Disusun untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Manajemen Risiko
Oleh :
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menyebabkan biaya produksi dan
pemborosan terselubung, yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas. Dalam upaya
pencegahan kecelakaan di Indonesia, banyak hambatan masih ada. Pola pikir adalah salah
satunya, dimana masih banyak yang tetap konservatif dan menganggap kecelakaan sebagai
suatu musibah, membuat masyarakat kurang menyadari pentingnya penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Pabrik tahu merupakan salah satu sektor industri yang memiliki peran vital dalam
penyediaan pangan protein nabati. Produksi tahu melibatkan serangkaian proses kompleks
yang melibatkan pengolahan kedelai menjadi berbagai produk tahu dengan berbagai varietas.
Meskipun pabrik tahu memainkan peran penting dalam menyediakan produk pangan, mereka
juga dihadapkan pada berbagai risiko yang dapat mempengaruhi kelangsungan operasional
dan kualitas produk.
Salah satu pusat produksi tahu di Kota Medan adalah Pabrik Tahu di Jl. rumah potong
Hewan mabar. Saat ini, perusahaan dapat dianggap tidak menerapkan K3 dengan baik. Salah
satu contohnya adalah lingkungan kerja yang tidak cukup aman, seperti licin di tempat kerja,
tidak adanya sistem sirkulasi udara yang baik di area produksi, dan posisi tubuh yang tidak
ergonomis saat bekerja. Pada beberapa tugas, seperti menyortir kedelai dan menyaring bubur
kedelai, pekerja harus bekerja dalam posisi duduk sambil membungkuk selama waktu yang
cukup lama. Selain itu, saat menyaring bubur kedelai, pekerja harus bekerja dalam posisi
berdiri sambil membungkuk selama 10 menit dan melakukannya berulang kali.
Selain itu, karyawan industri menyadari bahwa mereka belum menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri). Hal-hal ini dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja, seperti cidera akibat terpeleset lantai yang licin, gangguan pendengaran karena mesin
penggilingan yang terletak di dekat proses produksi lainnya, reaksi tubuh seperti rasa kaku
dan nyeri pada otot dan persendian.
Analisis risiko dapat diterapkan pada berbagai kegiatan atau aktivitas di perusahaan
untuk mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Analisis risiko telah menjadi
subjek beberapa penelitian. Rekayasa dan engineering, pengendalian administratif, dan
penggunaan alat pelindung diri adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengendalikan risiko. Dengan melakukan analisis risiko yang komprehensif, pabrik tahu
dapat mengidentifikasi dan mengelola potensi risiko dengan lebih baik, meningkatkan
efisiensi operasional, dan menjaga keberlanjutan dalam industri yang terus berubah. Analisis
risiko pada pabrik tahu menjadi langkah strategis untuk menghadapi tantangan kompleks
yang mungkin muncul dalam lingkungan bisnis yang dinamis.
Studi pertama Ihsan et al. (2016) melihat analisis risiko di area produksi PT Cahaya
Murni Andalas Permai Furniture Company menggunakan metode HIRARC (Hazard
Identification, Risk Assesment, and Risk Control). Hasil dari penelitian terdiri dari tujuh
subdivisi berada pada level risiko rendah (77 persen), sedangkan dua subdivisi tambahan,
pemotongan busa, dan tahap finishing, berada pada level risiko sedang (22 %). Dianalisis
empat sumber kecelakaan kerja: sikap pekerja, material dan peralatan, lingkungan kerja, dan
tata cara kerja. Selanjutnya, penelitian tentang analisis risiko K3 dilakukan oleh
Fathimahhayati et al. (2017) pada proyek konstruksi gedung KONI Provinsi Kalimantan
Timur. Pada awal analisis risiko penelitian ini, bahaya diidentifikasi dengan metode JSA
(Analisis Keselamatan Kerja), yang kemudian diikuti dengan penilaian risiko yang
didasarkan pada standar AZ/NZS 4360:2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi
bahaya 22,64% dengan level risiko tinggi dan 77,36% dengan level risiko sedang.
Selanjutnya, Karundeng et al. (2017) menyelidiki analisis bahaya dan risiko di departemen
produksi PT Samudera Mulia Abadi Mining Contractor Likupang Minahahsa Utara.
Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa selama proses pengoprasian unit ADT di
area loading point dan dumping point, ada kemungkinan bahaya, seperti tabrakan antar unit,
tergelincir, atau terserunduknya unit lain, yang dapat menyebabkan ADT terbalik, rebah, atau
terguling. Berdasarkan penilaian risiko terhadap sumber bahaya yang ada, bahaya dengan
tingkat risiko tinggi adalah tabrakan berat antar unit, bahaya dengan tingkat risiko sedang
adalah tabrakan karena landasan amblas, dan bahaya dengan tingkat risiko ringan adalah
tabrakan ringan.
Untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, penelitian tentang
analisis risiko di industri tahu dan tempe harus dilakukan berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dipaparkan sebelumnya. Metode yang digunakan digunakan dalam Dalam
penelitian ini, metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment, and Risk Control)
digunakan, yang terdiri dari serangkaian implementasi K3 yang mencakup identifikasi
bahaya, penilaian risiko, dan penentuan tindakan pengendalian berdasarkan data yang
dikumpulkan.
a. Alur produksi
b. Registrasi risiko disertai jumlah kejadian dan dampak risiko
c. Pengukuran risiko menggunakan matriks risiko
d. Penentuan risiko
e. Respon terhadap risiko
f. Usulan/ rekomendasi
Indikator keberhasilan dalam kegiatan analisis risiko pada pabrik tahu dapat memberikan
gambaran tentang sejauh mana manajemen risiko telah efektif diimplementasikan.
Berikut adalah beberapa indikator material yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan kegiatan analisis risiko di pabrik tahu:
b. Indikator Proses
Dalam keberhasilan kegiatan analisis produksi tahu, beberapa indikator proses dapat
digunakan untuk menilai efektivitas dan dampak dari analisis risiko. Berikut adalah beberapa
indikator proses yang dapat digunakan:
Indikator-indikator ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik khusus pabrik
tahu. Penting untuk terus memonitor, mengevaluasi, dan memperbarui proses analisis risiko
sesuai dengan perubahan dalam lingkungan bisnis dan produksi.
c. Indikator Hasil
Indikator hasil dalam keberhasilan kegiatan analisis risiko produksi tahu mengacu pada
pencapaian hasil konkret yang dapat diukur untuk menilai efektivitas manajemen risiko.
Berikut adalah beberapa indikator hasil yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
kegiatan analisis risiko produksi tahu:
Indikator hasil ini dapat bervariasi tergantung pada tujuan dan konteks khusus pabrik tahu.
Penting untuk menetapkan indikator yang sesuai dengan tujuan strategis dan kebutuhan
pabrik untuk memastikan evaluasi yang akurat terhadap keberhasilan analisis risiko.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pabrik Tahu HM
2.1.2 Lokasi
- Jl. Rumah Potong Hewan No 136, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli
Pabrik Tahu HM adalah industri yang bergerak di bidang produksi dan distribusi tahu
berkualitas tinggi. Didirikan pada tahun 2005, industri ini telah berkomitmen untuk
menyajikan produk tahu terbaik dengan menggunakan bahan-bahan berkualitas dan proses
produksi yang modern.
Analisis risiko dalam konteks pabrik tahu merupakan pendekatan sistematis untuk
mengidentifikasi, menilai, dan mengelola potensi risiko yang dapat memengaruhi
keberlanjutan, efisiensi operasional, dan keselamatan pabrik. Dalam upaya memahami dan
mengurangi ketidakpastian, analisis risiko menjadi bagian integral dari manajemen
operasional pabrik tahu.
Analisis risiko adalah proses identifikasi, penilaian, dan manajemen potensi risiko
yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan suatu entitas. Risiko dapat berasal dari
berbagai sumber, termasuk operasional, finansial, lingkungan, dan sosial. Dalam
pabrik tahu, fokus analisis risiko adalah pada potensi ancaman terhadap keamanan
pangan, kualitas produk, efisiensi operasional, dan keselamatan kerja.
Evaluasi risiko melibatkan penilaian terhadap probabilitas dan dampak potensi risiko.
Ini memungkinkan pabrik tahu untuk mengidentifikasi risiko yang memiliki tingkat
kritisitas tinggi dan memprioritaskan tindakan respons. Penilaian risiko dapat
menggunakan matriks risiko untuk menggambarkan tingkat urgensi dan signifikansi
suatu risiko.
Pabrik tahu harus mematuhi standar keamanan pangan yang ketat. Analisis risiko
membantu pabrik dalam memahami dan mematuhi persyaratan standar tersebut. Ini
termasuk identifikasi risiko kontaminasi, penyimpangan dari prosedur sanitasi, atau
risiko lain yang dapat mempengaruhi keamanan pangan.
Penerapan teknologi dan inovasi dalam proses produksi tahu dapat memainkan peran
kunci dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko. Sistem pemantauan otomatis,
sensor keamanan pangan, dan teknologi pengelolaan rantai pasok adalah contoh
implementasi inovasi untuk meminimalkan risiko.
Analisis risiko di pabrik tahu bukanlah proses sekali jalan. Kontinuitas dalam
pemantauan, evaluasi, dan penyesuaian strategi risiko memungkinkan pembelajaran
dan peningkatan berkelanjutan. Ini mendukung adaptasi terhadap perubahan
lingkungan atau kondisi pasar. Dengan memahami dan menerapkan konsep-konsep
ini, pabrik tahu dapat membangun keberlanjutan operasional, meningkatkan kualitas
produk, dan mengoptimalkan efisiensi produksi sambil mengurangi risiko-risiko yang
mungkin terjadi.
2.3 PEMBAHASAN
2.3.1 Alur Produksi Pembuatan Tahu
Bahan Baku
Pembelian Jelek
bahan baku
REPRODUKSI
Bahan Baku
Penyiapan Mesin Langkah
Penggiling
Persiapan Penyimpanan
Produksi Bahan Baku
Mesin
Reproduksi
Persiapan
Mesin
Mesin Rusak
Lantai Licin
Menyebabkan
Karyawan Terpeleset
Penggilingan
Adonan Tahu
Proses produksi tahu melibatkan beberapa langkah utama, mulai dari persiapan bahan baku
hingga pengemasan produk jadi. Berikut adalah alur reproduksi tahu:
1. Persiapan Kedelai:
- Pembelian bahan baku, pembelian bahan baku bisa berisiko bahan baku yang
dibeli rusak, ataupun berisiko bahan baku langkah.
- Kedelai yang dipilih harus kedelai yang berkualitas baik
2. Persiapan Mesin Penggiling:
- Persiapan mesin penggiling kedelai, dapat berisiko mesin rusak dan tidak dapat
bereproduksi
3. Ruangan Reproduksi
- Ruangan reproduksi harus bersikulasi udara yang baik agar tidak menyebabkan
pengap.
Setelah masa reproduksi selanjutnya adalah alur masa produksi tahu sebagai berikut:
1. Perendaman Kedelai
- Kedelai di rendam selama 2-6 jam, setelah direndam kedelai kembali dicuci.
2. Penggilingan Kedelai
- Kedelai yang telah melewati proses perendaman selanjutnya digiling, kedelai yang
telah digiling ini akan menjadi bubur kedelai
- Bubur kedelai ini dapat diolah lebih lanjut untuk mendapatkan sari kedelai yang
digunakan dalam pembuatan tahu.
3. Pencucian Sari Kedelai
- Sari kedelai yang dihasilkan dicuci untuk menghilangkan ampas atau serat-serat
kasar.
- Proses ini dapat dilakukan dengan mencuci bubur kedelai menggunakan air bersih
dan menyaringnya.
4. Pemanasan Sari Kedelai
- Sari kedelai yang telah dibersihkan dipanaskan untuk membunuh bakteri dan
enzim yang dapat mempengaruhi kualitas tahu.
- Pemanasan ini juga membantu dalam pembentukan koagulasi saat penambahan
zat pembeku seperti garam Nigari atau cuka.
5. Pemberian Zat Pembeku
- Zat pembeku seperti garam Nigari atau cuka ditambahkan ke dalam sari kedelai
yang dipanaskan.
- Proses ini menyebabkan pembentukan endapan tahu.
6. Pemadatan dan Pencetakan
- Endapan tahu yang terbentuk kemudian dipadatkan dan dimasukkan kedalam
cetakan yang berbentuk persegi
- Tahu yang dimasukkan ke cetakan yang berbentuk persegi mengalami
pengepressan untuk mengeluarkan sisa sisa air.
7. Pengiriman dan Distribusi
- Tahu yang telah jadi kemudian dimuat kedalam mobil pick up untuk di kirim dan
didistribusikan kepada para pedangng di pasar.
KEPARAHAN
Perlunya mendapatkan
T Tinggi perhatian dari pihak
Manajemen dan tindakan
perbaikan
Harus segera dilakukan
E Ekstrim tindakan perbaikan