penerapan manajemen risiko, informasi tersebut dapat digunakan untuk
melakukan tinjauan ulang untuk menentukan apakah proses manajemen risiko telah sesuai.

7
2.3 Strategi Pengendalian Risiko
1. Menerima Risiko
Pilihan ini digunakan ketika risiko yang ada tidak terlalu besar atau dampaknya masih
dapat ditoleransi. Dalam hal ini, organisasi memutuskan untuk menerima risiko tanpa
melakukan tindakan pengendalian yang lebih lanjut.
2. Menghindari Risiko
Untuk menghindari risiko, pertama-tama harus menyadari potensi terjadinya risiko
tersebut. Mereka juga harus memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
potensi risiko ini, kemungkinan terjadinya dan besarnya dampaknya. Pilihan ini
digunakan ketika risiko yang ada sangat besar dan dampaknya sangat berbahaya. Dalam
hal ini, kita dapat memutuskan untuk menghindari risiko dengan cara menghentikan
aktivitas atau menghindari situasi yang menyebabkan risiko tersebut.
Contohnya, bayangkan situasi hipotetis di mana perusahaan berencana membuka
kantor penelitian dan pengembangan (R&D) baru di luar negeri sebagai bagian dari
rencana perluasannya. Semuanya baik-baik saja kecuali bahwa lokasi kantor yang
diusulkan dekat dengan jalur patahan muda atau kecil. Tidak ada gempa bumi yang
tercatat di daerah itu selama 50 tahun terakhir dan laporan menunjukkan bahwa
kemungkinan terjadinya gempa kecil. Namun, jika gempa benar-benar terjadi,
perusahaan akan berada dalam kesulitan karena proses dan teknologi R&D sebagian
besar tidak dapat diperbaiki. Sebagai pemimpin Departemen Keamanan dan
Manajemen Risiko, kita memutuskan untuk sangat menentang proposal ini,
memperkuat penolakan dengan Analisis Risiko yang komprehensif. Kita mengusulkan
untuk membuka kantor di lokasi yang lebih aman jauh dari garis patahan.
3. Mengurangi Risiko
Mengurangi risiko adalah semua tentang meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko
atau meminimalkan konsekuensi yang disebabkan oleh risiko. Ini sangat relevan dalam
situasi di mana risiko tidak dapat sepenuhnya dihilangkan atau dihindari. Pilihan ini
dilakukan dengan cara mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko atau dampaknya.
Contoh, seorang karyawan diharuskan melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri ke
negara yang terkenal dengan spiking minuman, pencurian merebut, dan penipuan
transportasi. Sementara karyawan mencoba menghindari bahaya, dia masih akan

8
terpapar risiko ini saat bepergian atau berpartisipasi dalam acara sosial. Untuk
menghindari karyawan terjerumus ke dalam risiko ini, perusahaan harus
mendaftarkannya ke layanan Peringatan Perjalanan real-time yang mengirimkan
pembaruan rutin tentang kejadian dan 'zona bahaya' di negara yang harus dihindari.
Selain itu, meskipun kelihatannya klise, akan baik untuk mengingatkan karyawan
tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta mendidiknya tentang budaya
dan etiket yang harus diperhatikan saat melakukan perjalanan bisnis.
4. Pembagian Risiko
Pembagian Risiko adalah praktik mendistribusikan risiko dalam organisasi seperti
lintas departemen, tim, atau kelompok kerja lainnya. Strategi ini mendiversifikasi
dampak risiko sehingga tidak ada satu kelompok tertentu yang menyerap terlalu banyak
risiko dan gagal dalam fungsinya.
5. Transfer Risiko
Mirip dengan pembagian risiko, transfer risiko juga tentang pembagian risiko, tetapi
khususnya untuk organisasi eksternal seperti pihak ketiga atau beberapa organisasi.
Awalnya berasal dari asuransi dimana penandatanganan polis asuransi membantu
mengalihkan sebagian risiko dari pemegang polis ke penanggung. Pilihan ini digunakan
ketika organisasi tidak dapat menghindari risiko, maka organisasi dapat mengalihkan
risiko tersebut ke pihak lain seperti asuransi atau kontraktor.
Kembali ke konteks keamanan, transfer risiko dapat berarti mengalihdayakan unit
operasi keamanan ke vendor pihak ketiga. Pengalihdayaan tidak berarti bahwa
perusahaan tidak mampu mengelola operasi keamanan — bisa jadi pihak ketiga lebih
akrab atau berpengalaman. Dengan melibatkan pihak ketiga, perusahaan pada dasarnya
memposisikan dirinya lebih baik terhadap potensi risiko dengan berbagi tanggung
jawab dengan pihak lain yang memenuhi syarat.
6. Mempertahankan Risiko
Beberapa risiko memiliki dampak yang rendah tetapi membutuhkan banyak biaya
untuk diberantas seluruhnya. Tidak ada definisi tetap tentang risiko, tetapi inilah
panduannya,
“Ketika biaya pengelolaan risiko lebih tinggi daripada dampak risiko itu sendiri,
mungkin bijaksana untuk menahan risiko saja.”
Selama risiko tidak membawa gangguan besar pada operasi atau keselamatan
perusahaan, mungkin masuk akal secara moneter untuk mempertahankannya.

9
2.4 Pemilihan Teknik Pengendalian Risiko
Pemilihan teknik pengendalian risiko sangat tergantung pada jenis dan sifat risiko yang
dihadapi dan harus didasarkan pada analisis risiko yang cermat dan menyeluruh. Banyak cara
yang dapat dilakukan dalam menentukan teknik pengendalian, antara lain dengan teknik hirarki
pengendalian.

Metoda lain dikembangkan oleh NASA dengan menggunakan metoda Peringkat


Pengendalian (Control Rating Code). Jenis pengendalian dikategorikan menjadi 5 jenis yaitu:

1. Perubahan rancangan, misalnya mesin yang bising diperbaiki atau diturunkan tingkat
kebisingannya dengan modifikasi pada bahan atau perlengkapannya.
2. Pengaman pasif, yaitu perlengkapan yang dipasang pada sistem yang berfungsi tanpa
perlu digerakkan baik dengan alat atau manusia. Misalnya bahan tahan api pada tangki
timbun atau kabel listrik.
3. Pengaman aktif, yaitu sistem pengaman yang berfungsi jika digerakkan baik secara
manua maupun otomatis, misalnya emergency shutdown system, fire fighting.
4. Alat peringatan, untuk menginformasikan adanya suatu bahaya (warning system)
misalnya tanda bahaya, alarm system, lampu indikator dan lainnya.
5. Alat pelindung, yaitu sistem pengaman untuk melindungi jika terjadi kegagalan operasi
atau sistem pengaman utama tidak berfungsi, misalnya tanggu pada tangki timbun,
relief valve, PSV (Pressure Safety Valve dan lainnya).

Berikut beberapa langkah yang dapat diikuti dalam pemilihan teknik pengendalian risiko:

1. Identifikasi risiko
Langkah pertama dalam pemilihan teknik pengendalian risiko adalah mengidentifikasi
risiko yang ada. Risiko dapat berasal dari berbagai sumber seperti operasi bisnis,
lingkungan, keuangan, atau teknologi.
2. Evaluasi risiko
Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi risiko dengan
mengukur kemungkinan terjadinya dan dampak yang dapat ditimbulkan. Evaluasi
risiko dapat membantu menentukan tingkat urgensi dan prioritas pengendalian risiko.
3. Pemilihan teknik pengendalian risiko
Setelah risiko dievaluasi, langkah selanjutnya adalah memilih teknik pengendalian
risiko yang tepat. Pemilihan teknik pengendalian risiko harus didasarkan pada jenis

10
risiko, tingkat urgensi, dan sumber daya yang tersedia untuk melaksanakan tindakan
pengendalian.
4. Implementasi teknik pengendalian risiko
Setelah teknik pengendalian risiko dipilih, langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya. Implementasi teknik pengendalian risiko harus dilakukan
dengan tepat dan efektif, dengan memperhatikan perencanaan dan sumber daya yang
tersedia.
5. Monitoring dan evaluasi
Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi efektivitas teknik pengendalian risiko.
Monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara teratur untuk memastikan bahwa teknik
pengendalian risiko yang dipilih efektif dalam mengurangi risiko.

Pengendalian risiko yang baik adalah jika peringkat pengendalian risiko lebih rendah atau
sama dengan peringkat risiko. Pengendalian risiko dianggap dapat diterima (acceptable) jika
nilai sisa risiko sama atau kurang dari Risk Rating Code yang dilaksanakan.

2.5 Jenjang Pengendalian (Hierarchy Of Control)


Hirarki Pengendalian Risiko (Hierarchy of Control) merupakan cara pengendalian yang
sangat dasar yang bertujuan untuk menghilangkan atau menekan risiko ke tingkat yang
dapat diterima saat menggunakan sebuah peralatan atau melaksanakan sebuah pekerjaan.
Hirarki kontrol ini terdiri dari lima dasar pengendalian terhadap risiko di antaranya adalah:

1. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan aktivitas yang berbahaya dengan tujuan untuk
melindungi pekerja seperti bahaya dari bahan kimia, bahaya akibat tidak ergonomis,
bahaya akibat kebisingan dan sebagainya
2. Subsitusi, yaitu dengan mengganti aktivitas yang berbahaya menjadi lebih aman.
3. Perencanaan, yaitu dengan melakukan engineering control dengan cara melakukan
modifikasi pada peralatan kerja, mesin atau lingkungan kerja yang menimbulkan
bahaya.

11
4. Administrasi, yaitu dengan melakukan peringatan dalam bentuk instruksi, tanda,
prosedur, aturan serta label untuk meningkatkan kesadaran akan adanya bahaya di area
tempat kerja.
5. Alat Pelindung Diri (APD), yaitu pengendalian bahaya yang dilakukan pada pekerja
dengan menggunakan APD yang sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan
agar mengurangi bahaya yang berasal dari lingkungan.

2.6 Studi kasus pengendalian risiko di tempat kerja (industri dan perkantoran)
“Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas”
Cilacap-Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha
Sukses, Cilacap, lawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tesiram air panas didalam tang
Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat
operator kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki Pihak perusahaan terkesan menutup
nutupi insiden ini.
Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek
Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5
pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba
kran yang berada di atas dan mengarah kedalam tang mengeluarkan air panas yang
diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya
tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.
Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah
tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak
mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai.
Penyebab dasar kecelakaan kerja adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak
pada operator kran. Sang operator kran kurang hati-hati serta teliti. Kemudian penyebab
kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam bidang kesehatan,
keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut.
Solusi mengatasi kesalahan kerja kasus diatas:
1. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki
standarisasi yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi,
alat-alat pelindung diri, monitoring perlatan dan sebagainya.
2. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.

12
3. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang
berbahaya, pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya.
4. Berilah tanda-tanda peringatan beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut
dan letakkan di tempat yang aman.
5. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja
pada karyawan.
6. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengendalian risiko merupakan alat bantu bagi pengusaha dalam proses pengambilan
keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang dihadapinya. Menurut Standar
Manajemen Risiko Australia / New Zealand AS/NZS 4360 : 2004 komponen utama proses
manajemen risiko berdasarkan terdiri dari:komunikasi, penetapan konteks, identifikasi risiko,
analisis risiko, evaluasi,, risiko, pengendalianm dan monitoring.

Adapun dalam memilih teknik pengendalian risiko sangat tergantung pada jenis dan sifat
risiko yang dihadapi dan harus didasarkan pada analisis risiko yang cermat dan menyeluruh.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam menentukan teknik pengendalian, antara lain dengan
teknik hirarki pengendalian. Terdiri eliminasi, subsitusi, engineering control, administrasi, dan
Alat Pelindung Diri (APD).

3.2 Saran
Makalah ini diharapkan menjadi acuan dan sumber informasi yang bermanfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang membutuhkan. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dan kekeliruan dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA

BAB II Kajian Literatur.


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/11130/05.2%20bab%202.pdf?seque
nce=6&isAllowed=y pada 4 Mei 2023 pukul 16.44 WIB

Cantino, V., Vincentiis, P. De, & Racca, G. (2016). Risk management : Risk management :
51(4), 1–12.

CNA. (2008). Risk Transfer: A Strategy to Help Protect Your Business. Cna, 6.

https://jurnal.uns.ac.id/jbm/article/view/54633 pada 4 Mei 2023 pukul 17.00 WIB

https://media.neliti.com/media/publications/504824-none-06b163c2.pdf pada 4 Mei 2023


pukul 17.00 WIB

MUMASSABBA, J. (2022). Risk Mitigation Strategy and Competitiveness of Small and


Medium Enterprises in Kenya. Reviewed Journal International of …, 4(2), 51–63.
https://www.reviewedjournals.com/index.php/Business/article/view/47

Perbandingan Standar Manajemen Risiko Australia / New Zealand Standard AS/NZS


4360:2004 dengan COSO Enterprise Risk Management 2004 diakses melalui
https://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/dan/files/Pdf/Artikelslametsusanto.pdf pada
4 Mei 2023 pukul 17.00 WIB

Ramli. Soehatman, 2010, Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS
Risk Management, Jakarta : PT. Dian Rakyat

Soputan, dkk. (2014). MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). Jurnal
Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4. Diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/99095-ID-manajemen-risiko-kesehatan-dan-
keselamat.pdf pada 4 Mei 2023 pukul 16.50 WIB

15
SOAL - SOAL
1. Suatu langkah yang sangat penting sebagai alat bantu bagi pengusaha dalam
pengambilan keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko merupakan definisi
dari…
a. Risiko
b. Bahaya
c. Substitusi
d. Pengendalian risiko
e. Alat Pelindung Diri (APD)

Jawaban; d. Pengendalian risiko

2. Upaya pengendalian risiko dengan cara mengurangi risiko dari bahaya dengan cara
mengganti proses, mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya disebut
dengan…
a. Engineering
b. Substitusi
c. Administratif
d. Eliminasi
e. APD

Jawaban: b. Substitusi

3. Yang dimaksud dengan eliminasi dalam pengendalian risiko adalah…


a. Mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan pembuatan prosedur, aturan, dan
pemasangan rambu (safety sign)
b. Mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat perlindungan diri
misalnya safety helmet, masker, sepatu safety
c. Mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik pada alat
d. Pengendalian yang dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya (hazard)
e. Mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses, mengganti input
dengan yang lebih rendah risikonya

Jawaban: d. Pengendalian yang dilakukan dengan cara menghilangkan sumber


bahaya (hazard)

16
4. Proses yang diperlukan untuk menentukan parameter dasar dimana risiko harus dikelola
dan memberikan pedoman untuk pengambilan keputusan dalam manajemen risiko yang
lebih rinci disebut dengan…
a. Komunikasi dan konsultasi
b. Penetapan konteks
c. Analisis risiko
d. Pengendalian risiko
e. Monitor dan review

Jawaban: b. Penetapan konteks

5. Langkah yang dilakukan dalam identifikasi risiko adalah…


a. Manajemen risiko harus dikomunikasi dan konsultasikan sehingga dapat
terintegrasi oleh semua pihak
b. Mengetahui dimana, kapan, dan bagaimana peristiwa dapat dicegah, serta harus
mencakup semua risiko baik yang telah terdaftar ataupun yang belum terdaftar
c. Mempertimbangkan sumber dari suatu risiko, konsekuensi dan kemungkinan dari
akibat yang mungkin terjadi
d. Dilakukan perbandingan antara hasil level risiko yang telah dianalisis dengan
kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya
e. Resiko yang telah teridentifikasi dan diketahui potensi risikonya harus dikendalikan
dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan

Jawaban: b. Mengetahui dimana, kapan, dan bagaimana peristiwa dapat dicegah,


serta harus mencakup semua risiko baik yang telah terdaftar ataupun yang belum
terdaftar

6. Risiko yang telah teridentifikasi dan diketahui potensi risikonya harus dikendalikan
dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan merupakan
tahapan…
a. Monitoring dan review
b. Pengendalian risiko
c. Evaluasi risiko
d. Analisis risiko
e. Penetapan konteks

17
Jawaban: b. Pengendalian risiko

7. Perhatikan pernyataan berikut!


i. Pengembangan kriteria evaluasi risiko
ii. Membangun konteks organisasi
iii. Menetapkan konteks strategis
iv. Membangun konteks manajemen risiko

Dari pernyataan di atas, urutan yang benar dalam proses penetapan konteks dalam
pengendalian risiko sesuai standar AS/NZS adalah…

a. (i), (ii), (iii), (iv)


b. (i), (iii), (ii), (iv)
c. (ii), (iv), (iii), (i)
d. (iii), (iv), (i), (ii)
e. (iii), (ii), (iv), (i)

Jawaban: e. (iii), (ii), (iv), (i)

8. Yang dimaksud dengan pembagian risiko dalam strategi pengendalian risiko adalah…
a. Praktik mendistribusikan risiko dalam organisasi seperti lintas departemen, tim,
atau kelompok kerja lainnya
b. Menerima risiko tanpa melakukan tindakan pengendalian yang lebih lanjut
c. Menghentikan aktivitas atau menghindari situasi yang menyebabkan risiko tersebut
d. Meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko atau meminimalkan konsekuensi
yang disebabkan oleh risiko
e. Selama risiko tidak membawa gangguan besar pada operasi atau keselamatan
perusahaan, maka perusahaan akan tetap mempertahankannya

Jawaban: a. Praktik mendistribusikan risiko dalam organisasi seperti lintas


departemen, tim, atau kelompok kerja lainnya

9. Jenis pengendalian risiko dimana perlengkapan yang dipasang pada sistem berfungsi
tanpa perlu digerakkan baik dengan alat atau manusia disebut…
a. Perubahan rancangan
b. Pengamanan aktif
c. Pengamanan pasif
d. Alat peringatan

18
e. Alat pelindung

Jawaban: c. Pengamanan pasif

10. Perhatikan pernyataan berikut!


i. Administrasi
ii. Reakayasa teknik
iii. Substitusi
iv. APD
v. Eliminasi

Dari pernyataan di atas, urutan yang benar dalam hierarki pengendalian risiko dari yang
paling efektif adalah…

a. (v), (iii), (ii), (i), (iv)


b. (v), (ii), (iii), (i), (iv)
c. (v), (iv), (iii), (ii), (i)
d. (iv), (i), (iii), (ii), (v)
e. (ii), (iii), (v), (iv), (i)

Jawaban: a. (v), (iii), (ii), (i), (iv)

19

Anda mungkin juga menyukai